You are on page 1of 39

Problem Basic Learning

KEPERAWATAN ANAK II

SISTEM URINARIA

Dosen Pengampu:
Ns. Cindy Puspita Sari Haji Jafar, S.Kep. M.Kep.

OLEH :
KELOMPOK 4
KELAS B

Fadila Tri Nur Lahay 841420052


Novita Sania Tinaweng 841420059
Salwa Reza Fahlevi Suleman 841420063
Adriyanto Lasulika 841420068
Rahmathia Mokambu 841420069
Putri Apriliani 841420075
Annisa Nur Asyifa Djafar 841420080
Tiara Mahmud 841420084
Astriyani Ali 841420097

PROGRAM STUDI S1-ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan laporan PBL. Penulisan laporan PBL ini dilakukan
dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Keperawatan Anak II.
Penulis menyadari bahwa laporan PBL ini belum sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritikkan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan laporan PBL ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan laporan PBL ini. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ns. Cindy Puspita Sari Haji Jafar S.Kep. M.Kep., selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu , tenaga dan pikiran untuk
mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan PBL ini
2. Teman-teman kelompok 4 yang telah membantu menyelesaikan laporan PBL ini
3. Orang tua yang telah memberikan dukungan
4. Serta pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Akhir kata penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
pihak yang telah membantu.

Gorontalo, 29 Oktober 2022

Kelompok 4
SKENARIO II

KENAPA KENCING ANAKKU BERWARNA MERAH?

An.S usia 10 tahun dirawat di Rumah Sakit dengan keluhan nyeri pada perut
kanan. Ibunya mengatakan anaknya deman, kecing anaknya berwarna merah, mual
dan muntah sudah 3x. Ibunya juga mengeluh An. S sulit bernapas, anaknya juga
kurang nafsu makan dan sulit untuk makan selalu tidak habis.

Berdasarkan hasil pemeriksaan: An. S tampak sesak, RR: 43x/menit, terpasang O2


6lpm, TD:140/109mmHg S: 390C, badan anak teraba hangat, anak tampak mual
dan muntah. An. S tampak kurus, BB anak mengalami penurunan 20% dari BB
sebelumnya, tampak hematuria pada urine anak. Saat dilakukan pengkajian dengan
Visual Analogue Scale (VAS) : Anak tampak kesakitan selalu memegang bagian
abdomen sebelah kanan, dengan skala nyeri 8, nyeri dirasakan saat akan bergerak,
nyeri dirasakan terus-menerus seperti di tusuk-tusuk. Teraba ada massa di bagian
kanan perut anak.

1. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING


 02 6 lpm:
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri
oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Mengalirkan oksigen
konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan aliran 5-8 liter/menit. (Dr.
Kusnanto, 2016)
 VAS
Skala analog visual (VAS) adalah instrumen pengukuran psikometri yang
banyak digunakan di bidang Rhinologi dan di luarnya untuk mengukur
keparahan gejala pasien secara subjektif.
 Hematuria :
Hematuria adalah istilah yang disatukan dari kata Yunani haima (darah) dan
ouron (urin) untuk merujuk pada adanya darah dalam urin.
 Massa :
massa adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan adanya
suatu jaringan yang secara abnormal tumbuh atau menempel pada suatu
jaringan atau organ.
2. PERTANYAAN – PERTANYAAN PENTING
 Mengapa pada kasus anak mengalami penurunan berat badan yang mencapai
sebanyak 20% dari berat badan sebelumnya?
 Apa yang menyebabkan Tekanan darah pada klien mencapai 140/109 mmHg
 Mengapa gejala yang dialami anak dapat disertai dengan hematuria?
3. ANALISIS MASALAH (JAWABAN)
 Tumor menembus kapsul ginjal (perineal, hilus, vena renal) yang membuat
disfungsi ginjal sehingga terjadi gangguan keseimbangan asam dan basa lalu
mengalami asidosis metabolic yang membuat mual dan muntah sehingga
menyebabkan nafsu makan berkurang. Hal ini juga adalah bentuk yang dipicu
oleh sel kanker yang membutuhkan lebih banyak energi daripada sel sehat,
sehingga tubuh akan membakar lebih banyak kalori saat istrahat daripada
biasanya. Sel-sel juga melepaskan zat yang memengaruhi cara tubuh untuk
menggunakan kalori dari makanan, yang juga dapat berkontribusi pada
penurunan berat badan.
Nah dari bentuk pertanyaan di atas kita dapat menarik kontribusi atau
efek dari sebab di atas yang dapat berakibat pada fungsi perlawanan tubuh
untuk melawan sel tumor itu. Sistem kekebalan tubuh menghasilkan zat yang
disebut sitokin pada peradangan yang mengubah metabolism dan mengganggu
hormone yang mengontrol nafsu makan, menyebabkan penurunan berat badan
berlanjut. (maurie markman, 2022).
 Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada pembuluh-
pembuluh darah yangmensuplai darah ke ginjal, sehingga terjadi iskemi
jaringan yang akan merangsang pelepasan reninatau tumor sendiri
mengeluarkan rennin. Penderita Tumor wilms menderita hipertensi (55%).
Kadar renin plasma dianalisis; peningkatan kadar renin plasma ditemukan
pada 25/31 pasien (81%). Peningkatan kadar renin plasma ini dapat memicu
tingginya tekanan darah. (MH Maas MD. Dkk., 2007).
 Patofisiologi hematuria tergantung dari mana asal hematuria misalnya
kelainan bentuk ginjal dan saluran kemih yang berupa kelainan bawaan. Pada
pemeriksaan fisik bila ditemukan massa contohnya atau disertai dengan
peningkatan tekanan darah dapat menjadi kecenderungan mengapa dan
kemana hematuria berasal.
Hematuria dengan warna merah muda menggambarkan jumlah darah
yang sedikit dan jarang karena kelainan pada glomerulus. Sedangkan
hematuria dengan warna merah gelap atau kecokelatan menggambarkan
kelainan pada glomerulus. Hematuria akibat perdarahan dari pembuluh darah
atau perdarahan dari saluran kemih, warna urine merah terang atau merah
seperti buah ceri. Urine warna merah, merah muda atau kecokelatan biasanya
disebabkan karena obat-obatan, makanan, pigmen atau toksin.
Darah dalam urine dapat berasal dari jaringan ginjal misalnya
glomerulus, tubulus dan interstisial ginjal, atau dari saluran kemih ureter,
kandung kemih dan uretra.7,11 Patofisiologi hematuria tergantung dari mana
asal hematuria. SDM yang berasal dari glomerulus berbentuk dismorfik
dengan bentuk bermacam-macam, serta terdapat bentukan torak dan
proteinuria. SDM masuk ke dalam rongga urine karena gangguan pada
penghalang filtrasi glomerulus. Keadaan ini terjadi karena gangguan pada
dinding kapiler glomerulus (Mohammad Sjaifullah Noer, 2018).
4. MIND MAP
Tumor Wilms atau nefroblastoma merupakan suatu tumor ginjal yang
mengenai baik jaringan epithelial maupun jaringan parenkim. Berdasarkan pembagian
stadium tumor wilms’ diklasifikasikan menjadi 4. Etiologinya diduga mempunyai
hubungan dengan kelainan kongenital yang berupa perubahan struktur genetic pada
saat di dalam kandungan. Kelainan berhubungan erat dengan terutama kelainan
urogenital, hemihipertrofi dan aniridia. Kriteria diagnosis penyakit ini adalah dengan
ditermukannya massa intraabdominal, berbatas tegas dan biasanya tidak melewati
garis tengah, hipertensi, fever, dan hematuria. Diperkuat dengan adanya pemeriksaan
penunjang akan semakin menunjukkan hasil diagnose secara objektif dari tanda dan
gejala yang sebelumnya sudah ada pada kasus 2.
Pada beberapa jurnal ilmiah tentang pemeriksaan pendekataan diagnose
mengenai nefroblastoma, pemeriksaan yang dapa menunjang adalah berupa darah
rutin, UreaN, kreatinin, SGOT, SGPT, LDH, alkali fosfatase, urin. Radiologi: BNO,
IVP, foto toraks, USG, CT-scan abdomen/toraks/kepala. Komplikasinya adalh
penyebaran regional (penetrasi melalui kapsula renal ke jaringan lunak perirenal),
perdaraha di luar ginjal, penyebaran ke perineal, penyebaran hematogen ke paru, hati,
tulang dan otak.
5. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
Setelah pembelajaran ini mahasiswa dapat mengetahui diagnosa medis apa yang
ditegakan dalam kasus diatas.
5.1 mengenalisis masalah yang ada pada kasus dan mengumpulkan data tersebut
berdasarkan tanda dan gejala yang dialami pasien berupa melakukan pendekatan
diagnose dalam hal “kencing berdarah” pada pasien.
5.2 Mempertimbangkan dengan masalah yang didapat dengan kritis dan melakukan
pengangkatan diagnose sesuai dengan masalah prioritas yang mengarah pada
pertimbangan penyebab akar dari masalah yaitu nyeri abdomen kanan yang
terada adanya masa.
5.3 Menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan prinsip yang ada.
6. INFORMASI TAMBAHAN
Dalam jurnal radiologi indonesia yang ditulis oleh Galah Ayu Treswari dkk.,
2018, Peranan Radiologi pada kasus tumor wilms membahas tentang pemeriksaan
penunjang radiologi sebagai pendekatan diagnosis dengan kasus tumor wilms pada
anak laki-laki yang berusia 11 bulan yaitu ditemukannya massa pada abdomen anak
yang mempengaruhi ketepatan pengambilan diagnose yang sudah dibandingkan
dengan gangguan lain yang memiliki manifestasi yang hampir mirip yaitu adanya
masa pada abdomen disertai nyeri. Pendekatan diagnosa yang perlu diketahui sebagai
data pendukung yang ada akan membantu ketetepan diagnose yang akan ditetapkan.
Dalam buku yang ditulis oleh Mohammad Sjaifullah Noer tahun 2018 dengan
judul Hematuria pada Anak membahas tentang pendekatan diagnosis gangguan pada
kandung kemih dalam hal hematuria. Pendekatan yang dikaji dapat bervariasi yang
juga dibutuhkan pemeriksaan penunjang yang akurat. Tetapi ketika dikaji secara pre-
exiting knowledge kecenderungan warna pada urin dengan hematuria dapat
menunjukkan masalah yang ada dapat berupa pada lokasi tertentu.
7. KLARIFIKASI INFORMASI (ANALISA DAN SINTESA)
Berdasarkan scenario kasus yang ada kami mengangkat satu diagnose
penyakit yakni Tumor wilm’s atau nefroblastoma dikarenakan berdasarkan
manifestasi klinis atau tanda dan gejala yang dialami klien dengan hasil pengkajian
anak tampak sesak dibuktikan dengan frekuensi napas mencapai 44x/menit atau sudah
takipnea, TD 140/109 mmHg, suhu 39ºC, badan teraba hangat, anak tampak mual
muntah, terlihat kurus karena mengalami penurunan BB sebanyak 20% dari BB
sebelumnya, tampak hematuria, nyeri abdomen kanan dengan skala nyeri 8 yang
dirasakan sepeti ditusuk-tusuk dan adanya massa di bagian tersebut.
BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Tumor Wilms, juga disebut nefroblasma, adalah yang paling umum bentuk
kanker ginjal pada anak-anak serta yang paling umum tumor intra-abdominal pada
anak-anak. (Lippincott Williams & Wilkinds, 2015).
B. ETIOLOGI
1. Paling sering, etiologi tidak diketahui.
2. Sekitar 10% pasien yang mengembangkan Wilms adalah lahir dengan cacat
lahir.
3. Sekitar 2% anak dengan Wilms memiliki keluarga anggota yang juga
didiagnosis menderita tumor
Penelitian telah menunjukkan peningkatan risiko pada anak-anak
dengan spesifik kelainan kromosom. Tumor Wilms juga telah dikaitkan
dengan beberapa anomali bawaan termasuk hipospadia dan cryptorchidism.
Tumor Wilms adalah kanker embrional ginjal yang berasal dari selama
kehidupan janin. Pada tahap awal, tumor dienkapsulasi dengan baik, tetapi
kemudian dapat menyebar ke kelenjar getah bening, vena ginjal, atau Vena
Cava, Metastasis ke paru-paru atau komplikasi lain dapat terjadi. (Lippincott
Williams & Wilkinds, 2015).
C. PROGNOSIS
Prognosis bervariasi menurut stadium tumor dan histologi. Histologi yang
menguntungkan memiliki tingkat kelangsungan hidup 99% hingga 86%,
sedangkan kelangsungan hidup histologi yang tidak menguntungkan berkisar
antara 84% hingga 38%, tergantung pada stadiumnya.
Gagal ginjal stadium akhir terjadi pada sekitar 1% pasien, biasanya karena
tumor bilateral metachronous. Wanita dengan sindrom tumor-aniridia Wilms
(WAGR) dapat mengembangkan ovarium bergaris dan berada pada peningkatan
risiko untuk mengembangkan gonadoblastoma. Prognosis yang lebih buruk
dikaitkan dengan karakteristik berikut:

