You are on page 1of 112

INSTRUMEN AKREDITASI

PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
DI PUSKESMAS DAN KLINIK
5.5 PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI
STANDAR TERKAIT UPAYA PENINGKATAN MUTU
PELAYANAN PUSKESMAS PMK 46/2015

BAB III BAB VI BAB IX


PENINGKATAN MUTU & KINERJA SASARAN KINERJA UKM PENINGKATAN MUTU DAN
PUSKESMAS KESELAMATAN PASIEN

BAB 5
PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS

PROGRAM PENINGKATAN MANAJEMEN RISIKO SASARAN PELAPORAN IKP


MUTU TERMASUK
PENCEGAHAN &
KESELAMATAN PENGENDALIAN
PENGUKURAN INDIKATOR PASIEN
MUTU INFEKSI (PPI)

1 2 3 4 5
3
STANDAR 5.5

Program pencegahan dan pengendalian infeksi


dilaksanakan untuk mencegah dan
meminimalkan terjadinya infeksi terkait dengan
pelayanan kesehatan
KRITERIA 5.5.1

Regulasi dan program pencegahan dan pengendalian infeksi


dilaksanakan oleh seluruh karyawan Puskesmas secara
komprehensif untuk mencegah dan meminimalkan risiko
terjadinya infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan
ESENSI POKOK PIKIRAN DARI KRITERIA 5.5.1

• PPI adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas,
pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas Kesehatan

• Risiko infeksi diidentifikasi dan dicegah atau diminimalkan melalui kegiatan PPI

• Program PPI di puskesmas meliputi :


a) Implementasi kewaspadaan isolasi, yang terdiri dari kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan transmisi.
b) Pendidikan dan pelatihan PPI
c) Penyusunan dan penerapan bundles infeksi terkait pelayanan Kesehatan
d) Monitoring pelaksanaan kewaspadaan isolasi
e) Surveilance penyakit infeksi terkait pelayanan Kesehatan
f) Penggunaan anti mikroba secara bijak
g) Pelaporan sesuai peraturan perundang undangan
ESENSI POKOK PIKIRAN DARI KRITERIA 5.5.1

• Kegiatan program PPI tergantung pada komplexitas kegiatan klinis dan


pelayanan puskesmas, besar kecil area puskesmas, dan cakupan populasi yang
dilayani  terintegrasi dengan Program Peningkatan Mutu

• Ditetapkan staf yang terlatif sebagai coordinator PPI

• Tersedia indicator-indicator program PPI


ELEMEN PENILAIAN DARI KRITERIA 5.5.1

Puskesmas menyusun rencana dan


01 melaksanakan program PPI secara
komprehensif dalam
ELEMEN
penyelenggaraan pelayanan
PENILAIAN di
puskesmas. (R, D, O)
STRUKTUR DAN TIM PPI PUSKESMAS

*) Berlaku untuk kawasan perkotaan dan pedesaan


MANAJEMEN DAN SUMBER DAYA
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

1. MONEV KEGIATAN
PPI (AUDIT, ICRA)
1. PERSIAPAN ( MEMPELAJARI RENSTRA
2. ANALISIS TERHADAP
DAN KEBIJAKAN, REGULASI TERKAIT CAPAIAN INDIKATOR
2. ANALISIS SITUASI PPI DI WILKER PPI
PUSKESMAS
3. PERUMUSAN MASALAH PPI
4. PENYUSUNAN RENCANA 5 TAHUN DAN
TAHUNAN
5. PENGUSULAN RENCANA KEGIATAN PPI P3
KEBIAJAKAN DAN
PENGORGANISASIAN P2
(STRUKTUR DAN
TUPOKASI) P1 1. ADANYA KEGIATAN IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
TERKAIT DENGAN KEGIATAN PPI
2. ADANYA PERTEMUAN TIM PPI YANG RUTIN
3. PELAKSANAAN SURVEILANS
4. ADANYA RENCANA UPAYA PERBAIKAN PROGRAM PPI SETIAP
BULAN
5. TERLAKSANANYA UPAYA TINDAK LANJUT PROGRAM PPI
SUMBER RUJUKAN UTAMA
2
1
FRAMEWORK PENERAPAN PPI DI FKTP
a
HAIs
PENERAPAN PPI SESUAI
STANDAR DI FKTP : DITUANGKAN UNTUK MENCEGAH,

• DALAM GEDUNG DALAM RENCANA


DAN
MENGENDALIKAN
b INFEKSI YG BERSUMBER
KERJA TAHUNAN PPI KEJADIAN INFEKSI DARI MASYARAKAT
• LUAR GEDUNG
FKTP
c
KETERANGAN: RESISTENSI ANTIMIKROBA
PENERAPAN PPI DI FKTP PI
DITUANGKAN DALAM
RENCANA KERJA TAHUNAN SURVEILANS
FKTP (P1), DILAKSANAKAN
(P2), MONITORING DAN P2
PENILAIAN (P3).
AUDIT ICRA
DETEKSI DINI DAN CEGAH KLB

P3
SETIAP FKTP:
• Membuat regulasinya : SK tim, struktur MONITORING DAN EVALUASI KEBERHASILAN PROGRAM PPI
organisasi, dll
• Kebijakan PPI: menambahkan PPI pada
Pedoman Internal dan Renstra FKTP.
• Membuat Pedoman/Panduan PPI
• Membuat/melengkapi SOP setiap pelayanan INDIKATOR KINERJA PPI
nya sesuai dengan Juknis PPI
Insiden rate (Kamus Indikator)
DOKUMEN 1. DOKUMEN
PERENCANAAN
PROGRAM PPI DI
PUSKESMAS
2. BUKTI PELAKSANAAN
PROGRAM PPI DI
PUSKESMAS
3. DOKUMEN BUKTI
MONEV DAN RTL
PROGRAM PPI
SISTEMATIKA PROGRAM
1. Pendahuluan

