You are on page 1of 29

LAPORAN PENDAHULUAN

KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN


(PEMERIKSAAN FISIK)

MAMUDAH SITI
522168

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, semoga shalawat selalu


tercurah atas Nabi besar Muhammad SAW. Rasa syukur tidak terkira karena
limpahan Karunia dan RahmatNya senantiasa menyertai sehingga Laporan
Pendahuluan ini dapat terselesaikan untuk memenuhi persyaratan melaksanakan
praktek lapangan di Stase Keterampilan Dasar Kebidanan.
Saya juga mengucapkan Terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam pengerjaan Laporan ini, terutama bagi :
1. Bu Irma Mulyani SST, Mtr.Keb sebagai Dosen Pembimbing
2. Keluarga yang selalu memberikan dukungannya dalam segala hal
3. Para dosen pengajar dari Institut Kesehatan rajawali Bandung yang telah
memberikan bekal teori dan Bimbingan Laboratorium
4. Teman-teman seperjuangan yang selalu semangat dalam meningkatkan
profesionalisme
Saya sangat berharap Laporan ini dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca. Menyadari juga masih banyak
kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini sehingga
berharap adanya kritik dan saran yang membangun.

Sukabumi, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...........................................................................................i


KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Metode dan Langkah Pemeriksaan Fisik...........................................................3
B. Pemeriksaan Tanda Vital...................................................................................5
C. Pemeriksaan Fisik Head To Toe........................................................................8
D. Standar Operasional Prosedur Pemeriksaan Fisik Secara Head To Toe..........14
E. Studi Kasus.......................................................................................................23

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................................................25

REFERENSI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Profesi Bidan merupakan pendidikan yang mempersiapkan
lulusan menguasai kompetensi yang dipersyaratkan sesuai sebagai seorang
bidan ahli profesional, bekerja secara mandiri, mampu mengembangkan diri
dan beretika. Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi serta tuntutan
masyarakat yang semakin kritis terhadap pelayanan kebidanan yang diberikan
oleh bidan memberikan konsekuensi kepada lulusan pendidikan bidan untuk
meningkatkan hard skill, soft skill dan pengetahuannya serta bertindak sesuai
kompetensi dan kewenangannya. Bahwa setiap lulusan dari Pendidikan
Profesi Bidan dikualifikasikan dalam kelompok bidang keahlian profesi
spesifik level 7. Dalam perjalanan pendidikan yang di tempuh guna
meningkatkan keterampilan maka perlu pelatihan untuk melaksanakan praktek
kebidanan dengan sitematis yang telah di tentukan pihak kampus, dan
mahasiswa wajib mengikuti ketentuan yang telah di tetapkan
Program profesi Bidan merupakan suatu proses sosialialisasi melalui
pengalaman nyata untuk mencapai keterampilan profesional, intelektual, sikap
dan teknis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada klien secara
profesional.

1
B. Rumusan Masalah
Pelayanan atau asuhan kebidanan yang bersifat langsung kepada pasien
atau klien dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar adalah Keterampilan
Dasar Kebidanan. Dalam materi Keterampilan dasar Kebidanan menjelaskan
antara lain tentang pemeriksaan fisik, pengukuran maupun perhitungan tanda-
tanda vital pada maternal neonatal, prinsip pemberian obat baik peroral atau
parenteral yaitu intra Cutan, Sub Cutan, Intra Muskular dan Intra Vena,
pemberian cairan infus, pemasangan alat bantu seperti NGT dan kateter,
personal hyigien bagi maternal dan neonatal serta prinsip penatalaksanaan
eliminasi.
Pemeriksaan fisik perlu disiapkan dengan baik untuk meminimalisir
potensi kesalahan dan temuan yang kurang lengkap. Karena hal tersebut bisa
berdampak pada kesalahan diagnosis dan perencanaan tindakan yang akan di
berikan. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menjaga privasi klien, sehingga
saat melakukannya di ruang perawatan akan dipasangkan tirai pembatas agar
tidak ada orang lain yang melihat.
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu bagian dari pengkajian dan
merupakan sumber informasi yang diperoleh melalui pengamatan, observasi,
dan pengukuran atau pemeriksaan fisik dengan beberapa metode (inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi

C. Tujuan
Tujuan Pemeriksaan Fisik Secara umum, pemeriksaan fisik yang
dilakukan bertujuan:
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh
dalam riwayat keperawatan.
3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa.
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien
dan penatalaksanaan.
5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