 Histologi anaplastik pada tumor stadium II hingga IV


 Anaplasia difus lebih buruk daripada fokal
 Hilangnya heterozigositas pada kromosom 1p, 1q, 11p15, dan 16q atau
adanya TP53
 Stadium yang lebih tinggi (kebanyakan tumor dominan epitel adalah
stadium I; sebagian besar tumor predominan blastema adalah stadium III
dan IV)
 Usia lebih tua dari dua tahun
 Kepadatan kelenjar getah bening
 positif yang lebih tinggi
 Ukuran tumor besar
 Bahkan focus tumor kecil dapat dikaitkan dengan prognosis yang lebih
buruk karena resistensi terhadap kemoterapi.(Leslie SW, Sajjad H,
Murphy PB, 2021)
D. MANIFESTASI KLINIS
Anak biasanya memiliki massa perut nontender, umumnya pertama kali
diidentifikasi oleh orang tua selama mandi atau berpakaian atau oleh dokter anak
selama pemeriksaan fisik rutin. Massa bisa dipalpasi di daerah perut bagian bawah
dan biasanya terbatas pada satu sisi. Tanda dan gejala lain yaitu perut membesar,
hipertensi, muntah, hematuria, anemia, dan sembelit. (Lippincott Williams &
Wilkinds, 2015).
Selain gejala diatas terdapat juga beberapa gejala lainnya yaitu tanda dan gejala
yang ditunjukkan oleh klien dengan kanker ginjal (Eko Prabowo:2014) :
1. Hematuria
Dengan pemeriksaan mikroskopi untuk melihat komponen pada urine
(urinalisis) sering didapatkan adanya gross hematuria pada klien kanker ginjal.
Tanda ini merupakan tanda pertama yang memberikan sinyal pada dugaan adanya
keganasan pada ginjal. Selain itu, gross hematuria bisa terjadi secara intermitten.
Hal ini menunjukkan bahwa kanker telah mnyebar ke bagian pelvis ginjal.
2. Nyeri
Nyeri merupakan alarm (sinyal) alamiah bagi tubuh akan adanya gangguan
fisiologis. Pada klien dengan kanker ginjal sering terjadi nyeri yang konstan pada
abdomen. Terlebih jika jaringan kanker telah mengalami robekan/perdarahan
maka akan terjadi kolik yang akut. P : genetic, Q : seperti tertusuk, R :daerah
abdomen, Q : seperti tertusuk, R : daerah abdomen, S : wajah meringis, T : pada
saat kencing.
3. Adanya massa
Pada palpasi akan teraba massa dengan jaringan yang halus berkumpul,
dan adanya nyeri tekan (karena ada kompresi pada jaringan abnormal)
4. Demam
Biasanya terjadi karena adanya perdarahan, sehingga volume intravaskuler
menurun atau karena adanya jaringan tumor yang nekrosis
5. Keringat di malam hari
6. Anoreksia
7. Penurunan berat badan drastic
8. Edema pada lengan
9. Nausea
10. Vomiting
11. Hipertensi Jika terjadi tekanan pada arteri renalis dengan iskemia pada
jaringan parenkim ginjal.
12. Hperkalsemia Karena dorongan sekresi hormone parathyroid oleh rangsangan
tumor.
13. Retensi urine
E. KLASIFIKASI
• Stadium I—Tumor terbatas pada satu ginjal.
• Stadium II—Tumor meluas melampaui ginjal tetapi bisa benar-benar dipotong.
• Stadium III—Tumor telah menyebar tetapi terbatas pada perut dan kelenjar
getah bening
• Stadium IV—Tumor telah bermetastasis ke paru-paru, hati, tulang, dan otak.
• Stadium V—Tumor melibatkan kedua ginjal. (Lippincott Williams & Wilkinds,
2015).
F. PATOFISIOLOGI
Tumor Wilms’ merupakan neoplasma ginjal embrional yang abnormal,
berkembang dari histiogenesis yang abnormal. Bentuk yang khas adalah lesi besar
yang dikelilingi oleh pseudokapsul dan berbatas tegas terhadap parenkim ginjal di
sekitarnya. Struktur internal biasanya heterogen, dengan fokus hemoragik
dan/atau area kistik nekrotik. Tumor tipikal “triphasic” terdiri dari sel blastemal,
epitel dan stromal. Bila hasil histologinya triphasic maka prognosisnya baik.
Tumor Wilms’ berasal dari proliferasi dari metanephric blastema, yang terjadi
tanpa diferensiasi antara tubulus dan glomerulus. Pada tumor Wilms’ terjadi
perubahan gen yang mengontrol pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel asal ginjal.
Nephrogenic rest (sisa-sisa) atau nephroblastomatosis, mempunyai kemampuan
mengubah gen tersebut di atas.

