You are on page 1of 33

PBL KEPERAWATAN ANAK II

“ BADAN ANAKKU BENGKAK-BENGKAK “

Dosen Pengampuh :

Cindy Puspita Sari Haji Jafar, S. Kep., Ns., M. Kep

Kelompok 7

Kelas B Semester 5

SASMITHA EKA PUTRI HARUN 841420056


REYTA SAFITRI BAGINDA 841420090
SITTI NUR FAUZIYAH R. MOHAMAD 841420081
KARMILA BAKS 841420082
SRI FAJRIANI TAHIR 841420067
MARYAM PUTRI ISMAIL 841420098
NURFADILLAH ABDULLAH 841420078
FAHRUL BIMANSYAH ABDUL SALIM 841420058
AGUSTIRA PUTRA ALBANI PAKAYA 841420064

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, serta kepada keluarga, sahabat,
kerabat beliau sekalian.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan dan kelancaran dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Anak
II yang berjudul “” dapat selesai sesuai waktu yang telah kami rencanakan. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada: Cindy Puspita Sari Haji Jafar, S. Kep., Ns., M.
Kep selaku dosen Keperawatan Anak II.
Teman-teman sekalian yang selalu mendukung menyusun dan menyelesaikan
makalah dengan semaksimal mungkin Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi
penulis tentunya bertujuan untuk menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini,
sesuai dengan pengetahuan yang kami peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber yang
lain. Semoga semuanya memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan atau kata-
kata di dalam makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Gorontalo, Oktober 2022

Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan ginjal akut (GgGA) pada anak masih menjadi masalah karena
merupakan kontributor signifikan terhadap morbiditas dan mortalitas. Semakin
tinggi keparahan gangguan ginjal akut menyebabkan peningkatan angka kematian
(Sharma, Jha and Singh, 2020).
Mortalitas pada pasien dengan GgGA (31,2%) lebih tinggi dibandingkan
dengan pasien tanpa GgGA (6,9%). Gangguan ginjal akut sering ditemukan pada
anak dengan penyakit kritis yang dirawat di unit perawatan intensif anak (Sharma,
Jha and Singh, 2020).
Anak yang menderita GgGA memiliki periode rawat inap yang lebih lama
dan tetap dirawat di unit perawatan intensif anak (PICU), dan membutuhkan
ventilasi mekanis, juga dapat berkembang menjadi penyakit ginjal kronis. (Cleto-
Yamane et al., 2019).
Selain itu, insidens GgGA pada anak yang dirawat di rumah sakit mengalami
peningkatan (Andreoli, 2009). Namun belum ada data yang melaporkan mengenai
insidens GgGA pada anak di unit perawatan intensif anak RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo tahun 2020.

B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep Medis Dari Gagal Ginjal Akut
2. Untuk Mengetahui Konsep Keperawatan Dari Gagal Ginjal Akut
KASUS 4
BADAN ANAKKU BENGKAK-BENGKAK

Seorang anak perempuan berusia 8 tahun (An.T) dirawat dengan keluhan utama bengkak-
bengkak pada mata dan kakinya, bengkak muncul sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk
rumah sakit. Ibunya mengatakan An.T tampak sering BAK tapi sedikit. Ibu juga mengeluh
seluruh badan ananknya panas, Ibunya mengatakan pinggang An.T terasa sakit hingga ke
perut.

Hasil pemeriksaan didapatkan; kesadaran anak composmentis, tekanan darah 130/100


mmHg, Suhu 40,50C, Nadi 106x/menit, RR 22x/menit, urine tampak berwarna kecokelatan,
oliguria, proteinuria, bengkak pada wajah khususnya disekitaran dan kakinya tampak
edema, terdapat peningkatan berat badan. Anak tampak demam dan lemas, badan teraba
hangat, CRT > 2 detik.

Berdasarkan pengkajian; An. T tampak meringis menahan nyeri pinggang menjalar ke


perut, nyeri dirasakan hilang timbul dirasakan saat bergerak, dengan skala 4.
LEMBAR KERJA MAHASISWA

1. KLASIFIKASI ISTILAH – ISTILAH PENTING


a. Composmentis
Kesadaran komposmentis Composmentis, yaitu kondisi seseorang
yang sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap
lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan yang ditanyakan pemeriksa
dengan baik(Hartanto et al 2019).
b. Urine
Urine atau air seni adalah sisa hasil metabolisme yang disekresikan
oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh malalui
proses urinalisis. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekul-
molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal untuk menjaga
hemostasis cairan tubuh (Wahyundari, 2016).
c. TD
Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang dipompa oleh jantung
ke dinding arteri yang meliputi tekanan darah sistolik dan diastolic. (chindy,
2019).
 Bayi : 70-90/50 mmHg
 Anak-anak : 80-100/60 mmHg
 Dewasa muda : 110-125/60-70 mmHg
 Dewasa tua : 130-150/80-90 mmHg
d. Suhu
Suhu adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu disebut termometer. Suhu menunjukkan
derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin
panas benda tersebut.(Idawati Supu, 2016).
e. Oliguria
Oliguria didefinisikan sebagai produksi urine (urine output) yang
berkurang. Berdasarkan kriteria Kidney Disease: Improving Global
Outcomes (KDIGO), oliguria didefinisikan sebagai volume urine < 0,5
ml/kg/jam selama 6 jam.
Oliguria menggambarkan gangguan atau penurunan fungsi ginjal, utamanya
laju filtrasi glomerular. Oliguria dapat disebabkan oleh penurunan volume
intravaskular, penurunan tekanan perfusi ginjal, dan gangguan struktural
pada ginjal. Adanya kondisi oliguria pada pasien membutuhkan perhatian
khusus, karena oliguria merupakan salah satu tanda dari acute kidney injury
(Klein SJ, Lehner GF, Forni LG, Joannidis M. Oliguria in critically ill
patients: a narrative review. J Nephrol, 2018).
f. Proteinuria
Proteinuria merupakan salah satu indikator yang paling mudah
diperiksakan. Dengan melihat adanya kadar protein dalam hal ini albumin
makan bisa diprediksi adanya kerusakan pada ginjal, walaupun ada kondisi
dimana terjadi adanya proteinuria tanpa terjadi kerusakan ginjal. Hampir
segala bentuk kerusakan nefritis lupus dapat mengekspresikan proteinuria
terutama aktifitas penyakit yang meningkat. Proteinuria adalah adanya
protein di dalam urin manusia dengan jumlah yang abnormal dengan nilainya
lebih dari normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam. (Hakim, D. 2021)
g. Edema
Edema merupakan kondisi vena yang terbendung karena adanya
peningkatan tekanan hidrostatik intravaskuler (tekanan yang mendorong
darah mengalir di dalam vaskuler oleh kerja pompa jantung), sehingga
menimbulkan pembesaran atau penumpukan cairan plasma ke ruang
interstitium. Dalam keadaan edema pasien tidak bisa melakukan aktivitas
sehari hari dan hal ini dapat menimbukan komplikasi (Budiono
& Ristanti, 2019).
h. CRT
Capillary refill tune (CRT) adalah metrik yang berguna dan cepat
dalam menentukan status volume intravaskular pasien yang sakit terutama
mereka dengan kondisi yang timbul atau hilang dari hipovolemia Contoh
keadaan patologis ini termasuk tetapi tidak terbatas pada hipo dan
hipertermia, semua bentuk syok , perdarahan, kehilangan volume plasma
pada luka bakar. kehilangan gastrointestinal melalui diare atau muntah, over-
diuresis, dan reaksi anafilaksis Informasi yang diperoleh dari penilaian CRT
kemudian dapat memandu menemukan strategi resusitasi, menilai kembali
terapi yang diterapkan, dan menentukan titik akhir pengobatan. Status
volume juga dapat dinilai melalui bermacam-macam pemeriksaan klinis dan
pengukuran objektif lainnya (yang dikutip dari D McGuire, 2022).

