You are on page 1of 35

FARMAKOLOGI KHUSUS

by. Dr. April, Sp.An KIC

Tindakan Anestesi = LIFE SUPPORT

Akibat Pembiusan

Normal Tidak
Normal

Life Support

Agar penderita tetap hidup

Target : Penderita / pasien


Life support : Tetap hidup
Tidak cacat
Tidak sakit

Ruang lingkup Anestesi

Life Support

Intra Hospital Selama transportasi ExtraHospital

- R.Res/UGD
- ROI Disaster
- ICU Ambulance 118 - Musibah
massal
- OK - Bencana
- RR
Sifat

Operasi/Tindakan

Efektif
Urgent
Emergency/cito

Proses Tindakan Anestesi

Ruangan/ Kamar Ruang Pindah ruangan


Bangsal operasi recovery atau pulang

Transportasi

Transportasi
Pre op visit
- Premed
- Induksi Observasi Kriteria
ASA - Maintenance Pasca bedah Pindah ruangan
- Posisi op - Pengakhiran dan anestesi atau pulang
- Premed anestesi
- Obat anestesi
- Tekhnik anestesi

PRA INDUKSI
Check persiapan
- Penderita
- Obat
- Alat
- Cairan / infus

Sifat operasi
Premedikasi Umur
Teknik anestesi

Tujuan Macam obat Cara pemberian

Sedation Narkotik/ Sedative Anti P.O


without analgetik sialogog IM
depression IV

SULFAS ATROPIN
MORFIN DHBP
PETHIDIN DIAZEPAM
FENTANYL MIDAZOLAM
 Dampak operasi
 Efek sisa pemberian
 Jalan napas :A
 Pola napas :B
 Sirkulasi :C
 Kesadaran :D

Fungsi ginjal
Problem kegawatan Perlu pengawasan ketat
Diruang pulih sadar

Resiko operasi

Bedah Anestesi

Perdarahan/ Cacat atau


Komplikasi Mati

Operasi ulang/
Penyembuhan
Komplikasi

← A = Airway
Jalan napas bebas/tidak ?
Perlu alat untuk bebaskan jalan napas ?
← B = Breathing and Ventilation
Adakah gangguan breathing & ventilasi ?
Perlu napas buatan/tidak ?
← C = Circulation
Apa cairan yang diberikan cukup/tidak ?
Adakah perdarahan baru ?
← D = Disability (Kesadaran)
Apakah masih ada sisa obat anestesi ?

Transport
Kapan pasien, sudah dapat dipulangkan
Kapan pasien, dapat dipindahkankan dari RR
Gangguan nafas/
Durante op/
Pasca bedah dini

Hipoventilasi Obstruksi jalan nafas Arest nafas Aspirasi

Anestesi dalam Anestesi dalam


Over dosis obat Hipoxia berlanjut
Pelumpuh otot

Pangkal lidah Obstruksi jalan napas


Gigi ompong - total
Spasme laring - partial
Oedema laring (padat/cair, aktif, pasif)
Benda asing

STEWARD SCORING SYSTEM

Kriteria Skor
Kesadaran  Bangun 2
 Respon terhadap stimuli 1
 Tidak ada respon 0

Jalan napas  Batuk atas perintah atau 2


menangis
 Mempertahankan jalan napas 1
dengan baik
 Perlu bantuan untuk 0
mempertahankan
Gerakan
 Menggerakkan anggota badan
2
dengan tujuan
1
 Gerakan tanpa maksud
0
 Tidak bergerak
PEMILIHAN OBAT DAN TEKNIK ANESTESI

Anestesi

.
LA Regional GA

Block Inhalasi
plexus

SAB

Epidural
ET

Ketamin
Infiltrasi LM
Lidocain 1 – 2% Lidocain Masker

Faktor – faktor yang diperhatikan :


 Faktor penderita
a. Masalah yang ada
Misalnya : hipertensi  ketamin : Jangan !!!!!!!
b. Physical State
Misalnya : PS - 5D  kadang – kadang tanpa anestesi
c. Umur
Misalnya : anak - anak  blok tidak mungkin, lebih cocok im/rektal
d. Gelisah/tidak kooperatif
Blok – tidak mungkin
e. Makan terakhir
Bahaya aspirasi  pada waktu intubasi
f. Poliklinik
Obat yang cepat sadar
g. Kenyamanan

 Macam tindakan / operasi yang dilakukan


a. Perlu relaxasi / tidak ?
Misalnya : luxatio coxae  relaxasi (+)
greenstick fractura  relaxasi (-)
b. Tindakan lama / sebentar
Bila sebentar – obat yang cepat sadar
c. Lokalisasi operasi
Misalnya : muka / leher  intubasi
d. Posisi penderita
Misalnya : tengkurap  intubasi
e. Pakai diatermi ?
Bahaya terbakar / meledak
f. Ketrampilan operator

 Faktor obat anestesi

Ideal Ether Halothan Ketalar


 Analgesik +++ +++ + +++
 Narkosis +++ +++ ++ +++
 Relaxasi +++ +++ + -

 Depresi napas - + + -
 Depresi sirkulasi - + ++ -
 Batas keselamatan lebar lebar cukup lebar -
 (Dosis lethal/dosis 15–20/ 4 – 5/
maintenance) 4–6 1–2

- - +/- -
 Toxsis terhadap tubuh
+ - + +
 Cepat masuk
+ - + -
 Cepat sadar
- +++ + +
 Muntah - +++ - ++
 Hipersalivasi
 Mudah terbakar / meledak - + - -

 Faktor pemberi anestesi


Terpenting  tidak ada obat anestesi yang aman & ideal, tetapi yang ada
adalah pemberi anestesi yang aman & ideal.