2. Latar belakang

3. Tujuan umum & khusus

4. Kegiatan pokok & rincian kegiatan

5. Cara melaksanakan kegiatan

6. Sasaran

7. Skedul (jadwal) pelaksanaan kegiatan

8. Evaluasi pelaksanaan kegiatan & pelaporannya

9. Pencatatan, pelaporan & evaluasi kegiatan


PPI
HH
Mortalitas APD
Masalah
HAIs
Biaya Limbah
Morbiditas Tuntutan Lingkungan
hukum Peralatan Perawatan Ps
PPRA Penanganan Linen
Kes. Karyawan
Penempatan Pasien
Etika batuk
Penyuntikan yang aman
Praktil lumbal punksi
VAP,IADP
ILO,ISK
Airborne
Droplet
Menerapkan Contact
Bundles of
HAIs
Komite PPI
Tim PPI
IPCN
Audit
IPCN
ICRA
CONTOH Matriks Perencanaan
BIAYA SUMBER
NO KEGIATAN VOLUME WAKTU PIC
(Rp) BIAYA
A. Sumber Daya Manusia
1 Pelatihan Dasar PPI 2 orang Maret 2021 dr.Anita 10.000.000 JKN/Kapitasi

2 Sosialisasi PPI kepada 2 kali Juni – Juli Bidan 500.000 BOK


petugas pertemuan 2021 Yunita

3 dst          
B. Sarana dan Prasarana
1  Penyediaan handrubs          

2 dst          
C. Alat Kesehatan
1 Alat Sterilsator           
2  APD          
3 dst          
D. Pelaksanan/penerapan PPI
1 Audit Program PPI           
ELEMEN PENILAIAN DARI KRITERIA 5.5.1

02 Dilakukan pemantauan, evaluasi dan


tindak lanjut terhadap pelaksanaan
program PPI dengan menggunakan
indikator yang ditetapkan. (D, W)
INDIKATOR PPI DI FKTP
INDIKATOR :
TOLOK UKUR YANG DIGUNAKAN UNTUK
MENILAI TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM
PPI FKTP

KEPENTINGAN TRANSPARANSI
UNTUK MENILAI APAKAH UPAYA YANG
T PUBLIK
TELAH DILAKUKAN DAPAT
MENINGKATKAN KELUARAN
U PELAYANAN
INFEKSIKESEHATAN;
SALURAN KEMIH INFEKSI DAERAH OPERASI
I PLEBITIS
N (ISK) (IDO)
J
D
I PPI MEMBERIKAN UMPAN BALIK
K U KEPADA FASYANKES
A
T A KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
O ABSES GIGI
(KIPI)
R UNTUK PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN
N
PRAKTIK TERBAIK YANG DIPEROLEH MELALUI
PROSES KAJI BANDING

CONTOH
INDIKATOR TARGET CAPAIAN GAP ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

1.

2.
EVALUASI KEBERHASILAN
H
NTO BERDASARKAN RENCANA TAHUNAN
CO
N BIAYA SUMBER
O
KEGIATAN VOLUME WAKTU PIC
(Rp) BIAYA
Capaian kegiatan sesuai
rencana?
A. Sumber Daya Manusia
1 Pelatihan 2 orang Maret dr.A 10.000. JKN/
Dasar PPI 2021 nita 000 Kapitas
i
A. SDM :
2 Sosialisasi PPI 2 kali Juni – Bida 500.00 BOK
B. Sarana Prasarana:
C. Alkes
kepada pertemu Juli n 0
petugas an 2021 Yuni
ta

D. Penerapan
E. Monev
3 dst          
B. Sarana dan Prasarana
1            
2 dst          
C. Alat Kesehatan
1            
KRITERIA 5.5.2

Dilakukan identifikasi risiko-risiko infeksi dalam


penyelenggaraan pelayanan sebagai dasar untuk
menyusun dan menerapkan strategi untuk
mengurangi risiko-risiko tersebut
ESENSI POKOK PIKIRAN DARI KRITERIA 5.5.2

• Puskesmas melakukan identifikasi dan kajian risiko infeksi, yang sesuai dengan prinsip-prinsip PPI,
baik dalam penyelenggaraan pelayanan upaya kesehatan perseorangan maupun upaya kesehatan
masyarakat yang mungkin atau pernah terjadi terhadap pasien, pengunjung, petugas, keluarga, dan
masyarakat  terintegrasi dalam Manajemen Risiko (HAIS & ICRA)

• Berdasarkan hasil kajian tersebut disusun strategi dalam pencegahan dan pengendalian infeksi
melalui dengan menerapkan program PPI yang terdiri dari kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua
lapis yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasar transmisi, penggunaan antimikroba
secara bijak, dan pelaksanaan bundles infeksi terkait pelayanan kesehatan, antara lain infeksi aliran
darah primer, infeksi daerah operasi, infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter, dan infeksi-
infeksi lain yang mungkin terjadi akibat pelayanan kesehatan.
ESENSI POKOK PIKIRAN DARI KRITERIA 5.5.2

• Kewaspadaan isolasi :
1. Ketersediaan APD
2. Ketersediaan linen yang benar
3. Ketersediaan alat medis sesuai ketentuan
4. Ketersediaan peralatan penyuntikan yang aman
5. Penyimpanan dan penanganan produk makanan dan nutrisi sesuai
standar
6. Pengelolaan limbah yang benar

• Puskesmas harus menetapkan kriteria regulasi tentang penilaian risiko dan


pengendalian infeksi (ICRA)
ELEMEN PENILAIAN DARI KRITERIA 5.2.2

01 Dilakukan identifikasi dan kajian


risiko infeksi terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan di
Puskesmas. (O,W) ELEMEN PENILAIAN
ICRA
Infection Control Risk Assessment

proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi,


pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi
pasien, fasilitas dan program

• Fokus pada pengurangan risiko dari infeksi,


• Tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi,
renovasi, pemeliharaan fasilitas, dan
• Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi, dan lingkungan
perawatan, yang memungkinkan organisasi untuk
mengantisipasi dampak potensial.
• ICRA NON KONSTRUKSI

UKM
ESSENSIAL DAN PENGEMBANGAN.

UKM UKP
UKP
UNIT, Ruang, Pelayanan

KEGIATAN
Kegiatan
Pendataan, Screening, Kunjungan
Sasaran, Vaksinasi, Penyuluhan.
Pemberdayaan, dsb
XX
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN
 JANGAN ADA C ELAH
UDARA
IDENTIFIKASI RISIKO PPI
PENILAIAN PROBABILITAS
TINGKAT
DESKRIPSI FREKUENSI KEJADIAN
RISIKO

0-5% extremely unlikely or virtually impossible.


1 Very low
Hampir tidak mungkin terjadi (terjadi dalam lebih dari 5 tahun).

Jarang (frekuensi 1-2 x/tahun), Jarang tapi bukan tidak mungkin terjadi
 2  low
(terjadi dalam jangka waktu 2-5 tahun).

