You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah peserta didik, peserta didik
merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa
dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang dididiknya.

Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan melalui
pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu dilingkungan keluarga, sekolah
maupun dilingkkungan masyarakat dimana anak tersebut berada.

Sebagai peserta didik juga harus memahami hak dan kewajibanya serta melaksanakanya.
Hak adalah sesuatu yang harus diterima oleh peserta didik, sedangkan kewajiaban adalah
sesuatu yang wajib dilakkukan atau dilaksanakan oleh peserta didik.

Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik harus
memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi yang terdapat didalam diri
peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau seorang pendidik tidak mengetahui
dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit
dikembangkan, dan peserta didikpun juga mengenali potensi yang dimilikinya.

Dalam makalah ini, kami mencoba membahas persoalan-persoalan diatas untuk mencapai
tujuan pendidikan yang diharapakan, khususnya dalam pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang menjadi latar belakang penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1) Apa pengertian dari peserta didik ?
2) Apa itu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik ?
3) Jelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik ?
4) Apa itu karakteristik kesadaran beragama peserta didik?
5) Bagaimana sikap peserta didik kepada pendidik ?
C. Tujuan
1) Memahami pengertian peserta didik baik perkembangan maupun pertumbuhannya
2) Mengetahui cara mendidik peserta didik yang baik dan benar
3) Memahami karakteristik peserta didik
4) Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan peserta didik

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Peserta Didik

Dalam konteks pendidikan, kita menemukan beberapa istilah yang dipakai dalam menyebut
anak didik diantaranya adalah “murid, peserta didik dan anak didik”. Semua istilah tersebut
mempunyai implikasi yang berbeda. “Murid” merupakan bentuk isim fail dari “Arada-Yuridu-
Iradatan-Muridun”, yang berarti orang yang menginginkan. Istilah “murid” ini juga mengandung
arti kesungguhan dalam belajar, memuliakan guru. Dalam konsep murid ini pula terkandung
keyakinan bahwa mengajar dan belajar itu wajib. Ahmad Tafsir (2006) sangat yakin sekali jika
istilah “murid” ini tetap dipakai, diresapi, dan diamalkan oleh guru dan murid, maka pendidikan
akan lebih cepat dan tepat menghasilkan lulusan yang terbaik.

Sebutan atau istilah murid ini masih bersifat umum, sama umumnya dengan sebutan anak
didik dan peserta didik. Akan tetapi, kelihatannya istilah murid ini khas pengaruh agama islam.
Dalam islam, sebutan ini diperkenalkan oleh para sufi. Dalam konsep tasawuf, “murid” ini
mengandung pengertian orang yang sedang belajar, menyucikan diri dan sedang berjalan
menuju tuhan (Allah). Hal yang paling menonjol dalam istilah itu adalah kepatuhan murid
kepada guru

Sementara sebutan “anak murid” mengandung arti bahwa guru menyayangi murid seperti
anaknya sendiri. Faktor kasih sayang guru terhadap anak didik dianggap salah satu kunci
keberhasilan pendidikan. Namun dalam sebutan anak didik ini, pengajaran masih berpusat
kepada guru , tetapi tidak seketat pada “guru-murid” seperti diatas.

Sebutan yang selanjutnya adalah “peserta didik”, yakni sebutan yang paling mutakhir. Istilah
ini menekankan pentingnya murid berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Dalam sebutan ini,
aktivitas pelajar dalam proses pembelajaran dianggap salah satu kata kunci. Jika kita coba
persentasekan aktivitas pembelajaran dari beberapa istilah diatas, kira-kira seperti ini: pada
pengajaran murid guru-murid, kegiatan 100% pada guru; pada pengajaran guru-anak didik ,
mungkin 75% pada guru dan 25% pada anak didik; dan pada pengajaran guru-peserta didik, 50%
pada guru dan 50% pada peserta didik. Itulah beberapa pengertian anak didik dalam pendidikan
dengan tinjauan etimologi dan berbagai implikasinya.

2
Pengertian anak didik secara terminologi, secara umum dapat diartikan sebagai anak yang
sedang tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikologis, untuk mencapai tujuan
pendidikannya melalui lembaga pendidikan. Definisi tersebut memberi arti bahwa anak didik
merupakan anak yang belum dewasa. Atau dengan kata lain, anak didik merupakan bahan
mentah dalam proses pendidikan, yang memerlukan arahan-arahan dan bimbingan.

Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran, seorang pendidik harus sedapat mungkin
memahami anak didik, sebab kesalahan dalam memahami hakikat anak didik akan
mengakibatkan kesalahan yang fatal. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
masalah anak didik.