Pemeriksaan fisik adalah proses medis yang harus dijalani saat diagnosis
penyakit. Hasilnya dicatat dalam rekam medis yang digunakan untuk menegakkan
diagnosis dan merencanakan perawatan lanjutan. Pemeriksaan fisik akan
dilakukan secara sistematis, mulai dari kepala hingga kaki (head to toe) yang
dilakukan dengan empat cara (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi).
Ruang lingkup pemeriksaan fisik ini akan terdiri dari pemeriksaan tanda
vital (suhu, denyut nadi, kecepatan pernapasan, dan tekanan darah), pemeriksaan
fisik head to toe, dan pemeriksaan fisik per sistem tubuh (seperti sistem
kardiovaskuler, pencernaan, muskuloskeletal, pernapasan, endokrin, integumen,
neurologi, reproduksi, dan perkemihan)
Pembahasan Pemeriksaan fisik dalam pemeriksaan yang diakukan seorang
Bidan digunakan untuk mendapatkan data objektif. Pemeriksaan fisik biasanya
dilakukan bersamaan dengan anamnesa.
A. Metode dan Langkah Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan melihat langsung
seluruh tubuh pasien atau hanya bagian tertentu yang diperlukan. Metode
ini berupaya melihat kondisi klien dengan menggunakan ‘sense of sign’
baik melalui mata telanjang atau alat bantu penerangan (lampu). Inspeksi
adalah kegiatan aktif, proses ketika perawat harus mengetahui apa yang
dilihatnya dan dimana lokasinya. Metode inspeksi ini digunakan untuk
mengkaji warna kulit, bentuk, posisi, ukuran dan lainnya dari tubuh
pasien. Pemeriksa menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk
melihat pasien secara seksama, persistem dan tidak terburu-buru sejak
pertama bertemu dengan cara memperoleh riwayat pasien dan terutama
sepanjang pemeriksaan fisik dilakukan. Inspeksi juga menggunakan indera
pendengaran dan penciuman untuk mengetahui lebih lanjut, lebih jelas dan
lebih memvalidasi apa yang dilihat oleh mata dan dikaitkan dengan suara

3
atau bau dari pasien. Pemeriksa kemudian akan mengumpulkan dan
menggolongkan informasi yang diterima oleh semua indera tersebut yang
akan membantu dalam membuat keputusan diagnosis atau terapi
2. Palpasi
Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan menggunakan ‘sense
of touch’ Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan
dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari
atau tangan. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan
untuk mengumpulkan data, misalnya metode palpasi ini dapat digunakan
untuk mendeteksi suhu tubuh(temperatur), adanya getaran, pergerakan,
bentuk, kosistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan dari
jaringan/organ tubuh. Teknik palpasi dibagi menjadi dua:
a. Palpasi ringan Caranya : ujung-ujung jari pada satu/dua tangan
digunakan secara simultan. Tangan diletakkan pada area yang
dipalpasi, jari-jari ditekan kebawah perlahan-lahan sampai ada hasil.
b. Palpasi dalam (bimanual) Caranya : untuk merasakan isi abdomen,
dilakukan dua tangan. Satu tangan untuk merasakan bagian yang
dipalpasi, tangan lainnya untuk menekan ke bawah. Dengan Posisi
rileks, jari-jari tangan kedua diletakkan mendekat pada jari-jari dengan
arah berlawanan
3. Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan
bunyi getaran/ gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari
bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari
atau tangan pada permukaan tubuh. Perjalanan getaran/ gelombang suara
tergantung oleh kepadatan media yang dilalui. Derajat bunyi disebut
dengan resonansi. Karakter bunyi yang dihasilkan dapat menentukan
lokasi, ukuran, bentuk, dan kepadatan struktur di bawah kulit. Sifat
gelombang suara yaitu semakin banyak jaringan, semakin lemah
hantarannya dan udara/ gas paling resonan.

4
4. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan
alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah:
bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :
1) Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit.
2) Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar.
3) Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/ lemahnya suara
4) Kualitas yaitu warna nada/ variasi suara.
5) Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
6) Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran
halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang,
kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
7) Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi
maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien
batuk. Misalnya pada edema paru.
8) Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase
inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
9) Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara
gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan
pleura.

B. Pemeriksaan Tanda Vital


Pemeriksaan tanda vital merupakan bagian dari data dasar yang
dikumpulkan selama pengkajian. Pengkajian tanda vital dilakukan saat klien
datang ke fasilitas kesehatan. Tanda vital dimasukkan ke pengkajian fisik
secara menyeluruh atau diukur satu persatu untuk mengkaji kondisi klien.
Penetapan data dasar dari tanda vital selama pemeriksaan fisik rutin
merupakan kontrol terhadap kejadian yang akan datang. Pemeriksaan tanda
vital terdiri atas pemeriksaan nadi, pernafasan, tekanan darah dan suhu.

