Professional Documents
Culture Documents
Farmakologi Khusus
Farmakologi Khusus
Akibat Pembiusan
Normal Tidak
Normal
Life Support
Life Support
- R.Res/UGD
- ROI Disaster
- ICU Ambulance 118 - Musibah
massal
- OK - Bencana
- RR
Sifat
Operasi/Tindakan
Efektif
Urgent
Emergency/cito
Transportasi
Transportasi
Pre op visit
- Premed
- Induksi Observasi Kriteria
ASA - Maintenance Pasca bedah Pindah ruangan
- Posisi op - Pengakhiran dan anestesi atau pulang
- Premed anestesi
- Obat anestesi
- Tekhnik anestesi
PRA INDUKSI
Check persiapan
- Penderita
- Obat
- Alat
- Cairan / infus
Sifat operasi
Premedikasi Umur
Teknik anestesi
SULFAS ATROPIN
MORFIN DHBP
PETHIDIN DIAZEPAM
FENTANYL MIDAZOLAM
Dampak operasi
Efek sisa pemberian
Jalan napas :A
Pola napas :B
Sirkulasi :C
Kesadaran :D
Fungsi ginjal
Problem kegawatan Perlu pengawasan ketat
Diruang pulih sadar
Resiko operasi
Bedah Anestesi
Operasi ulang/
Penyembuhan
Komplikasi
← A = Airway
Jalan napas bebas/tidak ?
Perlu alat untuk bebaskan jalan napas ?
← B = Breathing and Ventilation
Adakah gangguan breathing & ventilasi ?
Perlu napas buatan/tidak ?
← C = Circulation
Apa cairan yang diberikan cukup/tidak ?
Adakah perdarahan baru ?
← D = Disability (Kesadaran)
Apakah masih ada sisa obat anestesi ?
Transport
Kapan pasien, sudah dapat dipulangkan
Kapan pasien, dapat dipindahkankan dari RR
Gangguan nafas/
Durante op/
Pasca bedah dini
Kriteria Skor
Kesadaran Bangun 2
Respon terhadap stimuli 1
Tidak ada respon 0
Anestesi
.
LA Regional GA
Block Inhalasi
plexus
SAB
Epidural
ET
Ketamin
Infiltrasi LM
Lidocain 1 – 2% Lidocain Masker
Depresi napas - + + -
Depresi sirkulasi - + ++ -
Batas keselamatan lebar lebar cukup lebar -
(Dosis lethal/dosis 15–20/ 4 – 5/
maintenance) 4–6 1–2
- - +/- -
Toxsis terhadap tubuh
+ - + +
Cepat masuk
+ - + -
Cepat sadar
- +++ + +
Muntah - +++ - ++
Hipersalivasi
Mudah terbakar / meledak - + - -
Istilah – istilah
Farmakodinamik
Mempelajari efek obat pada tubuh
Farmakokinetik
Mempelajari perjalanan obat ditubuh dari waktu ke waktu (Absorbsi,
distribusi, metabolisme, ekskresi)
Agonis
Mengaktifkan Reseptor
Antagonis
Memblok Reseptor
NARKOTIC ANALGESIC
Contoh premedikasi
P 50 - DHBP 2,5 - S.A 0,25 Halothan
P 50 - DHBP 2,5 - S.A 1,5 Ether
P 50 - Dormicum 2,5
Untuk pasien alergi DHBP diganti Phenargan 12,5 - 25
MORPHIN
CNS :
a) Depresi Relieves Anxiety
b) Analgesic
c) Respiratory depressant
d) Euphoria addiction
RESP. SYSTEM
a) Respirasi rate menurun
b) Tidal volume meningkat
c) Broncho Constriction (Histamin Release)
MV = VT x F Hypoventilasi Hyperkarbia
EYE
Pupillary Contriction (pupil mengecil)
(salah satu alasan Morphin dihindari pada trauma kepala)
EXCRETION
Terutama melalui ginjal, sebagian kecil dipecah di Liver
DOSIS
0,1 mg/kg BB IM atau SC
IV : 1/3 – ½ dosis IM
Drips : 0,5 – 2 mg/jam (BB 50 kg) untuk ventilator atau kasus
combustio
Contoh :
20 cc/jam
PETHIDINE
CNS
a) Sedative Effect bisa addiksi
b) Analgesic
RESP. SYSTEM
Broncho-dilator
G.I. TRACT
a) Relaksasi otot polos
b) Nausea
c) Vomiting
CVS
Hipotensi
EXCRESI
80 % pecah di liver
5 – 10 % ginjal (Unchanged)
DOSIS
1 – 2 mg/kg BB (IM)
FENTANYL
Bekerjanya :
Analgesia
Sedasi
Euphoria
Depresi pusat napas
Miosis
Menekan refleks batuk
Nausea
± 4 % Pethidin 20 %
vomiting
CVS :
Effect minimal
a) Sangat poten !!!