Pertama, anak didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia tersendiri, sehingga
metode mengajar tidak boleh disamakan dengan orang yang dewasa.

Kedua, anak didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dan mempunyai pola
perkembangan dan iramanya. Implikasinya dalam pendidikan ialah bagaimana proses
pendidikan itu dapat disesuaikan dengan pola dan tempo serta irama perkembangan anak didik

Ketiga, anak didik memiliki kebutuhan dan menuntun untuk memenuhi kebutuhan itu
semaksimal mungkin. Kebutuhan itu mencakup kebutuhan biologis, rasa aman, kasih sayang,
harga diri, ingin dihargai dan relasi diri

Keempat, anak didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu lainnya, baik yang
disebabkan oleh faktor endogen (fitrah), maupun faktor eksogen (lingkungan). Perbedaan itu
meliputi jasmani, inteligensi, sosial, bakat, minat, dan lingkungan yang memengaruhinya.

Kelima, anak didik hendaknya dipandang sebagai kesatuan sistem manusia. Sesuai dengan
hakikat manusia, anak didik sebagai mahluk monopluralis, maka pribadi anak didik walau terdiri
dari banyak segi , merupakan satu-kesatuan jiwa raga. Anak didik merupakan objek pendidikan
yang aktif dan kreatif serta produktif, yang memiliki aktifitas tersendiri (daya cipta), sehingga
implikasinya dalam proses pendidikan tidak memandang anak didik sebagai objek yang pasif
yang hanya menerima dan mendengarkan saja.

Dan siapakah peserta didik dalam pendidikan islam ? Dalam Q.S At-Tahrim: 6 Allah S.W.T
menegaskan:

‫ياايهاالذين امنواقوا انفسكمواهليكم نارا‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api
neraka... (Q.S At-Tahrim :6)

3
Dalam ayat ini, yang diperintahkan untuk mendidik adalah orang yang beriman yang telah
dewasa (mukallaf), bukan anak-anak yang belum dewasa atau belum mukallaf. Jadi,
tanggungjawab pendidik adalah terletak pada orang yang telah dewasa, khususnya orangtua.
Sedangkan yang dididik adalah peserta didik

Firman allah dalam Q.S Al-Baqarah :30-31

‫وإذقال ربك للملئكة إني جاعل في االرض خليفة قا لوا أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك‬
30 ‫الدماءونحن نسبح بحمدك ونقدس لك قال إني أعلم ماال تعلمون‬

31‫و علم ءادم االسما ءكلها ثم عرضهم عل الملئكة فقال أنبئوني بأسماء هؤالء إن كنتم صدقين‬

menegaskan bahwa peserta didik itu objek, sekaligus subjek pendidikan. Peserta didik yang
dimaksudkan dalam ayat tersebut ialah malaikat dan Adam A.S. Kedua peserta didik ini terlibat
dalam interaksi pembelajaran melalui pendekatan inquiri dan discoveri. Malaikat, yang tidak
memiliki kapasitas dan kapabilitas sebagai pemberdaya bumi tidak memiliki pengetahuan yang
berkembang sehingga pengetahuannya bersifat statis. Namun, allah memberikan hak kepada
malaikat untuk dievaluasi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilki dan ternyata
tidak dapat menunjukkan kreatifitas dan inovasinya sebagai calon pemberdaya bumi, khilafah.
Berbeda dengan nabi Adam as yang memiliki kapasitas dan kapabilitas sebagai pemberdaya
bumi memiliki pengetahuan dan pengalaman yang dinamis, berkembang, kreatif dan inovatif.
Hal itu dapat dilihat dari evaluasi yang dilakukan Allah kepada nabi Adam as. Dengan hasil sangat
memuaskan, karena Allah telah mendesain hal itu sebagaimana dapat diketahui kata kunci dari
ayat tersebut, ‘allama’ Allah telah memberikan daya indera, akal dan kalbu kepada nabi adam
as. Sehingga beliau aktif memperoleh pengetahuan dan mengungguli malaikat