5
Pemeriksaan ini merupakan bagian penting dalam menilai fisiologis dari
sistem tubuh secara keseluruhan
1. Pemeriksaan Nadi Denyut nadi
Merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses
pemompaan jantung. Setiap kali bilik kiri jantung menegang untuk
menyemprotkan darah ke aorta yang sudah penuh, maka dinding arteria
dalam sistem peredaran darah mengembang atau mengembung untuk
mengimbnagi bertambahnya tekanan.
Mengembangnya aorta menghasilkan gelombang di dinding aorta
yang akan menimbulkan dorongan atau denyutan. Tempat-tempat
menghitung denyut nadi adalah:
a. Ateri radalis : Pada pergelangan tangan
b. Arteri temporalis : Pada tulang pelipis
c. Arteri carotis : Pada leher
d. Arteri femoralis : Pada lipatan paha
e. Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki
f. Arteri popliteal : pada lipatan lutut
g. Arteri bracialis : Pada lipatan siku
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
a. Bayi baru lahir : 110 – 180 kali per menit
b. Dewasa : 60 – 100 kali per menit
c. Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit
2. Pemeriksaan Tekanan Darah
Beberapa langkah yang dilakukan pada pemeriksaan tekanan darah
menggunakan sfigmomanometer air raksa, jarum atau digital dengan hasil
yang tercatat dengan satuan mmHg (milimeter air raksa). Tempat untuk
mengukur tekanan darah seseorang adalah didaerah lengan dengan posisi
sejajar dengan jatung, tangan tidak mengepa dan pemeriksaan di lakukan
dalam kondisi relaks
Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
a. Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg

6
b. Usia 1 – 6 bulan : 90/60 mmHg
c. Usia 6 – 12 bulan : 96/65 mmHg
d. Usia 4 – 6 tahun : 100/60 mmHg
e. Usia 6 – 8 tahun : 105/60 mmHg
f. Usia 8 – 10 tahun : 110/60 mmHg
g. Usia 10 – 12 tahun : 115/60 mmHg
h. Usia 12 – 14 tahun : 118/60 mmHg
i. Usia 14 – 16 tahun : 120/65 mmHg
j. Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg
k. Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg
3. Pemeriksaan Pernafasan
Pemeriksaan Pernafasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan
untuk menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekwensi nafas,
irama nafas, kedalaman,dan tipe atau pola pernafasan. Pernapasan adalah
tanda vital yang paling mudah di kaji namun paling sering diukur secara
sembarangan. Pengukuran yang akurat memerlukan observasi dan palpasi
gerakan dinding dada. Berikut adalah usia dan frekuensi per menitnya :
Bayi baru lahir : 35-40
Bayi (6 bulan) : 30-50
Toodler : 25-32
Anak-anak : 20-30
Remaja : 16-19
Dewasa : 12-20 4.
4. Pemeriksaan Suhu
Merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai
kondisi metabolisme dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas
secara kimiawi maupun metabolisme darah.Suhu dapat menjadi salah satu
tanda infeksi atau peradangan. Suhu yang tinggi juga dapat disebabkan
oleh hipertermia. Suhu tubuh yang rendah atau hipotermia. Untuk
pemeriksaan yang cepat, palpasi dengan punggung tangan dapat

7
dilakukan, tetapi untuk pemeriksaan yang akurat harus dengan
menggunakan termometer. Termometer yang digunakan bisa merupakan
Termometer air raksa atau Termometer Digital. Proses pengaturan suhu
terletak pada hypotalamus dalam sistem saraf pusat. Bagian depan
hypotalamus dapat mengatur pembuangan panas dan hypotalamus bagian
belakang mengatur upaya penyimpanan panas. Pemeriksaan suhu dapat
dilakukan melalui oral, rektal, dan aksila yang digunakan untuk menilai
keseimbangan suhu tubuh serta membantu menentukan diagnosis dini
suatu penyakit. Tempat untuk mengukur suhu badan seseorang adalah:
a. Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan sekitar 10 – 15
menit.
b. Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan sekitar 3 – 5
menit.
c. Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2 – 3 menit
Saluran telinga biasanya menggunakan termometer timpani Arteri
temporal (area dahi). Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu
tubuhnya berada pada 36ºC – 37,5ºC. E.

C. Pemeriksaan Fisik Head To Toe


Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien perlu dipersiapkan sehingga
kenyamanan tetap terjaga, misalnya pasien dianjurkan buang air kecil terlebih
dahulu. Jaga privasi pasien dengan hanya membuka bagian yang akan
diperiksa, serta ajak teman ketiga bila pemeriksa dan pasien berlainan jenis
kelamin. Beri tahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan. Atur waktu
seefisien mungkin sehingga pasien maupun pemeriksa tidak kecapaian. Atur
posisi pasien untuk mempermudah pemeriksaan.
1. Pemeriksaan Kepala
Tujuan pengkajian kepala adalah mengetahui bentuk dan fungsi
kepala. Pengkajian diawalai dengan inspeksi kemudian palpasi. Rambut
juga tidak lepas dari pemeriksaan, apakah ada kerontokan, kebotakan,
kebersihan, adanya ketombe, atau kutu rambut.

