You are on page 1of 61

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

Y DENGAN
POST OPERASI EKSISI TUMOR DI GLUTEA DEKSTRA
DI RUANG RAWAT INAP BEDAH RSUD SELASIH

DISUSUN OLEH :

Ns. NINA HIDAYATI, S.Kep


NIP. 19801003 200604 2 011

BLUD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SELASIH


KABUPATEN PELALAWAN
2021
KATA PENGANTAR

Limpahan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
Rahmad dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini
dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. Y DENGAN TUMOR
JARINGAN LUNAK DI AREA GLUTEA DEKSTRA”.

Saya selaku penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya dan jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan waktu dan
kemampuan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
masukan dan kritikan dari semua pihak yang sifatnya senantiasa membangun dan melengkapi
kesempurnaan makalah ini.

Dengan selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dan partisipasi dari semua
pihak terutama temen-temen Perawat dan juga Dokter yang ada di Rawat Inap Bedah. oleh
karena itu dengan penuh kerendahan hati kami selaku penulis makalah menyampaikan ucapan
terimah kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya, semoga segala kebaikan dan bantuan
yang telah diberikan kepada Saya selaku penulis bernilai ibadah dan mendapat imbalan serta
limpahan rahmad dan karuniah Tuhan Yang Maha Esa,Amin.

Akhir kata kiranya tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca terutama dalam menambah wawasan dan pengetahuan serta perkembangan ilmu
keperawatan di masa mendatang.

Pangkalan Kerinci, 17 Desember 2021

Ns. NINA HIDAYATI, S.Kep


19801003 200604 2 011
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

ISI

BAB I.     PENDAHULUAN

A.    Latar belakang .......................................................................... 1

B.     Tujuan Penulisan ..................................................................... 2

BAB II.    TINJAUN TEORITIS

A. KONSEP DASAR

1. Defenisi Tumor ................................................................... 3

2. Klasifikasi ........................................................................... 4

3. Etiologi................................................................................. 6

4.    Patofisiologi (Pathway/WOC)............................................. 8

5.     Manifestasi Klinis ............................................................... 10

6.    Pemeriksaan Diagnostik....................................................... 10

7.    Kompliasi ............................................................................. 10

8.       Penatalaksanaan ................................................................ 11

B.       ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian............................................................................ 19

2. Diagnosa Keperawatan........................................................ 22

3. Intervensi.............................................................................. 23
BAB III.          TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian............................................................................ 32

II. Analisa data.......................................................................... 45

III. Diagnose keperawatan......................................................... 46

IV. Rencana asuhan keperawatan............................................... 47

V. Catatan perkembangan......................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta
organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon,
jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian). Tumor adalah
benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam artian khusus tumor adalah
benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan
neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi (Adhiyaksa,
2015).
Tumor jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala
sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada yang ganas. Tumor ganas
atau kanker pada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma jaringan lunak atau Soft Tissue
Sarcoma (STS) (dikutip dari http://dheyat.blogspot.co.id/2012/01/konsep-dasar-soft-tissue-
tumor-stt.html)
Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya hanya
sekitar 1% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan 7-15% dari seluruh
keganasan pada anak. Bisa ditemukan pada semua kelompok umur. Pada anak-anak paling
sering pada umur sekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling banyak pada umur 45-50
tahun. Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah yaitu sebesar
46% di mana 75% ada diatas lutut terutama di daerah paha. Di anggota gerak atas mulai dari
lengan atas, lengan bawah hingga telapak t angan sekitar 13%. 30% di tubuh bagian luar
maupun dalam, seperti pada dinding perut, dan juga pada jaringan lunak dalam perut maupun
dekat ginjal atau yang disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher sekitar
9% dan 1% di tempat lainnya, antara lain di dada (dikutip dari
https://doktermaya.wordpress.com/2011/12/10/soft-tissu-tumor)

Penyebaran atau metastasis kanker ini paling sering melalui pembuluh darah ke paru-
paru , ke liver, dan tulang. Jarang menyebar melalui kelenjar getah bening. Pada kanker
jaringan lunak yang sudah lanjut, dengan ukuran yang besar, resiko kekambuhan setelah
dilakukan tindakan operasi masih dapat terjadi. Oleh karena itu setelah operasi biasanya
penderita harus sering kontrol untuk memonitor ada tidaknya kekambuhan pada daerah
operasi ataupun kekambuhan ditempat jauh berupa metastasis di paru, liver atau tulang
(https://doktermaya.wodpress.com/2011/12/10/soft-tissu-tumor/)
Dari data yang diperoleh di ruangan rawat inap bedah RSUD selasih dalam 5 bulan
terakhir, didapat 10 penyakit terbanyak yang salah satunya adalah tumor yang merupakan
urutan pertama. Salah satunya Tumor jaringan lunak di area Glutea. Berdasarkan hal tersebut
diatas, maka Penulis sangat tertarik untuk mengangkat kasus tumor terutama Tumor Jaringan
Lunak di region Glutea.

 B.     TujuanPenulisan
1. Tujuan Umum
Menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Tumor Jaringan Lunak di
region Glutea.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan laporan ini adalah untuk:
 Mengetahui konsep dasar tentang Tumor Jaringan Lunak di region Glutea mulai
dari :
- Pengertian Tumor Jaringan Lunak di region Glutea
- Klasifikasi tumor
- Etiologi
- Patofisiologi (WOC)
- Manifestasi klinik
- Pemeriksaan diagnostic
- Komplikasi
- Penanganan
 Mengetahui tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Tumor Jaringan
Lunak di Glutea mulai dari pengakajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, evaluasai dan pendokumentasian.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1. Defenisi
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ
tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat,
lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian ikat, lemak dan jaringan synovial
(jaringan di sekitar persendian) (Adhiyaksa, 2015).
Tumor adalah : merupakan kumpulan sel abdormal yang terbentuk oleh sel-sel
yang tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan
disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma, Budi 2001)
Tumor (neoplasma) adalah suatu jaringan yang terbentuk ketika sel-sel tubuh
membelah dan tumbuh secara berlebihan di dalam tubuh. Normalnya, pertumbuhan dan
pembelahan sel sangat teratur, dimana sel-sel baru akan diciptakan untuk menggantikan sel
yang sudah tua atau untuk menggantikan fungsinya. Sel yang rusak atau tidak diperlukan
akan mati untuk memberikan ruang kosong bagi sel pengganti baru yang sehat. Jika
keseimbangan pertumbuhan sel dan kematian terganggu, tumor bisa terbentuk (Fitri,
2014).
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam
artian khusus tumor adalah benjolan yang yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis,
tumor dibedakan atas golongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi
radang atau hipertrofi. Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu
benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru. Tumor
jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala sampai ujung
kaki (Adhiyaksa, 2015).
Gluteus adalah salah satu dari tiga otot besar pada pantat. Gluteus maximus
adalahotot terbesar dalam tubuh manusia yang membentuk sebagian dari bokong/pantat.
Otot ini besar dan kuat karena memiliki pekerjaan menjaga batang tubuh dalam posisi
tegak. Ini adalah otot antigravitasi utama yang membantu kita berjalan menaiki tangg.
Selain gluteus maximus, ada dua otot gluteal lain yang disebut gluteus medius dan gluteus
minimus (https://www.scribd.com/document/338956804/Tumor-Gluteus-Ners).
kesimpulan bahwa tumor gluteus adalah benjolan yang abnormal atau yang tumbuh
secara berlebihan/abnormal yang berada di salah satu dari tiga otot besar pada
bokong/pantat.

2. Klasifikasi
Jika dibedakan dari jenis pertumbuhannya, tumor digolongkan menjadi tumor jinak
(benigna) dan tumor ganas (maligna).
2.1 Tumor Jinak
Tumor jinak adalah pertumbuhan sel tidak normal tetapi tidak menyerang
jaringan yang berdekatan, tumbuh lambat, dan tidak berbahaya. Tumor jinak
dikatakan berbahaya apabila pertumbuhannya semakin lama menekan jaringan darah
atau saraf.
Penyebab dari tumor jinak tidak diketahui sampai saat ini, namun
perkembangan dari tumor jinak diketahui mempunyai kaitannya dengan beberapa
faktor berikut ini.
a) Genetik atau faktor keturunan.
b) Faktor lingkungan seperti paparan (terekspos) dengan sinar radiasi.
c) Diet. Asupan makanan yang tidak teratur, kurangnya asupan sayur dan buah dapat
menjadi salah satu pemicu terjadinya tumor jinak di dalam tubuh.
d) Stres. Adanya peningkatan kadar stres dapat memicu terjadinya tumor jinak di
berbagai bagian dari tubuh.
e) Trauma atau luka. Trauma atau luka pada tubuh yang tidak ditangani dengan baik
akan memicu terjadinya tumor jinak.
Pertumbuhan abnormal pada berbagai jenis jaringan juga mempengaruhi
jenis neoplasia tertentu yang terbentuk. Jenis tumor jinak yang paling umum meliputi:
a) Lipoma – Neoplasma jinak yang berasal dari sel lemak dan paling sering terjadi
pada leher, bahu, lengan, dan punggung; tumor ini sering diturunkan tetapi juga
dapat muncul akibat dari cedera sebelumnya. Tumbuh lambat dan berbentuk
lembut, bulat, serta dapat bergerak
b) Adenoma – Neoplasma jinak yang berasal dari kelenjar atau jaringan pada
kelenjar, yang paling umum adalah tumor pada kelenjar tiroid
c) Hemangioma – Neoplasma jinak yang berasal dari penumpukan pembuluh darah
d) Fibroma – Neoplasma jinak yang berasal dari jaringan ikat atau serat
Meskipun sebagian besar tumor (neoplasma) ditandai oleh proliferasi
jaringan abnormal, beberapa mungkin muncul dalam bentuk lain, seperti kista
sebasea, radang kelenjar, hematoma, hamartoma, choristoma, jaringan nekrotik,
granuloma, dan keloid.
Pada sebagian besar kasus yang ada, penanganan tumor jinak tidak
membutuhkan penanganan yang serius. Yang biasanya dilakukan oleh dokter adalah
melakukan pengamatan pada benjolan saja, dan melihat apakah benjolan tersebut
menyebabkan gangguan lain di dalam tubuh.
Jika pertumbuhan tumor tersebut sudah mengganggu fungsi tubuh maka
penanganan tumor jinak adalah dengan cara operasi. Tujuan dari operasi adalah
mengambil tumor dari tubuh tanpa merusak jaringan yang ada di sekitar tumor.
2.2 Tumor Ganas (kanker)
Tumor ganas disebut juga kanker. Munculnya benjolan sering dianggap
sebagai gejala penyakit kanker. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak
normal dari sel-sel jaringan tubuh normal yang berubah menjadi sel kanker dan
mempunyai sifat tumbuh secara cepat. Penyakit ini memiliki potensi untuk menyerang
dan merusak jaringan yang berdekatan. Kondisi ini dalam istilah medis dinamakan
metastasis.