31-70% fairly likely to occur


 3  Medium Kadang (frekuensi 3-4 x/tahun). Mungkin terjadi/ bisa terjadi (dapat
terjadi tiap 1-2 tahun).

Agak sering (frekuensi 4-6 x/tahun),


 4  High Sangat mungkin terjadi (terjadi setiap bulan/beberapa kali dalam
setahun).
PENILAIAN DAMPAK

TINGKAT RISIKO DESKRIPSI DAMPAK

1 Minimal Klinis Tidak ada Cedera.

Cedera ringan, misalnya lecet, dapat


2 Moderate klinis
diatasi dengan P3K.

Cedera sedang (luka robek), berkurangnya fungsi


  motorik/sensorik/ psikologis atau intelekteual tidak
   
Lama hari rawat panjang berhubungan dengan penyakitnya dan Setiap kasus
3 akan memperpanjang hari
perawatan

Cedera luas/berat (cacat atau lumpuh), kehilangan


  Kehilangan fungsi tubuh fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau intelektual )
4 sementara tidak
berhubungan dengan penyakit

Kematian yang tidak berhubungan dengan


PENILAIAN SISTEM

SISTEM, PERATURAN DAN


TINGKAT RISIKO DESKRIPSI
PELAKSANAAN

1 Solid Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Tidak Selalu


2 Good
Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Tidak


3 Fair
Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Tidak Ada, Tidak


4 Poor
Dilaksanakan

5 None Tidak Ada Peraturan


ELEMEN PENILAIAN DARI KRITERIA 5.2.2

02 Disusun dan dilaksanakan strategi untuk


meminimalkan risiko infeksi terkait
dengan penyelenggaraan pelayanan di
Puskesmas dan dipastikan ketersediaan a)
ELEMEN PENILAIAN
sampai g) di dalam pokok pikiran. (D,W)
LANGKAH PENGKAJIAN

1 IDENTIFIKASI MASALAH
melihat seberapa beratnya dampak potensial dan kemungkinan seberapa
sering frekuensi munculnya risiko, identifikasi aktifitas yang dilakukan
pada risiko dan cara transmisinya

2 ANALISA RISIKO

3 PENILAIAN DAN PENENTUAN SKORING

4 PENGELOLAAN RISIKO

5. PLAN OF ACTION
EVALUASI RISIKO

1. Rangking masalah
2. Prioritas masalah
3. Analisa manfaat biaya yang
dikeluarkan (setelah diranking, • Risk Matrix Grading
biaya unt mengurangi resiko
• FISH BONE
dibandingkan dengan biaya kalau
terjadi resiko) • Root Cause Analysis
4. Pastikan risiko yang ditimbulkan ( RCA )
bisa diterima atau tidak

40
Identifikasi pelayanan Gigi
• Peralatan Kritikal, semi kritikal,non kri-
tikal masih belum terpisahkan pada saat
pelayanan
• Petugas Menggunakan APD belum sesuai
standar pelayanan
• Tempat pencucian alat kesehatan masih di
tempat wastafel cuci tangan
• Kebersihan lingkungan : Meja, Lampu dll
• Air kumur yang digunakan belum sesuai
ketentuan
PELAYANAN GIGI
POTENSIAL RIKS/ PROBABILITY IMPACT CURRENT SYSTEM SKO Priori-
PROBLEM R tas
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Peralatan Kritikal, semi 5 3 5 75 I


kritikal,non kritikal
belum terpisah

Petugas Menggunakan 4 2 1 8 V
APD sesuai tidak in-
dikasi
Tempat pencucian alat 5 2 5 50 III
kesehatan masih di ru-
ang pelayanan gigi

Kebersihan 3 3 2 18 IV
lingkungan : Meja,
Lampu belum rutin
NO
Membuat plan of action (rencana kegiatan)
JNS KELOMPOK RISIKO

MASALAH
POTENSIAL RISIKO/

SKOR

PRIORITAS

TUJUAN UMUM

TUJUAN KHUSUS
  PROGRESS /
STRATEGI EVALUASI ANALISIS
 

1 Pelayanan 1. Peralatan 75 I Pengelolaan alat di 1. Ada pemilahan 1. Sosialisasi 1. Terlaksananya 1.Pelaksaan sosialisasi
gigi Kritikal, semi pelayanan gigi alat kritikal, semi mengeai pemila- sosialisasi hanya mengenai pemi-
kritikal,non sesuai standar dan non han alat 2. Monitoring lahan alat
kritikal belum 2. Pemrosesan alat 2. Sosilaisai pemros- 3. Tersedianya 2. Hasil monitoring
terpisah dan sesuai dengan kat- esan alat alat steril- pemilahan dan pemros-
be;um egori 3. Pengajuan alat isator auto- esan alat meningkat
diproses 60 II 3. Tersedianya alat sterilisator auto- clave 3. Belum teredia alat
sesuai standar sterilisator clave
2.Air kumur
yang
digunakan
masih air
kran
ICRA KONSTRUKSI
PCRA (Pre Construction Risk Assesment)
• Manajemen risiko pada konstruksi adalah proses yang
bertahap dan berkesinambungan untuk mencegah ter-
jadinya kecelakaan dan dampak konstruksi pada pasien,
petugas, dan lingkungan fasyankes.

• Melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko


dampak konstruksi, renovasi dan demolisi.

• Kerja sama antara fasyankes dengan pihak kedua selaku


pelaksana renovasi
PCRA meliputi
• Kualitas udara
• ICRA
• Utilitas
• Kebisingan
• Getaran
• Bahan berbahaya
• Layanan darurat
• Bahaya lain yang mempengaruhi perawatan, pengobatan
dan layanan
LANGKAH-LANGKAH ICRA KONSTRUKSI
• PRE RENOVASI
o Rapat Tim Multidispilin
o Penetapan & rencana tidakan konstruksi bangunan

