You are on page 1of 11

RESUME

“KEPUTUSAN INVESTASI JANGKA PANJANG: PENGANGGARAN MODAL”

Mata Kuliah : Ekonomi Manajerial

Disusun Oleh:

Indah Iriani 200810201209

Hendri Mahbudi 200810201215

Septia Lung Wulandari 200810201196

Muhamad Alvin Yovansya 200810201198

Ilyas Saputra 200810201216

Aris Dwi Kurniawan 200810201190

Ekha Reza Fahlevi 200810201200

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2022
1. Penganggaran Modal
Penganggaran Modal ( Capital Budgeting )Istilah penganggaran modal
digunakan untuk menggambarkan tindakan perencanaan dan pembelanjaan
pengeluaran modal, contohnya pembelian equipment baru untuk
memperkenalkan produk baru, dan untuk memodernisasi fasilitas pabrik.
Penganggaran modal juga penting karena sebagian besar proyek - proyek
investasi modal besar sering kali tidak dianulir.
Penganggaran modal tidak hanya dilakukan untuk hal yang telah di
sebutkan tetapi juga dapat merencanakan kampanye iklan berskala besar,
program pelatihan karyawan, riset dan pengembangan, keputusan untuk
membeli ataupun menyewa peralatan produksi.
Secara umum perusahaan mengklasifikasikan proyek investasi kedalam
ketegori - kategori tersebut :
- Penukaran, Investasi untuk menukar peralatan produksi yang telah usang
dengan yang lebih baru.
- Penghematan Biaya, Investasi untunk menggantikan peralatan tua namun
masih bekerja dengan peralatan baru yang lebih efisien.
- Ekspansi output pasar dan produk tradisional, Investasi untuk memperluas
fasilitas produksi sebagai respon terhadap meningkatnya permintaan atas
produk - produk tradisional perusahaan dalam pasar tradisional.
- Ekspansi pada produk atau pasar baru, Investasi untuk mengembangkan,
memproduksi produk baru atau mempunyai pasar baru.
- Regulasi pemerintah, Investasi yang dikeluarkan untuk menyesuaikan dengan
regulasi - regulasi pemerintah.

2. ProsesPenganggaranModal
Bagian ini kita akan membahas bagaimana perusalaan meramalkan
(memproyeksikan) arus kas dari suatu proyek invcstasi, bagaiman perusahaan
menghitung nilai sekarang bersit dan tingkat pengembalian internal) dari
proyek, dan bagaimana kedua ukuran tersebut berhubungan.
 Peramalan Arus Kas
Salah satu aspek paling penting dan sulit dari penganggaran
nodal adalah pengestimasian arus kas bersih dari proyck (act
cash flow from a project). Ini adalah selisih antara penerimaan
kas dan pengeluaran kas sepanjang usia proyek. Karena
pencrimaan dan pengeluaran kas terjadi di masa depan,
ketidakpastian yang tinggi dihadapi dalam estimasi arus kas.
Sejumlah pedoman umum harus dipatuhi dalam mengestimasi
arus kas. -Pertama, arus kas harus diukur berdasarkan
intremental, Yaitu; arus kas dari suatu proyek tertentu harus
diukur berdasarkan sclisit antara arus kas perusahan dengan
atau tanpa proyek yang bersangkutan. Seriap peningkatan
pengeluaran atau penurunan dalam penerimaan pada divisi-
divisi lain dari perusahaan yang diakibatkan oleh pengambilan
suatu proyek tertentu harus dipertimbangkan Sebagai cortoh,
 perusahaan harus menzuraogkan dari estimasi penerimaan-
pencrimaan kas kotor yang didimbulkan oleh peluncuran
produk baru, setiap perkiraan penurunan penerimaan kas pada
divisi-divisi lain dari perusahaan yang menjual produk-produk
saingan.
 Kedua arus kas harus diestimasikan berdasarkan setelah pajak,
dengan menggunakan tarif pajak marginal perusahaan.
 Ketiga sebagai beban nonkas, depresiasi memengaruhi arus kas
perusahaan hanya melalui dampal.nya atas pajak.
 Nilai Sekarang Bersih (NPY)
Salah satu metode untuk menentukan apakah perusahaan
sebaiknya menerima suatu usulan proyek investasi atau tidak
adalah menghitung nilai sekarang bersih dari proyek. Nilal
sekarang bersih (net present value-~-NPV) dari sebuah proyck
sama dengan nilai sekarang dari arus kas bersih yang
diperkirakan dari proyek, yang didiskontokan memakai biaya
modal perusahaan, dilturangi biaya awal dari proyck.
 Tingkat Pengembalian Internal
Metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan apakah
sebuah perusahaan sebaiknya mengambil suaru proyek
investasi tau sidak adalah menghirung tingkat pengernbalian
internal dariproyek.Tingkat.pongembalian.internal.dari-proyek-
@internal.rate.of-_retum-IRR-on-a project) adalah tingkat
diskon yang akan menyamakan nilai sekarang dari arus kas
bersin dengan biaya awal proyek.
 Perbandingan NPV dengan IRR
Ketita menze valuasi suatu proyek tunggal atau proyek
independen, metode /RR dan NPV selalu memumculkan
keputusan terima-tolak yang sama. Alasannya adalah bahwa
NPV hanya akan positif jika IRR proyek melebihi biaya modal
marginal atau tingkat diskon yang telah disesuaikan risiko yang
dipakai o!eh perusahaan. Begiru juga, NPV hanya akan negarif
jika IRR Icbih rendah. dari biaya modal marginal. Namun,
untuk:, proyek-proyek yang saling bergantung satu sama lain
(yair), sat hanya satu dari dua proyek atau lebih yang bisa
diambil), metode NPV dan ARR bisa menghasilkan sinyal yang
berlawanan menyangkut proyek mana yang akan menambah
lebih banyak, pilai kepada perusahaan. Yaitu, proyek yang
memiliki NPY lebih tnggi mungkin memiliki /RR lebib rendah
dari proyek alternatif, dan sebaliknya.