Lebih dari 40% tumor Wilms’ unilateral mengandung nephrogenic rest


dan hampir 100% tumor Wilms’ bilateral mengandung nephrogenic rest.
Nephrogenic rest terdiri dari 2 kategori berdasarkan letaknya, yaitu intralobular
nephrogenic rest (dalam lobus ginjal, bisa di mana saja dalam lobus renal, sinus
dan pelviko-kaliks), dan perilobular nephrogenic rest (terdapat di perifer
lobus).Intralobular nephrogenic rest dijumpai pada kelompok anak kecil dan
jarang ditemukan, biasanya berhubungan dengan WAGR (tumor Wilms’, aniridia,
malformasi genitourinari, dan retardasi mental) dan Denys Drash Syndrome male-
pseudo hermaphroditism, nefropati, gagal ginjal, dan (tumor Wilms’) yang
berkaitan dengan mutasi gen WT-1. Perilobular nephrogenic rest lebih sering
ditemukan dan sering berkaitan dengan Over-Growth Syndrome (Hemihipertrofi
dan Beckwith-Wiedemann Syndrome [makroglosia, hipoglikemia, nefroblastoma,
renal displasia]). (Tresgari D. A., dkk., 2018)

G. KOMPLIKASI
Kekambuhan tumor Wilms dapat terjadi di beberapa tempat, seperti paru-
paru, hati, dan area bedah. Komplikasi lain diantaranya yaitu :

1. Cacat muskuloskeletal dari terapi radiasi


2. kemungkinan perkembangan kanker (metastasis) lainnya di tulang,
payudara, dan tiroid
3. penurunan kesuburan, terutama setelah terapi radiasi
4. gagal ginjal. (lippincott williams & wilkinds, 2015).
H. Pemerikasaan Lab
 Ultrasonografi akan menentukan apakah massa berasal dari dalam ginjal
dan apakah massa tersebut adalah tumor padat.
 CT scan atau pencitraan resonansi magnetik akan menentukan luasnya
tumor dan apakah telah menyebar ke organ lain.
 Urografi ekskretoris menilai fungsi ginjal yang tidak terpengaruh.
 Rontgen dada dan CT scan dada akan menentukan apakah tumor telah
bermetastasis ke paru-paru. (Lippincott Williams & Wilkinds, 2015).
I. Penatalaksanaan
Perawatan melibatkan operasi:
 Pengangkatan seluruh ginjal yang terkena (nefrektomi radikal).
 Operasi eksplorasi kelenjar getah bening dan hati dapat dilakukan secara
bersamaan untuk menentukan apakah tumor telah menyebar ke luar ginjal
 Kemoterapi biasanya diberikan setelah nefrektomi.
 Terapi radiasi dapat digunakan, seperti yang telah telah ditemukan untuk
meningkatkan tingkat kelangsungan hidup.
Jika tumornya bilateral, tidak ada ginjal yang diangkat selama operasi
awal. Sebaliknya, biopsi tumor diambil untuk membantu menentukan jenis
tumor. Kemoterapi akan mengurangi ukuran tumor bilateral. Kemudian tumor
bilateral, tidak akan berlanjut pada operasi, hanya mengangkat tumor dan
sebagian ginjal, menyelamatkan sebagian besar kedua ginjal untuk
mempertahankan fungsi ginjal. (Lippincott Williams & Wilkinds, 2015).
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Penting dilakukan Pengkajian terhadap Klien secara holistik (Biologis, Psikologis,
Social dan Spiritual) untuk mendapatkan data yang lengkap dan sistematis.
Adapun metode yang dapat dipakai dalam Proses Pengkajian yaitu:
1. Identitas Klien
Nama : An. S
Usia : 10 Tahun
Jenis kelamin : Tidak terkaji
Agama : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Suku Bangsa : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal Keluar : Tidak Terkaji
No. Registrasi : Tidak Terkaji
Diagnosa Medis : Tumor Wilms
2. Identitas Penganggung Jawab
Nama : (tidak ditemukan)
Umur : (tidak ditemukan)
Hubungan dengan Pasien : (tidak ditemukan)
Pekerjaan : (tidak ditemukan)
Alamat : (tidak ditemukan)
3. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini :
Klien mengeluh nyeri pada perut kanan, Ibu klien mengatakan anaknya
demam, kencing anaknya berwarna merah, mual dan muntah sudah 3x.
Ibunya mengeluh An.S sulit bernapas. an Ibunya juga mengeluh An. S sulit
bernapas, anaknya juga kurang nafsu makan dan sulit untuk makan selalu
tidak habis.
b. Status kesehatan masa lalu : Tidak Terkaji
a. Riwayat penyakit keluarga : Tidak terkaji
b. Riwayat kehamilan dan kelahiran : Tidak Terkaji
c. Riwayat imunisasi : Tidak terkaji
4. Pola kebutuhan dasar
a. Gambaran terhadap sakit dan penyebabnya dan penanganan yang dilakukan:
1) Kepatuhan terhadap pengobatan
2) Pencegahan tindakan dalam menjaga kesehatan
3) Penggunaan produk atau zat didalam kehidupan sehari-hari dan
frekuensi (misal: rokok, alkohol)
4) Penggunaan alat keamanan dirumah/schari-hari, dan faktor resiko
timbulnya penyakit
5) Gambaran kesehatan keluarga
5. Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual / muntah, kebutuhan jumlah
zat gizi, makanan kesukaan.
 Intake makanan : Kurang dari kebutuhan
 Keseimbangan cairan dan elektrolit : Tidak terkaji
 Nafsu Makan : Klien kurang nafsu makan
 Pola makan : Makanan selalu tidak
dihabiskan
 Diet : Tidak terkaji
 Kesulitan menelan : Tidak terkaji
 Mual/Muntah : Klien mengalami mual muntah
sudah 3x
 Kebutuhan jumlah zat gizi : Tidak Terkaji
 Makanan kesukaan : Tidak Terkaji
6. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit. Komponen:
a. Frekuensi miksi dalam sehari : Tidak terkaji
b. Karakteristik urin : Hematuria (Kencing berwarna merah)
c. Gambaran pola BAB, karakteritik : Tidak Terkaji
d. Penggunaan alat bantu : Tidak terkaji
7. Aktivitas-Latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Komponen:
a. Gambaran level aktivitas, kegiatan sehari-hari
b. Aktivitas saat senggang/waktu luang
c. Apakah mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada
palpitasi,nyeri pada tungkai, gambaran dalam pemenuhan ADL : Level
Fungsional (0-IV), Kekuatan Otot (1-5)
8. Tidur-Istirahat
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi. Komponen:
a. Berapa lama tidur dimalam hari
b. Jam berapa tidur-Bangun
c. Apakah terasa efektif
d. Adakah kebiasaan sebelum tidur
e. Apakah mengalami kesulitan dalam tidur
9. Kognitif-Persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil, penciuman,
persepsi nyeri, hahasa, memori dan pengambilan keputusan. Komponen:
a. Adakah keluhan pusing bagaimana gambarannya
b. Apakah mengalami insensitivitas terhadap dingin, panas.nyeri
c. Apakah merasa nyeri(Skala dan karakteristik)
10. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pengamatan secara seksama setatus kesehatan Klien dari kepala sampai kaki.
Pada Klien dengan yang mungkin akan ditemukan antara lain:
 Perdarahan sering terjadi terutama dari mulut atau bercampur urine
(urine kemerahan)
 Gerakan dinding thorak mungkin tidak simetris atau tampak tanda-
tanda sesak (Napas cuping hidung,Retraksi supra intercostals apabila
terdapat ganguan organ paru)
b. Palpasi
Pemeriksaan dengan meraba klien
 Nyeri tekan pada daerah abdomen
c. Perkusi
Pemeriksaan fisik dengan mengetuk bagian tubuh tertentu untuk mengetahui
Reflek, atau untuk mengetahui kesehatan suatu organ tubuh misalnya Perkusi
organ dada untuk mengetahui keadaan Paru dan jantung
d. Auskultasi
Pemeriksaan pisik dengan cara mendengar, biasanya menggunakan alat
Stetoskup, antara lain untuk mendengar denyut jantung dan Paru-paru.
11. Tanda- Tanda Vital
 RR: 43x/menit, terpasang O2 6lpm
 TD:140/109mmHg
 S: 390C,
B. PATHWAY