Penjelasan tersebut mengilustrasikan inspirasi bagi para pendidik hendaknya memerlakukan


peserta didik tidak hanya sebagai objek, melainkan subjek pendidikan. Pendidik tidak dapat
memerlakukan perserta didik sebagai wadah yang setiap saat dapat menerima apa saja yang
disampaikannya sebagaimana yang berlaku dalam teori behavioristik, tetapi pendidik hendaknya
mendesain pembelajaran agar peserta didik lebih aktif mencari dan menemukan sendiri
pengetahuan yang diusahakannya. Lebih darii itu, para peserta didik hendaknya diberikan
kesempatan untuk mengemukakan pengalaman dan kompetensinya sebagaimana yang berlaku
dalam teori konstruktivitik. Ini berarti, pendidik tidak hanya menyuguhkan pengetahuan yang
dikonsumsinya saja, melainkan memberikan ruang dan mediumuntuk memperoleh
pengetahuannya itu. Allah tidak hanya menurunkan ilmu kepada manusia dalam bentuk wahyu
dan ilham, tetapi memberikan media untuk memperolehnya sehingga manusia dapat mencari

4
ilmunya sendiri. Para pendidik dalam konteks ini harus memberikan peluang untuk berkreasi dan
berinovasi bagi para peserta didik mereka.

Sanusi Uwes menyatakan dilihat dari segi subjek pendidik, guru, peserta didik berpotensi
sebagaiobjek pendidikan. Peserta didik dalam pandangan modern tidak hanya dipandang
sebagai objek atau sasaran proses pendidikan yang bersifat pasif dan hanya tergantung pada
oranglain. Sebagai suatu subjek peserta didik dapat menerima,mengembangkan dan menjadikan
bahan didikan sebagai bagian dari dirinya, disamping dapat menolak, membiarkan atau bahkan
mendebat secara kritis terhadap bahan ajar yang diberikan gurunya. Karakter tersebut bukanlah
karakter objek akan tetapi karakter subjek.

Adapun hal-hal yang esensial pada hakikat peserta didik

1. Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi potensi dasar kognitif atau
intelektual, afektif, dan psikomotorik
2. Pesert didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi perkembangan dan
pertumbuhan, meski memiliki pola yang relatif sama.
3. Peserta didik memiliki imajinasi, persepsi dan dunianya sendiri
4. Peserta didik memiliki daya adaptabilitas didalam kelompok sekaligus mengembangkan
dimensi individualitasnyasebagai insan yang unik
5. Peserta didik merupakan mahluk tuhan yang memiliki aneka keunggulan, namun tidak
akan mungkin bisa berbuat atau dipaksa melakukan sesuatu melebihi kapasitasnya
B. Pertumbuhan dan Perkembangan peserta didik

Pertumbuhan peserta didik secara sederhana bermakna peningkatan di bidang massa atau
berat dan tinggi badan. Perkembangan peserta didik merupakan sebuah perubahan secara
bertahap dalam kemampuan, emosi, dan keterampilan yang terus berlangsung hingga mencapai
usia tertentu. Pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan dalam ukuran , perkembangan
didefinisikan sebagai kemajuan menuju kedewasaan. Jika istilah “pertumbuhan” dan
“perkembangan” digunakan bersama menjadi memiliki makna yang kompleks, yaitu berkaitan
dengan masalah fisik, mental dan emosional diasosiasikan dengan pertumbuhan peserta didik.
Jadi, istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” digunakan untuk menggambarkan proses-
proses fisik, mental dan emosional yang kompleks yang terkait dengan
“bertumbuhkembangnya” peserta didik.

Menurut Lilian G. Katz selama bertahun-tahun, psikologi telah mengembangkan banyak


skala normatif untuk menunjukkan perbandingan bagaimana anak-anak tertentu mengalami

5
pertumbuhan dan perkembangan yang sama dengan populasi yang sama seusianya. Melakukan
perbandingan semacam ini menjadi penting untuk mengetahui apakah anak-anak tertentu
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak
lainnya. Sebagai orangtua mereka melihat perilaku anak-anak dan prestasi anak-anak mereka
sendiri untuk kemudian memberikan dorongan, dukungan atau intervensi khusus dari sekarang.
Dukungan, dorongan dan intervensi bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik pun
menjadi tanggungjawab guru dan komunitas sekolah.

Abdul Hamid al-Shaid al-Bantani dalam buku usus al-Tarbiyah al-Islamiyah fi Sunnah
Nabawiyah, menyebutkan istilah perkembangan menurut bahasa bermakna al-ziyadah
(bertambah), al-katsrah (bertambah banyak), al-irtifa’ (bertambah tinggi), sehingga dikatakan
perkembangan, yakni bertambah, banyak, dan makin tinggi. Sedangkan dalam pengertian
terminologi, perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

Agar proses pendidikan berjalan baik dan sempurna, maka hendaknya guru memerhatikan
perkembangan peserta didik dan tingkatannya. Dengan melakukan kajian terhadap tingkatan
perkembangan anak didik, maka ia akan memahami setiap tingkatan perkembangan tersebut,
yakni terdapat keistimewaan dengan karakteristik dengan karakteristik tertentu yang secara
alamiah dilalui oleh setiap peserta didik.