3. Penjatahan Modal dan Indeks Profitabilitas


Penjatahan Modal (Capital Rationing) yaitu saat perusahaan tidak
dapat mengambil semua proyek yang mempunyai NPV positif, perusahaan
harus mengurutkan proyek berdasarkan indeks profitabilitasnya dan memilih
proyek-proyek yang memiliki indeks profitabilitas tertinggi, bukan yang
mempunyai NPV tertinggi. Indeks profitabilitas (profitability indes-PI) sebuah
proyek diukur dengan
a
P 1=∑ {RI ¿¿ ¿
1+1

dimana Rt adalah arus kas bersih dalam 1 tahun t proyek, dan Co adalah biaya
investasi awal proyek. Dalam penjatahan modal, perusahaan harus memilih
proyek-proyek yang mempunyai profitabilitas tertinggi, atau profitabilitas
tertinggi per dolar biaya atau investasi (yaitu, proyek-proyek yang PI-nya
melebihi 1 dengan selisih tertinggi) dalam rangka menghindari bias terhadap
pemilihan proyek-proyek besar. Sebagai contoh, data-data yang terdapat
dalam Tabel 14-3 memperlihatkan bahwa meskipun Proyek A mempunyai
NPV yang lebih tinggi dari Proyek B atau C dan, dengan demikian, akan
menjadi satu-satunya proyek yang diambil menurut aturan investasi NPV jika
perusahaan hanya bisa mengeluarkan $2 juta, indeks profitabilitas Proyek B
dan C lebih tinggi dari pada indeks profitabilitas Proyek A, dan perusahaan
seharusnya mengambil kedua proyek ini, bukan Proyek A. Yaitu, secara
bersama-sama, Proyek B dan C menaikkan nilai perusahaan lebih tinggi dari
pada Proyek A, tetapi kedua proyek ini tidak akan diambil jika perusahaan
hanya bisa menginvestasikan $2 juta dan mengikuti aturan NPV. Meskipun
sederhana, contoh diatas memperlihatkan bahwa dengan penjatahan modal,
indeks profitabilitasnya atau NPV relatif dapat menghasilkan ranking atau
aturan berbeda sehubungan dengan proyek-proyek mana yang sebaiknya
diambil. Tentu saja, tanpa penjatahan modal, perusahaan akan mengambil
semua proyek yang mempunyai NPV positif atau Indeks profitabilitas lebih
dari 1.
Penjatahan modal biasa muncul karena beberapa alasan. Pertama,
pengambilan semua proyek yang memiliki NPV positif bisa menimbulkan
ekspansi yang berlebihan sehingga menyiksa sumber daya manajerial,
personalia, dan sumber daya lainnya dari perusahaan. Karenanya, manajamen
puncak mungkin membatasi jumlah dan ukuran proyek investasi yang diambil
selama satu periode tertentu. Kedua, sebuah perusahaan mungkin enggan
meminjam terlalu banyak untuk menggangi dana Internal mengingat resiko
yang akan dihadapi perusahaan jika perekonomian tiba-tiba melemah.
Manajamen puncak mungkin juga enggan mengumpulkan dana tambahan
dengan menjual saham, karena takut akan kehilangan kontrol atas perusahaan.
Ketiga, manajamen puncak mungkin membatasi anggaran modal untuk
beragam divisinya begitu saja tanpa pertimbangan khusus.
4. Biaya Modal
Biaya Modal merupakan elemen penting dalam proses penganggaran
modal. Perusahaan dapat mendapatkan dana investasi dari sumber intenal (dari
laba ditahan) atau dari sumber eksternal (dengan kredit dan menjual saham).
Biaya dari penggunanaan dana internal adalah biaya kesempatan atau
pengembalian yang hilang karena dana ini tidak digunakan keluar perusahaan.
Biaya dari dana eksternal adalah tingkat pengembalian terendah yang diminta
oleh pemberi pinjaman dan pemegang saham sebelum mau meminjamkan atau
menginvestasikan dana mereka ke dalam perusahaan.
Hal yang akan dibahas dalam Biaya Modal
1) Biaya Utang
Biaya utang (cost of debt) adalah pengembalian yang diminta
pemberi pinjaman untuk pinjaman yang mereka berikan kepada
perusahaan. Karena pembayaran bunga yang dilakukan oleh
perusahaan untuk dana pinjaman ‘dapat dikurangkan’
(deductible) dari laba kena pajak perusahaan, biaya setelah