8
2. Pemeriksaan Mata
Kelengkapan dan keluasan pengkajian mata bergantung pada
informasi yang diperlukan. Secara umum tujuan pengkajian mata adalah
mengetahui bentuk dan fungsi mata. Dalam inspeksi mata, bagian-bagian
mata yang perlu diamati adalah bola mata, kelopak mata, konjungtiva,
sklera, dan pupil.
a. Amati bola mata terhadap adanya protrusi, gerakan mata, lapang
pandang, dan visus.
b. Amati kelopak mata, perhatikan bentuk dan setiap kelainan
c. Amati konjungtiva dan sclera
Cara palpasi mata Pada palpasi mata dikerjakan dengan tujuan untuk
mengetahui tekanan bola mata dan mengetahui adanya nyeri tekan. Untuk
mengukur tekanan bola mata secara lebih teliti, diperlukan alat tonometri
yang memerlukan keahlian khusus.Lakukan palpasi pada kedua mata. Bila
tekanan bola mata meninggi, mata teraba keras.
3. Pemeriksaan Telinga
Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui
keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/membrane tipani,
dan pendengaran. Alat yang perlu disiapkan dalam pengkajian antara lain
otoskop, garpu tala dan arloji
4. Hidung
Pengamatan di lakukan memperhatikan posisi septum nasi,
mengamati lubang hidung dengan memperhatikan kelembaban, mukosa,
sekret, dan adanya polip, kalau perlu gunakan spekulum, dan melihat
hidung adalah bagian dari alat pernafasan maka dapat diamati adanya
pernafasan cuping hidung terutama pada bayi

5. Pemeriksaan Dada
Di inspeksi terutama postur, bentuk, dan kesimetrisan ekspansi, serta
keadaan kulit. Postur dapat bervariasi, misalnya pada pasien dengan
masalah pernafasan kronis, klavikulanya menjadi elevasi. Bentuk dada
berbeda antara bayi dan orang dewasa. Dada bayi berbentuk melingkar

9
dengan diameter dari depan ke belakang (anteroposterior) sama dengan
diameter transversal.
6. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan fisik abdomen merupakan prosedur diagnostik yang
rutin dilakukan pada berbagai kondisi dan keluhan yang terkait sistem
gastrointestinal seperti diare, gastritis, massa intraabdomen, ataupun
trauma abdomen. Cavum abdomen dibagi menjadi 4 bagian dengan garis
imajiner yang saling tegak lurus melewati umbilikus. Keempat bagian ini
adalah kuadran kanan atas dan bawah, serta kuadran kiri atas dan bawah.
Kuadran-kuadran ini merepresentasikan organ-organ yang terletak di
dalamnya.
Selain itu, cavum abdomen juga bisa dibagi menjadi regio
hipokondrium kiri dan kanan, epigastrik, umbilikal, hipogastrik, lumbar
kiri dan kanan, serta inguinal kiri dan kanan. Pemeriksaan fisik abdomen
kemudian dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai
dengan arah diagnosis. Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik abdomen akan
menilai segala kelainan organ dan struktur yang berada di abdomen,
seperti gastrointestinal, hepar, kandung empedu, dan organ-organ
genitourinaria.
7. Pemeriksaan punggung
Melihat kesimetrisan bentuk dan gerak, adanya luka/skar. Melakukan palpasi
merasakan gerakan dinding punggung, tactil vremitius, dan perkusi bada bagsian
punggung secara sistematis.
8. Pemeriksaaan Ekstremitas
Ekstremitas terdiri dari ekstremitas atas dan ektremitas bawah.
Ekstremitas atas adalah daerah bahu (hubungan antara lengan dan badan),
lengan atas, lengan bawah, dan tangan. Ekstremitas bawah terdiri dari
tungkai atas dan tungkai bawah yang dapat dibagi dalam ruang- ruang;
masing-masing ruang mempunyai otot-otot dengan fungsi tertentu.

10
Teknik pemeriksaan sistem motorik termasuk penilaian sikap
badan / postur, bentuk dan ukuran otot, gerakan abnormal yang tidak
terkendali, tonus otot, gerakan ekstremitas, dan kekuatan otot.
Pemeriksaan ini dilakukan dalam posisi berdiri, duduk, maupun berbaring.
Untuk melakukan pemeriksaan sistem motorik pasien dapat
diposisikan berdiri maupun duduk, tergantung dari jenis pemeriksaan yang
akan dilakukan. Namun apabila pasien tidak dapat berdiri atau duduk,
maka pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara berbaring dan pemeriksa
berada di sebelah sisi pasien.
a. Inspeksi
Pemeriksaan inspeksi dilakukan dengan memperhatikan sikap
badan (postur), bentuk dan ukuran otot, dan gerakan abnormal yang
tidak terkendali. Berikut prosedur pemeriksaan inspeksi yang dapat
dilakukan :
1) Inspeksi sikap badan dan gait: mengamati sikap badan pasien
secara keseluruhan dan sikap setiap anggota tubuh pasien.
Pemeriksa mengamati sikap pasien saat berdiri, duduk, berbaring,
bergerak, dan saat berjalan
2) Inspeksi bentuk dan ukuran otot: membandingkan dengan sisi yang
sehat, baik dalam keadaan otot beristirahat, maupun keadaan
berkontraksi. Pengamatan harus dilakukan secara sistematis
dimulai dari daerah kepala dan wajah, hingga ekstremitas bawah.
Perhatikan adanya perubahan bentuk otot (atrofi, hipotrofi, atau
hipertrofi). Pada kasus kelumpuhan sejak kanak-kanak, ukuran
anggota gerak atas atau bawah yang mengalami kelumpuhan akan
terlihat lebih pendek dibandingkan dengan anggota gerak yang
sehat
3) Inspeksi gerakan abnormal tidak terkendali: dapat berupa tremor
4) Inspeksi adanya oedema atau varices di area ekstremitas atas
maupun ektremitas bawah
b. Palpasi