100 mg Fentanil = 10 mg Morphin
b) Onset:
IV : Beberapa menit
Duration : 30 – 60 menit
IM : 7 -8 menit
Duration : 1 – 2 jam
INDIKASI
a) Indikasi GA
Maintenance Anestesia
b) Sedasi IV kombinasi misal dengan Midazolame
KONTRA INDIKASI
a) Anak kurang dari 1 tahun
b) Pasien Coma
c) Cronic Obstructif Airway Disease Bronchial
d) MAO Inhibitor (Obat - obat Anti Hypertensi)
e) Trauma Kepala
DOSIS:
1,0 mcg / kg BB (Fit, Adult)
Reversal Agent :
- NMBA** VS Prostigmin - Atropin ex: Prostigmin : SA = 2:2, 1:1
- Narkotic VS Naloxone*
- Benzodiazepin VS Anexate
* Titrasi (Pemberian secara bertahap) 0.1 mg - 0.4 mg.
The right dose is “Enough”
“ Enough “ = nafas kembali normal ± sadar kembali
**NMBA (Neuro Musculair Block Agent)
ANTIDOTUM NARKOTIKA
Naloxone
Naltrexone
Efek = Naloxone
Duration of action > panjang
Penatalaksanaan : A – B – C
Sebelum dan sesudah pemberian sampai dengan terbukti telah sadar dan
bernafas spontan kembali (penatalaksanaan pada kasus keracunan, ex:Baygon)
NALOXONE ( NOKOBA )
Selain IV dapat diberikan ET- Trans Tracheal – IM – Sublingual
Initial Dose : 0.01 mg / kg BB
Dapat diulang setiap 2 – 3 menit sampai dengan pernafasan normal / spontan
kembali
Onset of Action : 30 detik
Dosis : 0.1 – 0.2 mg / kg BB pada keracunan berat
Duration : 30 – 45 menit
Narkotic Antagonis
DOSIS :
Dewasa : 0.1 - 0.4 mg I.V pelan
Neonatal : 0.01 mg/kg
Nalorphine
DOSIS : 3 – 10 mg (IV)
PENTOTHAL
Sejarah :
Ditemukan 1934 : Percobaan klinik
1935 : Daya guna dan sifat - sifat
1936 : Publikasi – pemasaran
Sifat fisik :
Bubuk kuning, kepucatan
Higroskopis
Rasa pahit
Mudah larut dalam air
Kimiawi :
(Sodium 5 – Ethil – 5 – ( 1 – methyl buthyl ) – 2- thiobarbiturat)
100 Pool
80
60
viscera Muscle
40
Fat
20
Otot jantung
Hipotensi
Sistem vasomotor
“ Sementara “
(Diffusi + Distribusi)
Pada kasus
Hipovolemia
Cadangan Cardiovaskuler
Maka efek lebih nyata
Antisipasinya : Koreksi kekurangan cairan/darah pre Op & selama
Induksi !