3. Etiologi
Tumor jaringan lunak dapat disebabkan antara lain oleh:
a) Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen
memiliki peran penting dalam diagnosis.
b) Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.

c) Lingkungan karsinogen
Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan setelah itu dilaporkan
meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
b) Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan
meningkatkan kemungkinan tumor jaringan lunak.
c) Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

4. Patofisiologi (Pathway/Woc)
Perubahan yang terjadi pada sel, terutama disebabkan oleh virus, polusi udara,
makanan, radiasi, dan bahan kimia, baik bahan kimia yang ditambahkan pada makanan,
maupun bahan kimia yang berasal dari polusi. Perubahan ini merugikan proses
pembelahan sel dan sebaliknya menguntungkan proses mutasi. Resiko terjadinya mutasi
akan semakin bertambah seiring dengan pertambahan usia, hal ini dikarenakan tubuh
seseorang yang semakin berumur bekerja tak seoptimal dulu. Inilah yang dengan mudah
bisa memicu terjadinya kesalahan pada pembelahan sel.
Satu kesalahan saja yang terjadi dalam gen bisa menyebabkan tubuh tak lagi bisa
memproduksi zat putih telur atau protein penting. Akibatnya, ini akan memungkinkan
terjadinya perubahan struktur gen dalam skala ringan. Meski perubahan yang terjadi hanya
dalam skala ringan, hal ini sudah bisa menyebabkan sel tak bisa berfungsi sebagaimana
mestinya. Perubahan gen yang paling berbahaya adalah jika perubahan tersebut menimpa
gen dan protein yang bertugas mengontrol pertumbuhan sel-sel. Akibatnya, dalam keadaan
tertentu siklus sel-sel bisa keluar jalur, sehingga sel-sel tersebut mengalami degradasi atau
kemunduran.
Sel-sel yang gennya telah mengalami perubahan tersebut bisa berubah menjadi sel-
sel tumor. Sel-sel tumor ini tumbuh sendiri tanpa perintah dan bisa membelah tanpa
kontrol. Jika sel-sel yang rusak ini berkembang biak, tapi tetap tinggal di satu tempat maka
sel-sel ini akan menjadi tumor baik (jinak) yang bisa dengan mudah diangkat melalui
sebuah operasi. Akan tetapi, jika sel-sel dari tumor tersebut pecah kemudian menyebar ke
tempat lain dalam tubuh lalu berkembang biak disana (metastasis), maka sel-sel tersebut
telah berubah menjadi sel-sel tumor jahat (ganas). Benjolan kanker yang baru timbul
tersebut akan memicu terjadinya pembentukan pembuluh darah baru disekeliling benjolan.
Dari pembuluh darah inilah tumor mendapat makanan, sehingga tumor yang terletak di
tempat-tempat terpencil dalam tubuh pun bisa tumbuh. (Osterath, 2014)
PATHWAY/WOC
Kondisi genetik, Radiasi, Infeksi, Trauma

Gen yg banormal& mutasi genMunculnya mutasi gen radiasi-induksi Infeksi virus Epstein-Barr dalam tubuh
Yang mendorong tranformasi neoplastik kekebalannya lemah

Memicu pertumbuhan / terbentuknya tumor

Sel tumor menginvasi jaringan lunak

Terbentuknya benjolan (tumor) disalah satu dari tiga otot besar pada pantat

Tumor jaringan lunak di glutea

Pre Operasi Mk: - Nyeri Post Operasi


Mk: resiko infeksi - Intoleran aktivitas

Adanya Inflamasi
Adanya luka bekas operasi Menstimulasi respon nyeri

8
MK : GANGGUAN BODY IMAGE Perubahan Fisik Perawatan luka Merangsang BPH
tidak baik
MK: RESIKO INFEKSI
Anatomi kulit yang abnormal
Saraf Afferen
Peradangan pada
kulit
Kurangnya pengetahuan Medulla Spinalis

Thalamus
Bercak-bercak merah

MK : CEMAS/ ANSIETAS
Korteks Serebri

MK : KERUSAKAN INTEGRITAS
KULIT
Saraf Efferen

MK: NYERI

9
5. Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada
lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan
dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh
sakit, yang biasanya terjadi akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan
bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi. Tumor jinak jaringan
lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan
bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di sekitarnya
dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh (Adhiyaksa, 2015).

6. Pemeriksaan Diagnostik
Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis adalah
pemeriksaan biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) atau
biopsi dari jaringan tumor langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan
mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya besar.
Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh
tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh ahli patologi anatomi dan dapat
diketahui apakah tumor jaringan lunak itu jinak atau ganas. Bila jinak maka cukup
hanya benjolannya saja yang diangkat, tetapi bila ganas setalah dilakukan
pengangkatan benjolan dilanjutkan dengan penggunaan radioterapi dan
kemoterapi. Bila ganas, dapat juga dilihat dan ditentukan jenis subtipe histologis
tumor tersebut, yang sangat berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya
(Kaharu, 2016).

7. Komplikasi
1. Penekanan pada jaringan sekitar (pembuluh saraf, otot dan pembuluh darah)
2. Pada kasus yang tangangi dengan prosedur operasi dapat mengakibatkan
trauma jaringan lunak dan infeksi
(http://nissa-uchil.blogspot.co.id/2015/01/soft-tissue-tumor.html)

10
3. Ulkus (akibat penekanan yng terus menerus/gesekan dalam jangka waktu
lama yang tidak segera ditangani)

8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medik
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai
angka keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan
untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat
kimia untuk membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan kerja sel tumor.
Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan
tumor dan kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi
terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
1. Penatalaksanaan Keperawaatan
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah
dilakukan operasi.

2. Terapi Komplementer

11
Sebuah survei terbaru dari National Center for Complementary and
Alternative Medicine (NCCAM), pengobatan komplementer dan alternatif dapat
dikelompokkan menjadi empat domain:

1. Sistem medis alternatif


a. Akupuntur
Akupuntur merupakan salah satu komponen dari obat
tradisional Cina. Hal ini didasarkan pada keyakinan di qi (kekuatan
hidup), yang merupakan energi yang mengalir melalui tubuh sepanjang
jalur yang dikenal sebagai meridian. Setiap ketidakseimbangan dalam qi
diduga mengakibatkan kesulitan atau penyakit. Ada 12 meridian utama
diyakini sebagai titik akupuntur yang sesuai dengan setiap bagian tubuh
dan organ. Untuk menyeimbangkan aliran qi, jarum sekali pakai yang
sangat halus dimasukkan ke dalam acupoints di bawah kulit. Dasar
biologis dari qi belum ditemukan, namun diperkirakan bahwa akupuntur
menstimulus endorfin dan neurotransmiter lain di otak. Akupunktur
telah terbukti efektif untuk nyeri dan kemoterapi terkait mual dan
muntah.
Risiko akupunktur berhubungan dengan ketidaknyamanan
ringan. Hanya jarum sekali pakai yang digunakan. Hal ini penting untuk
mengetahuiseorang praktisi akupuntur yang berkualitas. Ahli
akupunktur harus memiliki pengalaman sebelumnya dengan pasien
kanker. Di New York State ahli akupunktur harus memiliki lisensi dan
harus memiliki 40 sampai 50 jam pelatihan.
Kontraindikasi akupuntur pada lymphedema (risiko infeksi),
alat pacu jantung (tidak ada electroacupuncture; bisa mengganggu irama
jantung), dan kehamilan (perlu menghindari titik-titik tertentu yang bisa
merangsang rahim). Dana-Farber Cancer Institute di Boston,
kontraindikasi akupunktur adalah ANC <500 / µL, trombosit <25.000 /

12
µl, demam neutropenia, situs metastasis, situs iradiasi (berkelanjutan
untuk 4 minggu setelah), INR> 3,5-4,0, dan transplantasi sel induk (2
minggu sebelum 3 bulan setelah itu). Akupuntur tidak akan mengganggu
obat nyeri.

b. Akupresur
Akupresur adalah teknik pengobatan Cina tradisional yang
didasarkan pada ide-ide yang sama seperti akupunktur. Akupresur
melibatkan penempatan tekanan fisik dengan tangan pada titik-titik
akupuntur yang berbeda pada permukaan tubuh.
Ada tiga titik akpresur yang perawat dapat gunakan atau
ajarkan pada pasien kanker untk menstimulasi diri. Titik pada usus besar
dapat diakses oleh pasien/keluarga/perawat. Lokasi bagian berdaging
dari kedua tangan antara ibu jari dan jari telunjuk dan kemudian tekan
dengan ibu jari tangan berlawanan sampai pasien merasakan tekanan.
Titik perut terletak di sisi lateral lutut antara patella dan puncak tibia.
Titik mual dan muntahterletak dua inci proksimal ke puncak melintang
dari pergelangan tangan antara dua tendon. Tekan dengan ibu jari secara
melingkar selama 1 sampai 2 menit.