 Identifikasi type dan jenis konstruksi


 Identifikasi kelompok risiko
 Membuat Matrix penilaian risiko
 Perencanaan tindakan PPI sesuai hasil penilaian
• SELAMA RENOVASI
o Monitoring pelaksanaan sesuai kesepakatan
o Monitoring tindakan perbaikan atas rekomendasi usulan perbaikan
• SETELAH RENOVASI
o Pengawasan hasil limbah pekerjaan
o Menetapkan penilaian kelayakan bangunan sesuai penilaian risiko
infeksi
- Pengumuman adanya proses
renovasi
- Pemantauan aliran udara
- Pemantauan area sekitar
renovasi ( bebas debu, puing,
dll )
- Pembersihan rutin
Menentukan Tipe Konstruksi/Renovasi Bangunan Berdasarkan
Tingkat Risiko (debu, aerosolisasi, durasi dan HVAC)
1. Type A :
kegiatan renovasi/konstruksi dengan risiko rendah misalnya pemindahan plafon, pengecatan,
pemasangan pipa keecil, merapikan pekerjaan listrik .
2. Type B :
kegiatan renovasi skala kecil, durasi pendek dengan risiko debu minimal misalnya
pemotongan dinding plafon dimana penyebaran debu dapat dikontrol, instalasi kabel telepon
dan komputer.
3. Type C :
kegiatan pembongkaran gedung dan renovasi gedung yang menghasilkan debu yang banyak
dan tinggi misalnya konstruksi pembongkaran dan pembangunan dinding baru.
4. Type D :
kegiatan pembangunan proyek konstruksi dan pembongkaran gedung dengan skala besar
misal konstruksi baru atau pembangunan gedung baru.
Langkah Ke-2:
Identifikasi Kelompok Risiko
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4
RENDAH SEDANG TINGGI SANGAT TINGGI

- Area kantor • Rawat jalan - UGD, ruang tindakan - Ruang isolasi tekanan negatif
• Cafeteria - Ruang pelayanan gigi - Unit luka bakar
• Dietary - Ruang perawatan pasien - Kamar Operasi
- Ruang Maternitas / VK
- Manajemen Material - CSSD
- Kamar bayi
-Laboratorium - Kateterisasi Jantung
- Koridor Umum (yang - Area pasien immunocom-
dilewati pasien, suplai, promised
dan linen)
- Newborn Intensive Care
Unit (NICU)
- Intensive Care Unit
Langkah Ke-3 :
Menentukan Level/Kelas ICRA Renovasi
Ditentukan berdasarkan tabel matrix antara Tipe Aktivitas Konstruksi dan
Kelompok Risiko Pasien

Level risiko TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D


konstruksi

Rendah Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV

Sedang Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Tinggi Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV

Sangat Tinggi Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV

Note : Persetujuan pengendalian infeksi akan diperlukan ketika aktivitasi kontruksi dan tingkat
risiko berada pada kelas 3 dan kelas 4 dan dan dilakukan identifikasi dampak lain di daera
sekitar area proyek.
Contoh : Penilaian Risiko Renovasi
Level risiko TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D
konstruksi

Rendah Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV

Sedang Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Tinggi Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV

Sangat Tinggi Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV

Class of Precautions
Langkah-langkah Intervensi PPI
Ditentukan Berdasarkan Kelas
Risiko Berdasarkan Type Konstruksi Kelas I, sbb:
• Lakukan pekerjaan dengan metode meminimalkan debu
• Pembersihan lingkungan kerja segera lakukan setelah pekerjaan selesai

Kelas II, sbb:


• menyediakan sarana penghalang penyebaran debu ke udara
TYPE KONSTRUKSI • Memberikan kabut air pada permukaan lingkungan kerja untuk menghalangi dan
KELOMPOK mengendalikan debu selama proyek konstruksi berlangsung
PASIEN • Melakukan pembersihan lingkungan kerja segera lakukan setelah pekerjaan selesai
BERISIKO
TYPE A TYPE B TYPE C TYPE D Kelas III, sbb:
• Membuat penghalang debu dengan menutup area masuknya debu (melakban pintu)
• Menutup ventilasi udara
RENDAH I II II III/IV • Menutup sistim heating ventilation air conditioning (HVAC)
• Limbah konstruksi ditempatkan dalam wadah tertutup rapat dan segera dibuang dan
dilakukan pembersihan
• Setelah selesai pekerjaan semua debu di bersihkan dari seluruh permukaan
SEDANG I II III IV
Kelas IV, sbb:
• Buat pembatas area kerja harus dipasang sampai proyek selesai dan dibersihkan
TINGGI I II III/IV IV • Menutup jendela di area yang menampung pasien yang dinilai rentan untuk
diminimalkan masuknya spora jamur yang dihasilkan oleh pekerjaan bangunan di
dekatnya.
• Jika penyedot debu digunakan, pastikan mereka memiliki filter efisiensi tinggi pada
SANGAT TINGGI II III/IV III/IV IV udara yang habis.
• Mengisolasikan sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi sistem
saluran
• Mengangkut puing-puing dalam kantong atau wadah tertutup dengan tutup yang rapat,
atau menutupi puing dengan kain basah.
• Jangan mengangkut puing-puing melalui area perawatan pasien tetapi melalui pintu
keluar yang berbeda.
Izin No:
Lokasi konstruksi: Tanggal mulai proyek:
Koordinator Proyek: Perkiraan durasi:
Pekerjaan konstruksi: Tanggal kadaluarsa:
Supervisor: Telephone:
Ya Tidak AKTIFITAS KONSTRUKSI Ya Tidak KELOMPOK BERISIKO
TIPE A: Inspeksi, aktifitas non invasif Kelompok 1: Risiko rendah
TIPE B: Skala kecil, durasi pendek, tingkat sedang – Kelompok 2: Risiko sedang
tinggi
TIPE C: Kegiatan yang menghasilkan debu tingkat Kelompok 3: Risiko tinggi
sedang sampai tinggi, membutuhkan waktu penyelesaian
lebih dari 1 shift.
TIPE D: Kegiatan konstruksi level tinggi. Membutuhkan Kelompok 4: Risiko sangat tinggi
waktu penyelesaian yang panjang.
1. Lakukan pekerjaan konstruksi dengan metode debu 3. Pembongkaran minor untuk perombakan
KELAS I minimal. ulang
2. Segera mengganti plafon yang digunakan untuk
pemeriksaan visual
1. Menyediakan sarana aktif (peralatan lengkap) untuk 6. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
KELAS II mencegah penyebaran debu ke udara. tertutup rapat sebelum dibuang.
2. Memberikan kabut air pada permukaan kerja untuk 7. Lakukan pengepelan basah dan/atau vakum dengan

SURAT IJIN KERJA PPI mengendalikan debu saat proses pemotongan.