Lintasan plasenta
Melewati barrier plasenta
Ibu dan janin : Sama,
Dalam 3 menit
Kadar menurun bersamaan
Pusat napas bayi, lebih peka terhadap efek depresi dari pada orang dewasa
Indikasi
Obat anestesi tunggal untuk operasi kecil
(15 menit)
Induksi anestesi umum
Suplemen anestesi regional
Balance anestesi
Balance anestesi
Relaxasi
Analgesic Sedasi
Narkotika Muscle
Pe
Relaxan
nthotal
Pr
Kasus-kasus konvulsif
(selama/setelah anestesi Inhalasi, anestesi lokal,dll)
Narko analisa & Narko sintesa pada
kasus psikiatri
OK ICU
Induksi Ventilasi
3 - 5 mg/kg BB (sleeping dose)
3 mg/kg/jam
Kontra indikasi
Absolut
a) Tidak ditemukan vena
b) Hipersensitif terhadap
Barbiturat (Alergi)
c) Status Astmatikus
d) Latent / manifest porphiria
Relatif
a) Penyakit jantung berat
b) Hipotensi atau shock
c) Efek hipnotik diperpanjang :
Premedikasi berlebihan
Penyakit ginjal & hati
Myxedema, dll
d) Tekanan intra cranial tinggi
e) Astma
f) Myasthenia gravis
Larutan
Konsentrasi 2,5 % (isotonis) 25 mg/cc
Konsentrasi < 2 % bisa menyebabkan hemolisis
Yang penting:
Sedia alat resusitasi, O2, dll
Pertahankan jalan napas tetap baik
Hindari extravasasi
Awas : Suntikan intra - arteri
Pada kasus kontra indikasi relatif
Turunkan dosis
Berikan perlahan-lahan
MIDAZOLAM (Dormicum)
Farmakologi
Onset cepat 1,5 - 2,5 menit, Peak cepat
Mempunyai sisa metabolit yang tidak aktif
Waktu paruh eliminasi cepat 2 - 6 jam
Pengaruh terhadap:
Kardiovaskuler
Mempunyai pengaruh stabilitas hemodinamik yang ringan
Tensi sistol & diastol cenderung menurun
MAP, CO, SVR menurun
Nadi :
< 65 x / min, Cenderung sedikit naik
> 85 x / min, Cenderung sedikit melambat
Pernapasan
Efek penekanan pernapasan tergantung kondisi pasien dan dosis yang
diberikan
Pada dosis biasa efek depresi dapat timbul pengaruh langsung melalui SSP
Sediaan :
5 cc / 5 mg / ampul (IV) &
3 cc / 15 mg / ampul (Premed IM)
Dosis
Untuk sedasi
Dewasa sehat < 60 tahun : 1 - 2,5 mg IV pelan (2 min)
> 60 tahun & penyakit kronis 1,5 mg IV pelan (2 min)
kalau perlu dosis ulangan dapat diberi 1 mg IV
Continous Infusion
Loading dose : 0,01 mg - 0,05 mg/kg BB IV
Maintenance dose : 0,02 mg - 0,1 mg/kg BB/jam
Kontra indikasi
Shock , Intoxicasi alkohol
BARBITURAT (Luminal)
DIAZEPAM (Valium)
Farmakologi
Waktu paruh eliminasi yang panjang (24 - 48 jam)
Mempunyai sisa metabolit aktif (Desmethyl Diazepin &
Oksazepam)
Waktu paruh eliminasi bisa sampai dengan 48 - 96 jam
Pengaruh terhadap :
Cardiovaskuler
Minimal
Hypotensi dapat terjadi bila dosis besar
Relaxasi pembuluh darah perifer bukan depresi Myocard
Pernapasan
Depresi napas ringan
Sepanjang menggunakan 0,2 mg oral / IM
Tidak terjadi depresi napas
Otot rangka
Efek sebagai pelemas otot ringan
Susunan saraf pusat (SSP)
Amnesia retrograde
Penggunaan klinis
Premedikasi dengan dosis 5 - 10 mg oral / IM
Induksi dengan dosis 0,16 - 0,32 mg/kg BB/IV
(ex. 0,16x50 =1,6x5 = 8 mg-16mg,biasanya dipakai 10 mg)
Suplemen regional dengan dosis 5 - 10 mg / IV
Suplemen IV anestesia (Ketemin)
Penggunaan lain :
Exlamsia
Kejang
Tetanus
Farmakokinetik
IV 1 - 5 menit 30 menit 15 - 60
IM 15 - 30 menit 30 - 45 menit
Oral 30 - 60 menit menit 3 jam
1 - 2 jam 3 jam
EPHINEPRIN/ADRENALIN
Dosis 1mgr IV
Dapat diberikan/diulang setiap 3 - 5 menit