2. PERTANYAAN – PERTANYAAN PENTING


a. Mengapa pada pasien GGA terdapat Edema pada wajah dan kaki ?
b. Mengapa pada pasien GGA mengalami Oliguria ?
c. Mengapa pasien hipertensi bisa mengakibatkan penyakit GGA ?

3. JAWABAN PERTANYAAN PENTING


a. Terdapat edema Pada ekstremitas bawah edema terjadi akibat penumpukan
cairan karena berkurangnya tekanan osmotik plasma dan retensi natrium
serta air. Akibat peranan dari gravitasi, cairan yang berlebih tersebut akan
lebih mudah menumpuk di tubuh bagian perifer seperti kaki, sehingga edema
perifer akan lebih cepat terjadi dibanding gejala kelebihan cairan lainnya
pada kasus gagal ginjal. Itu disebabkan karena terjadinya penurunan fungsi
ginjal dimana ginjal tiak mampu mengekskresikan cairan yang berlebih.
(Patricia, 2021).
b. Terjadinya penurunan produksi urine (oliguria) Pada pasien gagal ginjal,
terjadi penurunan fungsi ginjal, jumlah nefron yang sudah tidak berfungsi
menjadi meningkat, maka ginjal tidak akan mampu dalam menyaring urine.
Kemudian dalam hal ini, glomerulus akan kaku dan plasma tidak dapat di
filter dengan mudahnya lewat tobulus sehingga terjadi retensi natrium dan
cairan yang mengakibatkan ginjal tidak mampu dalam mengkonsentrasikan
atau mengencerkan urine secara normal sehingga terjadi oliguria. (Patricia,
2021).
c. Hipertensi menyebabkan rangsangan barotrauma pada kapiler glomerolus
dan meningkatkan tekanan kapiler glomerolus terebut, yang lama kelamaan
akan menyebabkan glomerolusclerosis. Glomerulusclerosis dapat
merangsang terjadinya hipoksia kronis yang menyebabkan kerusakan ginjal.
Hipoksia yang terjadi menyebabkan meningkatnya kebutuhan metabolisme
oksigen pada tempat tersebut, yang menyebakan keluarnya substansi
vasoaktif (endotelin, angiotensin dan norephineprine) pada sel endotelial
pembuluh darah lokal tersebut yang menyebabkan meningkatnya
vasokonstriksi (Jurnal Ilmiah Kedokteran , 2018).
4. MIND MAP
Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu sindrom klinik akibat adanya gangguan
fungsi ginjal yang terjadi secara akut, ditandai dengan berkurangnya volume urin
dalam 24 jam. Penderita gagal ginjal akut dilakukan perbaikan aliran darah ke ginjal,
dengan menghentikan penggunaan obat-obatan yang merusak ginjal dan
memperberat kerja ginjal atau mengangkat sumbatan pada saluran kencing. Stadium
ini, fungsi ginjal masih dapat dikembalikan seperti semula (yang di kutip dari TA
Yuliawati, 2017).

5. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA


Dari kasus ini diharapkan mahasiswa dapat memahami cara mendiagnosa
pasien, dan tindakan yang dapat dilakukan pada pasien dengan penyakit GAGAL
GINJAL AKUT.

6. INFORMASI TAMBAHAN
a. Mardhika, A. S., Somasetia, D. H., & Wulandari, D. A. (2019). Korelasi
antara Kadar Neutrophil Gelatinase Associated Lipocaline Urin dengan Laju
Filtrasi Glomerulus pada Variasi Waktu untuk Mendeteksi Dini Gangguan
Ginjal Akut pada Anak Sepsis. Sari Pediatri, 21(1), 1-7.