pajak dari dana yang dipinjam dapat dihittung:
2) Biaya Modal Ekuitas: Suku Bunga Bebas – Risiko Plus
Premi
Biaya modal ekuitas adalah tingkat pengembalian yang diminta
pemegang saham agar mau berinvestasi dalam perusahaan.
Biaya pengumpulan modal ekuitas dari sumber eksternal
biasanya melebihi biaya pengumpulan modal ekuitas secara
internal sebesar flotation cost (biaya penerbitan saham)
Salah satu metode yang dipakai untuk pengestimasian biaya
dari modal ekuitas adalah menggunakan suku bunga bebas –
risiko dijumlahkan dengan premi risiko. Yaitu:
Suku bunga bebas risiko yang biasanya menjadi acuan adalah
suku bunga Treasury Bill berjangka waktu 6 bulan. Alasannya
adalah bahwa kemampuan pemerintah untuk melakukan
pembayaran Bungan dan prinsipan diasumsikan pasti. Premi
Risiko yang harus dibayarkan dalam mengumpulkan modal
ekuitas mempunyai dua komponen. Jika premi yang
berhubungan dengan kedua komponen risiko ini dapat diberi
label , maka dapat diubah formula perhitungan biaya dari
modal ekuitas menjadi: Jenis pertama dari risiko biasanya
diukur oleh selisih antara suku bunga obligasi perusahaan (r)
dengan suku bunga obligasi pemerintah . Risiko tambahan
terlibat dalam pembelian saham dibandingkan obligasi
biasanya diestimasikan 4 persen. Ini adalah selisih historis
antara tingkat pengembalian rata – rata dari saham dengan
tingkat pengembalian rata – rata dari obligasi yang diterbitkan
oleh perusahaan swasta.
3) Biaya Modal Ekuitas: Model Penilaian Dividen
Biaya modal ekuitas juga dapat diestimasikan memakai model
penilaian dividen (dividend valuation model), yaitu dengan
menyatakan bahwa di bawah asumsi informasi sempurna, nilai
dari satu lembar saham biasa harus sama dengan nilai sekarang
dari semua dividen masa depan yang diperkirakan akan
dibayarkan, yang didiskontokan memakai tingkat pengembalian
yang diminta investor . Jika dividen per saham (D) yang
dibayarkan kepada pemegang saham diperkirakan konstan dari
waktu ke waktu, nilai sekarang dari satu lembar saham biasa
perusahaan (P) dengan demikian adalah:
Jika dividen diasumsikan tetap konstan sepanjang waktu dan
akan dibayarkan hingga waktu yang tidak terbatas, persamaan
daiatas dengan demikian adalah anuitas dan dapat menjadi Jika
dividen diperkirakan meningkat dari waktu ke waktu dengan
laju pertumbuhan tahunan g, maka harga dari satu lembar
saham biasa akan lebih besar dan ditentukan oleh: Dengan
mengubah persamaan diatas untuk mendapatkan , maka biaya
model ekuitas perusahaan adalah:
Artinya, tingkat pengembalian yang diminta investor dari
ekuitas sama dengan rasio dari dividen yang dibayarkan untuk
satu lembar saham biasa terhadap harga dari satu lembar saham
biasa yang bersangkutan ditambah perkiraan laju pertumbuhan
pembayaran dividen dari waktu ke waktu (g). Nilai g adalah
laju pertumbuhan historis perusahaan atau prediksi
pertumbuhan laba yang dibuat oleh analisis – analisis sekuritas
yang dipublikasikan dalam Business Week, Forbes, dan
publikasi bisnis lainnya.
4) Biaya Modal Ekuitas: Model Penetapan Harga Aset Modal
Metode ini tidak hanya memperhitungkan ‘risiko perbedaan
harga’ (risk dfferential) antara saham biasa dengan sekuritas
pemerintah, tetapi juga perbedaan risiko saham biasa
perusahaan dengan saham biasa rata – rata dari semua
perusahaan atau portofolio pasar berbasis – luas. Risiko
perbedaan harga antara saham biasa perusahaan dengan saham
biasa dari semua perusahaan dicerminkan oleh koefisien beta.
Ini adalah rasio gejolak dalam pengembalian saham biasa
perusahaan terhadap gejolak dalam pengembalian saham biasa
dari semua perusahaan. Koefisien beta dapat diperoleh dengan
meregresikan gejolak pengembalian saham perusahaan