2. Mind-body medicine
a. Meditasi
Meditasi adalah pengaturan perhatian oleh diri sendiri secara
sengaja. Ada dua kategori meditasi: konsentrasi dan kesadaran. Metode
konsentrasi menumbuhkan kemanunggalan perhatian dan mulai dengan
mantra (suara diulang, kata, atau frase) seperti dalam meditasi
transendental. Praktek pengurangan stres berbasis kesadaran mulai
dengan pengamatan pikiran, emosi, dan sensasi tanpa penilaian yang
muncul di bidang kesadaran.

13
Meditasi telah membantu untuk pasien kanker yang sakit
parah untuk menghilangkan rasa sakit fisik dan emosional. Banyak
pasien kanker meninggal menemukan bahwa ketenangan dan tenang
pada meditasi menimbulkan perasaan yang mendalam dari penerimaan,
kesejahteraan, dan kedamaian batin. Sebuah studi yang dilakukan pada
51 pasien rawat jalan dengan nyeri kronis dengan program 10-minggu
menunjukkan penurunan 50% rasa sakit. Meditasi mengurangi tingkat
stres yang berpotensi dapat mengurangi pengalaman rasa sakit.

b. Hipnosis
Hipnosis adalah keadaan penuh perhatian, konsentrasi reseptif
ditandai dengan perubahan sensori, keadaan psikologis diubah, dan
minim fungsi motorik. Instruksi yang biasa diberikan menyarankan
relaksasi fisik seperti mengambang bersama dengan gambar yang
mengalihkan perhatian dari rasa sakit. Hipnosis dapat diinduksi dalam
beberapa menit untuk mempertahankan analgesia yang sedang
berlangsung dan relaksasi dalam menghadapi tekanan emosional dan
fisik.
Ada bukti, meskipun campuran, dari tinjauan sistematis
bahwa hipnosis dapat membantu mengurangi kecemasan dan nyeri pada
pasien kanker yang terminal.

c. Guided imagery
Ini mengalihkan fokus mental dari rangsangan menyakitkan
untuk pengalaman yang lebih menyenangkan, gambaran, dan relaksasi.
Guided imagery adalah intervensi yang perawat dapat lakukan dengan
pengaturan yang berbeda (rumah sakit, rumah, hospice), dapat
digunakan dengan pasien dan keluarga untuk mengurangi rasa sakit dan
kecemasan.

14
d. Pelatihan relaksasi
Pelatihan relaksasi melibatkan napas dalam, relaksasi otot
progresif, dan pencitraan. Modalitas ini telah menghasilkan penurunan
yang signifikan dalam nyeri secara subjektif pada pasien dengan kanker
stadium lanjut.
e. Terapi distraksi
Terapi distraksi adalah teknik di mana rangsangan sensorik
diberikan kepada pasien dalam rangka untuk mengalihkan perhatian
mereka dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya dengan
melihat pemandangan alam, video game, dll.
f. Terapi musik
Terapi musik adalah pengunaan music yang diatur/dikontrol
untuk perubahan klinis. Terapi musik digunakan untuk mengurangi rasa
sakit dan penderitaan. Ada perbedaan antara penggunaan musik dan
terapi musik. Terapi musik menggunakan bakat dari seorang profesional
terlatih yang memfasilitasi kontak pasien, interaksi, kesadaran diri, dan
ekspresi diri melalui alat musik. Sebuah sesi terapi musik dapat seperti
mendengarkan, bernyanyi, bermain drum, mengembangkan lirik, atau
merekam untuk keluarga. Musik yang disediakan oleh terapis musik
telah terbukti lebih efektif daripada penggunaan pra rekaman musik
sendiri dalam mengurangi skor kecemasan.
g. Terapi Seni
Terapi seni menggunakan proses kreatif untuk memungkinkan
kesadaran dan ekspresi emosi individu. Untuk pasien kanker, seringkali
sulit untuk mengungkapkan secara verbal apa yang dirasakan seseorang
tentang diagnosis, rawat inap, pengobatan, penyakit berulang, keluarga,
dan kematian. Ini adalah seni itu sendiri yang memfasilitasi kesadaran
emosi dan pengurangan gejala melalui penggunaan bahan-bahan seni.

15
Beberapa penelitian telah meneliti penggunaan terapi seni dalam
mengendalikan gejala kanker.
Dalam sebuah penelitian pasien kanker, sebagian besar dengan
leukemia dan limfoma, terapi seni menyediakan penurunan signifikan
secara statistik pada rasa sakit dan gejala umum lainnya, kecuali untuk
mual. Dengan menggunakan garis tubuh dan pastel berwarna dan spidol,
pasien kanker yang membantu untuk memvisualisasikan rasa sakit
mereka, mengkomunikasikan emosi mereka, berurusan dengan citra
tubuh, dan mencari makna dan spiritualitas.

3. Manipulative and body-based practices


a. Pijat atau massase
Pada pasien kanker, sentuhan membuat koneksi, kenyamanan,
dan peningkatan kualitas hidup. Sentuhan berupa pijat menjadi bagian
dari perawatan sehari-hari yang diberikan kepada setiap pasien yang
dirawat di rumah sakit.
Terapi pijat digunakan untuk meringankan gejala pada pasien
kanker. Ini menggunakan teknik manual menggosok, membelai,
menekan, atau memijat jaringan lunak tubuh untuk mempengaruhi
seluruh tubuh. Pada suatu waktu, pijat itu diduga menyebabkan
penyebaran kanker dengan meningkatkan sirkulasi sistemik. Sampai saat
ini tidak ada bukti untuk mendukung ini. Sentuhan dapat menjadi
intervensi terhadap nyeri. Berbagai penjelasan untuk efektivitas pijat
telah diusulkan: pengurangan ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi,
relaksasi umum, dan efek memelihara sentuh.
Pijat umumnya aman untuk pasien kanker, tetapi membutuhkan
modifikasi teknik khusus untuk pasien individu. Ada kontraindikasi
khusus untuk pasien hamil. Hal ini kontraindikasi pada daerah dengan
metastase tulang (untuk risiko patah atau pecah tulang) atau tumor

16
(untuk risiko perdarahan); untuk pasien dengan jumlah trombosit dari
<50.000 (untuk risiko memar); di titik bekuan darah (untuk risiko
melepas trombus dalam vena), dan di situs bedah atau ruam. Pijat dalam
jaringan tidak boleh diberikan pada pasien dengan kanker; tekanan
ringan adalah pijat yang paling tepat untuk pasien ini. Izin terapis pijat
terlatih yang telah memiliki pengalaman dengan pasien kanker.
b. Gentle massase
Untuk memberikan kenyamanan tempatkan telapak tangan seluas
mungkin dengan seluruh tangan berkontak dengan bagian tubuh pasien
seperti lengan atau punggung. Jangan menggunakan ujung jari atau
jempol karena dapat memberikan banyak tekanan terlalu spesifik.
Tekanan harus ringan dan tersebar luas. Pilihan pola pijat bias seperti
lingkaran, dua lingkaran, oval, atau dua oval besar. Hal ini penting untuk
memindahkan tangan pada kecepatan dan tekanan yang konsisten.
c. Refleksi
Refleksi adalah terapi sentuh yang didasarkan pada keyakinan
bahwa ada titik refleks atau titik energi pada kaki, tangan, dan telinga
yang sesuai dengan setiap kelenjar, organ, dan bagian tubuh. Dengan
stimulasi terampil dari daerah-daerah dan poin dengan tangan, jari, dan
teknik praktis, sistem tubuh yang difasilitasi untuk keseimbangan yang
lebih besar. Ini memfasilitasi pasien dalam keadaan yang lebih santai di
mana mereka dapat fokus pada kesehatan daripada penyakit. Hal ini
digunakan untuk menstimulasi relaksasi dan tidur, untuk mengurangi
kecemasan, untuk mencegah dan mengurangi neuropati perifer sekunder
untuk kemoterapi, dan untuk mengurangi pengalaman rasa sakit secara
keseluruhan. Refleksi kaki adalah noninvasif, dapat dilakukan dalam
pengaturan apapun, tidak memerlukan peralatan, dan tidak mengganggu
privasi pasien.