7. KLASIFIKASI INFORMASI
a. Salah satu tanda klinis sepsis adalah hipotensi yang terjadi apabila tubuh
sudah tidak bisa mengompensasi kebutuhan jaringan termasuk perfusi ginjal
yang menyebabkan terjadinya gangguan ginjal akut (GgGA).5 Sepsis pada
dewasa dan anak dapat menyebabkan GgGA 40%-50%.6 Sepsis merupakan
salah satu penyebab sakit kritis pada anak dan merupakan penyebab utama
terjadinya GgGA. Ginjal merupakan organ ekskresi tubuh yang berfungsi
menjaga keseimbangan internal dengan jalan menjaga komposisi cairan
ekstrasel. Ginjal dapat mengalami gangguan sehingga proses filtrasi zat
toksis tidak berjalan maksimal bahkan ada kalanya terjadi gagal ginjal.9
Gangguan ginjal akut merupakan istilah pengganti dari gagal ginjal akut,
didefinisikan sebagai penurunan mendadak fungsi ginjal dengan penilaian
laju filtrasi glomerulus (LFG), ditandai dengan peningkatan kadar kreatinin
serum dan hasil metabolisme nitrogen serum lainnya serta adanya
ketidakmampuan ginjal untuk mengatur homeostasis cairan dan elektrolit.
Kriteria GgGA dibuat berdasarkan pediatric risk injury failure loss end stage
renal disease (pRIFLE) yang dinilai dari kriteria LFG dan kriteria luaran
urin. Gangguan ginjal akut secara global telah menjadi tantangan utama
kesehatan dengan perkiraan 13,3 juta kasus per tahun dan menyebabkan
kematian 1,7 juta kasus per tahun. 8 Berdasarkan 7th Report of Indonesian
Renal Registry pada tahun 2014, angka kejadian gagal ginjal akut pada anak
dan dewasa di Indonesia tercatat 1562 pasien. 10 Gangguan ginjal akut ini
dapat didiagnosis dengan pemeriksaan parameter urinalisis, blood urea
nitrogen (BUN), kadar kreatinin serum, elektrolit, sistatin C, analisis gas
darah sesuai indikasi, serta pemeriksaan neutrophil gelatinase associated
lipocaline urine (NGALu).
BAB II
KONSEP MEDIS

1. Definisi
Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu sindrom klinik akibat adanya gangguan
fungsi ginjal yang terjadi secara akut, ditandai dengan berkurangnya volume urin
dalam 24 jam. Penderita gagal ginjal akut dilakukan perbaikan aliran darah ke ginjal,
dengan menghentikan penggunaan obat-obatan yang merusak ginjal dan
memperberat kerja ginjal atau mengangkat sumbatan pada saluran kencing. Stadium
ini, fungsi ginjal masih dapat dikembalikan seperti semula (yang di kutip dari TA
Yuliawati, 2017).

2. Etiologi
a. Gagal Ginjal Akut pre renal (gangguan diluar renal) disebabkan karena syok
hypovolemik, misalnya: dehidrasi berat, diare, perdarahan, gagal jantung,
sepsis.
b. Gagal Ginjal Akut renal (kerusakan dalam ginjal) disebabkan oleh kelainan
vascular, misalnya myelonephritis, glomerulonephritis, intoksikasi, penyakit
lupus, vaskulitis, hipertensi maligna, glomerulonefritis akut dan Nefritis
interstitial akut.
c. Gagal Ginjal Akut post renal disebabkan oleh obstruksi intra renal dan ekstra
renal, misalnya obstruksi saluran kemih, tumor, batu saluran kemih (yang di
kutip dari TA Yuliawati, 2017).

3. Manifestasi Klinis
a. Perubahan haluaran urine (haluaran urine sedikit, mengandung darah dan
gravitasinya rendah (1,010) sedangkan nilai normalnya adalah 1,015 1,025).
b. Peningkatan BUN, kreatinin.
c. Kelebihan volume cairan.
d. Hiperkalemia.
e. Serum kalsium menurun, fosfat meningkat.
f. Asidosis metabolik.
g. Anemia.
h. Letargi.
i. Mual persisten, muntah dan diare.
j. Napas berbau urine.
k. Manifestasi sistem syaraf pusat mencakup rasa lemah, sakit kepala, kedutan
otot dan kejang.
4. Patofisiologi
AKI biasanya reversibel, tetapi penyimpangan fungsi fisiologis dapat menjadi
ekstrem, dan mortalitas pada kelompok usia pediatrik tetap tinggi. Terjadi penurunan
GFR yang parah, peningkatan kadar BUN, dan penurunan yang signifikan pada
aliran darah ginjal. Perjalanan klinis bervariasi dan tergantung pada penyebabnya.
Dalam AKI reversibel, ada periode oliguria berat, atau fase output rendah, diikuti
oleh diuresis yang tiba-tiba, atau output tinggi fase, dan kemudian secara bertahap
kembali ke (atau menuju) volume urin normal.

5. Klasifikasi
a. AKI Prerenal
Terjadi karena aliran plasma dan tekanan intraglomerulus tidak cukup
untuk mempertahankan kapasitas filtrasi. Penyebab paling umum adalah
hipovolemia, diikuti oleh penurunan curah jantung atau gangguan
autoregulasi, yang dapat diinduksi oleh NSAID. AKI prerenal biasanya
reversibel dalam hal menormalkan SCr awal, tetapi mungkin masih
melibatkan cedera. Autoregulasi arteriol pra dan pascaglomerulus diperlukan
baik untuk aliran darah ginjal yang memadai dan untuk mempertahankan
tekanan hidrostatik di glomerulus.
b. AKI Postrenal
Disebabkan oleh obstruksi aliran urin. Sejumlah penyebab ada seperti
hiperplasia prostat jinak, striktur uretra, kanker panggul atau perut, penyebab
neurologis seperti multiple sclerosis, obstruksi ureter dari batu ginjal atau
cedera ureter setelah operasi atau trauma.35,44]. Tindakan awal adalah untuk
menyingkirkan obstruksi aliran urin, dan setelah itu, USG harus dilakukan
untuk menyingkirkan hidronefrosis.26]. Dalam kasus di mana nyeri pinggang
hadir, pencitraan pilihan harus dihitung tomografi tanpa kontras untuk
menyingkirkan batu ginjal.
c. Renal
Ginjal mungkin terkait dengan obat nefrotoksik, nefrotoksin lain,
infeksi, sepsis, iskemia ginjal, hipertensi maligna atau peradangan
(misalnya glomerulonefritis, vaskulitis, reaksi alergi). Dengan tidak adanya
penyebab yang jelas dari AKI, respon yang tidak memadai terhadap
pengobatan, atau temuan hematuria dan proteinuria pada pasien dengan
AKI, penyakit inflamasi pada parenkim ginjal seperti glomerulonefritis dan
vaskulitis harus dicurigai (Daniel Hertzberg, Linda Ryden,John W.
Pickering, Ulrik Sartipy dan Martin J. Holzmann, 2017).