terhadap gejolak dalam pengembalian rata – rata dari saham –
saham biasa sepanjang suatu periode tertentu.
Biaya modal ekuitas yang diestimasikan oleh model CAPM
adalah: Dimana adalah biaya modal ekuitas, adalah suku
bunga bebas – risiko, adalah koefisien beta, dan adalah
pengembalian rata – rata dari saham semua perusahaan. Jadi,
CAPM menyatakan bahwa biaya modal ekuitas sama dengan
jumlah dari suku bunga bebas – risiko ditambah koefisien beta
kali premi risiko dari saham rata – rata . Perhatikan bahwa
mengalikan dengan ( menghasilkan premi risiko atas pemilihan
saham biasa perusahaan tertentu.
5) Biaya Modal Tertimbang
Secara umum, sebuah perusahaan kemungkinan besar akan
mengumpulkan modal dari laba ditahan, dengan meminjam dan
dengan menjual saham, sehingga biaya marginal dari modal
bagi perusahaan adalah rata – rataa tertmbang dari biaya
pengumpulan berbagai jenis modal. Karena bunga yang harus
dibayarkan untuk dana pinjaman bersifat tax – deductible
sementara dividen yang dibayarkan untuk saham tidak, biaya
utang secara umum lebih rendah daripada biaya dari modal
ekuitas. Namun, risko yang terlibat dalam pengumpulan dana
dengan meminjam lebih tinggi daripada risiko modal ekuitas
karena untuk dana dengan memnjam lebih tinggi daripada
risiko modal ekuitas karena perusahaan harus secara teratur
melakukan pembayaran dividen. Jadi, perusahaan biasanya
tidak hanya mengumpulkan dana melalui pinjaman tetapi juga
dengan menjual saham (serta dari laba ditahan). Biaya modal
gabungan (composite cost of capital) persahaan (kc) dengan
demikian adalah rata – rata tertimbang dari biaya modal utang
(kd) dan biaya modal ekuitas (ke), yaitu: Dimana dan masing
– masing adalah proporsi dari utang dan ekuitas dalam struktur
modal perusahaan.
5. Mengkaji ulang proyek investasi setelah implementasi
Mengkaji ulang (review) proyek-proyek setelah diimplementasikan
merupakan hal yang penting Review semacam ini menyangkut perbandingan
arus kas aktual dan pengembalian dari sebuah proyek dengan arus kas dan
pengembalian yang diperkirakan atau diramalkan dari proyek tersebut, serta
penjelasan atas setiap penyimpangan yang muncul. Dalam melakukan review
proyek setelah implementasi, adalah penting untuk menyadari bahwa sebagian
perbedaan antara hasil yang diperkirakan atau diramalkan dengan hasil aktual
tidak dapat dielakkan mengingat ketidakpastian yang melingkupi arus kas
masa depan. Sebagian perbedaan antara hasil yang diramalkan dengan basil
aktual juga bisa ditimbulkan oleh kejadian-kejadian yang tidak dapat
diamalkan (seperti lesunya industri penerbangan karena adanya serangan
teroris 11 September dan tantangan keamanan berikutnya dalam tahun 2001
dan 2002) yang tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan..
Membandingkan dan menjelaskan perbedaan antara hasil yang
diramalkan dengan hasil aktual dari suatu proyek investasi setelah
implementasi sangatlah bermanfaat. Alasannya adalah jika pembuat keputusan
tahu bahwa proyek investasi mereka akan di-review dan dievaluasi setelah
implementasi dan dibandingkan dengan ekspektasi awal, mereka akan
cenderung merencanakan investasi secara lebih hati-hati dan juga bekerja
keras untuk memastikan bahwa ekspektasi tercapai. Sebagai contoh, telah
ditemukan bahwa perusahaan-perusahaan berkinerja paling baik adalah
perusahaan yang sangat mementingkan post-audit dan bahwa estimasi para
pembuat keputusan membaik jika mereka tahu bahwa post-audit dilakukan
secara rutin. Namun, review post-audit harus digunakan secara hati-hati agar
tidak menurunkan niat pembuat keputusan untuk mengusulkan proyek-proyek
investasi yang sangat berisiko tetapi berpotensi menghasilkan banyak laba.