11
Sebelum melakukan pemeriksaan palpasi anjurkan klien untuk
relaks. Pemeriksaan palpasi otot-otot ekstremitas bagian atas dan
lengan bawah. Sedangkan pemeriksaan palpasi ekstremitas bawah
Palpasi dengan penekanan area untuk menilai tonus otot (normal,
hipotoni, atau hipertoni) dan adanya varices atau eodema
c. Perkusi
Pemeriksaan perkusi refleks patella adalah pemeriksaan dengan
pengetukan pada tendon patella menggunakan palu refleks. Pada
kondisi normal, setelah dilakukan pengetukan akan terjadi reaksi
refleks, jika reaksi negatif kemungkinan ibu hamil mengalami
kekurangan vitamin B1.
9. Pemeriksaan genetalia
Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pemeriksaan genitalia
wanita adalah pemberian penjelasan mengenai maksud, tujuan, prosedur
serta kemungkinan komplikasi pemeriksaan kepada pasien. Hal ini
dilanjutkan dengan permintaan informed consent.
a. Peralatan
Terdapat beragam alat yang dapat digunakan dalam pemeriksaan
fisik genitalia wanita. Beberapa peralatan yang digunakan dalam
pemeriksaan fisik genitalia wanita adalah:
1) Meja periksa atau kursi pemeriksaan pelvis
2) Lampu periksa
3) Sarung tangan steril
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan posisi pasien berbaring
terlentang atau berbaring dalam posisi litotomi
b. Inspeksi:
Inspeksi harus menyertakan organ genitalia eksterna, terutama
vulva, dimulai dengan memperhatikan hygiene, keadaan keseluruhan
dan apakah terdapat abnormalitas.Lakukan observasi terhadap hal-hal
di bawah ini:
1) Klien Wanita

12
a) Distribusi rambut kemaluan dan kelainan dari folikelnya
b) Keadaan kulit vulva dan klitoris
c) Keadaan orifisium uretra eksterna seperti ada tidaknya
discharge, caruncula, atau prolaps uretra
d) Keadaan labia mayora dan minora
e) Keadaan perineum dan komisura posterior
f) Keadaan introitus vagina dan hymen seperti ada tidaknya
hymen imperforata, massa atau pembengkakan
g) Ada tidaknya discharge yang mengalir keluar dari vagina
(volume, warna, bau)
2) Klien Pria
Teknik pemeriksaan genitalia pria diawali dengan
anamnesis yang berkaitan dengan sistem urologi dan
reproduksi, kelainan kongenital, riwayat seksual, termasuk
orientasi dan apakah klien menggunakan kondom, penyakit
kronik yang diderita dan riwayat operasi
Inspeksi pada area gentalia untuk melihat kebersihan,
apakah adanya luka pada genitalia, cairan patologis,
perdarahan, pembengkakan, pembesaran testis, gangguan
ereksi, gangguan ejakulasi, kelainan kongenital; riwayat
seksual, termasuk
10. Pemeriksaan Anus
Mengamati adanya lubang anus (pada bayi baru lahir), kelainan pada
anus, perineum, benjolan, pembengkakan, ada nyeri, Kelainan seperti
Haemoroid

13
D. Standar Operasional Prosedur Pemeriksaan Fisik Secara Head To Toe
Pendidikan STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Profesi Bidan PEMERIKSAAN FISIK
IKES Rajawali ( PHYSICAL ASSESMENT)
Bandung
Pengertian Melakukan pemeriksaan pada klien secara Head to Toe
melalui inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
Tujuan Untuk menilai status kesehatan kesehatan klien ,
mengidentifikasi faktor resiko kesehatan dan tindakan
pencegahan, mengidentifikasi pemeriksaan penunjang yang
perlu dilakukan, mengevaluasi terhadap perawatan dan
pengobatan pada klien.
Persiapan Alat :
- Status klien
- Dracing car beralas/baki beralas yang berisi alat2:
tensimeter, termometer, stetoskop, jam tangan, Botol 3
buah berisi cairan (air bersih, desinfektant, air sabun ),
kertas tissue, lampu senter, otoskop, opthalmoskop
(kalau perlu), meteran, refleks hammer, garputala (kalau
perlu), spekulum hidung, spatel lidah, kaca laring, sarung
tangan, bengkok, kassa steril, timbangan berat badan,
bahan aromatik, alat tulis
Klien dan lingkungan :
- Posisi
- Sampiran
- Pengosongan rektum dan kandung kemih (kalau perlu)
Prosedur Kerja 1. Jelaskan tujuan pemeriksaan kepada klien
2. Catat nama klien dan tanggal pemeriksaan
3. Cuci tangan
4. Lakukan pemeriksaan keadaan umum / penampilan