Dapat pula pemberian dewngan dosis meningkat 1 - 3 - 5 mg setiap 3’
Jika tidak berhasil dapat diberikan Intra Trachea
Dosis :
0,5 - 1,0 mg IV tiap 3 -5 menit (Reaksi Anafilaktik)
1,0 - 2,0 mg IT(Intra tracheal) diencerkan 10 ml (Cardiac arrest)
1,0 mg/250 ml, kontinyu IV/drips
0,01 mikrogr/menit
(Strart - Adjust)
ATROPIN
Golongan parasimpatolitik / Vagolitik tonus vagal
melawan efek kolinergik
Efek kolinergik :
a. Penurunan prekwensi denyut jantung
b. Penurunan tahanan sistemik
c. Penurunan tekanan darah
Meningkatkan freqwensi jantung pada:
a. Sinus bradikardia (<60 / menit)
b. Incomplete AV block
Dosis :
a. 0,5 mg IV. Total 3 mg
b. < 0,5 mg justru menyebabkan bradikardia
Digunakan untuk untuk bradikardia (Denyut nadi < 60 x/menit) dan
asistole dengan maksud untuk menurunkan tonus vagal &
memperbaiki sistim konduksi Atrio ventrikuler
a. Hati - hati pada aschemia/infark akut
- Tachikardi meningkatkan kebutuhan oxygen & memperluas
infark
- Meransang timbulnya VT/VF
b. Pada RJPO
Dosis 1 mg IV dapat diulang dalam 3 - 5 menit
Aritmia
(PVC)
PVC
Drips 2 -4 mg / menit
Dosis :
a. 1 mg / kg slow IV Bolus
diikuti IV kontinyu 1 - 4 mg / 70 kg / menit
(larutan 0,5 - 1 mg lidocain / cc)
mis: 250 ml D5% berisi 250 mg lidocain
b. Bolus tambahan 0,5 - 1,0 mg/kg/8 - 10 menit
Bila perlu sampai dosis total 3 mg / kg
c. Pemberian jangka panjang 1 - 2 mg / 70 kg / menit - drips
Ideal serum level 1 - 5 microgr/ml
Over dosis:
a. Slured speech
b. Somnolen
c. Twitching
d. Konvulsi
VT / Ventrikel tachicardia
Lidocain DC Shock
1 mg / kg IV 200 joule
cepat
VF / Ventrikel fibrilation/
Flutter
Lansung
DC Shock
200 joule
REAKSI ANAFILAKTIC
ADRENALIN (1 ampul = 1mg)
IV - IM - SC - SL - Trantracheal - ET
Berat : 0,50 - 1 ampul
Sedang : 0,25 - 0,50 ampul
Ringan : Tanpa shock tidak perlu
Baringkan penderita, kedua tungkai diangkat keatas (shock position)
Jaga jalan napas bebas
O2 masker 10 IPM, bila ada
Siap Ambubag, siap beri napas buatan, siap RJPO
Lihat : Gerak napas, ada napas?
Dengar : Suara napas, tensi, ada napas? Shock?
Raba : Hawa napas, perfusi perifer, ada napas?
Shock?
Pasang Infus : RL/PZ grozok 500 - 1000 cc
5 - 10 menit kemudian
Kalau perlu ulangi Adrenalin
Beri Oradexon IV 1 - 2 cc
Atau Dexamethason 100 - 200 mg IM
Avil / Delladril 1 cc, hati - hati tensi kembali turun
Bila ada wheezing beri Aminofillin IV (pelan)
Hati -hati bila tensi < 100 mgHg
Kalau perlu pemberian dengan Titrasi (Drips)
Cara pemberian biasanya dilakukan melalui cara titrasi pada jalur Intra Vena
DOPAMIN
Dosis 5 - 10 ug (dosis inotropic)
Untuk meransang efek alfa & beta adrenergic
Agar kontraktilitas miocard,
Curah jantung (cardiaoutput) & tekanan darah meningkat
Golongan sympatomimetic
Golongan Beta Cardia inotropic action
Golongan Alfa Vasokonstriksi
Indikasi
Mempertahankan “Perfution pressure” pada keadaan :
a. Septik shock
b. Cardiogenik shock / Infark miocard
c. Trauma
d. Gagal ginjal
e. Pasca CPR / RJPO - Post resusitasi
Syarat : Normovolemik atau slightly hipervolemik
Preparasi
a. Lakukan pengenceran sebelum digunakan
Dextrose 5%, DS 0,45, NS, D 10 0,18 NS, RL, dll
b. Diberikan dengan
Syring pump
Infusion pump
Infuse set pediatrik / mikro
c. Pemberian harus selalu drips bukan IV
Efek samping
a. Hipertensi angina pectoris