Status fisik : (PS-ASA)


 Normal
 Kelainan sistemik ringan
 Kelainan sistemik berat
 Kelainan sistemik berat ~
mengancam jiwa
 Moribund (Dioperasi apa / tidak
tetap akan mati)

Istilah – istilah
 Farmakodinamik
Mempelajari efek obat pada tubuh
 Farmakokinetik
Mempelajari perjalanan obat ditubuh dari waktu ke waktu (Absorbsi,
distribusi, metabolisme, ekskresi)
 Agonis
Mengaktifkan Reseptor
 Antagonis
Memblok Reseptor

NARKOTIC ANALGESIC

Dibagi 3 kelompok besar :


1. NATURALLY OCCURING ALKALOID
 Morphine
 Papaveratum (Omnopon)
 Codein
2. SEMI SYNTETIC ALKALOID
 Diamorphine
 Dihydrocodein
3. SYNTETIC AGAINT
Benz morphone derivates :
 Phehazocine (Narphen)
 Pentazocine (Portral, Ortalwin)
Piperidine derivates :
 Pethidine (Demorol)
 Phenoperidine
 Fentanyl
 Anileridine
Diphenylheptan derivates :
 Methadone (Physeptone)
 Palfium

Contoh premedikasi
P 50 - DHBP 2,5 - S.A 0,25  Halothan
P 50 - DHBP 2,5 - S.A 1,5  Ether
P 50 - Dormicum 2,5
Untuk pasien alergi DHBP diganti Phenargan 12,5 - 25

MORPHIN

 CNS :
a) Depresi  Relieves Anxiety
b) Analgesic
c) Respiratory depressant
d) Euphoria addiction

 RESP. SYSTEM
a) Respirasi rate menurun
b) Tidal volume meningkat
c) Broncho Constriction (Histamin Release)

MV = VT x F  Hypoventilasi  Hyperkarbia

 GASTRO INTESTINAL TRACT


a) Sphincter Gut Contricted (terjadi pengosongan usus yang melambat)
b) Nausea
c) Vomiting
d) Biliary spasme

 EYE
Pupillary Contriction (pupil mengecil)
(salah satu alasan Morphin dihindari pada trauma kepala)

 EXCRETION
Terutama melalui ginjal, sebagian kecil dipecah di Liver

 DOSIS
0,1 mg/kg BB IM atau SC
IV : 1/3 – ½ dosis IM
Drips : 0,5 – 2 mg/jam (BB 50 kg) untuk ventilator atau kasus
combustio

Contoh :

D5 500 ml 20 tetes /M (Micro)


(+)
Morphin 2 amp 1/3 cc/m

20 cc/jam

480 cc/24 jam

Ditambah obat lain :


Profenid supp. 3 x 1
Atau
Novalgin
Ini diberikan pada hari I & hari II
Diberikan post op dini setelah pasien sadar

PETHIDINE

Kekuatan 1/10 dari Morphin


Durasi : 2 jam, jarang dipakai di ICU

 CNS
a) Sedative Effect bisa addiksi
b) Analgesic
 RESP. SYSTEM
Broncho-dilator

 G.I. TRACT
a) Relaksasi otot polos
b) Nausea
c) Vomiting

 CVS
Hipotensi

 EXCRESI
80 % pecah di liver
5 – 10 % ginjal (Unchanged)

 ATROPIN LIKE EFFECTS (efek yang menyerupai Atropin)


Misalnya : - Dilatasi pupil
- Dries secretion (mulut kering)

 DOSIS
1 – 2 mg/kg BB (IM)

FENTANYL

Bekerjanya :
 Analgesia
 Sedasi
 Euphoria
 Depresi pusat napas
 Miosis
 Menekan refleks batuk
 Nausea

± 4 %  Pethidin 20 %
 vomiting

 CVS :
Effect minimal
a) Sangat poten !!!
100 mg Fentanil = 10 mg Morphin
b) Onset:
IV : Beberapa menit
Duration : 30 – 60 menit
IM : 7 -8 menit
Duration : 1 – 2 jam
 INDIKASI
a) Indikasi GA
Maintenance Anestesia
b) Sedasi IV kombinasi misal dengan Midazolame

 KONTRA INDIKASI
a) Anak kurang dari 1 tahun
b) Pasien Coma
c) Cronic Obstructif Airway Disease Bronchial
d) MAO Inhibitor (Obat - obat Anti Hypertensi)
e) Trauma Kepala

Fentanyl dapat menyebabkan bradikardi berat (< 60x/min), diantisipasi


dengan pemberian Atropin
Bila terjadi, segera berikan Atropin 2 ampul untuk orang dewasa ( BB : 40
– 70 kg)

 DOSIS:
1,0 mcg / kg BB (Fit, Adult)

Reversal Agent :
- NMBA** VS Prostigmin - Atropin ex: Prostigmin : SA = 2:2, 1:1
- Narkotic VS Naloxone*
- Benzodiazepin VS Anexate
* Titrasi (Pemberian secara bertahap)  0.1 mg - 0.4 mg.
The right dose is “Enough”
“ Enough “ = nafas kembali normal ± sadar kembali
**NMBA (Neuro Musculair Block Agent)

ANTIDOTUM NARKOTIKA

 Naloxone
 Naltrexone
Efek = Naloxone
Duration of action > panjang

Penatalaksanaan : A – B – C
Sebelum dan sesudah pemberian sampai dengan terbukti telah sadar dan
bernafas spontan kembali (penatalaksanaan pada kasus keracunan, ex:Baygon)

NALOXONE ( NOKOBA )
 Selain IV dapat diberikan ET- Trans Tracheal – IM – Sublingual
 Initial Dose : 0.01 mg / kg BB
 Dapat diulang setiap 2 – 3 menit sampai dengan pernafasan normal / spontan
kembali
 Onset of Action : 30 detik
 Dosis : 0.1 – 0.2 mg / kg BB pada keracunan berat
 Duration : 30 – 45 menit

Narkotic Antagonis

>< Depresi napas

NALOXONE = NARCAN = NOKOBA lebih efektif daripada Nalorphine (No


“agonist” action)

DOSIS :
Dewasa : 0.1 - 0.4 mg I.V pelan
Neonatal : 0.01 mg/kg

Nalorphine

Pastikan bahwa depresi nafas oleh karena Narcotic Analgesic


Oleh karena bisa menyebabkan Respiration Depression
( Agonist Action)