C. Tahapan Perkembangan Peserta Didik

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan maksudnya adalah periodisasi rentang


kehidupan manusia yang ditandai oleh ciri-ciri tertentu atau pola-pola tingkah laku tertentu.

Purwakania Hasan (2006) menyebutkan bahwa dalam islam secara umum pertumbuhan dan
perkembangan manusia terbagi menjadi dua bagian, yakni tahapan sebelum kelahiran dan masa
sesudah kelahiran

a. Tahapan sebelum Kelahiran

Dikatakan dalam ayat al-Qur’an dan al-Hadits bahwa ketika manusia berada dalam rahim
ibunya ia mengikuti beberapa tahapan perkembangan contohnya dalam (Q.S az-Zumar: 6)

6
“Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan
yang demikian itu adalah Allah, tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan tidak ada tuhan
selain dia . Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”

Berdasarkan pada ayat diatas, maka periode perkembangan manusia dalam kandungan
dimulai dari pembuahan sperma sampai masa kelahiran mengalami empat fase, yakni:

1) Fase nuthfah (zigot) yang dimulai sejak pembuahan sampai usia empat puluh hari dalam
kandungan.
2) Fase ‘alaqah (embrio), yakni empat puluh hari setelah fase nuthfah
3) Masuk pada fase mudghah (janin) selama empat puluh hari
4) Fase peniupan ruh ke dalam jasad janin dalam kandungan setelah memasuki usia empat
bulan

Pada tahap prakelahiran oleh para ilmuan muslim sebagaimana dikutip oleh Purwakania
Hasan dibagi menjadi tiga bagian, yakni

1) Tahap Germinal

Tahap germinal atau disebut fase pra-embrionik, merupakan awal dari kehidupan
manusia. Proses ini diawali ketika sperma melakukan penetrasi terhadap sel telur saat
proses pembuahan. Secara normal, tahap ini terjadi akibat adanya hubungan seks antara
laki-laki dan perempuan.

Tentang asal mula penciptaan ini ditemukan pula dalam hadits Nabi SAW, ketika beliau
menjawab pertanyaan seorang yahudi kepadanya. Seorang yahudi bertanya kepadanya
“Dari materi apakah manusia tercipta?” Rasulullah SAW menjawab “Wahai yahudi masing-
masing manusia diciptakan dari nuthfah laki-laki dan nuthfah perempuan” (HR.Ahmad)

2) Tahap Embrio

Tahap embrio ini berlangsung selama kurang lebih lima minggu. Tahap ini dimulai ketika
zigot mulai tertanam dengan sempurna pada dinding rahim.

Al-Qur’an menjelaskan proses perkembangan embriologis ini, yakni bahwa tetesan


(nuthfah) berkembang menjadi ‘alaqah. Seperti digambarkan dalam ayat berikut :
“kemudian tetesan nuthfah itu menjadi alaqah, lalu allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya, lalu allah menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan” (QS.
Al-Qiyamah : 38-39)

7
Dan dalam surat al-Hajj ayat 5 menjelaskan bahwa embrio yang ada dalam rahim ada
yang berkembang secara sempurna. Hal ini telah terbukti dengan penelitian modern, bahwa
perkembangan embriologis menunjukkan bahwa embrio merupakan komposisi dari lapisan
terdiferensiasi dan tidak terdiferensiasi.

Ayat tersebut pula menjelaskan bahwa hal itu merupakan kehendak allah. Allah
berfirman :”Dan kami tetapkan dalam rahim apa yang kami kehendaki sampai waktu yang
sudah ditentukan”. Hal ini menunjukkan bahwa allah menentukan apakah embrio akan
bertahan lama dalam rahim atau tidak.

3) Tahap Fetal

Tahap ini berkembang sekitar 30 minggu, mulai dari minggu kedelapan kehamilan sampai
memasuki kelahiran. Al-Qur’an menjelaskan perubahan bentuk dari tahap embrio menuju
tahap fetal sebagai berikut :”kemudian kami jadikan dia mahluk yang (berbentuk) lain (dari
yang sebelumnya), maka Maha Suci Allah pencipta yang paling baik” (QS. Al-Mu’minun:14).
Pada tahap fetal ini, bentuk manusia sudah dapat diketahui, berbeda dengan tahap embrio
yang lebih menyerupai segumpal daging.

b. Tahapan setelah Kelahiran

Desmita menjelaskan bahwa pada periode kelahiran sampai meninggal, perkembangan


manusia melalui beberapa fase sebagai berikut:

1) Fase neonatus, mulai fase kelahiran hingga kira-kira minggu keempat


2) Fase at-Thifl (anak-anak) mulai satu bulan hingga tujuh tahun
3) Fase tamyiz yaitu fase dimana anak mulai mampu membedakan antara yang baik dan yang
buruk. Fase ini dimulai dari tujuh tahun hingga 12 atau 13 tahun.
4) Fase baligh yaitu fase dimana usia anak sudah mencapai usia muda. Fase ini ditandai dengan
adanya mimpi basah bagi laki-laki dan hadi bagi perempuan. Fase ini sudah memiliki
kesadaran penuh akan dirinya tentang kewajiban beribadah kepada allah dimulai sejak 15
tahun sampai 40 tahun
5) Fase kearifan dan kebijakan yaitu fase dimana seseorang telah memiliki tingkat kesadaran
dan kecerdasan, emosional, moral dan spiritual yang mendalam. Fase ini disebut juga fase
auliya atau anbiya, dimana perilaku seseorang dituntutseperti para wali dan para nabi Allah.
Fase ini dimulai 40 tahun sampai meninggal
6) Fase kematian yaitu fase dimana nyawa telah berpisah dengan jasad

8
Faktor yang mempengaruhi peserta didik diantaranya:

1. Faktor Hereditas

Hereditas merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi perkembangan individu


seseorang. Hereditas adalah karakter yang diwariskan orangtua kepada anak-anak atau potensial
baik fisik maupun psikis.

Dalam perspektif hereditas, karakteristik seorang sangat dipengaruhi oleh gen, yang
merupakan karakteristik bawaan yang diwariskan dari orangtuanya, yang akan terlihat sebagai
katakteristik yang dapat diobservasikan atau diukur. Gen merupakan cetak biru dari
perkembangan yang tetap diturunkan dari generasi ke generasi. Oleh karenanya, kaluarga yang
saleh akan berusaha melakukan segala sesuatu dengan baik sehingga membawa kebaikan bagi
dirinya dan oranglain. Mereka tidak akan pernah mau merugikan orang lain.

a) Sifat bawaan

Gen orangtua diwariskan kepada anaknya melalui proses pembuahan, yakni ketika sel
sperma melakukan penetrasi pada dinding sel telur, reaksi biokimia akan mencegah sel sperma
lain untuk mengulang proses pembuahan. Kemudian dalam beberapa jam sel sperma bersamaan
dengan sel telur membebaskan materi genetik yang dimilikinya. Maka hasilnya sebuah inti sel
yang disebut zigot terbentuk.

Orangtua memberikan separuh diri kromosom dari kromosom mereka kepada setiap
anaknya, dimana mereka ini menerima kombinasi yang berbeda-beda. Berarti bahwa tubuh
manusia merupakan hasil eksperimen yang paling unik.

b) Penentuan Jenis kelamin

Penentuan jenis kelamin merupakan unsur penting dalam pembuahan. Jenis kelamin ini
akan tergantung pada spermatozoa yang menyatu dengan ovum bahwa 22 dari 23 pasang
kromosom manusia, penentuan jenis ini ditentukan oleh kromosom yang ke23

Terkait dengan penentuan jenis kelamin ini digambarkan pula oleh Nabi Muhammad SAW
berikut ini :” Sel sperma laki-laki merupakan tetesan yang putih dan tebal sedangkan sel telur
perempuan merupakan rahim kuning yang tipis. Manapun yang mengungguli yang lainnya,
hasilnya akan mempengaruhi” (HR Ahmad)

2. Faktor Lingkungan

9
Selain hereditas, faktor lain yang sangat mempengaruhi adalah lingkungan. Lingkungan yang
dimaksud adalah segala sesuatu yang berada diluar individu manusia yang mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh perkembangan siswa baik fisik maupun non fisik. Para ahli pendidikan
mengatakan bahwa ada empat macam lingkungan yang akan mempengaruhi pada
perkembangan peserta didik yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan sebaya
dan lingkungan masyarakat

Orangtua sebagai lingkungan yang paling dekat dengan anak memiliki peranan yang sangat
penting dalam perkembangannya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang secara
sistematis melakukan pendidikan, latihan, bimbingan serta arahan kepada peserta didik.
Sementara itu teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi perkembangan kepribadiannya.
Terdapat banyak hasil penelitian yang mengarah kepada hal tersebut. Bahwa teman sebaya lebih
memberikan pengaruh dalam memilih, cara berpakaian dan kegiatan sosial lainnya.

10

You might also like