Belum diketahui (Diduga Kelainan Genetik)

Poliferasi patolgik blastema

Tubulus dan glomerulus tidak berdifusi


dengan baik pada kehamilan

Blastesma Renalis Di Janin

TUMOR WILMS

Tumor belum menembus


kapsul ginjal

Berdiferensiasi

Menyentuh reseptor nyeri, Tumor menembus kapsul


merangsang pengeluaran ginjal, perrineal, hilus, Vena
hormone nyeri renal

Nyeri Akut
Disfungsi ginjal Terjadi Keganasan tumor

Terjadi Infeksi

Gangguan keseimbangan Gangguan Glomerulus


asam & basa Pelepasan mediator kimia
(zat pirogen)
Gangguan Filtrasi
Asidosis metabolik
Merangsang hipotalamus
Hematuria
Mual Muntah
Suhu Tubuh ↑
Jumlah hb ↓
Nafsu makan berkurang
Hipertermi
Kadar O2 ↓
Defisit nutrisi

Kerja paru ↑

Sesak nafas

Pola Nafas Tidak Efektif


C. TABEL PES

PROBLEM : DS/DO ETIOLOGI SYMTHOM


Gejala Tanda Mayor
Ds TUMOR WILMS
1. Mengeluh nyeri Nyeri Akut (D.
Do 0077)
1. Tampak meringis Tumor belum
menembus kapsul
2. Bersikap protektif (mis. ginjal
Waspada, posisi menghindari
nyeri) Berdiferensiasi
3. Gelisah
Tumor menembus
Gejala dan tanda minor kapsul ginjal,
perrineal, hilus,
Ds (tidak tersedia) Vena renal

Do Menyentuh reseptor
1. Nyeri Skala 8 nyeri, merangsang
pengeluaran
2. TD 140/109 mmHg hormone nyeri
3. Frekuensi napas 43x/menit
4. Nafsu makan berubah NYERI
AKUT

Gejala dan Tanda Mayor TUMOR WILMS Pola Napas Tidak


Ds Efektif (D.0005)
1. Sesak napas
Do Gangguan
2. Pola napas Takipnea Glomerulus

Gejala dan Tanda Minor


Ds Gangguan Filtrasi
1. Ortopnea

Do Hematuria
1. RR: 43x/menit
Jumlah hb ↓

Kadar O2 ↓

Kerja paru ↑
Sesak nafas

Gejala Tanda Mayor TUMOR WILMS


Ds Defisit Nutrisi
1. nafsu makan buruk Gangguan (D.0019)
2. anak muntah >3x keseimbangan asam
& basa
Do
1. Berat badan menurun minimal
Asidosis metabolik
20% di bawah rentang ideal

Gejala dan Tanda Minor : Mual Muntah


Ds
1. Kram/nyeri abdomen Nafsu makan
berkurang
2. Nafsu makan menurun
Do
Defisit nutrisi
1. Otot pengunya lemah
2. Otot menelan lemah
4. Membrane mukosa pucat
6.Serum albumin turun

Gejala dan Tanda Mayor TUMOR WILMS


Ds Hipertermia
- (D.0130)
Do Terjadi Keganasan
1. Suhu tubuh 39ºC tumor

Gejala dan Tanda Minor


Terjadi Infeksi
DS
- Badan anak terasa hangat
- Kencing berwarna merah Pelepasan mediator
kimia (zat pirogen)

DO
1.. Takipnea Merangsang
2. Kulit terasa hangat hipotalamus

Suhu Tubuh ↑
Hipertermi

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
 Nyeri Akut (D.0077)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri Dan Keamanan
 Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
 Defisit Nutrisi (D.0019)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi Dan Cairan
 Hipertermi (D.0130)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan Dan Proteksi
E. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa (SDKI) SLKI Intervensi (SIKI) Rasional