14
umum klien
5. Lakukan pemeriksaan tanda vital
- suhu tubuh
- denyut nadi
- pernafasan
- tekanan darah
6. Lakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan jika
memungkinkan
7. Lakukan pemeriksaan kepala dan leher :
a. Kepala :
- Amati bentuk kepala, keadaan kulit kepala,
keadaan rambut dan wajah
- Rada ubun-ubun (bila umur < 2 tahun) dan
adanya benjolan
- Amati kelengkapan dan kesimetrisan mata, pupil
(ukuran, bentuk, respon terhadap cahaya), kornea,
konjungtiva, warna sklera
- Amati dan palpasi kelopak mata/palpebra
- Lakukan test ketajaman penglihatan dengan kartu
snellen (kp)
- Ukur tekanan bola mata dengan tonometer (kp)
- Lakukan test luas lapang pandang (kp)
b. Mata :
- Amati kelengkapan dan kesimetrisan mata, pupil,
kornea, konjungtiva, sklera
- Amati dan palpasi kelopak mata/palpebra
- Lakukan test ketajaman penglihatan dengan kartu
snellen (kp)
- Ukur tekanan bola mata dengan tonometer (kp)
- Lakukan test luas lapang pandang (kp)
c. Hidung :

15
- Amati posisi septum nasi
- Amati lubang hidung spt kelembaban, mukosa,
sekret dan adanya polip, kalau perlu gunakan
spekulum
- Amati adanya pernafasan cuping hidung
d. Telinga
- Amati dan raba bentuk telinga, ukuran telinga dan
ketegangan daun telinga
- Amati lubang telinga : adanya serumen, benda
asing, membran timpani
- Raba pembesaran kelenjar limfe di depan telinga,
belakang telinga
- Kalau perlu lakukan test pendengaran dengan
memakai garpu tala
e. Mulut dan faring :
- Amati keadaan bibir
- Amati warna bibir
- Amati keadaan gusi dan gigi
- Amati keadaan lidah
- Lakukan pemeriksaan rongga mulut (kalau perlu
menggunakan spatel lidah)
f. Leher :
- Amati dan raba posisi trakea
- Amati dan raba pembesaran kelenjar tiroid
- Amati dan raba bendungan vena jugularis
- Raba nadi karotis
- Raba pembesaran kelenjar limfe di leher, supra
klavikula
8. Lakukan pemeriksaan kulit/integumen dan kuku
a. Amati kebersihan kulit dan adanya kelainan
b. Amati warna kulit

16
c. Raba kehangatan kulit, kelembaban, tekstur dan
turgor
d. Amati bentuk dan warna kuku
e. Amati warna telapak tangan
f. Cek CRT ( apillary refill time )
9. Lakukan pemeriksaan ketiak dan payudara (kalau perlu)
a. Amati ukuran, bentuk dan posisi, adanya perubahan
warna, pembengkakan dan luka
b. Raba adanya benjolan, nyeri tekan dan sekret
c. Raba pembesaran kelenjar limfe di ketiak
10. Lakukan pemeriksaan Dada bagian depan :
a. Inspeksi bentuk dada , kesimetrisan pergerakan dada,
adanya retraksi interkosta
b. Palpasi kesimetrisan pergerakan dada
c. Palpasi taktil fremitus
d. Palpasi ictus cordis pada area intercosta ke-5 mid
klavikula kiri
e. Lakukan perkusi dada
f. Auskultasi suara nafas : trakeal, brinkhial,
bronkovesikuler dan vesikuler
g. Auskultasi suara nafas tambahan : ronkhi, wheezing,
rales, pleural friction rub
h. Auskultasi bunyi jantung I dan II serta bunyi jantung
tambahan (kalau ada)
i. Auskultasi bising jantung/murmur
11. Lakukan pemeriksaan thorak bagian belakang
a. Inspeksi bentuk dada , kesimetrisan pergerakan dada,
adanya retraksi interkosta
b. Palpasi kesimetrisan pergerakan dada
c. Palpasi taktil fremitus
d. Lakukan perkusi dada