DOSIS : 3 – 10 mg (IV)

PENTOTHAL
Sejarah :
Ditemukan 1934 : Percobaan klinik
1935 : Daya guna dan sifat - sifat
1936 : Publikasi – pemasaran

Sifat fisik :
 Bubuk kuning, kepucatan
 Higroskopis
 Rasa pahit
 Mudah larut dalam air
Kimiawi :
(Sodium 5 – Ethil – 5 – ( 1 – methyl buthyl ) – 2- thiobarbiturat)

Tiap 1 gr, mengandung 6mg, Sodium carbonat - Anhydrat

Untuk mencegah presipitasi (menggumpal)


Terhadap Asam Basa
Bila bersentuhan dengan udara

Ph ~ 10,5 “ Bakteriostatik” tetap asepsis


Stabil dalam suhu kamar (Refrigerator)
Jangan dipakai bila > 24 jam

Distribusi penthotal pada berbagai jaringan tubuh

100 Pool
80

60
viscera Muscle

40
Fat
20

1/16 1/8 1/4 1/2 1 2 4 8 16 32 128

Pengaruh terhadap SSP


Dosis : 3 – 5 mg/kg BB

 Hilangnya kesadaran mulus


Tanpa gerakan otot/perubahan napas
 Timbul hyperagesia (Rangsangan nyeri sedikit, tapi sudah
dirasakan sebagai nyeri hebat)
 Metabolisme otak menurun
Kebutuhan O2 menurun
 Cerebral Blood Flow
Tergantung :
a. Tekanan darah
b. PCo2
(Tidak ada efek langsung dari Thiobarbiturate)
Pengaruh terhadap kardio vaskuler
Pemberian IV

Otot jantung
Hipotensi
Sistem vasomotor

“ Sementara “
(Diffusi + Distribusi)

Pada kasus
 Hipovolemia
 Cadangan Cardiovaskuler
Maka efek lebih nyata
Antisipasinya : Koreksi kekurangan cairan/darah pre Op & selama
Induksi !

Tachycardia pada keadaan :


 Penyakit jantung
 Oksigenasi kurang
 Kekurangan darah / Vol. Cairan tubuh
 Adreno Cortical Insufficiency
 Vasodilatasi Perifer

Pengaruh terhadap pernapasan


 Depresi pernapasan
Terutama premedikasi OPIOID
 Kepekaan pusat pernapasan terhadap CO2 meningkat
 Tindakan depresi
a) Ventilasi
b) Konsentrasi O2
Efek rangsangan para simpatis
Timbul pada kasus alergi : Asthma, dll
 Reaksi :
a) Hidung tersumbat
b) Batuk
c) Bronchospasme
d) Spasme larynx
terutama pada Induksi
 Pencegahan
Premed parasimpatolitik ; atropin
Antihistamin pada pasien alergi

Efek iritasi lokal


 Hindari penyuntikan diluar vena
 Penyuntikan langsung ke jaringan :
a) Nyeri
b) Kemerahan
c) Necrosis
 Intra arterial
a) Nyeri menjalar ke distal
b) Spasme arteri
c) Denyut nadi hilang
d) Necrosis luas

Lintasan plasenta
Melewati barrier plasenta
Ibu dan janin : Sama,
Dalam 3 menit
Kadar menurun bersamaan
Pusat napas bayi, lebih peka terhadap efek depresi dari pada orang dewasa

Indikasi
 Obat anestesi tunggal untuk operasi kecil
(15 menit)
 Induksi anestesi umum
 Suplemen anestesi regional
 Balance anestesi

Balance anestesi

Relaxasi
Analgesic Sedasi

Narkotika Muscle
 Pe
Relaxan
nthotal
 Pr

 Kasus-kasus konvulsif
(selama/setelah anestesi Inhalasi, anestesi lokal,dll)
 Narko analisa & Narko sintesa pada
kasus psikiatri

IDT : Infant Delivery time

Praktek sehari penthotal

OK ICU

Induksi Ventilasi
3 - 5 mg/kg BB (sleeping dose)
3 mg/kg/jam

Kontra indikasi
 Absolut
a) Tidak ditemukan vena
b) Hipersensitif terhadap
Barbiturat (Alergi)
c) Status Astmatikus
d) Latent / manifest porphiria

 Relatif
a) Penyakit jantung berat
b) Hipotensi atau shock
c) Efek hipnotik diperpanjang :
Premedikasi berlebihan
Penyakit ginjal & hati
Myxedema, dll
d) Tekanan intra cranial tinggi
e) Astma
f) Myasthenia gravis

Larutan
Konsentrasi 2,5 % (isotonis) 25 mg/cc
Konsentrasi < 2 % bisa menyebabkan hemolisis

Yang penting:
 Sedia alat resusitasi, O2, dll
 Pertahankan jalan napas tetap baik
 Hindari extravasasi
Awas : Suntikan intra - arteri
 Pada kasus kontra indikasi relatif
Turunkan dosis
Berikan perlahan-lahan

MIDAZOLAM (Dormicum)

 Derivat golongan Imidazo - Benzodiazepin


 Larut dalam air
 Termasuk kategori sedativa/hipnotik
 Tidak menyebabkan nyeri suntik, thrombosis
 Amnesia anterograde

Farmakologi
 Onset cepat 1,5 - 2,5 menit, Peak cepat
 Mempunyai sisa metabolit yang tidak aktif
 Waktu paruh eliminasi cepat 2 - 6 jam

Pengaruh terhadap:
 Kardiovaskuler
Mempunyai pengaruh stabilitas hemodinamik yang ringan
 Tensi sistol & diastol cenderung menurun
 MAP, CO, SVR menurun
 Nadi :
< 65 x / min, Cenderung sedikit naik
> 85 x / min, Cenderung sedikit melambat
 Pernapasan
Efek penekanan pernapasan tergantung kondisi pasien dan dosis yang
diberikan
Pada dosis biasa efek depresi dapat timbul pengaruh langsung melalui SSP