3. Menyegel pintu yang tidak terpakai dengan lakban.
4. Menutup ventilasi udara.
5. Bersihkan permukaan kerja dengan
HEPA filter sebelum meninggalkan area kerja.
8. Letakkan dust mat (keset debu) di pintu masuk dan
keluar area kerja
9. Isolasi sistem HVAC di daerah di mana pekerjaan

(ICRA) & PENGAWASAN


pembersih/disinfektan. sedang dilakukan, rapikan kembali setelah
pekerjaan selesai.
1. Memperoleh perizinan dari KPPI sebelum kegiatan 6. Vakum area kerja dengan penyaring HEPA.
KELAS III konstruksi dimulai 7. Lakukan pengepelan basah dengan

SELAMA KONSTRUKSI
2. Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk pembersih/disinfektan
mencegah kontaminasi pada sistem saluran. 8. Lakukan pembongkaran bahan-bahan pembatas
3. Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode area kerja dengan hati-hati untuk meminimalkan
kontrol kubus (menutup area kerja dengan plastik penyebaran kotoran dan puing-puing konstruksi.
dan menyegel dengan vakum HEPA untuk 9. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
menyedot debu keluar) sebelum konstruksi dimulai. tertutup rapat sebelum dibuang.
4. Menjaga tekanan udara negatif dalam area kerja 10. Tutup wadah atau gerobak transportasi limbah.
dengan menggunakan unit penyaringan udara 11. Setelah pekerjaan selesai, rapikan kembali sistem
HEPA. HVAC.
Tanggal 5. Pembatas area kerja harus tetap dipasang sampai
proyek selesai diperiksa oleh Komite K3, KPPI, dan
Paraf dilakukan pembersihan oleh petugas kebersihan.
1. Memperoleh perizinan dari KPPI sebelum kegiatan 7. Semua personil yang memasuki area kerja
KELAS IV konstruksi dimulai diwajibkan untuk memakai penutup sepatu. Sepatu
2. Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk harus diganti setiap kali keluar dari area
mencegah kontaminasi sistem saluran. kerja.Pembatas area kerja harus tetap dipasang
3. Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode sampai proyek selesai diperiksa oleh Komite K3,
kontrol kubus (menutup area kerja dengan plastik KPPI, dan dilakukan pembersihan oleh petugas
dan menyegel dengan vakum HEPA untuk kebersihan.
menyedot debu keluar) sebelum konstruksi dimulai. 8. Vakum area kerja dengan penyaring HEPA.
4. Menjaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja 9. Lakukan pengepelan basah dengan
dengan menggunakan unit penyaringan udara pembersih/disinfektan.
HEPA. 10. Lakukan pembongkaran bahan-bahan pembatas
5. Menyegel lubang, pipa, dan saluran. area kerja dengan hati-hati untuk meminimalkan
6. Membuat anteroom dan mewajibkan semua personel penyebaran kotoran dan puing-puing konstruksi.
untuk melewati ruangan ini sehingga mereka dapat 11. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
Tanggal disedot menggunakan vacuum cleaner HEPA tertutup rapat sebelum dibuang.
sebelum meninggalkan tempat kerja atau mereka 12. Tutup wadah atau gerobak transportasi limbah.
Paraf bisa memakai pakaian kerja yang lepas setiap kali 13. Setelah pekerjaan selesai, rapikan kembali sistem
mereka meninggalkan tempat kerja. HVAC.

Persyaratan tambahan:
KRITERIA 5.5.3

Puskesmas mengurangi risiko infeksi yang


terkait dengan pelayanan kesehatan perlu
melaksanakan dan mengimplementasikan
program PPI, untuk mengurangi risiko infeksi baik
bagi pasien, petugas, keluarga pasien, masyarakat,
dan lingkungan
ESENSI POKOK PIKIRAN DARI KRITERIA 5.5.3

• Program pencegahan dan pengendalian infeksi di Puskesmas adalah untuk mengidentifikasi dan
mengurangi risiko tertular dan menularkan infeksi di antara pasien, petugas, keluarga dan
masyarakat dan lingkungan melalui penerapan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasar transmisi, penggunaan antimikroba secara
bijak, dan bundles untuk infeksi terkait pelayanan Kesehatan.

• Pelaksanaan program tersebut perlu dipantau secara terus menerus untuk menjamin penerapan yang
konsisten

• Kewaspadaan standar dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

• Penerapan kewaspadaan standar perlu dipantau oleh tim PPI atau petugas yang diberi tanggung
jawab agar dilaksanakan secara periodik dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan Puskesmas
KEWASPADAAN STANDAR

Kebersihan tangan Pengendalian Lingkungan

Alat Pelindung Diri Pengendalian Limbah

Penyuntikan yang aman Manajemen Linen

Kebersihan pernafasan/etika
batuk
Penempatan pasien

Pengelolaan alkes
Kesehatan petugas
KEW ASPA D A A
N TRANSMISI

16
REGULASI

REGULASI PPI di a. SK tentang penerapan kewaspadaan standar


b. KAK Program PPI
Puskesmas c. SOP kebersihan tangan
d. SOP penggunaan APD
e. SOP penyuntikan yang aman
f. SOP penggunaan peralatan perawatan pasien
g. S0P Pengendalian kesehatan lingkungan
h. SOP Penangan limbah infeksius dan non infeksius ; benda tajam & jarum, darah dan komponen
darah
i. SOP pemrosesan peralatan pasien & penatalaksanaan linen dan laundry
j. SOP kesehatan karyawan/perlindungan petugas kesehatan
k. SPO penempatan pasien
l. SOP hygiene respirasi/etika batuk
m. SOP Tertusuk Jarum
n. SOP single use reuse

NOTE
Koordinator atau TIM PPI dalam menyusun regulasi, wajib mengacu Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer dan pedoman PPI lainnya yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI serta harus sesuai dengan pelaksanaan kegiatan yang di
lakukan di Puskesmas
ELEMEN PENILAIAN DARI KRITERIA 5.5.3

Terdapat bukti penerapan dan pemantauan prinsip-prinsip


kewaspadaan standar sesuai pokok pikiran huruf a sampai dengan
huruf i sesuai prosedur yang ditetapkan . (D,O,W)
01

ELEMEN PENILAIAN ELEMEN PENILAIAN

02
Bila ada pengelolaan pada pokok pikiran huruf f sampai dengan huruf h
yang dilaksanakan oleh pihak ketiga, Puskesmas harus memastikan
standar mutu diterapkan oleh pihak ketiga sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. (D,W)
KRITERIA 5.5.4

Kebersihan tangan diterapkan untuk


menurunkan risiko infeksi yang terkait dengan
pelayanan kesehatan
POKOK PIKIRAN DARI KRITERIA 5.5.4

• Puskesmas harus menerapkan kebersihan tangan yang terbukti


menurunkan risiko infeksi yang terjadi pada fasilitas kesehatan.