17
Refleksi harus dihindari jika pasien memiliki trombosis vena di
kaki / tangan untuk mencegah bergerak dari trombus ke dalam sirkulasi.
Kontraindikasi lainnya adalah infeksi, ruam, memar, luka, dan
lymphedema kaki atau kaki. Perawat dan orang awam dapat diajarkan
pijat refleksi. Keluarga dapat diajarkan untuk melakukan refleksi untuk
mengurangi rasa sakit dan kecemasan pada keluarganya yang sakit.
4. Energy medicine (Reiki)
Reiki adalah energi getaran atau halus paling sering difasilitasi oleh
sentuhan yang sangat ringan. Rei berarti yang universal atau energi
tertinggi, dan ki berarti energi kekuatan hidup. Terapi Reiki diduga
mendukung kesejahteraan kita dan untuk memperkuat kemampuan alami
kita untuk menyembuhkan dengan mendorong keseimbangan dalam tubuh,
pikiran, dan jiwa. Reiki yang ditawarkan oleh seorang praktisi Reiki dilatih
untuk individu dan melibatkan penempatan tangan yang sangat ringan pada
tubuh pasien: kepala hingga ujung kaki, depan dan belakang, dan di titik
nyeri jika ditoleransi. Sentuhan lembut dari Reiki adalah menenangkan, dan
menstimlasi relaksasi yang mendalam. Hal ini dapat diberikan kepada setiap
pasien karena sentuhan yang sangat ringan.
Sebagian besar pasien kanker dapat menerima Reiki. Karena itu
adalah sentuhan ringan, tidak menimbulkan rasa tidak nyaman. Selama
pasien terbuka untuk menerima sentuhan yang sangat ringan, dapat
dilakukan.
Banyaknya terapi komplementer yang telah ada dan menawarkan
beragam keuntungan membuat banyak masyarakat lebih tertarik untuk
menggunakannya. Terapi komplementer telah menjadi popular saat ini. Perawat
memiliki tugas perawatan untuk memastikan bahwa pasien menyadari
keuntungan dan kerugian dari terapi-terapi tersebut dan tentu saja potensi
bahaya yang dapat diakibatkan (https://www.scribd.com/doc/268911155/
Manajemen-Nyeri-Kanker-Dengan-Terapi-Komplementer).

18
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian Data dasar
1) Data pasien Identitas nama pasien, , alamat, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nomor registrasi, diagnosa medic.
2) Data penanggung jawab Identitas nama penanggung jawab, umur,
pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
3) Riwayat kesehatan :
a. keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat Kesehatan lalu
d. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Pola fungsional Gordon


1) Pola persepsi kesehatan menggambarkan akan pentingnya
pengetahuan tentang kesehatan.
2) Pola nutrisi dan metabolik menggambarkan akan konsepsi relatif
kebutuhan meltabolik dan asupan gizi. Pola konsumsi makanan dan
cairan, keadaan pertumbuhan, rambut, kuku, kulit dan membran
mukosa.
3) Pola eliminasi : menggambarkan pola ekresi
4) Pola aktivitas dan mobilisasi : menggambarkan vii aktivitas pengisian
waktu sehari hari.
5) Pola tidur dan istirahat : menggambarkan pola istirahat dan tidur
6) Pola persepsi dan konsep diri : kemampuan menggambarkan diri
sendiri, kemampuan dan peran
7) Pola mekanisme koping : pada pasien hemangioma mengalami
ketakutan akan penyakit yang di derita dan tindakan yang akan
dilakukan.

19
8) Pola keyakinan dan kepercayaan : menggambarkan dalam diri
melakukan ibadah, agama yang dianut
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum pasien hemangioma tingkat kesadaran composmentis,
tidak menunjukkan tandatanda yang berbahaya.
2) Kepala : rambut hitam, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dikepala
3) Mata : Mata simetris, pupil isokor, reaksi pupil terhadap cahaya baik,
konjungtiva merah muda, sklera putih, pengelihatan baik .
4) Hidung : Simetris, tidak ada secret dalam hidung, tidak ada lesi,
fungsi penciuman baik
5) Mulut : mukosa pucat, tidak ada stomatitis,gigi lengkap, tidak ada
karies gigi.
6) Telinga : Daun telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada serumen
dalam telinga, tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka, fungsi
pendengaran baik
7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada gangguan
menelan.
8) Dada Inspeksi : tidak menggunakan otot bantu nafas Palpasi :
pengembangan paru sama, tidak ada nyeri tekan Perkusi : sonor
Auskultasi: tidak ada suara tambahan, vesikuler
9) Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak tampak Palpasi : ictus cordis
tidak teraba Perkusi : redup Auskultasi: s1 s2 teratur, tunggal
10) Abdomen Inspeksi : datar tidak terlihat masa Auskultasi : peristaltik
usus normal 20x/menit Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi :tympani
11) Ekstremitas Ekstremitas atas : terpasang infus, tidak terjadi gangguan
fungsi gerak pada ekstremitas atas Ekstremitas bawah : kaki kanan
dan kiri sama, tidak ada kelainan bentuk, gerak bebas
12) Genetalia Tidak mengalami gangguan

20
Pengkajian pasien pre operatif menurut Doenges (2000), meliputi :
a) Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vaskular
perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
b) Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; faktor-faktor stress multipel,
misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ;
stimulasi simpatis.
c) Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pankreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis); malnutrisi (termasuk obesitas); membran
mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan/periode puasa pra operasi).
d) Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e) Keamanan
Gejala : alergi/sensitif terhadap obat, makanan, plester, dan larutan;
Defisiensi immune (peningkatan risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan); Munculnya kanker/terapi kanker terbaru; Riwayat keluarga
tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi; Riwayat penyakit hepatik
(efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi);
Riwayat transfusi darah/reaksi transfusi.
Tanda : munculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

f) Penyuluhan / Pembelajaran
- Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotik, antihipertensi,
kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic,
dekongestan, analgesik, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer
dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional.

21
Penggunaan alkohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi
penarikan diri pasca operasi).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi
a. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
tindakan pembedahan yang akan dilakukan
Post Operasi
a. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi pembedahan dan proses
tindakan invasif
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
tindakan pembedahan
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post operasi
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan sumber informasi

22
3. INTERVENSI
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Cemas berhubungan a. Anxiety control a. Anxiety reduction (penurunan
dengan kurang b. Coping kecemasan)
pengetahuan tentang Kriteria Hasil : - Gunakan pendekatan yang
penyakit dan tindakan a. Klien mampu menenangkan
pembedahan yang akan mengidentifikasi dan R/ meningkatkan bhsp
dilakukan mengungkapkan gejala - Jelaskan semua prosedur dan
cemas apa yang dirasakan selama
b. Mengidentifikasi, prosedur
Ditandai dengan: mengugkapkan dan R/ agar pasien mengetahui
a. Gelisah menunjukkan tehnik untuk tujuan dan prosedur tindakan
b. Insomnia mengontrol cemas - Temani pasien untuk
c. Resah c. Vital sign dalam batas memberikan keamanan dan
d. Ketakutan normal mengurangi takut
e. Sedih d. Postur tubuh, ekspresi R/ mengurangi kecemasan
f. Fokus pada diri wajah, bahasa tubuh dan pasien
g. Kekhawatiran tingkat aktivitas - Berikan informasi faktual
menunjukkan mengenai diagnosis, tindakan
berkurangnya kecemasan prognosis
R/ membantu mengungangi
tingkat kecemasan
- Identifikasi tingkat kecemasan
R/ mengetahui tingkat
kecemasan pasien
- Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan

23
R/membantu pasien agar lebih
tenang
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
R/ membantu pasien tenang
dan nyaman
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
R/ cemas berkurang, pasien
merasa tenang
- Berikan obat
R/untuk mengurangi
kecemasan
2. Nyeri akut berhubungan a. Pain Level a. Pain Management
dengan terputusnya b. Pain control - Lakukan pengkajian nyeri
kontinuitas jaringan c. Comfort level secara komprehensif termasuk
akibat tindakan Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
pembedahan a. Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan faktor
Batasan Karakteristik: (tahu penyebab nyeri, presipitasi
a. Laporan secara verbal mampu menggunakan R/ mengetahui tindakan dan
atau nonverbal tehnik nonfarmakologi obat yang akan diberikan
b. Fakta dari observasi untuk mengurangi nyeri, - Observasi reaksi nonverbal
c. Posisi antalgik mencari bantuan) dari ketidaknyamanan
(menghindari nyeri) b. Melaporkan bahwa nyeri R/ mengetahui tingkat nyeri
d. Gerakan melindungi berkurang dengan pasien
e. Tingkah laku berhati- menggunakan manajemen - Gunakan teknik komunikasi
hati nyeri terapeutik untuk mengetahui

24
f. Muka topeng (nyeri) c. Mampu mengenali nyeri pengalaman nyeri pasien
g. Gangguan tidur (mata (skala, intensitas, frekuensi R/membantu pasien
sayu, tampak capek, dan tanda nyeri) mengungkapkan perasaan
sulit atau gerakan d. Menyatakan rasa nyaman nyerinya
kacau, menyeringai) setelah nyeri berkurang - Evaluasi bersama pasien dan
h. Terfokus pada diri e. Tanda vital dalam rentang tim kesehatan lain tentang
sendiri normal ketidakefektifan kontrol nyeri
i. Fokus menyempit masa lampau
(penurunan persepsi R/untuk memberikan
waktu, kerusakan intervensi yang tepat
proses berpikir, - Kontrol lingkungan yang dapat
penurunan interaksi mempengaruhi nyeri seperti
dengan orang lain dan suhu ruangan, pencahayaan
lingkungan) dan kebisingan
j. Tingkah laku R/membantu mengurangi nyeri
distraksi, contoh pasien
jalan-jalan, menemui - Kurangi faktor presipitasi
orang lain dan atau nyeri
aktivitas berulang- R/ mengurangi nyeri pasien
ulang - Pilih dan lakukan penanganan
k. Respon autonom nyeri (farmakologi, non
(seperti berkeringat, farmakologi dan inter
perubahan tekanan personal)
darah, perubahan R/ membantu mengurangi rasa
nafas, nadi dan nyeri pasien
dilatasi pupil - Kaji tipe dan sumber nyeri
l. Perubahan otonom untuk menentukan intervensi
dalam tonus otot R/ memberikan intervensi