Sediaan :
5 cc / 5 mg / ampul (IV) &
3 cc / 15 mg / ampul (Premed IM)

Dosis
 Untuk sedasi
Dewasa sehat < 60 tahun : 1 - 2,5 mg IV pelan (2 min)
> 60 tahun & penyakit kronis 1,5 mg IV pelan (2 min)
kalau perlu dosis ulangan dapat diberi 1 mg IV

 Continous Infusion
Loading dose : 0,01 mg - 0,05 mg/kg BB IV
Maintenance dose : 0,02 mg - 0,1 mg/kg BB/jam

Kontra indikasi
Shock , Intoxicasi alkohol
BARBITURAT (Luminal)

 Hipnotik malam Pre - OP per Os


 Sedasi (+)
 Efek respirasi minimal (pCO2 tetap)
 Sirkulasi minimal
 Mual / muntah (-)
 Analgesia (-)
 Antagonis (-)
 CIX : Acut Intermittent Porphyria (gatal-gatal dikulit)

DIAZEPAM (Valium)

( > chloro - 1,3 dehidrol 1 - 5 fenil - 2 - hidroxy 1,4 - benzo daizepin)

 Golongan benzodiazepine yang berhasiat sebagai obat penenang


(Tranquilizer)
 Bahan obat tersebut bersifat basa & tidak larut dalam air
Untuk parenteral, memerlukan pelarut organis (Propylene Glycol)
 Nyeri ditempat suntikan, iritasi vena & phlebitis

Farmakologi
 Waktu paruh eliminasi yang panjang (24 - 48 jam)
 Mempunyai sisa metabolit aktif (Desmethyl Diazepin &
Oksazepam)
Waktu paruh eliminasi bisa sampai dengan 48 - 96 jam

Pengaruh terhadap :
 Cardiovaskuler
Minimal
Hypotensi dapat terjadi bila dosis besar
Relaxasi pembuluh darah perifer bukan depresi Myocard
 Pernapasan
Depresi napas ringan
Sepanjang menggunakan 0,2 mg oral / IM
Tidak terjadi depresi napas
 Otot rangka
Efek sebagai pelemas otot ringan
 Susunan saraf pusat (SSP)
Amnesia retrograde

Penggunaan klinis
 Premedikasi dengan dosis 5 - 10 mg oral / IM
 Induksi dengan dosis 0,16 - 0,32 mg/kg BB/IV
(ex. 0,16x50 =1,6x5 = 8 mg-16mg,biasanya dipakai 10 mg)
 Suplemen regional dengan dosis 5 - 10 mg / IV
 Suplemen IV anestesia (Ketemin)
 Penggunaan lain :
 Exlamsia
 Kejang
 Tetanus

Farmakokinetik

Route Onset Peak Duration

IV 1 - 5 menit 30 menit 15 - 60
IM 15 - 30 menit 30 - 45 menit
Oral 30 - 60 menit menit 3 jam
1 - 2 jam 3 jam

OBAT - OBAT EMERGENCY

 Obat-obat yang dibutuhkan untuk mengatasi keadaan gawat darurat


 Disiapkan dan disediakan ditempat yang mudah terjangkau
 Pemberian berdasar keadaan pasien saat itu
 Harus 4 tepat :
 Tepat waktu
 Tepat dosis
 Tepat diagnostik
 Tepat cara

Obat emergency dibagi:


1. Obat-abatan untuk Resusitasai jantung paru (RJP)
2. Obat-obatan untuk perbaikan sirkulasi
3. dll

Obat - obatan untuk RJP

EPHINEPRIN/ADRENALIN
Dosis 1mgr IV
Dapat diberikan/diulang setiap 3 - 5 menit
Dapat pula pemberian dewngan dosis meningkat 1 - 3 - 5 mg setiap 3’
Jika tidak berhasil dapat diberikan Intra Trachea

Pemberian ini dimaksudkan meransang reseptor Adrenergic dan meningkatkan


darah ke otak

 Alfa & Beta reseptor stimulant


Alfa Tahanan perifer
( Kecepatan vasskularisasi cewrebral)
Sistolik & Diastolik : Naik
Meningkatkan sirkulasi Myocard & Cerebral
Beta Inotropic & Chronotropic (+)
VF halus - VF kasar

 Myocardial oxygen demand


 Malignant tachyarytmia

Dosis :
0,5 - 1,0 mg IV tiap 3 -5 menit (Reaksi Anafilaktik)
1,0 - 2,0 mg IT(Intra tracheal) diencerkan 10 ml (Cardiac arrest)
1,0 mg/250 ml, kontinyu IV/drips
0,01 mikrogr/menit
(Strart - Adjust)

ATROPIN
 Golongan parasimpatolitik / Vagolitik  tonus vagal 
melawan efek kolinergik
Efek kolinergik :
a. Penurunan prekwensi denyut jantung
b. Penurunan tahanan sistemik
c. Penurunan tekanan darah
 Meningkatkan freqwensi jantung pada:
a. Sinus bradikardia (<60 / menit)
b. Incomplete AV block
 Dosis :
a. 0,5 mg IV. Total 3 mg
b. < 0,5 mg justru menyebabkan bradikardia
 Digunakan untuk untuk bradikardia (Denyut nadi < 60 x/menit) dan
asistole dengan maksud untuk menurunkan tonus vagal &
memperbaiki sistim konduksi Atrio ventrikuler
a. Hati - hati pada aschemia/infark akut
- Tachikardi meningkatkan kebutuhan oxygen & memperluas
infark
- Meransang timbulnya VT/VF
b. Pada RJPO
Dosis 1 mg IV dapat diulang dalam 3 - 5 menit