6. Prognosis
Mortalitas akibat GGA bergantung keadaan klinik dan derajat gagal ginjal.
Perlu diperhatikan faktor usia, makin tua makin jelek prognosanya, adanya infeksi
yang menyertai, perdarahan gastrointestinal, penyebab yang berat akan
memperburuk prognosa. Penyebab kematian tersering adalah infeksi (30-50%),
perdarahan terutama saluran cerna (10-20%), jantung (10-20%), gagal nafas (15%),
dan gagal multiorgan dengan kombinasi hipotensi, septikemia, dan sebagainya.
Pasien dengan GGA yang menjalani dialysis angka kematiannya sebesar 50-60%,
karena itu pencegahan, diagnosis dini, dan terapi dini perlu ditekankan Jainurakhma,
(J., Koerniawan, D., Supriadi, E., Frisca, S., Perdani, Z. P., Zuliani, Z., ... &
Yudianto, A. 2021).

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan urin gagal ginjal akut (acute kidney injury) dapat ditentukan
oleh keluaran urin (urine output) dan/atau kreatinin darah.
Pada urinalisis, hal-hal berikut harus diperhatikan:
 Keluaran urin (urine output)
 Fraksi ekskresi dari natrium dan urea (FENa / fractional
excretion of sodium and urea)
 Albuminuria dan proteinuria
 Hematuria
 Sedimen urin
b. Kimia darah
Pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar kreatinin dan ureum dalam
darah.
c. IVP, USG, CT-scan
Pencitraan yang dapat dilakukan untuk gagal ginjal akut berupa
ultrasonografi abdomen, CT-scan atau MRI, serta angiografi aortorenal.
Ultrasonografi berguna untuk melihat adanya gangguan ginjal seperti
ukuran yang mengecil, obstruksi saluran kemih, dan hidronefrosis.
Ultrasonografi abdomen juga bermanfaat untuk menilai liver dan abdomen
pasien. Jika pada hasil ultrasonografi ditemukan kecurigaan obstruksi,
lakukan CT-scan atau MRI untuk evaluasi lebih lanjut. Angiografi
aortorenal dapat dilakukan jika terdapat kecurigaan gangguan vaskular
ginjal seperti contohnya pada stenosis arteri renalis.

8. Penatalaksanaan
a. Terapi Cairan
Keseimbangan cairan harus individual, meskipun cairan yang optimal
untuk efek ini belum ditentukan. Titrasi cairan sangat kompleks dan
memerlukan pemantauan yang cermat terhadap volemia pasien
Hipovolemia mengurangi aliran darah ginjal, tetapi pasien AKI juga
berisiko mengalami kelebihan volume.
b. Obat Vasopresor
Setelah resusitasi volume, dukungan vasopresor harus
dipertimbangkan untuk mempertahankan perfusi ginjal untuk menghindari
keseimbangan cairan positif. Pada pasien dengan AKI, target tekanan darah
median harus lebih tinggi dari 65 mmHg untuk memastikan perfusi ginjal
yang akurat.
c. Diuretik
Penggunaan diuretik hanya direkomendasikan untuk mengatasi
kelebihan cairan dan gangguan elektrolit pada AKI. Berdasarkan studi
patofisiologi, sebelumnya diperkirakan bahwa diuretik loop dapat
melindungi lengkung Henle dari iskemia dengan mengurangi beban
kerjanya.
d. Nefrotoksisitas Obat
Nefrotoksisitas obat telah dikaitkan dengan 20-40% penyebab AKI dan
dapat mencapai hingga 60% pada pasien usia lanjut. Pasien dengan AKI
atau CKD yang mendasari, sepsis, gagal hati akut atau kronis, gagal jantung
akut atau kronis, hipertensi pulmonal, keganasan, dan operasi pajanan
berada pada peningkatan risiko nefrotoksisitas yang diinduksi obat.
e. Strategi Terapi Lainnya
Prakondisi iskemik jarak jauh adalah teknik yang menginduksi
beberapa siklus pendek iskemia dan reperfusi dengan inflasi manset . Ini
telah diuji sebagai metode yang mungkin untuk melindungi ginjal dari
cedera reperfusi iskemia, meskipun ada bukti yang bertentangan mengenai
hasil dalam mengurangi AKI atau kematian, dan tidak direkomendasikan
dalam praktik klinis.
f. Terapi Penggantian Ginjal
Kriteria konvensional untuk inisiasi RRT pada AKI adalah anuria,
hiperkalemia berat/refrakter, asidosis metabolik berat/refrakter, kelebihan
volume refrakter, azotemia berat, atau komplikasi klinis uremia seperti
ensefalopati, perikarditis, atau neuropati (JoséDiaAgapito Fonseca, Cristina
Outerelo, 2020).

