Professional Documents
Culture Documents
Kel. 4 Tumor Wilms (Nefroblastoma)
Kel. 4 Tumor Wilms (Nefroblastoma)
KEPERAWATAN ANAK II
SISTEM URINARIA
Dosen Pengampu:
Ns. Cindy Puspita Sari Haji Jafar, S.Kep. M.Kep.
OLEH :
KELOMPOK 4
KELAS B
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan laporan PBL ini. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ns. Cindy Puspita Sari Haji Jafar S.Kep. M.Kep., selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu , tenaga dan pikiran untuk
mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan PBL ini
2. Teman-teman kelompok 4 yang telah membantu menyelesaikan laporan PBL ini
3. Orang tua yang telah memberikan dukungan
4. Serta pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Akhir kata penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
pihak yang telah membantu.
Kelompok 4
SKENARIO II
An.S usia 10 tahun dirawat di Rumah Sakit dengan keluhan nyeri pada perut
kanan. Ibunya mengatakan anaknya deman, kecing anaknya berwarna merah, mual
dan muntah sudah 3x. Ibunya juga mengeluh An. S sulit bernapas, anaknya juga
kurang nafsu makan dan sulit untuk makan selalu tidak habis.
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Tumor Wilms, juga disebut nefroblasma, adalah yang paling umum bentuk
kanker ginjal pada anak-anak serta yang paling umum tumor intra-abdominal pada
anak-anak. (Lippincott Williams & Wilkinds, 2015).
B. ETIOLOGI
1. Paling sering, etiologi tidak diketahui.
2. Sekitar 10% pasien yang mengembangkan Wilms adalah lahir dengan cacat
lahir.
3. Sekitar 2% anak dengan Wilms memiliki keluarga anggota yang juga
didiagnosis menderita tumor
Penelitian telah menunjukkan peningkatan risiko pada anak-anak
dengan spesifik kelainan kromosom. Tumor Wilms juga telah dikaitkan
dengan beberapa anomali bawaan termasuk hipospadia dan cryptorchidism.
Tumor Wilms adalah kanker embrional ginjal yang berasal dari selama
kehidupan janin. Pada tahap awal, tumor dienkapsulasi dengan baik, tetapi
kemudian dapat menyebar ke kelenjar getah bening, vena ginjal, atau Vena
Cava, Metastasis ke paru-paru atau komplikasi lain dapat terjadi. (Lippincott
Williams & Wilkinds, 2015).
C. PROGNOSIS
Prognosis bervariasi menurut stadium tumor dan histologi. Histologi yang
menguntungkan memiliki tingkat kelangsungan hidup 99% hingga 86%,
sedangkan kelangsungan hidup histologi yang tidak menguntungkan berkisar
antara 84% hingga 38%, tergantung pada stadiumnya.
Gagal ginjal stadium akhir terjadi pada sekitar 1% pasien, biasanya karena
tumor bilateral metachronous. Wanita dengan sindrom tumor-aniridia Wilms
(WAGR) dapat mengembangkan ovarium bergaris dan berada pada peningkatan
risiko untuk mengembangkan gonadoblastoma. Prognosis yang lebih buruk
dikaitkan dengan karakteristik berikut:
G. KOMPLIKASI
Kekambuhan tumor Wilms dapat terjadi di beberapa tempat, seperti paru-
paru, hati, dan area bedah. Komplikasi lain diantaranya yaitu :
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Penting dilakukan Pengkajian terhadap Klien secara holistik (Biologis, Psikologis,
Social dan Spiritual) untuk mendapatkan data yang lengkap dan sistematis.
Adapun metode yang dapat dipakai dalam Proses Pengkajian yaitu:
1. Identitas Klien
Nama : An. S
Usia : 10 Tahun
Jenis kelamin : Tidak terkaji
Agama : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Suku Bangsa : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal Keluar : Tidak Terkaji
No. Registrasi : Tidak Terkaji
Diagnosa Medis : Tumor Wilms
2. Identitas Penganggung Jawab
Nama : (tidak ditemukan)
Umur : (tidak ditemukan)
Hubungan dengan Pasien : (tidak ditemukan)
Pekerjaan : (tidak ditemukan)
Alamat : (tidak ditemukan)
3. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini :
Klien mengeluh nyeri pada perut kanan, Ibu klien mengatakan anaknya
demam, kencing anaknya berwarna merah, mual dan muntah sudah 3x.
Ibunya mengeluh An.S sulit bernapas. an Ibunya juga mengeluh An. S sulit
bernapas, anaknya juga kurang nafsu makan dan sulit untuk makan selalu
tidak habis.
b. Status kesehatan masa lalu : Tidak Terkaji
a. Riwayat penyakit keluarga : Tidak terkaji
b. Riwayat kehamilan dan kelahiran : Tidak Terkaji
c. Riwayat imunisasi : Tidak terkaji
4. Pola kebutuhan dasar
a. Gambaran terhadap sakit dan penyebabnya dan penanganan yang dilakukan:
1) Kepatuhan terhadap pengobatan
2) Pencegahan tindakan dalam menjaga kesehatan
3) Penggunaan produk atau zat didalam kehidupan sehari-hari dan
frekuensi (misal: rokok, alkohol)
4) Penggunaan alat keamanan dirumah/schari-hari, dan faktor resiko
timbulnya penyakit
5) Gambaran kesehatan keluarga
5. Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual / muntah, kebutuhan jumlah
zat gizi, makanan kesukaan.