LIDOCAINE, LIGNOCAINE, XYLOCAINE


 Pada RJPO
a. Dosis 1,5 mg/kg BB bolus IV
b. Dapat diulang dalam 3 -5 menit sampai dosis total 3 mg/kg
BB
c. Pemberian ini dimaksudkan untuk mengatasi gangguan
irama
VT/VF (Ventrikel takhikardia/Ventrikel fibrilasi)
PVC yang multipel

d. Antiarihthmic drug  Cardiac depresant


e. Drug of choise PVC berbahaya :
(a) Multiple
(b) Multifocal
(c) Bigemini
(d) Salvo/run
(e) R on T
f. Mencegah VT/VF
(a) Meningkatkan VF treshold
(b) Meningkatkan defrillation treshold
g. Hati - hati pada:
(a) Cardiagenik shock
(b) Decompensasi cordis
(c) Usia > 70 tahun
(d) Hepatik desease

Aritmia
(PVC)

Xylocain 1,5 mg/kg  Bolus

PVC

Xylocain 1,5 mg  Bolus


PVC

Drips 2 -4 mg / menit

 Dosis :
a. 1 mg / kg slow IV Bolus
diikuti IV kontinyu 1 - 4 mg / 70 kg / menit
(larutan 0,5 - 1 mg lidocain / cc)
mis: 250 ml D5% berisi 250 mg lidocain
b. Bolus tambahan 0,5 - 1,0 mg/kg/8 - 10 menit
Bila perlu sampai dosis total 3 mg / kg
c. Pemberian jangka panjang 1 - 2 mg / 70 kg / menit - drips
Ideal serum level 1 - 5 microgr/ml
 Over dosis:
a. Slured speech
b. Somnolen
c. Twitching
d. Konvulsi

VT / Ventrikel tachicardia

Carotis (+) Carotis (-)

Lidocain DC Shock
1 mg / kg IV 200 joule
cepat

VF / Ventrikel fibrilation/
Flutter

Lansung
DC Shock
200 joule

Adrenalin, Atropin, Lidocain, Vasopresin


1. Intra - venous
2. Intra - tracheal/trans tracheal
Dosis 2 - 3 x intra vena
3. Intra - Osseus
4. Sublingual
5. Tidak intra - cardial
Menghentikan pijat jantung
Sukar pastikan Intra - Ventrikuler
1. Kena miocard  Necrosis
2. Kena arteri koronaria  Infark

REAKSI ANAFILAKTIC
 ADRENALIN (1 ampul = 1mg)
IV - IM - SC - SL - Trantracheal - ET
Berat : 0,50 - 1 ampul
Sedang : 0,25 - 0,50 ampul
Ringan : Tanpa shock tidak perlu
 Baringkan penderita, kedua tungkai diangkat keatas (shock position)
Jaga jalan napas bebas
O2 masker 10 IPM, bila ada
Siap Ambubag, siap beri napas buatan, siap RJPO
Lihat : Gerak napas, ada napas?
Dengar : Suara napas, tensi, ada napas? Shock?
Raba : Hawa napas, perfusi perifer, ada napas?
Shock?
Pasang Infus : RL/PZ grozok 500 - 1000 cc
 5 - 10 menit kemudian
Kalau perlu ulangi Adrenalin
Beri Oradexon IV 1 - 2 cc
Atau Dexamethason 100 - 200 mg IM
Avil / Delladril 1 cc, hati - hati tensi kembali turun
 Bila ada wheezing beri Aminofillin IV (pelan)
Hati -hati bila tensi < 100 mgHg
Kalau perlu pemberian dengan Titrasi (Drips)

OBAT - OBAT UNTUK PERBAIKAN SIRKULASI

Cara pemberian biasanya dilakukan melalui cara titrasi pada jalur Intra Vena

DOPAMIN
 Dosis 5 - 10 ug (dosis inotropic)
 Untuk meransang efek alfa & beta adrenergic
 Agar kontraktilitas miocard,
 Curah jantung (cardiaoutput) & tekanan darah meningkat

Dosis 10 - 15 ug (Efek vasopressor)

 Golongan sympatomimetic
 Golongan Beta  Cardia inotropic action
 Golongan Alfa  Vasokonstriksi

Efek pada parameter Hemodinamik


a. Dosis < 3 mEq kg BB / menit
Tidak berefek pada paningkatan / perubahan CO, HR
Peningkatan perfusi renal & produksi urine
Penurunan SVR (Sirkulasi Vaskuler Resistent)
b. Dosis 3 - 10 mEq / kg BB / menit
Peningkatan CO, HR, SVR, BP
c. Dosis > 10 mEq / kg BB / menit
Bersifat alfa adrenergic, stimulasi, vasokontriksi.
Peningkatan hebat HR, SVR, BP
Penurunan perfusi renal & produksi urine

Indikasi
Mempertahankan “Perfution pressure” pada keadaan :
a. Septik shock
b. Cardiogenik shock / Infark miocard
c. Trauma
d. Gagal ginjal
e. Pasca CPR / RJPO - Post resusitasi
Syarat : Normovolemik atau slightly hipervolemik

Preparasi
a. Lakukan pengenceran sebelum digunakan
Dextrose 5%, DS 0,45, NS, D 10 0,18 NS, RL, dll
b. Diberikan dengan
 Syring pump
 Infusion pump
 Infuse set pediatrik / mikro
c. Pemberian harus selalu drips bukan IV

Efek samping
a. Hipertensi angina pectoris
b. PVC, VT, VF
c. Peningkatan kebutuhan oxygen untuk myocard
d. GI, mual, muntah
e. Nekrosis ditengah infus pada penggunaan lama
f. Lain-lain, sakit kepala, piloerection
Kontra indikasi
a. Alergi, tachidysaritmia, VF
b. Hipovolemia

DOBUTAMIN
 Derivat isopoterenol
(predominan & stimulant)
 Berguna untuk therapi Decompensasi cordis
 Dosis 2 - 10 microgr/kg/menit
(max. 20 microgr/kg/menit)
 Efek tachikardia lebih ringan

METARAMINOL (ARAMINE)
Dosis : 0,4 mgr/ml (100 mgr/250 ml)
Diperbaiki untuk mempertahankan sirkulasi

NORADRENALIN (LEVOPED)
Dosis : 3 mgr/min (0,2 ml/min)
Digunakan untuk memperbaiki sirkulasi karena berefek simpatomimetic