b. PVC, VT, VF
c. Peningkatan kebutuhan oxygen untuk myocard
d. GI, mual, muntah
e. Nekrosis ditengah infus pada penggunaan lama
f. Lain-lain, sakit kepala, piloerection
Kontra indikasi
a. Alergi, tachidysaritmia, VF
b. Hipovolemia
DOBUTAMIN
Derivat isopoterenol
(predominan & stimulant)
Berguna untuk therapi Decompensasi cordis
Dosis 2 - 10 microgr/kg/menit
(max. 20 microgr/kg/menit)
Efek tachikardia lebih ringan
METARAMINOL (ARAMINE)
Dosis : 0,4 mgr/ml (100 mgr/250 ml)
Diperbaiki untuk mempertahankan sirkulasi
NORADRENALIN (LEVOPED)
Dosis : 3 mgr/min (0,2 ml/min)
Digunakan untuk memperbaiki sirkulasi karena berefek simpatomimetic
LAIN - LAIN
Kortikosteroid
Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan Inhalasi dan
untuk mengurangi edema cerebri
Sodium bikarbonat
Menetralkan asam dari jaringan yang ischemik
PH < 7,2 harus diterapi !
Hyperventilation First!
Vasodilatasi
Kebocoran kapiler
Depresi miokard
Blok konduksi jantung
Efek adrenalin kurang
NaHCO3 berlebihan metabolic alkalosis
Ikatan OxyHB kuat
K+ keluar dari sel
VT / VF
Stone heart!
Hypertermia & Hyerosmolaritas
NaHCO3 : “ Blind “
Arrest time CPR - ABC selama 2 - 5 min
CPR - ABC selama 10 min
1 mEg/KG IV tiap 10 min bisa diulang 0,5 mEg/kg
(NaHC3 : 8,4 %, 1 ml = 1 mEg)
Dosis NaHC3 = BE x kg BB x 0,3
Dosis 1 mEg/kg BB dapat diulang dengan dosis setengahnya, diberikan
pada dugaan Hyperkalemia dengtan henti jantung lama
Kalsium gluconat
Dosis 4 - 8 mgr/kg BB, kalsium klorida 2 - 4 mgr/kg BB
Cara pemberian harus dilakukan perlahan-lahan
Penggunaan ditujukan untuk perbaikan kontraksi otot jantung
Nitropruside (Niprid)
Dosis 0,1 ug/kg BB/min dengan cara titrasi sampai efek yang dikehendaki.
Merupakan Vasodilatasi perifer.
Untuk kasus-kasus hypertensi
(hati-hati bila dosis > 3 ug/kg BB/min karena adanya resiko intoksikasi)
Nitroglycerin (NTG)
Dosis awal 10 - 20 ug/min
Merupakan vasodilatator terutama untuk mengatasi Angina pectoris
Rumus (lama):
Therapy Na.bic: 1/3 x BB x BE
Tidak berlaku untuk Shock
Shock
(Hipovolemik,kardiogenic)
Asidosis metabolik
Jangan diberi
Na. Bicarbonat
Diuretik (Furosemide)
Dosis 20 - 40 mg intra vena
Digunakan untuk mengurangi edema paru & edema otak
Efek samping yang dapat terjadi karena diuresi berlebh adalah hipotensi,
dehidrasi & hipokalemia
Lidokain
Dosis 1 mg/kg BB/IV
Natrium bicarbonat
Dosis 1 mEg/kg BB/IV
Kalsium klorida
Dosis 20 - 25 mg/kgBB/IV pelan-pelan
Kalsium glukonas
Dosis 60 - 100 mg/kg BB/IV pelan-pelan
ANESTESI INHALASI
Halogenasi Hidrokarbon Halothan
Halogenasi Ether Enflurane, Isoflurane, Sevoflurane, Desflurane
Potensi meningkat
Aritmia meningkat (F<C/<Br)
Fluorinasi tidak mudah terbakar
OBAT INHALASI
Up take / eliminasi primer oleh ventilasi
alveolar
Dimetabolisir dalam macam - macam derajat
Paling dapat dikontrol
HALOTHAN
Pendahuluan
Pertama kali digunakan dalam klinik di Inggris 1956 oleh M. John
Stone
Rumus kimia
F Br
F C C H
F Cl
Farmakologi
Halotan merupakan anestesi potent 4 - 5 kali ether
Untuk induksi umumnya 2 - 4 %
Dosis pemeliharaan 0,5 - 2 %
Sistem Kardiovaskular
Vasodilatasi, dengan akibat hipotensi
Bradikardia, karena aktivitas vagus yang berlebihan
Meningkatkan kepekaan myocardium terhadap katekolamin
exogen & endogen aritmia.