.
1 Tingkat nyeri (L.08066) Pemberian analgesik (I. 08243) Observasi
Nyeri Akut (D. 0077) Definisi : pengalaman sensorik Definisi : menyiapkan dan 1. untuk
Kategori : psikologis atau emosional yang berkaitan memberikan agen farmakologis mengetahui
Subkategori: nyeri dan kenyamanan dengan kerusakan jaringan untuk mengurangi atau karakteristik
aktual atau fungsional, dengan menghi11langkan rasa sakit. karakteristik
Definisi : pengalaman sensorik atau onset mendadak atau lambat dan nyeri (mls.
emosional yang berkaitan dengan berintensitas ringan hingga berat Tindakan pencetus,
kerusasakan jaringan aktual atau dan konstan. Observasi pereda,
fungsional, dengan onset mendadak atau 1. Identifikasi karakteristik kualitas, lokasi,
lambat dan berintensitas ringan hingga Setelah dilakukan pengkajian nyeri (mis. Pencetus, Intensitas,
berat yang berlangsung kurang dari 3 selama 3x24 jam didapatkan pereda, kualitas, lokasi, frekuensi,
bulan. criteria hasil : intensitas, frekuensi, durasi)
Penyebab : 1. Keluhan nyeri menurun durasi) 2. untuk
1. Agen pencedera fisiologis(mis, 2. Meringis menurun 2. Identifikasi riwayat alergi mengetahui
inflamasi, iskemia,neoplasma) 3. Tekanan darah membaik obat bahwa si pasien
2. Agen pencedera kimiawi(mis, 3. Identifikasi kesesuaian memiliki
terbakar, bahan kimia iritan) jenis analgesic (mis. riwayat alergi
3. Agen pencedera fisik(mis. Abses, Narkotika, non- obat
amputasi, terbakar, terpotong, narkotika, atau NSAID) 3. agar analgesik
mengangkat berat, prosedur operasi, dengan tingkat keparahan yang di berikan
trauma, latihan fisik berlebihan) nyeri. kepada pasien
Gejala dan tanda mayor 4. Monitor tanda-tanda vital tepat sesuai
Subjektif : sebelum dan sesudah dengan kondisi
2. Mengeluh nyeri pemberian analgesic. klien
Objektif : 5. Monitor efektifitas 4. untuk
4. Tampak meringis analgesic. memantau
5. Bersikap protektif (mis. Waspada, Terapeutik tanda-tanda
posisi menghindari nyeri) 1. Diskusikan jenis vital sebelum
6. Gelisah analgesic yang disukai dan sesudah
7. Frekuensi nadi meningkat untuk mencapai analgesia pemberian
8. Sulit tidur optimal, jika perlu. analgesik
Gejala dan tanda minor 2. Pertimbangkan 5. untuk
Subjektif (tidak tersedia) penggunaan infuse mengetahui
Objektif : kontinu, atau bolus efektifitas
5. Tekanan darah meningkat opioid untuk analgesik
6. Pola nafas berubah mempertahankan kadar
7. Nafsu makan berubah dalam serum Terapeutik
8. Proses berfikir terganggu 3. Tetapkan target 1. Agar analgesik
9. Menarik diri efektifitas analgesic yang di berikan
untuk mengoptimalkan kepada pasien
10. Berfokus pada diri sendiri respon pasien untuk hasil
11. Diaforesis 4. Dokumentasikan respon yang optimal
Kondisi klinis terkait terhadap analgesic dan 2. untuk
1. Kondisi pembedahan efek yang tidak mengetahui
2. Cedera traumatis diinginkan bahwa anlgesik
3. Infeksi Edukasi yang diberikan
4. Syndrom koroner akut 1. Jelaskan efek terapi dan efektif atau
5. Glaukoma efek samping obat. tidak
Kolaborasi 3. untuk
1. Kolaborasi pemberian mengetahui
dosis dan jenis analgesic, efek yang di
sesuai indikasi. timbulkan oleh
analgesik
Edukasi
1. memberikan
informasi
kepada pasien
efek terapi dan
efek samping
dari obat
Kolaborasi
1. untuk
mengurangi
efek samping
dari analgesik
yang di berikan
2 Pola napas (L. 01004) Pemantauan respirasi Observasi
Pola Napas Tidak Efektif (D.0005) Definisi : inspirasi dan/atau (I.01014) 1. Untuk
Kategori : Fisiologis ekspirasi yang memberikan Definisi : mengumpulkan dan mengetahui
Subkategori : Respirasi ventilasi adekuat. menganalisis data untuk frekuensi,irama
memastikan kepatenan jalan , kedalaman
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi Setelah dilakukan pengkajian napas dan keefektifan pertukaran dan upaya
yang tidak memberikan ventilasi adekuat selama 3x24 jam didapatkan gas. nafas pasien
Penyebab criteria hasil : 2. Untuk
1. Depresi pusat pernapasan 1. Dispnea menurun Tindakan mengetahui
2. Hambatan upaya napas (mis. 2. Frekuensi napas membaik Observasi tingkat
Nyeri saat bernapas, kelemahan 3. Kedalaman napas membaik 1. Monitor frekuensi, irama, keberhasilan
otot pernapasan) kedalaman, dan upaya napas pola napas
3. Deformitas dinding dada 2. Monitor pola napas (seperti (seperti
4. Deformitas tulang dada bradipnea, takipnea, bradipnea,takip
5. Gangguan neuromuskular hiperventilasi, kussmaul, nea,hiperventil
cheyne-stokes, Biot, ataksik) asi)
6. Gangguan neurologis 3. Auskultasi bunyi napas 3. Untuk
7. Imaturitas neurologis 4. Monitor saturasi oksigen mengtahui
8. Penurunan energi Terapeutik adanya
9. Obesitas 1. Atur interval pemantauan sumbatan pada
10. Posisi tubuh yang menghambat respirasi sesuai kondisi jalan nafas
ekspansi paru pasien 4. Untuk
11. Sindrom hipoventilasi 2. Dokumentasikan hasil mengetahui
12. Kerusakan inervasi diafragma pemantauan kemampuan
(kerusakan saraf C5 ke atas) Edukasi batuk efektif
13. Cedera pada medula spinalis 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pasien
14. Efek agen farmakologis pemantauan 5. Untuk
15. Kecemsan 2. Informasikan hasil mengetahui
Gejala dan Tanda Mayor pemantauan, jika perlu adanya
Subjektif produksi
1. Dispnea sputum
Objektif 6. Untuk
1. Penggunaan otot bantu pernapasan mengetahui
2. Fase ekspirasi memanjang kesimetrisan
3. Pola napas abnormal (mis. paru
Takipnea, bradipnea, 7. Untuk
hiperventilasi, kussmaul, cheyne- mengetahui
stokes) bunyi nafas
Gejala dan Tanda Minor pasein
Subjektif 8. Untuk
1. Ortopnea mengetahui
Objektif saturasi
1. Pernapasan pursed-lip oksigem
2. Pernapasan cuping hidung 9. Untuk
3. Diameter thoraks anterior- mengetahui
posterior meningkat nilai AGD
4. Ventilasi semenit menurun pasien
5. Kapasitas vital menurun 10. Untuk
6. Tekanan ekspirasi menurun mengetahui
ekskursi dada berubah hasil x-ray
Kondisi Klinis Terkait
1. Depresi sistem saraf pusat Terapeutik
2. Cedera kepala 1. Untuk
3. Trauma thoraks mengetahui
4. Gullian barre syndrome interval
5. Sklerosis multipel respirasi sesuai
6. Myasthenia gravis dengan kondisi
7. Stroke pasien
8. Kuadrifplegia 2. Untuk
mentahui hasil
9. Intoksikasi alcohol pemantauan