9. Komplikasi
Anak dengan AKI memiliki kecenderungan untuk mengalami intoksikasi air
dan hiponatremia, yang membuat sulit untuk menyediakan kalori dalam jumlah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan anak dan mengurangi katabolisme jaringan,
asidosis metabolik, hiperkalemia, dan uremia. Jika anak dapat mentoleransi makanan
oral, dapat diberikan sumber makanan tinggi karbohidrat dan lemak pekat tetapi
rendah protein, kalium, dan natrium. Namun, banyak anak mengalami gangguan
fungsional pada saluran pencernaan, seperti mual dan muntah; oleh karena itu, rute
IV umumnya lebih disukai dan biasanya terdiri dari asam amino esensial atau
kombinasi asam amino esensial dan nonesensial yang diberikan melalui rute vena
sentral.
Kontrol keseimbangan air pada pasien ini memerlukan pemantauan informasi
umpan balik yang cermat. seperti asupan dan haluaran yang akurat, berat badan, dan
pengukuran elektrolit. Secara umum, selama fase oliguri, tidak ada natrium, klorida,
atau kalium yang diberikan kecuali ada kehilangan besar lainnya yang terus berlanjut.
Pengukuran rutin elektrolit plasma, pH, BUN, dan kadar kreatinin diperlukan untuk
menilai kecukupan terapi cairan dan untuk mengantisipasi komplikasi yang
memerlukan penanganan khusus.
a. Hiperkalemia adalah ancaman paling langsung bagi kehidupan anak dengan
AKI. Hiperkalemia dapat diminimalkan dan kadang-kadang dihindari
dengan menghilangkan kalium dari semua makanan dan cairan, mengurangi
katabolisme jaringan, dan mengoreksi asidosis. Tindakan yang digunakan
untuk menurunkan kadar kalium serum adalah pemberian resin penukar ion
secara oral atau rektal, seperti natrium polistirena sulfonat (Kayexalate) dan
dialisis peritoneal atau hemodialisis (lihat nanti di bab). Resin
menghasilkan efeknya dengan menukar natriumnya dengan kalium,
sehingga mengikat kalium untuk dikeluarkan dari tubuh. Peningkatan
konsentrasi natrium ini dapat menyebabkan kelebihan cairan, hipertensi,
dan gagal jantung. Dialisis menghilangkan kalium dan produk limbah
lainnya dari serum dengan difusi melalui membran semipermeabel.
b. Hipertensi merupakan komplikasi AKI yang sering dan serius, dan untuk
mendeteksinya secara dini, pengukuran tekanan darah dilakukan setiap 4
hingga 6 jam. Penyebab paling umum dari hipertensi pada AKI adalah
ekspansi berlebihan cairan ekstraseluler dan volume plasma bersama
dengan aktivasi sistem renin angiotensin. Hipertensi dikendalikan dengan
obat antihipertensi.
Langkah-langkah lain yang dapat digunakan termasuk membatasi
cairan dan garam. Anemia sering dikaitkan dengan AKI, tetapi transfusi
tidak dianjurkan kecuali hemoglobin turun di bawah 6 g/dl. Transfusi, jika
digunakan, terdiri dari sel darah merah kemasan segar yang diberikan
perlahan-lahan untuk mengurangi kemungkinan peningkatan volume darah,
hipertensi, dan hiperkalemia. Kejang dapat terjadi ketika gagal ginjal
berkembang menjadi uremia dan juga berhubungan dengan hipertensi,
hiponatremia, dan hipokalsemia. Pengobatan diarahkan pada penyebab
spesifik bila diketahui. Lagi penyebab yang tidak jelas ditangani dengan
obat antiepilepsi Gagal jantung dengan edema paru hampir selalu dikaitkan
dengan hipervolemia. Pengobatan diarahkan pada pengurangan volume
cairan, dengan pembatasan air dan natrium dan pemberian diuretik.
10. Pencegahan
Dengan tidak adanya intervensi terapeutik yang efektif pada AKI dan karena
signifikan pada morbiditas dan mortalitas, kita hanya dapat mengandalkan
pencegahan AKI dan diagnosis dini untuk mengurangi insiden dan konsekuensi yang
merugikan. Di sisi lain, dapat dikatakan bahwa penilaian risiko adalah sia-sia karena
tidak jelas intervensi mana untuk pasien berisiko tinggi yang harus dilaksanakan dan
apakah intervensi ini benar-benar efektif. Namun, penelitian terbaru menunjukkan
bahwa stratifikasi risiko pasien untuk AKI dapat memungkinkan penggunaan
intervensi yang efektif dan mengurangi kejadian AKI, meskipun belum ada bukti
manfaat untuk hasil ginjal jangka panjang.
Konferensi Inisiatif Kualitas Penyakit Akut (ADQI) baru-baru ini tentang
“Peningkatan Kualitas untuk AKI” mengusulkan bahwa rentang perawatan di AKI
harus menjadi kontinum dari penilaian risiko dan pencegahan di lingkungan
komunitas, hingga pencegahan AKI di rumah sakit, hingga mengoptimalkan
manajemen AKI. , dan akhirnya untuk pengawasan AKD dan pencegahan AKI
berulang dan perkembangan menjadi CKD. Setidaknya 50% dari episode AKI
diyakini dimulai dalam pengaturan komunitas, sehingga profesional perawatan
kesehatan harus mengidentifikasi pasien yang berisiko (Tabeldua) dan menerapkan
intervensi pencegahan untuk menurunkan kejadian AKI (JoséDiaAgapito Fonseca,
Cristina Outerelo, 2020).
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : An. T
Usia : 8 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Suku Bangsa : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal Keluar : Tidak Terkaji
No. Registrasi : Tidak Terkaji
Diagnosa Medis : Gagal Ginjal Akut
2. Identitas Penganggung Jawab
Nama : (Tidak Terkaji)
Umur : (Tidak Terkaji)
Hubungan dengan Pasien : (Tidak Terkaji)
Pekerjaan : (Tidak Terkaji)
Alamat : (Tidak Terkaji)
3. Keluhan Utama
Seorang anak perempuan berusia 8 tahun (An.T) dirawat dengan keluhan
utama bengkak-bengkak pada mata dan kakinya, bengkak muncul sejak 2 hari
yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
4. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
An.T tampak sering BAK tapi sedikit. Ibu juga mengeluh seluruh
badan ananknya panas, Ibunya mengatakan pinggang An.T terasa sakit
hingga ke perut.
b. Riwayat kesehatan dahulu : (Tidak Terkaji)
c. Riwayat kesehatan keluarga : (Tidak Terkaji)
5. Pola Kebutuhan Dasar
a. Aktifitas /istirahat : (Tidak Terkaji)
b. Sirkulasi : (Tidak Terkaji)
c. Integritas ego : (Tidak terkaji)
d. Eliminasi : (Tidak Terkaji)
e. Makanan/cairan : (Tidak Terkaji)
f. Neurosensori : (Tidak Terkaji)
g. Nyeri/kenyamanan : Pinggang Sakit Hingga Ke Perut
h. Pernapasan : (Tidak Terkaji)
i. Integritas kulit : (Tidak Terkaji)
j. Seksualitas : (Tidak Terkaji)
a. Tanda-tanda Vital :
RR : 22x/menit
Suhu : 40,5oC
N : 106x/menit
TD : 130/100 mmHg
b. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : (Tidak Terkaji)
Leukosit : (Tidak Terkaji)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipervolemia (D.0022)
Kategori : Fisiologis
Subkategori :Nutrisi dan Cairan
2. Hipertermia (D.0130)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
3. Nyeri Akut (D.0077)
Kategori :Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
4. Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Sirkulasi
C. PATHWAY