LAIN - LAIN
Kortikosteroid
Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan Inhalasi dan
untuk mengurangi edema cerebri

Sodium bikarbonat
 Menetralkan asam dari jaringan yang ischemik
 PH < 7,2 harus diterapi !
Hyperventilation First!
 Vasodilatasi
 Kebocoran kapiler
 Depresi miokard
 Blok konduksi jantung
 Efek adrenalin kurang
 NaHCO3 berlebihan  metabolic alkalosis
 Ikatan OxyHB kuat
 K+ keluar dari sel
 VT / VF
 Stone heart!
 Hypertermia & Hyerosmolaritas
 NaHCO3 : “ Blind “
 Arrest time CPR - ABC selama 2 - 5 min
 CPR - ABC selama 10 min
 1 mEg/KG IV tiap 10 min bisa diulang 0,5 mEg/kg
(NaHC3 : 8,4 %, 1 ml = 1 mEg)
 Dosis NaHC3 = BE x kg BB x 0,3
Dosis 1 mEg/kg BB dapat diulang dengan dosis setengahnya, diberikan
pada dugaan Hyperkalemia dengtan henti jantung lama
Kalsium gluconat
Dosis 4 - 8 mgr/kg BB, kalsium klorida 2 - 4 mgr/kg BB
Cara pemberian harus dilakukan perlahan-lahan
Penggunaan ditujukan untuk perbaikan kontraksi otot jantung

Nitropruside (Niprid)
Dosis 0,1 ug/kg BB/min dengan cara titrasi sampai efek yang dikehendaki.
Merupakan Vasodilatasi perifer.
Untuk kasus-kasus hypertensi
(hati-hati bila dosis > 3 ug/kg BB/min karena adanya resiko intoksikasi)

Nitroglycerin (NTG)
Dosis awal 10 - 20 ug/min
Merupakan vasodilatator terutama untuk mengatasi Angina pectoris

Rumus (lama):
Therapy Na.bic: 1/3 x BB x BE
Tidak berlaku untuk Shock

Shock
(Hipovolemik,kardiogenic)

Asidosis metabolik

Jangan diberi
Na. Bicarbonat

Na.bic hanya koreksi bila :


PH < 7, 20 (naikkan jadi > 7,20 )
BE > - 10 (naikkan jadi - 5 )

Diuretik (Furosemide)
Dosis 20 - 40 mg intra vena
Digunakan untuk mengurangi edema paru & edema otak
Efek samping yang dapat terjadi karena diuresi berlebh adalah hipotensi,
dehidrasi & hipokalemia

Lidokain
Dosis 1 mg/kg BB/IV
Natrium bicarbonat
Dosis 1 mEg/kg BB/IV

Kalsium klorida
Dosis 20 - 25 mg/kgBB/IV pelan-pelan

Kalsium glukonas
Dosis 60 - 100 mg/kg BB/IV pelan-pelan

Trias klasik keracunan morpin


 Miosis
 Depresi napas
 Koma

OBAT - 0BAT INHALASI

ANESTESI INHALASI
 Halogenasi Hidrokarbon  Halothan
 Halogenasi Ether  Enflurane, Isoflurane, Sevoflurane, Desflurane
 Potensi meningkat
 Aritmia meningkat (F<C/<Br)
 Fluorinasi  tidak mudah terbakar

OBAT INHALASI
 Up take / eliminasi primer oleh ventilasi
alveolar
 Dimetabolisir dalam macam - macam derajat
 Paling dapat dikontrol

PENELITIAN COOPER, dkk.


 82 % “ human error “
 59 % PS. ASA 1
 25 % saat induksi
 45 % saat rumatan
PENYULIT ANESTESI
 Diskoneksi sirkuit
 Kesalahan dosis dan macam obat
 Kesalahan penyaluran gas
 Gangguan jalan nafas

POTENSI & ABSORBSI

HALOTHAN
Pendahuluan
 Pertama kali digunakan dalam klinik di Inggris 1956 oleh M. John
Stone
 Rumus kimia

F Br

F C C H

F Cl

2 Brano 2 Chloro 1.1.1


Trifluoroethane
 Sifat fisik :
 Berbau, tidak merangsang / iritasi mukosa
 Mudah menguap (volatine)
 Tidak mudah meledak/terbakar
 Mudah diurai oleh cahaya  harus disimpan dalam botol warna gelap
 MAC 0,87 %
 Mengandung bahan TIMOL 0,01 berfungsi untuk menstabilkan 
vaporizer akan rusak

Farmakologi
 Halotan merupakan anestesi potent 4 - 5 kali ether
 Untuk induksi umumnya 2 - 4 %
 Dosis pemeliharaan 0,5 - 2 %

Efek pada Sistem SSP


 Depresi korteks cerebral dan medulla
 Efek terhadap CBF terbesar
 Efek hipnotik dicapai lebih cepat dibanding ether
 Penggunaan bersama obat premedikasi berat dapat memperpanjang
masa pemulihan
 Halotan tidak mempunyai efek analgesia yang baik sehingga
dibutuhkan analgesia yang lain.

Sistem Kardiovaskular
 Vasodilatasi, dengan akibat hipotensi
 Bradikardia, karena aktivitas vagus yang berlebihan
 Meningkatkan kepekaan myocardium terhadap katekolamin
exogen & endogen aritmia.
Depresi langsung terhadap kontraksi jantung menurunkan cardiac output
dan heart rate.
Penurunan fungsi kardiovaskular tergantung dosis yang diberikan.
( MAC naik  efek CV >> )
Sistem Pernafasan
 Uap halotan tidak menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan
 Depresi pernafasan
 Mula-mula takipneu & dangkal sampai dengan henti nafas
 Menghambat sekresi kelenjar ludah dan bronchial
 Menekan reflek faring dan laring
 Bronchodilatasi

Sistem Otot
 Relaksasi yang moderat
 Pada otot abdominal relaksasi hanya stadium dalam
 Otot uterus (miometrium) : Atonia uteri, bahaya terhadap curretage
tetapi baik untuk versi luar pada kehamilan.