25
(mungkin dalam yang tepat
rentang dari lemah ke - Ajarkan tentang teknik non
kaku) farmakologi
m. Tingkah laku R/mengurangi nyeri dengan
ekspresif (contoh cara pengobatan non
gelisah, merintih, farmakologis
menangis, waspada, - Berikan analgetik untuk
iritabel, nafas mengurangi nyeri
panjang/berkeluh R/ nyeri dapat berkurang
kesah - Evaluasi keefektifan kontrol
n. Perubahan dalam nyeri
nafsu makan dan R/ nyeri terkontrol
minum - Tingkatkan istirahat
R/ menguragi nyeri
Faktor Yang a. Analgesic Administration
Berhubungan : - Tentukan lokasi, karakteristik,
Agen injury (biologi, kualitas, dan derajat nyeri
kimia, fisik, psikologis) sebelum pemberian obat
R/ untuk memberikan
intervensi yang tepat
- Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
R/ benar dalam pemberian
obat
- Cek riwayat alergi Pilih
analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari

26
satu
R/ menentukan obat yang tidak
alergi untuk pasien
- Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
R/ memberikan obat yang
sesuai dengan keluhan
- Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
R/ mengetahui kondisi pasien
- Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
R/ membantu mengurangi
nyeri
3. Kerusakan integritas kulit Tissue Integrity : Pressure ulcer prevention
berhubungan dengan Skin and Mucous Membranes a. Wound care
adanya luka post operasi Wound Healing :primary and - Anjurkan pasien untuk
secondary intention menggunakan pakaian yang
Batasan karakteristik : longgar
a. Gangguan pada Kriteria Hasil : R/ menjaga integritas kulit
bagian tubuh a. Integritas kulit yang baik pasien
b. Kerusakan lapisa kulit bisa dipertahankan - Jaga kulit agar tetap bersih
(dermis) (sensasi, elastisitas, dan kering
c. Gangguan permukaan temperatur, hidrasi, R/agar kulit tetap lembab
kulit (epidermis) pigmentasi) - Hindari kerutan pada tempat
b. Tidak ada luka/lesi pada tidur
Faktor yang

27
berhubungan: kulit R/ menjaga integritas kulit
c. Perfusi jaringan baik tetap baik
Eksternal : d. Menunjukkan pemahaman - Mobilisasi pasien (ubah
a. Hipertermia atau dalam proses perbaikan posisi pasien) setiap dua jam
hipotermia kulit dan mencegah sekali
b. Substansi kimia terjadinya sedera berulang R/ membantu agar pasien
c. Kelembaban udara e. Mampu melindungi kulit nyaman
d. Faktor mekanik dan mempertahankan - Monitor kulit akan adanya
(misalnya : alat yang kelembaban kulit dan kemerahan
dapat menimbulkan perawatan alami R/ mengetahui kondisi
luka, tekanan, restraint) f. Tidak ada tanda-tanda integritas kulit
e. Immobilitas fisik infeksi - Oleskan lotion atau
f. Radiasi g. Menunjukkan terjadinya minyak/baby oil pada derah
g. Usia yang ekstrim proses penyembuhan luka yang tertekan
h. Kelembaban kulit R/ agar kulit tetap terjaga
i.Obat-obatan tidak terjadi luka baru
- Monitor aktivitas dan
Internal : mobilisasi pasien
a. Perubahan status R/ membantu pasien agar
metabolik bisa mobilisasi
b. Tulang menonjol - Monitor status nutrisi pasien
c. Defisit imunologi R/ mengawasi pasien agar
Faktor yang tidak kekurangan nutrisi
berhubungan: - Memandikan pasien dengan
a. Gangguan sirkulasi sabun dan air hangat
b. Iritasi kimia (ekskresi R/mempertahankan personal
dan sekresi tubuh, higyene pasien
medikasi) - Observasi luka :lokasi,

28
c. Defisit dimensi, kedalaman luka,
cairan,kerusakan karakteristik, warna cairan,
mobilitas fisik, granulasi, jaringan nekrotik,
keterbatasan tanda-tanda infeksi lokal.
pengetahuan, faktor R/ menguragi tanda-tanda
mekanik (tekanan, infeksi
gesekan) kurangnya - Lakukan teknik perawatan
nutrisi, radiasi, faktor luka dengan steril
suhu (suhu yang R/mencegah adanya infeksi
ekstrim)

4. Resiko infeksi a. Immune Status a. Infection Control (Kontrol


berhubungan dengan luka b. Knowledge : Infection infeksi)
bekas pembedahan dan control - Bersihkan lingkungan setelah
proses tindakan invasif c. Risk control dipakai pasien lain
R/mengurangi resiko infeksi
Faktor-faktor resiko : - Pertahankan teknik isolasi
a. Prosedur Infasif Kriteria Hasil : R/ menurunkan resiko
b. Ketidakcukupan a. Klien bebas dari tanda dan kontminasi silang
pengetahuan untuk gejala infeksi - Batasi pengunjung bila perlu
menghindari paparan b. Mendeskripsikan proses R/ menurunkan resiko infeksi
patogen penularan penyakit, factor - Instruksikan pada pengunjung
c. Trauma yang mempengaruhi untuk mencuci tangan saat
d. Kerusakan jaringan penularan serta berkunjung dan setelah
dan peningkatan penatalaksanaannya, berkunjung meninggalkan
paparan lingkungan c. Menunjukkan kemampuan pasien
e. Ruptur membran untuk mencegah timbulnya R/ mencegah terjadinya
amnion infeksi kontaminasi silang
f. Agen farmasi d. Jumlah leukosit dalam

29
(imunosupresan) batas normal - Gunakan sabun antimikrobia
g. Malnutrisi e. Menunjukkan perilaku untuk cuci tangan
h. Peningkatan paparan hidup sehat R/ mencegah terpajan pada
lingkungan patogen organisme infeksius
i. Imonusupresi - Cuci tangan setiap sebelum dan
j. Ketidakadekuatan sesudah tindakan keperawatan
imun buatan R/ menurunkan resiko infeksi
k. Tidak adekuat - Pertahankan lingkungan
pertahanan sekunder aseptik selama pemasangan
(penurunan Hb, alat
Leukopenia, R/ mempertahankan teknik
penekanan respon steril
inflamasi) - Tingkatkan intake nutrisi
l. Tidak adekuat R/ membantu meningkatkan
pertahanan tubuh respon imun
primer (kulit tidak - Berikan terapi antibiotik bila
utuh, trauma jaringan, perlu
penurunan kerja silia, R/ mencegah terjadinya infeksi
cairan tubuh statis, b. Infection Protection (proteksi
perubahan sekresi pH, terhadap infeksi)
perubahan peristaltik) - Monitor tanda dan gejala
m. Penyakit kronik infeksi sistemik dan local

R/mengidentifikasi keadaan
umum pasien dan luka
- Monitor hitung granulosit,
WBC
R/ mengidentfikasi adanya
infeksi

30
- Monitor kerentanan terhadap
infeksi
R/ menghindari resiko infeksi
- Berikan perawatan kulit pada
area epidema
R/ meningkatkan kesembuhan
- Inspeksi kondisi luka / insisi
bedah
R/mengetahui tingkat
kesembuhan pasien
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
R/ membantu meningkatkan
status pertahanan tubuh
terhadap infeksi
- Ajarkan cara menghindari
infeksi
R/ mempertahankan teknik
aseptik
- Laporkan kultur positif
R/ mengetahui terjadinya
infeksi pada luka

BAB III

31
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. D DENGAN
TUMOR JARINGAN LUNAK DI REGIO GLUTEA DEKSTRA
DI RAWAT INAP BEDAH RSUD SELASIH PANGKALAN KERINCI

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D Umur : 62 Th
Tgl lahir : 13 Juli 1958 Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl masuk : 26 Feb 2020 Suku Bangsa : Melayu
Tgl Pengkajian : 27 Feb 2020 Dari/Rujukan : Poli Bedah
Nomor MR : 05.33.94
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke Poli Bedah RUSD Selasih Pangkalan Kerinci pada tanggal
26 Feb 2020 dengan keluhan ada benjolan di bokong kanan sejak 6 bln yang
lalu dan terasa nyeri saat duduk. Saat pengkajian yang dilakukan pada tanggal
27 Feb 2020 di ruang Rawat Inap Bedah/ Equator, pasien sudah mendapat
tindakan operasi (Eksisi) yang telah dilaksanakan pada tanggal 27 Feb 2020.
Pada saat pengkajian pasien mengeluh nyeri pada bekas luka operasinya
(bokong sebelah kanan), nyeri seperti ditusuk-tusuk. Nyeri yang dirasakan
sewaktu- waktu dengan skala nyeri 5.

B. RIWAYAT KESEHATAN SEBELUMNYA


Klien mengatakan bahwa benjolan pada bokongnya sudah dideritanya sejak +
6 bulan yang lalu. Tetapi klien tidak berobat. Klien juga mengatakan tidak ada
riwayat penyakit infeksi seperti TBC ataupun menderita penyakit lainnya
dalam 6 bulan terakhir. Klien juga tidak memiliki riwayat alergi baik alergi
makanan maupun alergi obat. Klien mempunyai kebiasaan merokok

32
C. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA & GENOGRAM
Dalam keluarga pasien tidak ada memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
jantung, diabetes, darah tinggi dan penyakit keturunan lainnya.

Keterangan :
/ : Meninggal - - - - - : Tinggal satu rumah
: laki-laki : garis keturunan
: perempuan : Pasien

D. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Aktivitas dan latihan
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari selama dirawat, klien selalu
dibantu oleh orang tua klien dan perawat. Klien lebih banyak tampak di
tempat tidur. Klien juga mengatakan luka di bokognya terasa nyeri jika
banyak bergerak.
2. Kebutuhan oksigenasi
Sebelum dan saat dirawat di Rumah sakit klien tidak memiliki masalah
dengan pola nafas. Klien bernafas secara normal dengan irama pernafasan
regular, RR 20x/I dan klien tidak ada mendapat alat bantuan pernafasan.