Pre Renal Intra Renal Post Renal

Penurunan suplai darah ke ginjal Gangguan fungsi dan sekitar Aliran urin dari ginjal
struktur jaringan ginjal menurun

GGA

GFR Ketidakmampuan ginjal


mengeskresikan urin

Output urine
Retensi natrium dan elektroit

Penumpukan cairan Laju filtrasi glomerulus

Kurangnya protein Blood urea nitrogen dan


Edema
pembentuk lapisan sel creatine

Fungsi pertahanan saluran Volume darah


Hipervolemia cerna
Hipertensi

Perfusi Perifer Tidak


Efektif

Inflamasi/peradangan Respon Tubuh

Suhu Tubuh

Nyeri Akut

Hipertermia
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI RASIONAL


1. Hipervolemia (D.0022) Keseimbangan cairan Manajemen hipervolemia Tindakan
Kategori: fisiologis Observasi
Setelah di lakukan tindakan Definisi - Untuk meriksa tanda dan
Subkategori: nutrisi dan cairan keperawatan selama 3x24 Mengidentifikasi dan gejala hipervolemia (mis.
Definisi jam masalah terhadap mengelola kelebihan volume ortopnea, dispnea, edema,
pernapasan dapat teratasi cairan intravaskuler dan JVP/CVP menigkat,reflex
Peningkatan volume cairan dengan indicator : ekstraseluler serta mencegah hepatojugular positif, suara
intravaskuler, interstisial, terjadinya komplikasi. napas tambahan)
Kriteria hasil - Untuk mengidentifikasi
dan/atau intraseluler. - Asupan cairan Tindakan penyebab hipervolemia
Penyebab meningkat Observasi - Untuk memonitor status
- Output urin - Periksa tanda dan hemodinamik (mis. frekuensi
1. Kelebihan asupan cairan meningkat gejala hipervolemia jantung, tekanan darah, MAP,
2. Kelebihan asupan - Edema menurun (mis. ortopnea, CVP,PAP, PCWC, CO, CI),
- Tekanan darah dispnea, edema, jika tersedia
natrium membaik JVP/CVP - Untuk memonitor intake dan
3. Gangguan aliran balik - Frekuensi nadi menigkat,reflex output cairan
membaik hepatojugular positif, - Untuk memonitor tanda
vena - Tekanan arteri rata suara napas hemokonsentrasi (mis. kadar
gejala dan tanda mayor rata membaik tambahan) natrium, BUN, hematokrit,
- Turgor kulit membaik - Identifikasi penyebab berat jenis urin)
subjektif - Berat badan membaik hipervolemia - Untuk memonitor tanda
1. Dispnea - Monitor status peningkatan tekanan onkotik
hemodinamik (mis. plasma (mis. kadar protein
Objektif frekuensi jantung, dan albumin meningkat)
1. Edema anasarka dan/atau tekanan darah, MAP,
CVP,PAP, PCWC,
edema perifer CO, CI), jika tersedia Terapeutik
- Monitor intake dan - Untuk membatasi asupan
2. Berat badan meningkat
output cairan cairan dan garam
dalam waktu singkat - Monitor tanda Edukasi
hemokonsentrasi - Untuk melapor jika haluaran
3. Jugular venous pressure
(mis. kadar natrium, urin <0,5 ml/kg/jam dalam 6
(JVP) dan/atau central BUN, hematokrit, jam
berat jenis urin) - Untuk melapor jika BB
venous pressure (CVP)
- Monitor tanda bertambah >1 kg dalam
meningkat peningkatan tekanan sehari
onkotik plasma (mis. - Untuk mengatahui cara
4. Reflex hepato jugular
kadar protein dan mengukur dan mencatat
positif albumin meningkat) asupan haluaran cairan
Terapeutik - Untuk mengetahui cara
Gejala dan tanda minor
- Batasi asupan cairan membatasi cairan
Subjektif dan garam Kolaborasi
Edukasi - Untuk Kolaborasi
(tidak tersedia)
- Anjurkan melapor penggantian kehilangan
Objektif jika haluaran urin kalium akibat diuretic
<0,5 ml/kg/jam - Untuk Kolaborasi pemberian
1. Hepatomegali
dalam 6 jam continous renal replacement
2. Kadar Hb/Ht turun - Anjurkan melapor therapy (CRRT), jika perlu
jika BB bertambah
3. Oliguria
>1 kg dalam sehari
4. Intake lebih banyak dari - Ajarkan cara
mengukur dan
output (balans cairan
mencatat asupan
positif) haluaran cairan
- Ajarkan cara
membatasi cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretic
- Kolaborasi
pemberian continous
renal replacement
therapy (CRRT), jika
perlu