Edukasi
1. Agar
mengetahui
tujuan dan
prosedur
pemantau
2. Untuk
memberikan
informasi hasil
pemantauan
jika perlu
3 Status nutrisi (L. 03030) Menejemen nutrisi (D.03119) Observasi
Defisit Nutrisi (D.0019) Definisi : keadekuatan asupan Definisi : Mengidentifikasi dan 1. Dapat
Kategori : Fisiologis nutrisi untuk memenuhi mengelolah asupann nutrisi yang menghindari
Subkategori : Nutrisi dan Cairan kebutuhan metabolisme. seimbang alergi yang
disebabkan
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup Setelah dilakukan pengkajian Tindakan oleh makanan
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. selama 3x24 jam didapatkan Observasi : 2. Meningkatkan
Penyebab : criteria hasil : - identifikasi status nutrisi naafsu makan
1. Kurangnya asupan makanan 1. Porsi makan yang dihabiskan - identifikasi alergi dan
2. Ketidakmampuan menelan meningkat intoleransi makanan klien
makanan 2. Nyeri abdomen menurun - identifikasi makanan 3. Meningkatkan
3. Ketidakmampuan mencerna 3. Berat badan membaik yang di sukai dan
makanan 4. Indeks massa tubuh (IMT) - Identifikasi kebutuhan mempertahank
4. Ketidakmampuan mengabsorbsi membaik kalori dan jenis nutrient an
nutrient 5. Nafsu makan membaik - identifikasi perlunya 4. Jumlah kalori
5. Peningkatan kebutuhan pengguanaan selang dan niutrisi
metabolisme nasogastric yang di
6. Faktor ekonomi (mis, financial - monitor asupan makanan butuhkan
tidak mencukupi) - monitor berat badan Terapeutik
7. Factor psikologis (mis. Stress, - monitor hasil 1. Untuk
keengganan untuk makan) pemeriksaan mempertahaan
Gejala dan Tanda Mayor : laboratorium kan pola makan
- Subjektif yang benar
Terapeutik :
(tidak tersedia) untuk klien
- melakukan oral hygiene
- Objektif 2. Memberikan
sebelum makan, jika
1. Berat badan menurun minimal makan tinggi
perlu
10% di bawah rentang ideal serat bagi klien
- fasilitasi menentukan
Gejala dan Tanda Minor : untuk
pedoman diet (mis,
- Subjektif menghidari
piramida makanan)
1. Cepat kenyang setelah makan konstipasi
- sajikan makanan secara
2. Kram/nyeri abdomen menarik dan suhu yang
3. Nafsu makan menurun sesuai Kolaborasi
- Objektif - berikan makana tinggi 1. Untuk
1. Bising usus hiperaktif serat utuk mencegah meminimalisir
2. Otot pengunya lemah konstipasi rasaa nyeri
3. Otot menelan lemah - berikan makanan tinggi yang terjadi
4. Membrane mukosa pucat kalori dan tinggi protein pada saat klien
5. Sariawan - berikan suplemen akan makan
6. Serum albumin turun makanan, jika perlu
7. Rambut rontok berlebihan - hentikan pemberian
8. Diare makan melalui selang
Kondisi klinik terkait : nasogatrik, jika asupan
1. Stoke oral dapat di toleransi
2. Parkinsom
Edukasi :
3. Mobius syndrome
- anjurkan posisi duduk,
4. Cerebral palsy
jika mampu
5. Cleft lip
- ajarkan diet yang
6. Cleft palate
diprogramkan
7. Amyotropic
8. Infeksi Kolaborasi :
9. AIDS - kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis, pereda nyeri,
antiemetic), jika perlu
- kolaborasi dengan ahli
giji untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang di
butuhkan, jika perlu

4 Hipertermia (D.0130) Termoregulasi (L. 14134) Manajemen Observasi :


Kategori:Lingkungan Definisi : pengaturan suhu tubuh Hipertermia 1. Agar kita dapat
Subkategori :Keamanandan Proteksi agar tetap berada pada rentang (I.15506) mengetahui
normal. Definisi: Mengidentifikasi dan penyebab
Definisi : Suhu tubuh meningkat diatas mengelola peningkatan suhu hipertemia
rentang normal tubuh. Setelah dilakukan pengkajian tubuh akibat disfungsi pada pasien
Penyebab : selama 3x24 jam didapatkan termoregulasi. apakah karena
1. Dehidrasi criteria hasil: dehidrasi,terpa
2. Terpaparlingkunganpanas 1. Takipnea menurun Tindakan par lingkungan
3. Posespenyakit(mis.infeksi,kank 2. Suhu tubuh membaik Observasi: panas,atau
er) 3. Suhu kulit membaik 1. Identifikasi penyebab penggunaan
4. Ketidaksesuainpakaiandengans 4. Tekanan darah membaik hipertermia stemor
uhulingkungan (mis.Dehidrasi, 2. Untuk
5. Peningkatan lajumetabolisme terpapar lingkungan mengetahui
6. Respontrauma suhu tubuh
panas, penggunaan
7. Aktivitas berlebihan pasien apakah
inkubator)
8. Penggunaan incubator masih
2. Monitor suhu tubuh
Gejala dan Tanda Mayor rendah,normal,
Terapeutik :
- Subjektif atau tinggi
3. Sediakan lingkungan
(tidak tersedia) 3. Untuk
yang dingin
- Objektif mengetahui
4. Longgarkan atau
1. Suhu tubuh diatas nilai normal kadar elektrolit
lepaskan pakaian
Gejala dan Tanda Minor pada pasien
5. Basahi dan kipasi
- Subjektif 4. Untuk
permukaan tubuh
(tidak tersedia) mengetahui
6. Berikan cairan oral
- Objektif berapa banyak
7. Ganti linen setiap hari
1. Kulit merah pengeluaran
atau lebih sering jika
2. Kejang urine pasien
mengalami hiperhidrosis
3. Takikardi 5. Untuk melihat
(keringat berlebihan)
4. Takipnea apakah ada
Kolaborasi:
5. Kulit terasa hangat komplikasi
8. Kolaborasi pemberian
Kondisi klinis terkait yang di
cairan dan elektrolit
1. Proses infeksi sebabkan oleh
intravena, jikaperlu
2. Hipertiroid hipertemia
3. Stroke Terapeutik :
1. Untuk menjaga
4. Dehidrasi agar tubuh
5. Trauma pasien tetap
6. Prematuritas hangat
2. Agar pasien
tidak merasa
kepanasan
3. Untuk menjaga
kenyamanan
pasien
4. Untuk
membantu
menurunkan
suhu tubuh
pasien
Edukasi :
1. Agar pasien
dapat
meminimalkan
fungsi semua
System organ
pasien
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

N DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI


O
1. Nyeri Akut Pemberian analgesik (I. 08243)
(D. 0077) Tindakan
Observasi
1. Mengidentifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda,
kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
2. Mengidentifikasi riwayat alergi obat
3. Mengidentifikasi kesesuaian jenis analgesic (mis. Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri.
4. Memonitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
analgesic.
5. Memonitor efektifitas analgesic.
Terapeutik
1. Mendiskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu.
2. Mempertimbangkan penggunaan infuse kontinu, atau bolus opioid
untuk mempertahankan kadar dalam serum
3. Menetapkan target efektifitas analgesic untuk
4. mengoptimalkan respon pasien
5. Mendokumentasikan respon terhadap analgesic dan efek yang
tidak diinginkan
Edukasi
1. Menjelaskan efek terapi dan efek samping obat.
Kolaborasi
1. Berkolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic, sesuai indikasi
2. Pola Napas Tidak efektif Pemantauan respirasi (I.01014)
(D. 0005) Tindakan
Observasi
1. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
2. Memonitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, Biot, ataksik)
3. Mengauskultasi bunyi napas
4. Memonitor saturasi oksigen
Terapeutik
1. Mengatur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Mendokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Menginformasikan hasil pemantauan, jika perlu
3. Defisit Nutrisi Menejemen nutrisi (D.03119)
(D. 0019) Tindakan
Observasi :
1. Mengidentifikasi status nutrisi
2. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Mengidentifikasi makanan yang di sukai
4. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
5. Mengidentifikasi perlunya pengguanaan selang
nasogastric
6. Memonitor asupan makanan
7. Memonitor berat badan
8. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik :
1. Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Memfasilitasi menentukan pedoman diet (mis,
piramida makanan)
3. Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4. Memberikan makanan tinggi serat utuk mencegah
konstipasi
5. Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Memberikan suplemen makanan, jika perlu
7. Menghentikan pemberian makan melalui selang
nasogatrik, jika asupan oral dapat di toleransi
Edukasi :
1. Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Mengajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
1. Berkolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis,
pereda nyeri, antiemetic), jika perlu
2. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang di butuhkan, jika perlu
4. Hipertermi Manajemen Hipertermia (I.15506)
Tindakan
(D. 0130)
Observasi:
1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia
(mis.Dehidrasi terpapar lingkungan panas,
penggunaan inkubator)
2. Memonitor suhu tubuh
Terapeutik :
1. Menyediakan lingkungan yang dingin
2. Melonggarkan atau lepaskan pakaian
3. Membasahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Memberikan cairan oral
5. Mengganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebihan)
Kolaborasi:
1. berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
jikaperlu
DAFTAR PUSTAKA

Treswari G. A., Soeprijanto B., Normahayu I., Violetta L., 2018, Peranan Radiologi
pada kasus tumor wilms, Jurnal Radiologi Indonesia, Volume 4, No 1
Halaman 27-30, 2018.

Kluwer W., 2015, Pediatric Nursing made incredibly Easy, Hal. 409-411.

Margot R. De Sevo, 2015, Pediatric Nursing content review plus practice question,
F.A. Davis Company, Hal. 246.

Noer M S., 2018, Hematuria pada Anak, hal. 19-30, Airlangga Univeristy Press
(UAP) Kampus C Universitas Airlangga, Mulyorejo, Surabaya.

MH Maas MD, K. Cransberg MD, M. Van Grotel MD, R. Pieters MD, PhD, MM Van
den Heuvel-Eibrink MD, PhD., 2007, Renin-induced hypertension in Wilms
tumor patients, Pediatric Blood & Cancer/ Volume 48, issue 5 p. 500-503.
From https://doi.org/10.1002/pbc.20938.

Maurie Markman, MD., 2022, Cancer Weight Loss, cancer Treatment centers of
America, diakses pada https://www.cancercenter.com/integrative-care/weight-
loss

Doulaptsi, M., Prokopakis, E., Seys, S., Pugin, B., Steelant, B., & Hellings, P. (2018).
Visual analogue scale for sino-nasal symptoms severity correlates with sino-
nasal outcome test 22: paving the way for a simple outcome tool of CRS
burden. Clinical and translational allergy, 8(1), 1-6.

Bolenz, C., Schröppel, B., Eisenhardt, A., Schmitz-Dräger, B. J., & Grimm, M. O.
(2018). The investigation of hematuria. Deutsches Ärzteblatt International,
115(48), 801.

Dr Kusnanto, 2016, Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen, Fakultas


Keperawatan Universitas Airlangga.

Magee, S. W., Mcavey, M., Bellus, M., Wendt, J., Smock, D., & Brown, K. (2015).
Incredibly Easy ! (Issue c).

Sugiyono, P. D. (2016). Pediatric Nursing CONTENT REVIEW PLUS PRACTICE


QUESTIONS. In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53,
Issue 9).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan indikator diagnositk. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.Rachmadi, Dedi. 2018. Chronic Kidney
Disease. Bandung: Universitas Padjadjaran.

You might also like