• Prosedur kebersihan tangan perlu disusun dan disosialisasikan, serta


media edukasi ditempel pada tempat yang mudah dibaca. Tenaga medis,
tenaga kesehatan, dan karyawan Puskesmas perlu diedukasi tentang
kebersihan tangan. Sosialisasi kebersihan tangan perlu juga dilakukan
untuk pasien, dan keluarga pasien.

• Kebersihan tangan merupakan kunci efektif pencegahan dan


pengendalian infeksi sehingga Puskesmas harus menetapkan kebijakan
dan prosedur mengenai kebersihan tangan.
POKOK PIKIRAN DARI KRITERIA 5.5.4

• Setiap karyawan Puskesmas harus memahami mampu menerapkan 6


(enam) langkah dan 5 (lima) kesempatan melakukan kebersihan tangan
dengan benar.

• Puskesmas wajib menyediakan perlengkapan dan peralatan untuk


melakukan kebersihan tangan antara lain:
a. fasilitas cuci tangan meliputi air mengalir, sabun, tisu pengering
tangan/handuk sekali pakai; dan/atau
b. hand rubs berbasis alkohol yang ketersediaannya harus terjamin di
Puskesmas
ELEMEN PENILAIAN PADA KRITERIA 5.5.4

1
Dilakukan edukasi kebersihan tangan pada tenaga medis,
tenaga kesehatan, seluruh karyawan Puskesmas, pasien
dan keluarga pasien. (D,W)
O H
N T
CO
ELEMEN PENILAIAN PADA KRITERIA 5.5.4

Perlengkapan dan peralatan untuk


kebersihan tangan tersedia di tempat
pelayanan. (D,O)
ELEMEN PENILAIAN PADA KRITERIA 5.5.4

3
Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut
terhadap pelaksanaan kebersihan
tangan. (D, W)
DOKUMEN 1. SOP Kebersihan Tangan
2. Tersedia Banner/Poster/ Leaflet tentang edukasi kebersihan
tangan
3. Instrumen Audit Kepatuhan kebersihan tangan
4. Instrumen Monitoring Kelengkapan fasilitas Kebersihan Cuci
tangan
5. Bukti pelaksaaan edukasi kebersihan tangan yang dilakukan
di Puskesmas dan wilayah kerja Puskesmas
6. Bukti hasil audit kepatuhan kebersihan tangan

SARANA DAN
PRASARNA
TOH INSTRUMEN MONITORING KELENGKAPAN FASILITAS KEBERSIHAN TANGAN
ON
C
Tehnik
Aturan Pengamatan Hand Hygiene
•Observasi langsung dengan metode terkini
•Observer terlatih  paham thdp metode dan alat observasi.
•Observasi dilakukan secara terbuka, tanpa menganggu jam kerja, namun
tetap menjaga kerahasiaan.
•Kepatuhan berdasarkan pendekatan “5 Moments HH” dari WHO.
Bila tangan tidak terlihat kotor, untuk sementara waktu
atau jika tidak ada sarana cuci tangan, membersihkan
tangan dapat dilakukan dengan cairan berbasis alkohol
Pendekatan “My 5
Moments for Hand
Hygiene ”

Sax H et al. Journal Hospital Infection 2007


Konsep Risiko Transmisi
AREA PERAWATAN

ZONA PASIEN
Lokasi kritis
dengan risiko
infeksi pada
pasien

Lokasi kritis
dengan risiko
pajanan cairan
tubuh
Definisi point-of-care

– Point-of-care – adalah tempat dimana 3 elemen terjadi ber-


sama: pasien, petugas kesehatan, dan
perawatan pasien yang melibatkan kontak (dalam zona
pasien)
– Konsepnya adalah melakukan Hand Hygiene di saat yang
tepat sewaktu melakukan perawatan
– Hal ini membutuhkan produk Hand Hygiene yang mudah
diakses dan sedekat mungkin dengan area perawatan 
tanpa meninggalkan pasien.
Hand Hygiene yang OPTIMAL

DI POINT-OF-CARE
Formulir Observasi

Detailed
instructions
are
available on
the back of
the form, to
be
consulted
during
observation
The grid of the Observation form

 Masing-masing kolom diperuntukan untuk 1


orang yang diobservasi
 Lakukan observasi pada petugas yang kontak
langsung dengan pasien
 Tidak mengobservasi lebih dari 3 petugas dalam
waktu bersamaan.
 KODE : diisi oleh petugas entry data
 WAKTU OBSERVASI : diisi waktu memulai
observasi di ruangan terpilih, sampai dengan
waktu
selesai melakukan observasi. (10-20 menit )
The grid of the Observation form
 OBSERVER : diisi nama jelas yang PROFESI
melakukan observasi
 TANGGAL OBSERVASI : diisi tanggal Perawat/ Bidan : (Perawat, Bidan,
observasi dilakukan, tanggal – bulan – Siswa kebidanan/keperawatan) 70
tahun %
 UNIT/INSTALASI : diisi unit/instalasi
saat observasi dilakukan, contoh : IRNA C
Dokter : (Dokter umum, Dokter
 RUANG/LANTAI : diisi ruang/lantai saat spesialis, Dokter konsultan,
observasi dilakukan, contoh : GPS Lt. 6 Co-Ass/PPDS )  10 %
Petugas lain : (Pekarya, Terapis,
Teknisi, ( Ahli gizi, pekerja sosial,
dan profesi lain yang terlibat di
pelayanan pasien )  20 %
Kejadian dua indikasi

Aktifitas perawatan Aktifitas perawatan Aktifitas perawatan Aktifitas perawatan


Perhitungan Hand Hygiene
COMPLIANCE

performed
Hand Hygiene actions (x 100)
--------------------------------------------
Hand Hygiene actions yang
dibutuhkan (opportunities)
The observer point of view
Kepatuhan Hand Hygiene

X
X 1 Hand Hygiene action x 100
X
---------------------------------------- = 50%
-
?
2 indications

X X

X 1 Hand Hygiene action x 100


---------------------------------------- = 100%
-
1 opportunity
Instrumen penilaian kebersihan tangan lima momen

Elements penilaian Ya Tidak NA

Sebelum menyentuh pasien √    

Setelah menyentuh pasien √    

Sebelum tindakan aseptik   √  

Setelah kontak cairan tubuh pasien √    

Setelah meninggalkan lingkungan pasien √    

Total 4 1  

Keterangan : COMPLIANCE RATE :


Ya = dilakukan sesuai standar
Tidak = tidak dilakukan sesuai standar Jumlah jawaban “YA” x 100 %
NA = tidak bisa diukur (tidak berlaku) Jumlah Pertanyaan
KRITERIA 5.5.5

Dilakukan upaya pencegahan penularan infeksi dengan


penerapan kewaspadaan berdasar transmisi dalam
proses penyelenggaraan pelayanan pasien yang dapat
ditularkan melalui transmisi air borne.
POKOK PIKIRAN PADA KRITERIA 5.5.5

• Program PPI dalam kewaspadaan isolasi terdiri dari kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan transmisi. Kewaspadaan berdasar transmisi meliputi
kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak, droplet dan air borne.