Depresi langsung terhadap kontraksi jantung menurunkan cardiac output
dan heart rate.
Penurunan fungsi kardiovaskular tergantung dosis yang diberikan.
( MAC naik efek CV >> )
Sistem Pernafasan
Uap halotan tidak menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan
Depresi pernafasan
Mula-mula takipneu & dangkal sampai dengan henti nafas
Menghambat sekresi kelenjar ludah dan bronchial
Menekan reflek faring dan laring
Bronchodilatasi
Sistem Otot
Relaksasi yang moderat
Pada otot abdominal relaksasi hanya stadium dalam
Otot uterus (miometrium) : Atonia uteri, bahaya terhadap curretage
tetapi baik untuk versi luar pada kehamilan.
Lain – lain
Plasenta
Halotan dapat melalui sawar placenta sehingga membahayakan bayi
(asfixsia neonatum)
Efek hepar
Hepatoxic ringan
Konsentrasi insulin plasma tidak dipengaruhi, begitu pula kadar gula
darah
Tetapi halotan meningkatkan sensitifitasnya sehingga dapat terjadi
hipoglikemia
Menggigil (halotan shake)
Kehilangan panas badan karena vasodilatasi umum
Efek terhadap ginjal, halotan tidak merubah auto regulasi RBF.
Keuntungan :
Induksi cepat dan lancar
Tidak mengiritasi jalan nafas
Bronchodilatasi
Pemulihan cepat
Jarang menyebabkan mual dan muntah
Tidak mudah terbakar dan meledak
ENFLURANE ( ETHRANE )
Pendahuluan
Mulai digunakan 1966 di USA
Rumus kimia CHF2-O-CF2 CHFCl
Cairan yang mudah menguap
Berbau enak
MAC 1,68
Tidak bereaksi dengan soda line
Farmakologi
Sistem Susunan Saraf Pusat (SSP)
Anestesi yang potent
Depresi SSP dan hipnotik
Pada konsentrasi inspirasi 3% - 3,5% :
Timbul epileptiform
Jangan gunakan pada penderita epilepsi
Meningkatrkan aliran darah otak (moderate)
Sistem Kardiovaskular
Dapat menurunkan tekanan darah pada stadium dalam karena depresi
myocard
Aritmia jarang terjadi
Sistem Pernafasan
Depresi ventilasi
Laju nafas meningkat
Tidak menyebabkan hiposekresi kelenjar ludah dan bronchus
Tidal Volume menurun
Sistem Muscular
Relaksasi yang moderate
Otot uterus dengan konsentrasi rendah (0,5-0,8%) tidak mengalami
gangguan kontraksi
Depresi fetus tidak terjadi pada konsentrasi rendah
Lain-lain
Fungsi hepar dan ginjal
Enflurane tidak menyebabkan gangguan hepatotoxic &
nefrotoxic
Farmakologi
Sistem Pernafasan
Depresi pernafasan
TV, RR menurun
Dilatasi bronchus
Sistem Kardiovaskuler
Depresi jantung yang minimal
Menurunkan tekanan darah melalui penurunan resistensi perifer
Sistem Muskuler
Relaksasi otot yang baik
Otot uterus pada level anestesi tidak menyebabkan relaxasi uterus
Lain – lain
Tidak menimbulkan hepatotoxic atau nefrotoxic
Farmakologi
Sistem Susunan Saraf Pusat (SSP)
N2O merupakan zat anestetik lemah
Hipnotik dan analgesia yang lemah
Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada perubahan yang bermakna dari frekuensi jantung, irama
dan cardiac output
Tidak menyebabkan perubahan berarti pada resistensi perifer
Sistem Pernafasan
Depresi nafas tidak banyak dipengaruhi
Tidak menyebabkan sekresi jalan nafas
Sistem Muskuler
Tidak menyebabkan relaxasi otot skeletal malah dapat
menyebabkan rigditas
Lain – lain
N2O dapat berdifusi ke rongga tubuh, rongga pleura, rongga otak,
usus, telinga tengah, dll
Hipoxia diffusi
N2O dapat menyebabkan hipoxia karena sifatnya mampu mendesak
O2 didalam tubuh keluar.