Lain – lain
 Plasenta
Halotan dapat melalui sawar placenta sehingga membahayakan bayi
(asfixsia neonatum)
 Efek hepar
Hepatoxic ringan
 Konsentrasi insulin plasma tidak dipengaruhi, begitu pula kadar gula
darah
Tetapi halotan meningkatkan sensitifitasnya sehingga dapat terjadi
hipoglikemia
 Menggigil (halotan shake)
Kehilangan panas badan karena vasodilatasi umum
 Efek terhadap ginjal, halotan tidak merubah auto regulasi RBF.

Keuntungan dan Kerugian


Dari segi klinis dan komersial pemakaian halotan mempunyai keuntungan dan
kerugian.
 Kerugian :
 Sangat potent
 Relatif mudah terjadi overdosis
 Analgesia dan relaksasi yang kurang
 Harus dikombinasikan dengan obat analgetik dan
relaksasi
 Harga mahal
 Menimbulkan hipotensi
 Aritmia
 Meningkatkan tekanan intra kranial
 Menggigil pasca anestesi
 Hepatotoksik

 Keuntungan :
 Induksi cepat dan lancar
 Tidak mengiritasi jalan nafas
 Bronchodilatasi
 Pemulihan cepat
 Jarang menyebabkan mual dan muntah
 Tidak mudah terbakar dan meledak

ENFLURANE ( ETHRANE )
Pendahuluan
 Mulai digunakan 1966 di USA
 Rumus kimia CHF2-O-CF2 CHFCl
 Cairan yang mudah menguap
 Berbau enak
 MAC 1,68
 Tidak bereaksi dengan soda line

Farmakologi
Sistem Susunan Saraf Pusat (SSP)
 Anestesi yang potent
 Depresi SSP dan hipnotik
 Pada konsentrasi inspirasi 3% - 3,5% :
 Timbul epileptiform
 Jangan gunakan pada penderita epilepsi
 Meningkatrkan aliran darah otak (moderate)

Sistem Kardiovaskular
 Dapat menurunkan tekanan darah pada stadium dalam karena depresi
myocard
 Aritmia jarang terjadi

Sistem Pernafasan
 Depresi ventilasi
 Laju nafas meningkat
 Tidak menyebabkan hiposekresi kelenjar ludah dan bronchus
 Tidal Volume menurun

Sistem Muscular
 Relaksasi yang moderate
 Otot uterus dengan konsentrasi rendah (0,5-0,8%) tidak mengalami
gangguan kontraksi
 Depresi fetus tidak terjadi pada konsentrasi rendah

Lain-lain
 Fungsi hepar dan ginjal
 Enflurane tidak menyebabkan gangguan hepatotoxic &
nefrotoxic

ISOFLURANE ( FORANE / AERRANE )


Pendahuluan
 Isomer dari enflurane dengan efek samping yang minimal
 Induksi dan masa pulih anestesi cepat
 MAC 1,15%

Farmakologi
Sistem Pernafasan
 Depresi pernafasan
 TV, RR menurun
 Dilatasi bronchus

Sistem Kardiovaskuler
 Depresi jantung yang minimal
 Menurunkan tekanan darah melalui penurunan resistensi perifer

Sistem Muskuler
 Relaksasi otot yang baik
 Otot uterus pada level anestesi tidak menyebabkan relaxasi uterus

Sistem Saraf Pusat (SSP)


 Aliran darah otak dan tekanan intra cranial tidak dipengaruhi
 Tidak menyebabkan gangguan EEG (epileptiform)

Lain – lain
 Tidak menimbulkan hepatotoxic atau nefrotoxic

Tetapi karena enflurane mengandung Fluorida maka


potensial mengakibatkan kerusakan ginjal

N2O (Nitrous Oxide)


Pendahuluan
 Pertama kali dipakai di klinik 1868 oleh
Colton & Horace Well Andrews untuk ekstraksi gigi
 Diketemukan oleh Priestley (1772)
 Gas yang bersifat anorganik, tidak berwarna,
berbau manis, tidak iritatif, gas yang stabil, tidak bereaksi dengan soda
line dan berdifusi dalam karet
 Tidak mudah terbakar/meledak
 Kelarutan dalam plasma 15 kali lebih mudah
dibanding oxygen.

Farmakologi
Sistem Susunan Saraf Pusat (SSP)
 N2O merupakan zat anestetik lemah
 Hipnotik dan analgesia yang lemah

Sistem Kardiovaskuler
 Tidak ada perubahan yang bermakna dari frekuensi jantung, irama
dan cardiac output
 Tidak menyebabkan perubahan berarti pada resistensi perifer

Sistem Pernafasan
 Depresi nafas tidak banyak dipengaruhi
 Tidak menyebabkan sekresi jalan nafas

Sistem Muskuler
 Tidak menyebabkan relaxasi otot skeletal malah dapat
menyebabkan rigditas

Lain – lain
 N2O dapat berdifusi ke rongga tubuh, rongga pleura, rongga otak,
usus, telinga tengah, dll
 Hipoxia diffusi
N2O dapat menyebabkan hipoxia karena sifatnya mampu mendesak
O2 didalam tubuh keluar.
Sering terjadi pada masa pemulihan sehingga dianjurkan : O2
minimal 30% selama 10 menit unmtuk mencegah hipoxia diffusi

ETHER ( Diethyl Eter )

 Valerius Cordus (1546) membuat ether untuk Sweet Vitriol


 Komposisi Olium Vitrioli Dulce
 Dr. William T.G. Morton (1846) pertama kali mendemonstrasikan stadium
anestesi
 Pounly 1877 membuat pembagian stadium anestesi menjadi 3 stadium
 John Snow menambah 1 (satu) stadium yaitu stadium IV (stadium paralisa)

SIFAT FISIK
 Cairan volatik yang tidak berwarna dengan bau menyengat
 Titik didih 36,5OC pada suhu ruangan (20OC)
 Mempunyai titik beku ± 425 mHg (57 Kpa)
 Cairan yang sangat mudah terbakar dan menyala pada suhu 154OC
Inventor and revealer of anesthetic inhalation
before whom in all time surgery was agony by
whom pain in surgery was averted and annulled
since whom science has control of pain.