3. Kebutuhan cairan, elektrolit dan keseimbangan cairan-elektrolit

33
Sebelum sakit/dirawat klien tidak memiliki masalah dengan pemenuhan
cairan. Pasien mengatakan minum + 7-8 gelas sehari (air putih). Kien
sesekali juga minum the manis di pagi hari.
Saat dikaji klien mengatakan sedikit berkurang dalam pemasukan cairan
(minum). Klien mengatakan minum + 5-6 gelas/hari (air putih)
4. Kebutuhan istirahat dan tidur
Sebelum sakit klien istirahat normal, 7-8 jam / 24 jam, pola tidur teratur
Saat dikaji klien mengatakan pola istirahatnya sedikit berkurang namun
tidak terlalu terganggu. Klien mengatakan istirahat tidur sedikit berkurang
akibat nyeri yang terkadang dirasakan oleh klien.
5. Kebutuhan Nutrisi
Saat dirawat klien tidak memiliki masalah dengan nutisi / pola makannya.
Klien makan 3x/hari, jumlah 1 porsi habis, jenis makanan nasi, lauk dan
sayur. Klien tidak mempunyai pantangan makanan
6. Kebutuhan eliminasi
Sebelum dirawat klien tidak memiliki masalah dengan pola eliminasi
Saat dirawat klien juga tidak memiliki masalah dengan pola eliminasi baik
BAK ataupun BAB
a. BAK : normal, klien BAK 3-4 kali/hari dengan warna kuning jernih,
tidak ada darah, bau urine khas. Kllien tidak terpasang kateter
b. BAB : saat dikaji klien baru 1x BAB sejak dari masuk sampai saat
dikaji
7. Kebutuhan rasa nyaman
Sebelum dirawat klien mengatakan merasa aman dan betah untuk tinggal
dirumahnya sendiri bersama keluarga
Saat dikaji kien mengatakan kurang betah berada dirumah sakit dan
mengatakan ingin cepat pulih dan segera pulang. Kebutuhan rasa nyaman
klien juga terganggu akibat nyeri yang dirasakan pada area luka bekas

34
operasi di bokong kanan dan hal itu terasa dan mengganggu terutama
ketika klien duduk.
8. Kebutuhan kebersihan dan perawatan diri
Sebelum dirawat klien mandi 2-3 kali/hari. Gosok gigi 2x/hari dan
mencuci rambut setiap mandi.
Saat di rumah sakit pemenuhan kebersihan diri kien tidak terlalu
terganggu karena klien juga mandi 2 kali/hari dengan diseka di tempat
tidur oleh keluarga. Kien tampak sedikit rapi, rambut terlihat bersih

E. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : cukup baik namun klien masih terlihat lemah
 Kesadaran : compos mentis
 Tanda-tanda vital
- TD : 120/70 MmHg
- T : 36,7 C
- HR : 88x/menit
- RR : 22x/menit
 Tinggi badan : 170 cm
1. Kepala
a. Rambut
Rambut terlihat lebat, bentuk kepala normal, ukuran normal, tekstur
rambut tipis, keadaan rambut bersih, tidak terdapat ketombe dan
rambut tidak rontok
b. Mata
Tidak ada kelainan (normal), posisi bola mata simetris, pupil isokor,
sclera tidak icterik, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik,
reflek cahaya baik. Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan
(kaca mata).

35
c. Hidung
Bentuk simetris, bersih, tidak terdapat perdarahan, tidak ada nyeri
tekan tekan. Fungsi penciuman bagus, tidak terdapat secret dan tidak
ada peradangan pada mukosa, tidak terdapat polip. Tidak terpasang
alat bantu seperti NGT
d. Mulut
Rongga mulut bersih, tidak terdapat lesi dan sariawan, tidak ada
perdarahan. Lidah bersih, bibir tidak pucat, tidak ada edema pada bibir
dan tidak ada gangguan pengecapan.
e. Gigi
Tidak terpasang gigi palsu, gigi bersih namun terdapat sedikit caries
gigi dan tidak terdapat peradangan pada gusi
f. Telinga
Bersih, tidak ada pembengkakan/massa, tidak terdapat perdarahan,
tidak nyeri, tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada telinga. Fungsi
pendengaran baik.

2. Leher
Bentuk simetris, warna sesuai area kulit sekitar, tidak ada pembengkakan/
pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada nyeri tekan, tidak terjadi
pembesaran kelenjar tyroid, tidak kaku kuduk, pergerakan leher normal
(bergerak kekanan dan kekiri, atas dan bawah) dan tidak ada massa.

3. Dada
a. Paru
- Inspeksi
Bentuk simetris, tidak Nampak retraksi dada, tidak tampak
penggunaan otot bantu nafas, tidak ada massa, pola nafas normal
(RR : 22x/menit)

36
- Palpasi
Fokal premitus normal (tidak ada hambatan oleh secret dan
penumpukan cairan), tidak ada terdapat nyeri tekan, ekspansi paru
simetris
- Perkusi
Suara paru sonor, tidak redup
- Auskultasi
Suara paru vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing
b. Jantung
- Inspeksi
Tidak terdapat sianosis dan nyeri dada, ictus cordis tampak pada
intercostal ke-5, capila refil < 3 detik
- Palpasi
Tidak teraba pembesaran jantung, tidak terdapat nyeri tekan, pulse
teraba kuat
- Perkusi
Batas-batas jantung normal, suara redup / dullnes
- Auskultasi
Bunyi jantung normal, tidak terdengar gallop (tidak terdapat bunyi
jantung tambahan)
4. Tangan
Tidak terdapat bunyi krepitasi sendi, tidak ada luka, tangan utuh, tidak
sianosis (capila refil normal < 3 detik), akral hangat, turgor baik dan
elastis, tidak ada edema. Terpasang infus NaCl 20 tts/i ditangan sebelah
kiri

37
5. Abdomen
- Inspeksi
Turgor baik, elastis, tidak ada kelainan bantuk, tidak terdapat massa,
tidak ada acites dan tidak terdapat luka ataupun jaringan parut
- Auskultasi
Bunyi bising usus terdengar, peristaltic usus 20 menit
- Perkusi
Terdengar bunyi timpani
- Palpasi
Tidak terdapat pembesaran hepar dan tidak teraba benjolan/massa

6. Genetalia
Tidak dikaji, namun dari hasil wawancara kien mengatakan tidak terdapat
pembesaran pada skrotum, tidak ada luka dan bengkak di area sekitar
genetalia (tidak ada kelainan bentuk)

7. Anus
Tidak ada lesi, klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
hemoroid/ tidak ada benjolan. Terdapat luka bekar operasi di area bokong
sebelah kanan yang telah ditutup dengan kassa.

8. Kaki
Tidak ada edema, ROM normal, tidak ada luka dan tanda-tanda infeksi,
tidak sianosis, bentuk kaki normal, jumlah jari normal, reflek normal

9. Punggung
Tidak ada terdapat fraktur, bentuk punggung normal, tidak ditemukan
decubitus dan tanda-tanda infeksi

38
10. Neurologi
GCS 15, orientasi baik, bicara baik (tidak ada gangguan bicara penciuman
dan pengecapan normal. Reflek menelan baik, tidak ada kejang.

F. PEMERIKSAAN PSIKOSOSIAL
- Klien percaya ia akan segera sembuh dari penyakitnya dank lien
menerima dengan kondisi yang dialaminya sekarang. Emosi klien stabil,
hanya klien merasa sedikit tidak betah berada lama-lama dirumah sakit.
Namun ia dapat beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit.
- Hubungan klien dengan orang tua dan saudaranya cukup baik, selama di
rumah sakit klien tampak dijaga oleh orang tua dan saudara kandungnya.
Klien selalu memperhatikan pada saat berbicara dengan lawan bicaranya.
Dalam keseharian klien menggunakan bahasa melayu.

G. PENGKAJIAN NYERI
KATEGORI PERTANYAAN JAWABAN
PROVOKATIF/ - Apa yang menjadi pencetus? - Nyeri timbul akibat luka
PALIATIF memperberat timbulnya sayatan/ luka post operasi
P nyeri ?
- Apa yang dapat meredakan - Pemberian obat
nyeri ?
QUALITY - Seberapa Berat Keluhan - Sedang karena perlu
Nyeri Terasa? analgesic injeksi
Q
- Bagaimana rasanya? - Seperti tertusuk-tusuk
- Seberapa sering terjadinya? - Sewaktu-waktu
R REGION/ - Diman lokasi keluhan nyeri - Perut bagian bawah kanan
RADIATION tersebut
dirasakan/ditemukan?

39
- Apakah nyerinya menyebar? - Nyeri tidak menyebar
- Menyebar ke adaerah tubuh
bagian mana?
Seberapa berat nyeri yang Skala 5 : Nyeri sedang
dirasakan ?
S SUVERITY Menggunakan Numerik Ranting
Scale, Wong Bacer Face, Flacc,
Cries, atau Comfort Pain Scale
Kapan keluhan nyeri tersebut - Nyeri ditemukan atau
mulai ditemukan/dirasakan? dirasakan pasien 1 hari
Seberapa sering keluhatan sebelum pasien masuk
tersebut dirasakan/terjadi? rumah sakit (sebelum
Apakah terjadi secara mendadak operasi)
T TIMING atau bertahap? - Awal nyeri, nyeri yang
Akut atau kronik? dirasakan sering dating
apalagi ketika pasien
berjalan
- Nyeri bertahap
- Nyeri akut

SKALA NYERI BERDASARKAN EKSPRESI WAJAH


Nyeri : Tidak Ya

Ket :
Wajah 1: Tersenyum karena tidak merasa sakit sama sekali.
Wajah 2: Sakit hanya sedikit.