• Penularan penyakit air borne disease termasuk penularan yang diakibatkan oleh prosedur
atau tindakan yang menimbulkan aerosolisasi merupakan salah satu risiko yang perlu
diwaspadai dan mendapat perhatian khusus di Puskesmas.

• Untuk mengurangi risiko penularan air borne disease diantaranya dengan menggunakan
APD, penataan ruang periksa, penempatan pasien, maupun transfer pasien dilakukan sesuai
dengan prinsip PPI. Upaya pencegahan juga perlu ditujukan untuk memberikan
perlindungan kepada staf, pengunjung serta lingkungan pasien. Pembersihan kamar
dengan benar setiap hari selama pasien tinggal di puseksmas dan pembersihan kembali
setelah pasien pulang harus dilakukan sesuai standar atau pedoman pengendalian infeksi
POKOK PIKIRAN PADA KRITERIA 5.5.5

• Untuk mencegah penularan airborne disease perlu melakukan identifikasi


pasien yang berisiko dengan memberikan masker, menempatkan pasien di
tempat tersendiri atau kohorting dan mengajarkan etika batuk.

• Untuk pencegahan penularan transmisi airborne ditetapkan alur dan SOP


pengelolaan pasien sesuai ketentuan
2 Pilar Kewaspadaan
KEWASPADAAN ISOLASI Isolasi

Diterapkan pada semua


KEWASPADAAN klien
STANDAR yang ke fasilitas
pelayanan kesehatan,
setiap waktu

KEWASPADAAN Hanya diterapkan pada


BERDASARKAN
TRANSMISI pasien yang dicurigai
terinfeksi
Kewaspadaan
Berdasar Transmisi
 Partikel kecil < 5 μm mengandung mikroba
melayang/menetap di udara beberapa jam,
ditransfer sebagai aerosol melalui aliran udara
dalam ruangan /jarak lebih jauh dari 2 m,
idealnya 3m
ba c t erium
Myco ?
is
u be rculos
t
 Prosedur yang dapat menimbulkan mis
Kewaspadaan suction, bronkoskopi, nebulising,i ntubasi

transmisi airborne  APD masker bedah ( pasien )


respirator partikulat (N95,petugas )
sarung tangan
gaun
apron ( cairan yg banyak )

 Mycobacterium TB,Campak,Cacar Air,


Zoster
Langkah-langkah penerapan kewaspadaan
transmisi melalui udara
• Pengaturan penempatan posisi pemeriksa, pasien dan ventilasi
mekanis di dalam suatu ruangan dengan memperhatikan arah
suplai udara bersih yang masuk dan keluar.

• Penempatan pasien TB yang belum pernah mendapatkan terapi


OAT, harus dipisahkan dari pasien lain, sedangkan pasien TB yang
telah mendapat terapi OAT secara efektif berdasarkan analisis
resiko tidak berpotensi menularkan TB baru dapat dikumpulkan
dengan pasien lain.
• Pertukaran udara alamiah (natural ventilation)
dapat dikombinasikan dengan pertukaran
udara mekanis yang menggunakan kipas angin
dan exhaust fan untuk mengatur udara di
dalam suatu ruangan agar menghindari /
meminimalkan terjadinya penularan.
• Peringatan tentang cara transmisi infeksi dan penggunaan APD
pada pasien, petugas dan pengunjung penting dicantumkan di
pintu ruangan rawat pasien sesuai kewaspadaan transmisinya.

• Ruang rawat pasien TB/MDR TB sebaiknya menggunakan ruangan


bertekanan negatif. Untuk RS yang belum mampu menyediakan
ruang tersebut, harus memiliki ruang dengan ventilasi yang
memadai, minimal terjadi pertukaran udara 12x/jam (diukur
dengan alat Vaneometer).  untuk rumah sakit dengan ruang
isolasi
 JANGAN ADA C ELAH
UDARA
ELEMEN PENILAIAN PADA KRITERIA 5.5.5
5.5.5
Dilakukan identifikasi penyakit infeksi yang ditularkan melalui transmisi airborne dan prosedur
atau tindakan yang menimbulkan aerosolisasi yang dilayani di Puskesmas serta upaya pencegahan
penularan infeksi melalui transmisi airborne dengan pemakaian APD, penataan ruang periksa,
penempatan pasien, maupun transfer pasien, sesuai dengan regulasi yang disusun. (D,O,W)
01

ELEMEN PENILAIAN ELEMEN PENILAIAN

02
Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil pemantauan terhadap
pelaksanaan penataaan ruang periksa, penggunaan APD, penempatan
pasien, transfer pasien untuk mencegah transmisi infeksi (D.O.W)
 
1. Bukti Identifikasi penyakit
infeksi terutama saat
penerimaan pasien di
Puskesmas
2. Alur Penatalaksanaan Pasien
Infeksius
3. Bukti Monitoring dan
tindaklanjut dari pemantauan
pencegahan transmisi Infeksi
CONTOH
Contoh penghitungan pertukaran udara
• Jendela terbuka : tinggi 0.5 m, lebar 0,5 m
• Luas jendela 0.5 x 0.5 = 0,25m2
• Kecepatan udara rata-rata lewat jendela = 0,5 m/detik
• Dimensi ruangan: lebar 3 m, panjang 5 m, tinggi 3 m
• Isi ruangan = 3 x 5 x 3 = 45 m3
• Perkiraan laju aliran udara rata-rata:
Luas jendela x kecepatan udara rata-rata lewat jendela = 0,25 m2
x 0,5m/detik x 3600 detik/jam = 450 m3/jam
• Pertukaran udara setiap jam:
Laju aliran udara rata-rata dibagi isi ruangan = 450m3/jam:45m3 =
10 kali/jam
KRITERIA 5.5.6