Uap ether lebih berat daripada udara, maka uap ether akan menyelimuti lantai.
Bila ada sumber listrik maka uap ether dapat terbakar dan membentuk nyala
api biru. Yang berbahaya bila ada O2 konsentrasi tinggi, dapat terjadi
kebakaran.

Ledakan
 Pada prakteknya ledakan jarang terjadi namun perlu diwaspadai.
 Dianjurkan bila menggunakan alat anestesi maka jarak katup exhalasi
dengan sumber api ± 25 cm, lebih aman bila ± 50 cm.

EFEK FARMAKOLOGIS
 Koefisien kelarutan gas dalam darah 12 : 1
 Darah mempunyai kapasitas yang besar untuk mengabsorbsi ether
alveoli
 Perlu waktu yang lama untuk mencapai tekanan alveoli = tekanan
inspirasi
 Untuk mencapai stadium anestesi yang cukup dalam diperlukan 15
- 25 menit

STADIUM – STADIUM ANESTESI


Stadium I
 Disebut sebagai stadium analgesia atau disorientasi
 Stadium ini berlangsung antara induksi sampai hilang kesadaran
 Stadium ini rasa nyeri belum hilang sama sekali
 Hanya pembedahan kecil yang dapat dilakukan pada stadium ini
 Stadium ini berakhir ditandai dengan hilangnya refleks bulu mata.

Stadium II
 Disebut sebagai stadium hipersekresi atau eksitasi atau delirium
 Dimulai dari hilangnya kesadaran atau hilangnya refleks bulu mata
sampai ventilasi kembali teratur
 Pada stadium ini terjadi depresi pada ganglia basalis sehingga refleks-
refleks tidak terkendali atau terjadi reaksi yang berlebihan terhadap segala
bentuk rangsangan seperti hidung, cahaya, nyeri, rasa, raba.
Stadium III
Disebut stadium pembedahan, mulai dari ventilasi teratur sampai apneu.
Stadium ini dibagi 4 plane :
Plane 1:
 Ventilasi teratur
 Sifatnya torako abdominal
 Pupil terfiksasi
 Kadang-kadang eksentrik
 Pupil miosis
 Refleks cahaya positif
 Lakrimasi meningkat
 Refleks faring dan muntah negatif
 Tonus otot menurun

Plane 2:
 Ventilasi teratur
 Sifatnya abdominotorakal
 Volume tidal menurun
 Frekuensi nafas meningkat
 Pupil terfiksasi ketengah
 Pupil mulai midriasis
 Refleks cahaya mulai menurun
 Refleks kornea negatif

Plane 3:
 Ventilasi teratur
 Sifatnya abdominal karena terjadi kelumpuhan syaraf interkostal
 Lakrimasi tidak ada
 Pupil melebar dan sentral
 Refleks laring dan peritoneum negatif
 Tonus otot makin menurun

Plane 4:
 Ventilasi tidak teratur dan tidak adequate (tersendat-sendat), hal
tersebut karena otot diafragma lumpuh yang makin nyata pada akhir
plane 4
 Tonus otot sangat menurun
 Pupil midriasis
 Refleks sfingter ani dan kelenjar air mata negatif

Stadium IV
Disebut stadium paralysis atau stadium kelebihan obat, yaitu mulai dari henti
nafas sampai henti jantung.

FISIOLOGI ETHER
Efek pada system respirasi
 Ether mengiritasi mucosa saluran nafas
 Merangsang sekresi bronchus
 Bersifat bronchodilatasi
→ anaesthesia yang baik untuk penderita asma
 Frekuensi nafas meningkat
 Volume tidal menurun
 Tetapi secara keseluruhan peningkatan MV  PCO2
/normal/
 Tidak menyebabkan depresi pernafasan  sehubungan dengan
konsentrasi dalam darah mengikat (160 mg%)

Efek pada sirkulasi


 Saat induksi :
 Tensi meningkat
 Nadi meningkat
 Cardiac output meningkat  karena pelepasan cathecholamin
 Aktifitas simpatis  karena pelepasan nor adrenalin
 Sirkulasi perifer
Ether menyebabkan resistensi perifer meningkat
 Respirasi arrest
Bila konstan ether didalam darah melebihi 150 - 160 mg%
 Cardiac arrest
Bila konstan ether didalam darah melebihi 230 - 260 mg%
Pada pasien sehat dianestesi, respirasi arrest terjadi lebih dahulu daripada
cardiac arrest

Efek pada SSP


 Depresi SSP
Stadium III plane 1 depresi pengaturan suhu dan muntah
 Depresi pusat vasomotor
 Depresi terhadap oxygenasi jaringan

Efek pada otot skeletal


 Relaksasi
 Depresi via motor end plate saraf dan otot

Efek pada system gastrointestinal


 Penurunan tonus otot dan motilitas usus
 16% kasus timbul distensi pasca anestesi
 Mual – muntah (± 57% kasus)
 Oleh karena ether + saliva masuk lambung menyebabkan iritasi
mucosa lambung
 Oleh karena stimulasi pusat muntah di medulla oblongata
 Gangguan fungsi hepar
Ringan sampai dengan beberapa hari post operasi

Efek pada system urogenital


 Renal vasocontriction
RBF (Renal Blood Flow) menurun
GFR (Glomerular Fitration Rate) menurun
 Pelepasan anti diuretic hormon
produksi urine menurun sampai dengan oliguria
Efek pada uterus
 Pengaruh fisiologis uterus minimal
Keseimbangan kadar ether dalam darah ibu dan janin memerlukan waktu ±
15 - 20 menit
 Kontraksi uterus ditekan pada stadium III plane 2 - 3
Dapat digunakan pada versi ekstraksi

Efek pada system endocrine dan perubahan metabolisme


 Aktifitas kelenjar thyroid meningkat
 Peningkatan kadar glukosa darah (100 - 200%)
 Glikogenolosis (liver dan otot)

You might also like