40
Wajah 3: Sedikit lebih sakit.
Wajah 4: Jauh lebih sakit.
Wajah 5: Jauh lebih sakit banget.
Wajah 6: Sangat sakit luar biasa hingga pasien menangis
Pengelompokan nyeri :
 0 : Tidak nyeri
 1-3 : Nyeri ringan, (masih bisa ditahan, aktifitas tak terganggu, analgetik oral)
 4-7 : Nyeri sedang, (menganggu aktivitas fisik, perlu analgesic injeksi)
 8-10 : Nyeri berat, (tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri, konsul Tim nyeri)
Skore nyeri : 5 (Nyeri sedang)
Keterangan :
Pada Skala 1 (Sangat Ringan / Very Mild)
Rasa nyeri hampir tak terasa. Sangat ringan, seperti gigitan nyamuk. Sebagian besar
waktu Anda tidak pernah berpikir tentang rasa sakit.
Pada Skala 2 (Tidak Nyaman / Discomforting)
Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit. Mengganggu dan mungkin memiliki
kedutan kuat sesekali. Reaksi ini berbeda-beda untuk setiap orang.
Pada Skala 3 (Bisa Ditoleransi / Tolerable)
Rasa nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke hidung menyebabkan hidung berdarah,
atau suntikan oleh dokter. Nyeri terlihat dan mengganggu, namun Anda masih bisa
bereaksi untuk beradaptasi.
Pada Skala 4 (Menyedihkan / Distressing)
Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan lebah. Jika
Anda sedang melakukan suatu kegiatan, rasa itu masih dapat diabaikan untuk jangka
waktu tertentu, tapi masih mengganggu. Misalnya, saat anda sakit gigi, jika
dipaksakan, anda masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tapi itu cukup
mengganggu.

41
Pada Skala 5 (Sangat Menyedihkan / Very Distressing)
Rasa nyeri yang kKuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti pergelangan kaki terkilir.
Rasa sakit nyerinya tidak dapat diabaikan selama lebih dari beberapa menit, tetapi
dengan usaha Anda masih dapat mengatur untuk bekerja atau berpartisipasi dalam
beberapa kegiatan sosial.

Pada Skala 6 (Intens)


Rasa nyeri yang kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga tampaknya
cenderung mempengaruhi sebagian indra Anda, menyebabkan tidak fokus,
komunikasi terganggu. Nyeri cukup kuat yang mengganggu aktivitas normal sehari-
hari. Kesulitan berkonsentrasi.

Pada Skala 7 (Sangat Intens)


Sama seperti nomor 6, kecuali bahwa rasa sakit benar-benar mendominasi indra Anda
menyebabkan tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan tak mampu melakukan
perawatan diri. Nyeri berat yang mendominasi indra Anda dan secara signifikan
membatasi kemampuan Anda untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari atau
mempertahankan hubungan sosial. Bahkan mengganggu tidur.

Pada Skala 8 (Sungguh Mengerikan / Excruciating)


Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering
mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan berlangsung
lama. Aktivitas fisik sangat terbatas. Dan penyembuhan membutuhkan usaha yang
besar.
Pada Skala 9 (Menyiksa Tak Tertahankan / Unbearable)
Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak bisa mentolerirnya dan sampai-sampai
menuntut untuk segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli apa
efek samping atau risikonya. Sakit luar biasa. Tidak dapat berkomunikasi. Menangis
dan atau mengerang tak terkendali.

42
Pada Skala 10 (Sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan)
Sakit yang tak tergambarkan (Unimaginable/Unspeakable) merupakan nyeri begitu
kuat tak sadarkan diri. Terbaring di tempat tidur dan mungkin mengigau. Kebanyakan
orang tidak pernah mengalami sakala rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan
seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan kesadaran akan hilang
sebagai akibat dari rasa sakit yang luar biasa parah.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostic


Tanggal 26 Feb 2020 Nilai Normal
a. Hb : 14,4 gr/dl - Pria : 13-18 g/dl
- Wanita : 12-16 g/dl

b. Leucosit : 7.400 /ul : 3200-10000/mm^3


c. Trombosit : 388.000/ ul : 170-380x10^/mm^3

d. Hematokrit : 43,5% - Pria : 40-50%


- Wanita : 35-45%

e. Waktu perdarahan : 2’ - metode Ivy : 3-7 menit


- Metode Duke: 1-3 menit

f. Waktu pembekuan : 9’ : 4-8 menit


g. GDR : 77 gr/dl : 70-115 mg/dl
h. HbSAg : non reaktif : negative (non reaktif)

Medikasi/ obat-obatan yang diberikan


Tgl 26 – 27 Feb 2020
a. Infus / IFVD RL 18 tetes/menit
b. Cefotaxim 2x1 gr

43
Efek samping :
- Bagian yang disuntik menjadi sakit, iritasi atau benjolan kers serta tuam kulit
- Sakit perut, mual dan muntah serta diare
- Sakit kepala bahkan kejang-kejang
c. Ketorolac 2x30 mg
Efek samping :
- Ulkus, perdarahan saluran cerna dan perforasi
- Gagal ginjal akut
- Reaksi anafilaktoid dan gagal hati
d. Ranitidine 2x60 mg
Efek samping :
- Sakit kepala (3%)
- Sulit BAB, diare, mual, nyeri perut dan gatal2-gatal pada kulit (1%)

Tgl 28 Feb 2020 (obat pulang)


a. Cefadroxil 2x500 mg
Efek samping :
- Mual dan muntah serta diare dan gangguan percernaan lainnya
- Bercak-bercak kemerahanpada kulit dan gatal
- Reaksi anafilaksis atau alergi berbahaya dan bias mengancam keselamatan
jiwa
- Gangguan pada organ ginjal terutama pada pasien yang memiliki riwayat
sakit ginjal
b. Asam mefenamat 3x500 mg
Efek samping :
- Kelelahan, megantuk, sakit kepala
- Muntah, mual, tidak nafsu makan
- Gangguan pencernaan dan nyeri pada ulu hati

44
II. ANALISA DATA
No Data (DO/DS) Etiologi Masalah
1. Data Subjektif : Terputusnya kontinuitas Gangguan rasa
Klien mengatakan nyeri pada luka jaringan nyaman nyeri
bekas operasi (bokong sebelah
kanan) dan nyeri bertambah jika Penekanan pembuluh
pasien duduk saraf
P : luka bekas operasi
Q : Nyeri tekan Menstimulasi respon

R : bokong sebelah kiri nyeri

S : skala nyeri 5
T : sewaktu-waktu Inpuls nyeri masuk ke

Data Objektif : thalamus

- Pasien tampah lemah


NYERI
- Sesekali tampak meringis dan
gelisah
- Skala nyeri 5
- Tampak verban di bokong
sebelah kanan, nyeri (+)
- Tanda-tanda vital
TD : 120/70 MmHg
T : 37 C, HR : 84x/menit,
RR : 22x/menit
2. Data subjektif Luka post operasi (eksisi) Resiko infeksi
- Klien mengatakan ada luka
bekas operasi di bokong Tempat masuk
kanannya mikroorganisme
- Klien mengatakan tidak ada
Penanganan luka tidak

45
demam baik/ tidak steril
Data Objektif :
- Tampak ada verban di bokong Resiko infeksi
kanan
- Verban bersih, luka kering
- Post eksisi (+) hari pertama
- Leucosit : 7.400/ ul, T : 37 C

III.DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas


jaringan (luka post operasi)
b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi

46
IV. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnose keperawatan NOC NIC Rasional
1. Gangguan rasa nyaman : Setelah dilakukan tindakan Paint Manajement :
nyeri berhubungan keperawatan 2x24 jam 1. Kaji riwayat nyeri, lokasi, 1. Memberikan informasi yang
dengan terputusnya diharapkan masalah nyeri durasi dan intensitas nyeri diperlukan untuk
kontinuitas jaringan (luka dapat teratasi dengan KH: merencanakan asuhan
post operasi) - Pasien mengatakan nyeri 2. Berikan pengalihan seperti 2. Untuk meningkatkan
terkontrol/hilang reposisi dan aktivitas kenyamanan dengan
- Melaporkan nyeri yg menyenangkan seperti mengalihkan perhatian klien
dialaminya berbincang-bincang, membaca dari rasa nyeri
- Mendemostrasikan tekhnik buku ataupun mendengarkan
relaksasi dan pengalihan music
rasa nyeri 3. Observasi relaksasi non verbal 3. Membantu mengurangi rasa
- Mengikuti atau dari ketidaknyamanan nyeri pasien
berpartisipasi dalam 4. Ajarkan tentang teknik non
program pengobatan farmakologi (teknik relaksasi/ 4. Mengurangi rasa nyeri
nafas dalam) 5. Meningkatakan kenyamanan
5. Tingkatkan istirahat / mengurangi rasa nyeri
6. Monitor vital sigh 6. Mengetahui kondisi pasien
dan tindakan selanjutnya.