2. Hipertermia (D.0130) Termoregulasi Manajemen hipertermia Tindakan


Kategori: lingkungan Observasi
Subkategori: keamanan dan Setelah di lakukan tindakan Definisi - Untuk mengidentifikasi
proteksi keperawatan selama 3x24 Mengidentifikasi dan penyebab hipertermia (mis.
jam masalah terhadap mengelola peningkatan suhu dehidrasi, terpapar
Definisi pernapasan dapat teratasi tubuh akibat disfungsi lingkungan panas,
Suhu tubuh meningkat di atas dengan indicator : termogulasi penggunaan incubator)
rentang normal tubuh. - Untuk memonitor suhu tubuh
Kriteria hasil Tindakan - Untuk memonitor kadar
Penyebab - Suhu tubuh membaik Observasi elektrolit
1. Dehidrasi - Suhu kulit membaik - Identifikasi penyebab - Untuk memonitor haluaran
2. Peningkatan laju - Pengisian kapiler hipertermia (mis. urin
metabolism membaik dehidrasi, terpapar - Untuk memonitor komplikasi
- Tekanan darah lingkungan panas, akibat hipertermia
Gejala dan tanda mayor membaik penggunaan Terapeutik
Subjektif incubator) - Untuk menyediakan
(tidak tersedia) - Monitor suhu tubuh lingkungan yang dingin
- Monitor kadar - Untuk melonggarkan atau
Objektif elektrolit lepaskan pakaian
1. Suhu tubuh diatas nilai - Monitor haluaran - Untuk membasahi dan kipasi
normal urin permukaan tubuh
Gejala dan tanda minor - Monitor komplikasi - Untuk mengganti linen setiap
Subjektif akibat hipertermia hari atau lebih sering jika
(tidak tersedia) Terapeutik mengalami hiperhidrosis
- Sediakan lingkungan - Untuk melakukan
Objektif yang dingin pendinginan eksternal
1. Kulit terasa hangat - Longgarkan atau - Untuk menghindari
lepaskan pakaian pemberian antipiretik atau
- Basahi dan kipasi aspirin
permukaan tubuh Edukasi
- Ganti linen setiap - Untuk menganjurkan tirah
hari atau lebih sering baring
jika mengalami Kolaborasi
hiperhidrosis - Untuk kolaborasi pemberian
- Lakukan pendinginan cairan dan elektrolit
eksternal intravena, jika perlu
- Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena,
jika perlu
3. Nyeri akut (D.0077) Tingkat nyeri Manajemen nyeri Tindakan
Kategori: psikologis Observasi
Subkategori: nyeri dan Setelah di lakukan tindakan Definisi - Untuk mengidentifikasi
kenyamanan keperawatan selama 3x24 Mengidentifikasi dan lokasi, karakteristik, durasi,
jam masalah terhadap mengelola pengalaman frekuensi, kulitas,intensitas
Definisi pernapasan dapat teratasi sensorik atau emosional nyeri
Pengalaman sensorik atau dengan indicator : yang berkaitan dengan - Untuk mengidentifikasi skala
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau nyeri
kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan onset - Untuk mengidentifikasi
fungsional, dengan onset Kriteria hasil mendadak atau lambat dan factor yang memperberat dan
mendadak atau lambat dan - Kemampuan berintensitas ringan hingga memperingan nyeri
berintensitas ringan hingga berat menuntaskan aktivitas berat dan konstan. Terapeutik
yang berlangsung kurang dari 3 meningkat - Untuk mengontrol
bulan. - Keluhan nyeri Tindakan lingkungan yang
menurun Observasi memperberat rasa nyeri (mis.
Penyebab - Muntah menurun - Identifikasi lokasi, suhu ruangan, pencahayaan,
1. Agen pencedera - Mual menurun karakteristik, durasi, kebisingan)
fisiologis (mis. iflamasi, - Tekanan darah frekuensi, - Untuk mempertimbangkan
iskemia, neoplasma) membaik kulitas,intensitas jenis dan sumber nyeri dalam
- Fungsi berkemih nyeri pemilihan strategi meredakan
Gejala dan tanda mayor membaik - Identifikasi skala nyeri
Subjektif nyeri Edukasi
1. Mengeluh nyeri - Identifikasi factor - Untuk mengtahui penyebab,
yang memperberat periode, dan pemicu nyeri
Objektif dan memperingan - Untuk mengetahui strategi
1. Tampak meringis nyeri meredekan nyeri
2. Bersikap protektif (mis. Terapeutik - Untuk memonitor nyeri
waspada, posisi - Control lingkungan secara mandiri
menghindari nyeri) yang memperberat - Untuk mengetahui teknik
rasa nyeri (mis. suhu nonfarmakologis untuk
gejala dan tanda minor ruangan, mengurangi rasa nyeri
subjektif pencahayaan, Kolaborasi
(tidak tersedia) kebisingan) - Untuk Kolaborasi pemberian
- Pertimbangkan jenis analgetik, jika perlu
Objektif dan sumber nyeri
1. Tekanan darah meningkat dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredekan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
4. Perfusi perifer tidak efektif Perfusi perifer Perawatan sirkulasi Tindakan
Observasi
D.0009 Setelah di lakukan tindakan Definisi - Untuk memeriksa sirkulasi
Kategori: fisiologis keperawatan selama 3x24 Mengidentifikasi dan perifer (mis. nadi perifer,
jam masalah terhadap merawat area local dengan edema, pengisian kapiler,
Subkategori: sirkulasi pernapasan dapat teratasi keterbatasan sirkulasi perifer warna, suhu, ABI)
dengan indicator : - Untuk mengidentifikasi
Tindakan factor resiko gangguan
Definisi
Kriteria hasil Observasi sirkulasi
Penurunan sirkulasi darah pada - Kekuatan nadi perifer - Periksa sirkulasi - Untuk memonitor panas,
meningkat perifer (mis. nadi kemerahan, nyeri atau
level kapiler yang dapat
- Edema perifer perifer, edema, bengkak pada ekstermitas
mengganggu metabolisme tubuh. menurun pengisian kapiler, Terapeutik
- Nyeri ektermitas warna, suhu, ABI) - Untuk mengindari
Penyebab
menurun - Identifikasi factor pengukuran tekanan darah
1. Peningkatan tekanan - Pengisian kapiler resiko gangguan pada ekstermitas dengan
darah membaik sirkulasi keterbatasan perfusi
- Turgor kulit membaik - Monitor panas, - Untuk melakukan hidrasi
2. Kekurangan volume
- Tekanan arteri rata- kemerahan, nyeri Edukasi
cairan rata membaik atau bengkak pada - Untuk menganjurkan minum
Indeks ankle-brachial ekstermitas obat pengontrol tekanan
3. Penurunan aliran arteri
membaik Terapeutik darah secara teratur
dan/atau vena Perawatan sirkulasi - Hindari pengukuran - Untuk menginformasikan
tekanan darah pada tanda dan gejala darurat yang
Definisi ekstermitas dengan harus dilaporkan (mis. rasa
Gejala dan tanda mayor Mengidentifikasi dan keterbatasan perfusi yang tidak hilang saat
merawat area local dengan - Lakukan hidrasi istirahat, luka tidak sembuh,
Subjektif
keterbatasan sirkulasi perifer Edukasi hilangnya rasa)
(tidak tersedia) - Anjurkan minum
Tindakan obat pengontrol
Observasi tekanan darah secara
Objektif - Periksa sirkulasi teratur
1. Pengisian kapiler >3 perifer (mis. nadi - Informasikan tanda
perifer, edema, dan gejala darurat
detik pengisian kapiler, yang harus
2. Turgor kulit menurun warna, suhu, ABI) dilaporkan (mis. rasa
- Identifikasi factor yang tidak hilang
resiko gangguan saat istirahat, luka
Gejala dan tanda minor sirkulasi tidak sembuh,
- Monitor panas, hilangnya rasa).
Subjektif kemerahan, nyeri atau
1. Nyeri ekstermitas bengkak pada
ekstermitas
(klaudikasi intermiten) Terapeutik
Objektif - Hindari pengukuran
tekanan darah pada
1. Edema ekstermitas dengan
keterbatasan perfusi
- Lakukan hidrasi
Edukasi
- Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur
- Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
(mis. rasa yang tidak
hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Hipervolemia (D.0022) Tindakan S:
Observasi O:
- Memeriksa tanda dan gejala A:
hipervolemia (mis. ortopnea, P:
dispnea, edema, JVP/CVP
menigkat,reflex hepatojugular
positif, suara napas tambahan)
- mengidentifikasi penyebab
hipervolemia
- memonitor status hemodinamik
(mis. frekuensi jantung, tekanan
darah, MAP, CVP,PAP, PCWC,
CO, CI), jika tersedia
- memonitor intake dan output
cairan
- memonitor tanda
hemokonsentrasi (mis. kadar
natrium, BUN, hematokrit,
berat jenis urin)
- memonitor tanda peningkatan
tekanan onkotik plasma (mis.
kadar protein dan albumin
meningkat)
Terapeutik
- membatasi asupan cairan dan
garam
Edukasi
- menganjurkan melapor jika
haluaran urin <0,5 ml/kg/jam
dalam 6 jam
- menganjurkan melapor jika BB
bertambah >1 kg dalam sehari
- mengajarkan cara mengukur
dan mencatat asupan haluaran
cairan
- mengajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi
- mengkolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
diuretic
- mengkolaborasi pemberian
continous renal replacement
therapy (CRRT), jika perlu
2. Hipertermia (D.0130) Tindakan S:
Observasi O:
- mengidentifikasi penyebab A:
hipertermia (mis. dehidrasi, P:
terpapar lingkungan panas,
penggunaan incubator)
- memonitor suhu tubuh
- memonitor kadar elektrolit
- memonitor haluaran urin
- memonitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
- menyediakan lingkungan yang
dingin
- melonggarkan atau lepaskan
pakaian
- membasahi dan kipasi
permukaan tubuh
- mengganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis
- melakukan pendinginan
eksternal
- menghindari pemberian
antipiretik atau aspirin
Edukasi
- menganjurkan tirah baring
Kolaborasi
- mengkolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu
3. Nyeri akut (D.0077) Tindakan S:
Observasi O:
- mengidentifikasi lokasi, A:
karakteristik, durasi, frekuensi, P:
kulitas,intensitas nyeri
- mengidentifikasi skala nyeri
- mengidentifikasi factor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
Terapeutik
- mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- mempertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
- menjelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- menjelaskan strategi meredekan
nyeri
- menganjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- mengkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
4. Perfusi perifer tidak Tindakan S:
Observasi O:
efektif (D.0009)
- memeriksa sirkulasi perifer A:
(mis. nadi perifer, edema, P:
pengisian kapiler, warna, suhu,
ABI)
- megidentifikasi factor resiko
gangguan sirkulasi
- memonitor panas, kemerahan,
nyeri atau bengkak pada
ekstermitas
Terapeutik
- menghindari pengukuran
tekanan darah pada ekstermitas
dengan keterbatasan perfusi
- melakukan hidrasi
Edukasi
- menganjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah secara
teratur
- menginformasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. rasa yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)