Intake makanan : Kurang dari kebutuhan
Keseimbangan cairan dan elektrolit : Tidak terkaji
Nafsu Makan : Klien kurang nafsu makan
Pola makan : Makanan selalu tidak
dihabiskan
Diet : Tidak terkaji
Kesulitan menelan : Tidak terkaji
Mual/Muntah : Klien mengalami mual muntah
sudah 3x
Kebutuhan jumlah zat gizi : Tidak Terkaji
Makanan kesukaan : Tidak Terkaji
6. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit. Komponen:
a. Frekuensi miksi dalam sehari : Tidak terkaji
b. Karakteristik urin : Hematuria (Kencing berwarna merah)
c. Gambaran pola BAB, karakteritik : Tidak Terkaji
d. Penggunaan alat bantu : Tidak terkaji
7. Aktivitas-Latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Komponen:
a. Gambaran level aktivitas, kegiatan sehari-hari
b. Aktivitas saat senggang/waktu luang
c. Apakah mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada
palpitasi,nyeri pada tungkai, gambaran dalam pemenuhan ADL : Level
Fungsional (0-IV), Kekuatan Otot (1-5)
8. Tidur-Istirahat
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi. Komponen:
a. Berapa lama tidur dimalam hari
b. Jam berapa tidur-Bangun
c. Apakah terasa efektif
d. Adakah kebiasaan sebelum tidur
e. Apakah mengalami kesulitan dalam tidur
9. Kognitif-Persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil, penciuman,
persepsi nyeri, hahasa, memori dan pengambilan keputusan. Komponen:
a. Adakah keluhan pusing bagaimana gambarannya
b. Apakah mengalami insensitivitas terhadap dingin, panas.nyeri
c. Apakah merasa nyeri(Skala dan karakteristik)
10. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pengamatan secara seksama setatus kesehatan Klien dari kepala sampai kaki.
Pada Klien dengan yang mungkin akan ditemukan antara lain:
Perdarahan sering terjadi terutama dari mulut atau bercampur urine
(urine kemerahan)
Gerakan dinding thorak mungkin tidak simetris atau tampak tanda-
tanda sesak (Napas cuping hidung,Retraksi supra intercostals apabila
terdapat ganguan organ paru)
b. Palpasi
Pemeriksaan dengan meraba klien
Nyeri tekan pada daerah abdomen
c. Perkusi
Pemeriksaan fisik dengan mengetuk bagian tubuh tertentu untuk mengetahui
Reflek, atau untuk mengetahui kesehatan suatu organ tubuh misalnya Perkusi
organ dada untuk mengetahui keadaan Paru dan jantung
d. Auskultasi
Pemeriksaan pisik dengan cara mendengar, biasanya menggunakan alat
Stetoskup, antara lain untuk mendengar denyut jantung dan Paru-paru.
11. Tanda- Tanda Vital
RR: 43x/menit, terpasang O2 6lpm
TD:140/109mmHg
S: 390C,
B. PATHWAY
TUMOR WILMS
Berdiferensiasi
Nyeri Akut
Disfungsi ginjal Terjadi Keganasan tumor
Terjadi Infeksi
Kerja paru ↑
Sesak nafas
Do Menyentuh reseptor
1. Nyeri Skala 8 nyeri, merangsang
pengeluaran
2. TD 140/109 mmHg hormone nyeri
3. Frekuensi napas 43x/menit
4. Nafsu makan berubah NYERI
AKUT
Do Hematuria
1. RR: 43x/menit
Jumlah hb ↓
Kadar O2 ↓
Kerja paru ↑
Sesak nafas
DO
1.. Takipnea Merangsang
2. Kulit terasa hangat hipotalamus
Suhu Tubuh ↑
Hipertermi
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
Nyeri Akut (D.0077)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri Dan Keamanan
Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Defisit Nutrisi (D.0019)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi Dan Cairan
Hipertermi (D.0130)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan Dan Proteksi
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Edukasi
1. Agar
mengetahui
tujuan dan
prosedur
pemantau
2. Untuk
memberikan
informasi hasil
pemantauan
jika perlu
3 Status nutrisi (L. 03030) Menejemen nutrisi (D.03119) Observasi
Defisit Nutrisi (D.0019) Definisi : keadekuatan asupan Definisi : Mengidentifikasi dan 1. Dapat
Kategori : Fisiologis nutrisi untuk memenuhi mengelolah asupann nutrisi yang menghindari
Subkategori : Nutrisi dan Cairan kebutuhan metabolisme. seimbang alergi yang
disebabkan
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup Setelah dilakukan pengkajian Tindakan oleh makanan
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. selama 3x24 jam didapatkan Observasi : 2. Meningkatkan