17
e. Auskultasi suara nafas : trakeal, brinkhial,
bronkovesikuler dan vesikuler
f. Auskultasi suara nafas tambahan : ronkhi, wheezing,
rales, pleural friction rub
12. Lakukan pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi bentuk, adanya massa dan pelebaran
pembuluh darah pada abdpmen
b. Auskultasi bising usus
c. Perkusi bunyi abdomen, cek adanya ascites
d. Palpasi nyeri, adanya benjolan, turgor
e. Palpasi hepar
f. Palpasi lien
g. Palpasi titik Mc,. Burney
h. Palpasi adanya retensio urine
i. Palpasi massa feses
13. Lakukan pemeriksaan genetalia dan daerah sekitarnya
(bila perlu) :
a. Genetalia pria
- Amati kebersihan rambut pubis, kulit sekitar
pubis, kelainan kulit penis dan skrotum, lubang
uretra
- Raba adanya benjolan atau kelainan pada penis,
skrotum dan testis
b. Genetalia wanita
- Amati rambut pubis, kulit sekitar pubis, bagian
dalam labio mayora dan labio minora, klitoris,
lubang uretra dan perdarahan
- Raba daerah inguinal
c. Anus
- Amatu adanya lubang anus (pada bayi baru lahir),
kelainan pada anus, perineum, benjolan,

18
pembengkakan
- Raba adanya nyeri
14. Lakukan pemeriksaan muskuloskeletal (ekstremitas) :
a. Inspeksi kesimetrisan otot
b. Inspeksi struktur dan bentuk tulang leher, tulang
belakang, ekstremitas atas dan bawah untuk
mengetahui adanya lordosis, khyposis dan skoliosis
c. Amati ROM dan gaya berjalan
d. Palpasi adanya oedem
e. Uji kekuatan otot
f. Amati adanya kelainan pada ekstremitas
15. Lakukan pemeriksaan neurologi :
a. Lakukan pemeriksaan tingkat kesadaran dengan GCS
( Glasgow Coma Scale)
b. Periksa tanda rangsangan menineal/otak : adanya
sakit kepala, kaku kuduk, muntah, kejang, penurunan
kesadaran dan febris
c. Periksa fungsi motorik : ukuran otot, gerakan yang
tidak disadari
d. Periksa fungsi sensorik :
- Anjurkan klien menutup mata, usapkan kapas
pada wajah, lengan dan tungkai. Tanyakan respon
klien
- Anjurkan klien menutup mata, sentuhkan peniti
atau benda tajam yang lain pada kulit. Anjurkan
klien mengatakan tajam, tumpul atau tidak tahu.
- Anjurkan klien menutup mata, sentuhkan tabung
berisi air hangat dan dingin. Anjurkan klien
mengatakan panas, dingin atau tidak tahu.,
e. Periksa saraf kranialis :
- Nervus Olfaktorius : Anjurkan klien menutup

19
mata dan anjurkan klien mengidentifikasi bau
yang diberikan
- Nervus Optikus : Gunakan Snellen chart pada
jarak 5 meter dan periksa lapang pandang klien
dengan menyalakan sebuah benda yang bersinar
dari samping belakang ke depan
- Nervus Oculomotorius : Tatap mata klien dan
anjurkan klien untuk menggerakkan mata dari
dalam ke luar dan dengan menggunakan lampu
senter uji reaksi pupil dengan memberi
rangsangan sinar ke dalamnya.
- Nervus Trochlearis : Anjurkan klien melihat ke
bawah dan kesamping dengan menggerakkan
tangan pemeriksa.

- Nervus Trigeminus :
 Cabang dari optalmikus : Anjurkan klien
melihat ke atas, dengan menggunaka kapas
sentuhkan pada kornea samping untun melihat
refleks kornea. Untuk sensasi kulit wajah,
usapkan kapas pada dahi dan paranasalis klien
 Cabang dari maksilaris : Sentuhkan kapas
pada wajah klien dan uji kepekaan lidah dan
gisi
 Cabang dari mandibularis : Anjurkan klien
untuk menggerakkan atau mengatupkan
raqhangnya dan memegang giginya. Untuk
sensasi kulit wajah, sentuhkan kapas pada
kulit wajah
- Nervus Abdusen : Anjurkan klien melirik ke
samping kiri kanan dengan bantuan tangan

20
pemeriksa
- Nervus Facialis : Anjurkan klien tersenyum,
mengangkat alis, mengerutkan dahi. Dengan
menggunakan garam dan gula, uji rasa 2/3 lidah
depan klien.
- Nervus Auditori : Gunakan garputala untuk
menguji pendengaran klien
- Nervus Glossopharingeal : Anjurkan klien
berkata”ah ” untuk melihat refleks, anjurkan klien
untuk menggerakkan lidah dari sisi ke sisi, atas ke
bawah secara berulang-ulang
- Nervus Vagus : Anjurkan klien berkata ” ah” ,
observasi gerakan palatum dan faring, perhatikan
kerasnya suara
- Nervus Ascesorius : Anjurkan klien utuk
menggeleng dan menoleh ke kiri, kanan dan
anjurkan klien mengangkat salah satu bahunya
keatas dengan memberi tekanan pada bahu
tersebut, Amati kekuatannya
- Nervus Hipoglosal : Anjurkan klien un tuk
menjulurkan dan menonjolkan lidah pada garis
tengah kemudian dari sisi ke sisi
16. Lakukan pemeriksaan refles fisiologis :
a. Reflek Biseps : Posisikan lengan klien dalam fleksi
pronasin pegang siku dan lakukan perkusi pada
insertio muskulus biseps brachi. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.
b. Reflek Triseps : Fleksikan lengan klien pada siku dan
letakkan tangan klien pada lengan bawah pemeriksa.
Lakukan perkusi pada insertio muskulus triseps
brachi. Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.