DAFTAR PUSTAKA

Yuliawati, T. A. (2017). PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PASIEN


HEMODIALISIS PASCA TRANSFUSI SEGERA, 6 JAM DAN 24 JAM DI RSUD
UNGARAN (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).

Jainurakhma, J., Koerniawan, D., Supriadi, E., Frisca, S., Perdani, Z. P., Zuliani, Z., ... &
Yudianto, A. (2021). Dasar-Dasar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam dengan
Pendekatan Klinis. Yayasan Kita Menulis.
Mardhika, A. S., Somasetia, D. H., & Wulandari, D. A. (2019). Korelasi antara Kadar
Neutrophil Gelatinase Associated Lipocaline Urin dengan Laju Filtrasi Glomerulus
pada Variasi Waktu untuk Mendeteksi Dini Gangguan Ginjal Akut pada Anak
Sepsis. Sari Pediatri, 21(1), 1-7.

(AMELIA, 2021; Francisco, 2013; Gameiro et al., 2020; Hertzberg et al., 2017; Kadir, 2018;
Patricia, 2021)AMELIA, D. (2021). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者に
おける 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title.
Francisco, A. R. L. (2013). Anatomi Fisiologi Ginjal. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699. http://repository.unimus.ac.id/1148/3/BAB II.pdf
Gameiro, J., Fonseca, J. A., Outerelo, C., & Lopes, J. A. (2020). Acute kidney injury: From
diagnosis to prevention and treatment strategies. Journal of Clinical Medicine, 9(6).
Hertzberg, D., Rydén, L., Pickering, J. W., Sartipy, U., & Holzmann, M. J. (2017). Acute
kidney injury-an overview of diagnostic methods and clinical management. Clinical
Kidney Journal, 10(3), 323–331.
Kadir, A. (2018). Hubungan Patofisiologi Hipertensi dan Hipertensi Renal. Jurnal Ilmiah
Kedokteran Wijaya Kusuma, 5(1), 15.
Patricia, C. O. S. (2021). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連
指標に関する共分散構造分析 Title. 3(2), 6.
Taqiyyah bararah, mohammad jauhar. 2013. Prestasi Pustaka Publisher/2013. Hal 230-231

You might also like