47
Analgesic Administration
7. Tentukan lokasi, 7. untuk memberikan
karakteristik, kualitas, dan intervensi yang tepat
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
8. Cek instruksi dokter tentang 8. Benar dalam pemberian
jenis obat, dosis, dan obat
frekuensi
9. Cek riwayat alergi Pilih 9. Menentukan obat yang
analgesik yang diperlukan tidak alergi untuk pasien
atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
10. Monitor vital sign sebelum 10. Mengetahui kondisi
dan sesudah pemberian pasien
analgesik pertama kali
11. Lakukan penanganan nyeri
farmakologi (pemberian 11. Membantu mengurangi
analgesic) terutama saat nyeri nyeri

48
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan a. Infection Control (Kontrol
berhubungan dengan luka keperawatan selama 2x24 jam infeksi)
post operasi diharapkan resiko infeksi 1. Inspeksi kondisi luka/ eksisi 1. Mengetahui tingkat
dapat diminamalkan/ tidak bedah kesembuhan pasien
terjadi dengan KH : 2. Batasi pengunjung bila perlu 2. Menurunkan resiko infeksi
- Klien mengatakan lukanya 3. Instruksikan kepada 3. Mencegah terjadinya
membaik pengunjung untuk mencuci kontaminasi silang
- Klien mengatakan tidak tangan pada saat berkunjung
merasa nyeri pada area dan setelah berkunjung
luka post operasi meninggalkan pasien
- Luka klien tampak bersih 4. Cuci tangan setiap sebelum 4. Menurunkan resiko infeksi
dan kering dan sesudah tindakan
- Tidak ada pembengkakan keperawatan
atau kemerahan diarea 5. Pertahankan lingkungan 5. Mempertahankan teknik
sekitar luka aseptik selama pemasangan steril
- Suhu tubuh normal alat
- Jumlah leucosit dalam 6. Tingkatkan intake nutrisi 6. Membantu meningkatkan
batas normal respon imun dan
mempercepat proses
penyembuhan luka

49
b. Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala - Mengidentifikasi keadaan

infeksi sistemik dan lokal umum pasien dan luka

- Monitor laboratorium - mengidentfikasi adanya

(leucosit) infeksi

- Monitor Suhu tubuh - Untuk mengetahui kondisi


pasien
pasien
- Menghindari resiko infeksi
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Meningkatkan kesembuhan
- Berikan perawatan kulit
pada area epidema
- Inspeksi kondisi luka / - Mengetahui tingkat

insisi bedah kesembuhan pasien

- Instruksikan pasien untuk - Membantu meningkatkan

minum antibiotik sesuai status pertahanan tubuh

resep terhadap infeksi

- Ajarkan cara menghindari - Mempertahankan teknik

infeksi aseptic

50
V. CATATAN PERKEMBANGAN
No Dx Tanggal & Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama dan TTD
1. 27 Feb 2020 - Mengkaji skala nyeri, lokasi, durasi dan S:
Jam 11.00 wib intensitas nyeri (skala 5, lokasi di - Klien mengatakan nyeri di bokong
bokong kanan bawah/luka bekas kanan bawah/luka bekas operasi,
operasi, nyeri bertambah ketika pasien nyeri bertambah ketika klien duduk
duduk dan datangnya sewaktu-waktu) dan datangnya sewaktu-waktu, nyeri
- Memberikan pengalihan rasa nyeri terasa beberapa menit
(seperti bercakap-cakap atau mendengar - Klien mengatakan mengerti dengan
music) cara tekhnik nafas dalam dengan
- Mengajarkan klien tekhnik relaksasi cara menarik nafas dari hidung,
dengan cara menarik nafas dari hidung, tahan selama 3 detik kemudian
tahan selama 3 detik kemudian hembuskan perlahan melalui mulut
hembuskan perlahan melalui mulut - Klien mengatakan sedikit rileks
- Memonitor vital sign setelah melakukan teknik nafas
- Membatasi pengunjung dalam
- Meningkatkan istirahat O:
- Memberikan obat penghilang nyeri - Skala nyeri 5
sesuai instruksi dokter - Ekspresi wajah tampak meringis
ketika nyeri datang
- Pasien sedikit gelisah

51
- Klien dapat mempraktekkan cara
tekhnik nafas dalam
- Tampak verban di bokong sebelah
kanan
- Injeksi ketorolac 30 mg diberikan
jam 12.00 wib
A : Masalah nyeri teratasi sebagian.
P:
- Kaji skala nyeri
- Monitor vital sign
- Anjurkan pasien melakukan tekhnik
nafas dalam setiap nyeri dating
- Berikan posisi yang nyaman bagi
pasien
2. 27 Feb 2020 - Memonitor tanda dan gejala infeksi S:
Jam 13.00 wib sistemik dan local - Klien mengatakan ia sudah 1 hari di
- Memantau kondisi luka/ eksisi bedah operasi di area bokong kanan
- Membatasi pengunjung bila perlu - Klien mengatakan verbannya kering
- Mengajarkan kepada keluarga dan - Klien mengatakan tidak ada demam
pengunjung cara cuci tangan yang - Klien mengatakan sudah mengerti
benar tentang tekhnik cuci tangan yang
- Menginstruksikan kepada

52
pengunjung untuk mencuci tangan benar yang telah diajarkan
pada saat berkunjung dan setelah O:
berkunjung meninggalkan pasien - Keadaan umum klien baik
- Mencuci tangan setiap sebelum dan - Klien masih tampak lemah
sesudah tindakan keperawatan - Verban kering
- Mempertahankan lingkungan aseptik - Area luka tidak merah
selama pemasangan alat - TTV
- Meningkatkan intake nutrisi TD : 120/70 HR : 84x/menit
- Memantau vital sign terutama suhu RR : 24x/menit T : 37 C
tubuh pasien - Keluarga klien tampak
- Memberikan injeksi /terapi antibiotic mempraktekkan cara cuci tangan
sesuai order dokter yang benar
- Melakukan perawatan kulit disekitar - Klien menghabiskan porsi makan
area luka dengan benar yang telah diberikan dari rumah sakit
- Melakukan pemeriksaan dengan diet TKTP
laboratorium (leucosit) sesuai order - Pengunjung klien tampak dibatasi
dokter oleh orang tua klien
- Injeksi cefotaxime 1 gr telah
diberikan jam 10.00 wib
A : masalah infeksi tidak terjadi

53
P : Intervensi tetap dilanjutkan
- Monitor kondisi luka
- Kaji tanda-tanda adanya infeksi
- Monitor TTV terutama suhu pasien
- Lakukan perawatan luka dan
perawatan kulit sekitar luka dengan
teknik steril
- Cuci tangan sebelum dan dan
sesudah melakukan
- Pertahankan lingkungan aseptic
selama pemasangan alat
- Ingatkan kembali kepada keluarga
dan pengunjung untuk selalu
mencuci tangan pada saat
berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien
1. 28 Feb 2020 - Mengobservasi keadaan umum pasien S:
Jam 10.00 - Mengkaji skala nyeri - Klien mengatakan nyeri sudah jarang
- Memonitor vital sign dirasakan
- Menganjurkan pasien utk selalu - Klien mengatakan nyeri timbul bila
melakukan tekhnik nafas dalam setiap ia duduk saja (area luka tertekan)
nyeri datang - Klien mengatakan sudah melakukan

54
- Memberikan posisi yang nyaman bagi teknik nafas dalam tiap nyeri datang
pasien yang dapat meminimalkan nyeri O:
yang dirasakan - Keadaan umum pasien baik
- Mempertahankan istirahat yang cukup - Skala nyeri 3
- Ekspresi wajah sudah tampak rileks
dan hanya sesekali tampak meringis
- Pasien tampak sudah tenang
- Klien dapat mempraktekkan cara
tekhnik nafas dalam
- TTV
TD : 120/70 HR : 82x/menit
RR : 22x/menit T : 36,6 C
- Klien sudah tampak berjalan-jalan
A : Masalah nyeri sudah teratasi /
terkontrol
P : tindakan keperawatan pasien
dihentikan (os sudah boleh pulang
oleh dokter) dan menganjurkan klien
tetap melakukan tindakan yang telah
diajarkan dirumah sakit
2. 28 Feb 2020 - Memonitor kondisi luka S:
- Klien mengatakan tidak ada demam

55
Jam 12.00 - Mengkaji tanda-tanda adanya infeksi - Keluarga klien mengatakan selalu
- Memantau suhu pasien melakukan cuci tangan sebelum dan
- Melakukan perawatan luka dan sesudah kontak dengan klien
perawatan kulit sekitar luka dengan O:
- Keadaan umum klien baik,
teknik steril
- Klien tampak tenang
- Mencuci tangan sebelum dan dan
- Kondisi luka baik (kering)
sesudah melakukan
- Area luka tidak merah (tidak ada
- Mempertahankan lingkungan aseptic
tanda-tanda infeksi)
selama pemasangan alat
- Suhu tubuh normal 36.4 C
- Mengingatkan kembali kepada keluarga
- Pengunjung klien tampak dibatasi
dan pengunjung untuk selalu mencuci
oleh orang tua klien
tangan pada saat berkunjung dan setelah
- Injeksi cefotaxime 1 gr telah
berkunjung meninggalkan pasien
diberikan jam 10.00 wib
- Memberikan antibiotic cefotaxime 1 gr
A : masalah infeksi tidak terjadi
P : Intervensi dihentikan

56
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC


Grace, Pierce A & Borley Neil R. 2006. At a Glance Ilmi Bedah. Surabaya : Erlangga
Mansjoer, Arif dkk. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC
Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008).Soft Tissue Tumors.Fifth Edition. China : Mosby
Elsevier
Manuaba, T.W.( 2010).Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010.
Jakarta : Sagung Seto
Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC
Reeves, J.C.(2001). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A. (2006).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :
EGC
Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja
William & Wikins. 2012. Kapita Selekta Penyakit. Jakarta : EGC
Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC
Anonim, 2012. Tumor Gluteus-Ners.
http://www.scribd.com/mobile/document/338956804/ Tumor-Gluteus-Ners,
dikutip tanggal 10 Juli 2017

57

You might also like