6. Biaya Modal & Daya Saing Internasional


Selama hampir sepanjang tahun 1980-an, biaya modal di AS jauh lebih
tinggi dibandingkan biaya modal di Jepang dan dalam banyak negara industri
penting lain, dan ini merupakan salah satu faktor yang menurunkan daya saing
perusahaan-perusahaan AS. Keharusan membayar beban bunga satu persen
lebih tinggi bisa menaikkan ratusan ribu atau bahkan jutaan dolar biaya modal
sebuah perusahaan besar dan menurunkan kemampuannya untuk bersaing di
dalam pasar domestik maupun luar negeri.' Tabel 14-5 memperlihatkan suku
bunga pinjaman nominal dan riil (yaitu, telah disesuaikan dengan inflasi) rata-
rata yang dikenakan oleh bank-bank untuk kredit jangka pendek dan jangka
menengah kepada sektor swasta di AS dan Jepang sepanjang tahun 1981
sampai 2001. Selama periode ini, Jepang adalah pesaing utama bagi AS dalam
sebagian besar pasar teknologi tinggi, baik di AS sendiri maupun di pasar-
pasar internasional. Suku bunga pinjaman jangka panjang berhubungan
dengan suku bunga pinjaman jangka pendek dan jangka menengah dan secara
umum bergerak bersamaan dan searah.
Tabel 14-5 menunjukkan bahwa suku bunga pinjaman nominal di AS
lebih tinggi dibandingkan di Jepang dalam setiap tahun sepanjang tahun 1981
sampai 2001. Suku bunga pinjaman riil (suku bunga nominal yang telah
disesuaikan inflasi)-suku bunga yang mempengaruhi daya saing internasional-
di AS lebih tinggi dibandingkan di Jepang selama periode 1981 sampai 1984,
dan ini merupakan periode yang sangat merugikan daya saing internasional
AS relatif terhadap daya saing Jepang. Walaupun faktor-faktor lain juga
berperan, tingginya biaya modal di AS relatif terhadap biaya modal di Jepang
jelas merupakan salah satu faktor yang menentukan. Dari tahun 1985 sampai
1994, selisih suku bunga pinjaman riil AS-Jepang bervariasi dan perusahaan-
perusahaan AS mendapatkan kembali sebagian daya saing yang hilang selama
awal dekade 1980-an. Sejak tahun 1995, suku bunga riil di AS sekali lagi
menjadi jauh lebih tinggi dibandingkan di Jepang. Namun, meskipun
dihadapkan pada kenyataan semacam itu, AS terus mendapatkan kembali daya
saing dalam hubungannya dengan Jepang. Jelas, kekuatan-kekuatan lain yang
berperan (seperti tingginya efisiensi dari sektor jasa dan keuangan di AS
dibanding di Jepang) mampu mengungguli dampak negatif dari tingginya suku
bunga riil.
Penyebab tingginya suku bunga pinjaman nominal dan riil di AS
daripada suku bunga di Jepang adalah tingginya permintaan atas pinjaman dan
rendahnya pasokan dana yang di AS dibandingkan dengan di Jepang. Salah
satu penyebab tingginya permintaan terhadap pinjaman di AS adalah tingginya
defisit anggaran selama tahun 1980-an dan bagusnya peluang-peluang
investasi selama tahun 1990-an. Pada saat yang sama, tingkat tabungan di AS
sangatlah rendah. namun sangat tinggi di Jepang. Dengan permintaan terhadap
dana pinjaman sangat tinggi di AS relatif terhadap permintaan dana pinjaman
di Jepang, tidaklah mengejutkan jika suku bunga nominal dan riil di AS lebih
tinggi daripada suku bunga nominal dan riil di Jepang sepanjang periode yang
dikaji.

You might also like