5.5.6 Ditetapkan dan dilakukan proses untuk menangani outbreak infeksi baik di Puskesmas atau di
wilayah kerja Puskesmas

POKOK PIKIRAN
• Puskesmas menetapkan kebijakan tentang outbreak bagaimana penanggulangan sesuai
dengan wewenangnya, untuk menjamin perlindungan kepada petugas, pengunjung dan
lingkungan pasien
• Kriteria outbreak infeksi terkait pelayanan kesehatan di Puskesmas adalah:
a) terdapat kejadian infeksi yang sebelumnya tidak ada atau sejak lama tidak pernah
muncul yang diakibatkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan yang berdampak risiko
infeksi baik di Puskesmas atau di wilayah kerja Puskesmas.
b) peningkatan kejadian 2 kali lipat atau lebih dibanding periode sebelumnya.
c) kejadian dapat meningkat secara luas dalam kurun waktu yang sama
d) kejadian infeksi yang ditetapkan sebagai outbreak oleh pemerintah.
• Dalam  keadaan outbreak disusun dan diterapkan panduan, protokol-protokol
kesehatan dan prosedur yang sesuai untuk mencegah penularan penyakit infeksi
 
DRAFT STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB 5
5.5.6

Dilakukan identifikasi kemungkinan terjadinya outbreak infeksi baik yang terjadi di


Puskesmas atau di wilayah kerja Puskesmas. (D,W)
01

ELEMEN PENILAIAN ELEMEN PENILAIAN

Jika terjadi outbreak infeksi, dilakukan penanggulangan sesuai dengan


kebijakan, panduan, protokol kesehatan, dan prosedur yang disusun serta 02
dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan penanggulangan
sesuai dengan regulasi yang disusun (D.W)
 
 
KEJADIAN LUAR BIASA DI FKTP ?
1 2 3

Dipengaruhi Cara Penularan dan Hosts; kondisi


Kondisi yang pasien rentan dan
virulensi Mikroba
mempengaruhinya kondisi yang
pathogen
membuat rentan
MANAJEMEN DAN LANGKAH INVESTIGASI KLB
01 Persiapan Lapangan
07 Evaluasi hasil

02 Memastikan KLB
08 Komunikasi hasil temuan

03 Verifikasi Dx

09 Pencegahan dan
Penanggulangan
04 Tetapkan kasus KLB (umumkan)

10 Observasi hasil tindakan

05 Pengolahan Data Deskriptif


11 Kasus dihentikan

06 Buat langkah penanggulangan


 Etiologi agent
 Profilaksis  Modus penularan
 Isolasi  Cara penularan
 Peringatan publik  Sumber kontaminasi
 Tindakan higiene  Populasi berisiko
 Sumber paparan

Gambar 38. Skema penetapan diagnosis KLB


DOKUMEN
1. Dokumen Identifikasi kejadian
outbreak infeksi di Puskesmas
atau di wilayah kerja Puskesmas
2. Bukti penetalaksanaan kejadian
outbreak infeksi
3. Bukti Monitoring dan tindaklanjut
dari penanggulangan kejadian
outbreak infeksi
INSTRUMEN AKREDITASI KLINIK (PPI)
EP PMKP 3 TELUSUR
1. Klinik menetapkan kebijakan dan prosedur kewaspadaan R Regulasi dan prosedur (SOP) kewaspadaan standar dan ke-
standar dan kewaspadaan transmisi di Klinik waspadaaan transmisi di Klinik
2. Staf klinik memahami kebijakan dan prosedur kewaspadaan W  Tim PMKP
standar dan kewaspadaan transmisi  Staf Klinik
 
 Tim PMKP
S
 StaKlinik
 
3. Ada petugas yang kompeten yang bertanggung jawab D  Penetapan petugas yang kompeten yang bertanggung
memantau dan mengevaluasi implementasi PPI di klinik jawab memantau dan mengevaluasi implementasi PPI di
 
klinik
   Bukti pemantauan dan evaluasi implementasi PPI di klinik
   
 Pemantau implementasi PPI
W
 Staf Klinik
4. Tersedia bukti pelaksanaan Kebersihan tangan pada staf D  Bukti pelaksanaan Kebersihan tangan pada staf klinik sesuai
klinik sesuai standar PPI standar PPI
O

5. Tersedia bukti Penggunaan APD sesuai standar PPI D bukti Penggunaan APD sesuai standar PPI
O
INSTRUMEN AKREDITASI KLINIK (PPI)

EP PMKP 3 TELUSUR
6. Tersedia bukti pelaksanaaan 5 kunci keamanan pangan D Bukti pelaksanaaan 5 kunci keamanan pangan (Jaga
(Jaga Kebersihan, Memisahkan Pangan Mentah dari Pan- Kebersihan, Memisahkan Pangan Mentah dari Pangan
gan Matang, Memasak dengan benar, Jaga Pangan Pada Matang, Memasak dengan benar, Jaga Pangan Pada
Suhu Aman, Menggunakan Air dan Bahan Baku yang   Suhu Aman, Menggunakan Air dan Bahan Baku yang
Aman)   Aman)
O
7. Tersedia bukti pelaksanaan Dekontaminasi dan sterilisasi D Bukti pelaksanaan Dekontaminasi dan sterilisasi per-
peralatan perawatan pasien sesuai standar PPI alatan perawatan pasien sesuai standar PPI
O

8. Tersedia bukti pengolahan limbah sesuai standar PPI D Bukti pengolahan limbah sesuai standar PPI
 
O
9. Tersedia bukti Penatalaksanaan linen sesuai standar PPI D Bukti Penatalaksanaan linen sesuai standar PPI
O

10. Tersedia bukti pemeriksaan kesehatan karyawan secara D bukti pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala
berkala
O
INSTRUMEN AKREDITASI KLINIK (PPI)

EP PMKP 3 TELUSUR
11. Tersedia bukti penerapan Etika batuk dan bersin D Bukti penerapan Etika batuk dan bersin
 
O
12. Tersedia bukti pelaksanaan Praktik menyuntik yang D Bukti pelaksanaan Praktik menyuntik yang aman
aman
 
O
13. Tersedia bukti pelaksanaan Praktik lumbal pungsi yang D Bukti pelaksanaan Praktik lumbal pungsi yang aman
aman (jika ada di klinik utama) (jika ada di klinik utama)
  
O
14. Tersedia bukti tindaklanjut hasil monitoring dan evalu- D Bukti tindaklanjut hasil monitoring dan evaluasi pelak-
asi pelaksanaan PPI di klinik sanaan PPI di klinik
Terimakasih

dr. SUSANA INDAHWATI


WA : 081334554975

You might also like