Sering terjadi pada masa pemulihan sehingga dianjurkan : O2
minimal 30% selama 10 menit unmtuk mencegah hipoxia diffusi
SIFAT FISIK
Cairan volatik yang tidak berwarna dengan bau menyengat
Titik didih 36,5OC pada suhu ruangan (20OC)
Mempunyai titik beku ± 425 mHg (57 Kpa)
Cairan yang sangat mudah terbakar dan menyala pada suhu 154OC
Inventor and revealer of anesthetic inhalation
before whom in all time surgery was agony by
whom pain in surgery was averted and annulled
since whom science has control of pain.
Uap ether lebih berat daripada udara, maka uap ether akan menyelimuti lantai.
Bila ada sumber listrik maka uap ether dapat terbakar dan membentuk nyala
api biru. Yang berbahaya bila ada O2 konsentrasi tinggi, dapat terjadi
kebakaran.
Ledakan
Pada prakteknya ledakan jarang terjadi namun perlu diwaspadai.
Dianjurkan bila menggunakan alat anestesi maka jarak katup exhalasi
dengan sumber api ± 25 cm, lebih aman bila ± 50 cm.
EFEK FARMAKOLOGIS
Koefisien kelarutan gas dalam darah 12 : 1
Darah mempunyai kapasitas yang besar untuk mengabsorbsi ether
alveoli
Perlu waktu yang lama untuk mencapai tekanan alveoli = tekanan
inspirasi
Untuk mencapai stadium anestesi yang cukup dalam diperlukan 15
- 25 menit
Stadium II
Disebut sebagai stadium hipersekresi atau eksitasi atau delirium
Dimulai dari hilangnya kesadaran atau hilangnya refleks bulu mata
sampai ventilasi kembali teratur
Pada stadium ini terjadi depresi pada ganglia basalis sehingga refleks-
refleks tidak terkendali atau terjadi reaksi yang berlebihan terhadap segala
bentuk rangsangan seperti hidung, cahaya, nyeri, rasa, raba.
Stadium III
Disebut stadium pembedahan, mulai dari ventilasi teratur sampai apneu.
Stadium ini dibagi 4 plane :
Plane 1:
Ventilasi teratur
Sifatnya torako abdominal
Pupil terfiksasi
Kadang-kadang eksentrik
Pupil miosis
Refleks cahaya positif
Lakrimasi meningkat
Refleks faring dan muntah negatif
Tonus otot menurun
Plane 2:
Ventilasi teratur
Sifatnya abdominotorakal
Volume tidal menurun
Frekuensi nafas meningkat
Pupil terfiksasi ketengah
Pupil mulai midriasis
Refleks cahaya mulai menurun
Refleks kornea negatif
Plane 3:
Ventilasi teratur
Sifatnya abdominal karena terjadi kelumpuhan syaraf interkostal
Lakrimasi tidak ada
Pupil melebar dan sentral
Refleks laring dan peritoneum negatif
Tonus otot makin menurun
Plane 4:
Ventilasi tidak teratur dan tidak adequate (tersendat-sendat), hal
tersebut karena otot diafragma lumpuh yang makin nyata pada akhir
plane 4
Tonus otot sangat menurun
Pupil midriasis
Refleks sfingter ani dan kelenjar air mata negatif
Stadium IV
Disebut stadium paralysis atau stadium kelebihan obat, yaitu mulai dari henti
nafas sampai henti jantung.
FISIOLOGI ETHER
Efek pada system respirasi
Ether mengiritasi mucosa saluran nafas
Merangsang sekresi bronchus
Bersifat bronchodilatasi
→ anaesthesia yang baik untuk penderita asma
Frekuensi nafas meningkat
Volume tidal menurun
Tetapi secara keseluruhan peningkatan MV PCO2
/normal/
Tidak menyebabkan depresi pernafasan sehubungan dengan
konsentrasi dalam darah mengikat (160 mg%)