Penyebab : criteria hasil : - identifikasi status nutrisi naafsu makan
1. Kurangnya asupan makanan 1. Porsi makan yang dihabiskan - identifikasi alergi dan
2. Ketidakmampuan menelan meningkat intoleransi makanan klien
makanan 2. Nyeri abdomen menurun - identifikasi makanan 3. Meningkatkan
3. Ketidakmampuan mencerna 3. Berat badan membaik yang di sukai dan
makanan 4. Indeks massa tubuh (IMT) - Identifikasi kebutuhan mempertahank
4. Ketidakmampuan mengabsorbsi membaik kalori dan jenis nutrient an
nutrient 5. Nafsu makan membaik - identifikasi perlunya 4. Jumlah kalori
5. Peningkatan kebutuhan pengguanaan selang dan niutrisi
metabolisme nasogastric yang di
6. Faktor ekonomi (mis, financial - monitor asupan makanan butuhkan
tidak mencukupi) - monitor berat badan Terapeutik
7. Factor psikologis (mis. Stress, - monitor hasil 1. Untuk
keengganan untuk makan) pemeriksaan mempertahaan
Gejala dan Tanda Mayor : laboratorium kan pola makan
- Subjektif yang benar
Terapeutik :
(tidak tersedia) untuk klien
- melakukan oral hygiene
- Objektif 2. Memberikan
sebelum makan, jika
1. Berat badan menurun minimal makan tinggi
perlu
10% di bawah rentang ideal serat bagi klien
- fasilitasi menentukan
Gejala dan Tanda Minor : untuk
pedoman diet (mis,
- Subjektif menghidari
piramida makanan)
1. Cepat kenyang setelah makan konstipasi
- sajikan makanan secara
2. Kram/nyeri abdomen menarik dan suhu yang
3. Nafsu makan menurun sesuai Kolaborasi
- Objektif - berikan makana tinggi 1. Untuk
1. Bising usus hiperaktif serat utuk mencegah meminimalisir
2. Otot pengunya lemah konstipasi rasaa nyeri
3. Otot menelan lemah - berikan makanan tinggi yang terjadi
4. Membrane mukosa pucat kalori dan tinggi protein pada saat klien
5. Sariawan - berikan suplemen akan makan
6. Serum albumin turun makanan, jika perlu
7. Rambut rontok berlebihan - hentikan pemberian
8. Diare makan melalui selang
Kondisi klinik terkait : nasogatrik, jika asupan
1. Stoke oral dapat di toleransi
2. Parkinsom
Edukasi :
3. Mobius syndrome
- anjurkan posisi duduk,
4. Cerebral palsy
jika mampu
5. Cleft lip
- ajarkan diet yang
6. Cleft palate
diprogramkan
7. Amyotropic
8. Infeksi Kolaborasi :
9. AIDS - kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis, pereda nyeri,
antiemetic), jika perlu
- kolaborasi dengan ahli
giji untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang di
butuhkan, jika perlu
Treswari G. A., Soeprijanto B., Normahayu I., Violetta L., 2018, Peranan Radiologi
pada kasus tumor wilms, Jurnal Radiologi Indonesia, Volume 4, No 1
Halaman 27-30, 2018.
Kluwer W., 2015, Pediatric Nursing made incredibly Easy, Hal. 409-411.
Margot R. De Sevo, 2015, Pediatric Nursing content review plus practice question,
F.A. Davis Company, Hal. 246.
Noer M S., 2018, Hematuria pada Anak, hal. 19-30, Airlangga Univeristy Press
(UAP) Kampus C Universitas Airlangga, Mulyorejo, Surabaya.
MH Maas MD, K. Cransberg MD, M. Van Grotel MD, R. Pieters MD, PhD, MM Van
den Heuvel-Eibrink MD, PhD., 2007, Renin-induced hypertension in Wilms
tumor patients, Pediatric Blood & Cancer/ Volume 48, issue 5 p. 500-503.
From https://doi.org/10.1002/pbc.20938.
Maurie Markman, MD., 2022, Cancer Weight Loss, cancer Treatment centers of
America, diakses pada https://www.cancercenter.com/integrative-care/weight-
loss
Doulaptsi, M., Prokopakis, E., Seys, S., Pugin, B., Steelant, B., & Hellings, P. (2018).
Visual analogue scale for sino-nasal symptoms severity correlates with sino-
nasal outcome test 22: paving the way for a simple outcome tool of CRS
burden. Clinical and translational allergy, 8(1), 1-6.
Bolenz, C., Schröppel, B., Eisenhardt, A., Schmitz-Dräger, B. J., & Grimm, M. O.
(2018). The investigation of hematuria. Deutsches Ärzteblatt International,
115(48), 801.
Magee, S. W., Mcavey, M., Bellus, M., Wendt, J., Smock, D., & Brown, K. (2015).
Incredibly Easy ! (Issue c).
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.Rachmadi, Dedi. 2018. Chronic Kidney
Disease. Bandung: Universitas Padjadjaran.