21
c. Reflek Patella : Atur tungkai klien semifleksi dan
terayun. Lakukan perkusi pada tendo patella.
Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
d. Reflek Brachiradialis : Letakkan lengan bawah klien
pada abdomen atau samping lengan kliendengan
rileks. Lakukan perkusi pada radius 2-5 cm dari
pergelangan. Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
e. Reflek Pektoralis : Atur lengan klien semi abduksi.
Lakukan perkusi pada lipatan tendon anterior aksila.
f. Reflek fleksor jari-jari : Pegang pergelangan tangan
klien, ajurkan rileks. Letakkan jari pemeriksa di atas
jari klien. Lakukan perkusi di atas jari pemeriksa.
Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
g. Reflek Achiles : Tumit dalam keadaan rileks dan kaki
lurus. Lakukan perkusi pada tendon achiles.
Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
17. Lakukan pemeriksaan refleks patologis :
a. Reflek Babinski : Lakukan penggoresan pada telapak
kaki dengan menggunakan benda tumpul. Dari
belakang menyusuri bagian lateral dan menyeberang
ke medial menuju ibu jari kaki. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.
b. Reflek Chaddock : Lakukan penggoresan dengan
menggunakan benda tumpul pada tepi kaki mulai dari
maleolus lateralis menuju kelingking. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.
c. Reflek Schaeffer : Lakukan penekanan pada tendon
achiles. Perhatikan reaksi/gerakan yang terjadi.
d. Reflek Gordon : Lakukan penekanan pada muskulus
gastroknemius. Perhatikan reaksi/gerakan yang
terjadi.

22
e. Reflek Bing : Lakukan penggoresan secara nerulang-
ulang pada bagian lateral/sisi luar kali. Perhatikan
reaksi/gerakan yang terjadi.
f. Reflek Gonda : Tariklah jari-jari kaki dengan
cepatdan hati-hati mulai dari kelingking. Perhatikan
reaksi yang terjadi pada ibu jari kaki.
18. Rapikan klien
19. Bersihkan alat dan rapikan kembali tempat pemeriksaan
20. Cuci tangan
21. Catat hasil pemeriksaan

E. Studi kasus
I. Data subjektif

II. Data Objektif


Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : Compos metis
3. Status gizi : TB = 150 cm BB = 45 Kg IMT= 20 (BB/TB2) gizi baik
4. Tanda vital TD = 130/80 mmHg Nadi= 88x/mm 44 Suhu = 36,50 C
RR = 22 x/mm
5. Pemeriksaan Secara Sistematik
a. Kepala : Simetris, warna rambut hitam,terlihat bersih, tidak
terdapat nyeri tekan.
b. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar limpa dan tidak ada
tiroid.
c. Dada
1) Inspeksi: Dada tampak simetris
2) Auskultasi: Dada terdengar trakheal, bronchia
3) Perkusi : Dada terdengar samar saat diketuk.
4) Palpasi : Dada tidak ada nyeri tekan, expansi dada simetris.

23
d. Payudara
1) Inspeksi: Tampak simetris
2) Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan.
e. Abdomen :
1). Auskultasi : Terdengar peristaltik usus dengan jelas.
2). Perkusi : Terdengar timpasi.
3). Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
f. Genetalia : Tidak ada kelainan /penyakit pada vagina.
g. Ektremitas
1) Atas : Tidak ada kelainan bentuk pada tulang dan tangan
(anggota gerak atas), tidak ada edema
2) Bawah : Tidak ada kelainan bentuk pada tulang dan jari,
kaki, terjadi kelemahan/rasa sakit pada lutut kaki kanan, tidak
ada varices tidak ada edema

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara
keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk
memperoleh data objektif yang sistematis dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan yang tepat dan sesuai bagi klien. Pemeriksaan fisik
mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru masuk ke
tempat pelayanan kesehatan, secara rutin pada klien yang sedang di rawat,
sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat
penting dan harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan
sadar maupun tidak sadar. Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena
sangat bermanfaat, baik untuk untuk menegakkan diagnosa keperawatan,
memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan, maupun untuk
mengevaluasi hasil dari tindakan yang di berikan

25
REFERENSI

https://www.halodoc.com/kesehatan/pemeriksaan-fisik
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/
Keterampilan-Dasar-Kebidanan-Komprehensif.pdf
https://lldikti11.ristekdikti.go.id/download/pdf/693
https://penerbitdeepublish.com/aturan-penulisan-karya-ilmiah/
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/40/1/291000-pemeriksaan-fisik-head-
to-toe-87182744.pdf
https://id.scribd.com/doc/142222530/Sop-pemeriksaan-fisik

26

You might also like