Professional Documents
Culture Documents
Teori Antioksidan Mentah
Teori Antioksidan Mentah
mencegah proses oksidasi senyawa lain. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat
menunda atau mencegah terjadinya reaksi radikal bebas. Radikal bebas dapat didefinisikan
sebagai molekul atau senyawa yang dalam keadaan bebas mempunyai satu atau lebih elektron
bebas yang tidak berpasangan. Elektron dari radikal bebas yang tidak berpasangan ini sangat
mudah menarik elektron dari molekul lainnya sehingga radikal tersebut menjadi lebih reaktif.
Oleh karena sangat reaktif, radikal bebas sangat mudah menyerang sel-sel yang sehat dalam
tubuh. Senyawa penangkap radikal bebas disebut dengan antioksidan, dengan adanya
antioksidan maka reaksi oksidasi yang mengakibatkan munculnya radikal bebas dapat
berikatan dengan antioksidan dan membentuk molekul yang lebih stabil dan tidak berbahaya
(Sari et al. 2013).
Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi dalam dua kelompok, yaitu antioksidan sintetis
dan antioksidan alami.
1. Antioksidan Sintetis
Ada lima antioksidan sintetis yang penggunaannya meluas dan menyebar di seluruh seluruh
dunia, yaitu butylated hydroxyanisole (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT), tert-butyl
hydroquinone (TBHQ), propyl gallate, dan tokoferol. Antioksidan tersebut merupakan
antioksidan alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial. TBHQ
dikenal sebagai antioksidan paling efektif untuk lemak dan minyak, khususnya minyak nabati
karena memiliki kemampuan antioksidan yang baik pada penggorengan. TBHQ berbentuk
bubuk putih sampai coklat terang, mempunyai kelarutan cukup pada lemak dan minyak, tidak
membentuk kompleks warna dengan besi (Fe) dan tembaga (Cu), tetapi dapat berubah pink
dengan adanya basa. Sebagai diphenolic antioxidant, TBHQ lebih efektif dalam minyak
nabati dibandingkan BHT dan BHA. Sebagai antioksidan primer, TBHQ mendonorkan atom
hidrogen pada radikal bebas selama autooksidasi.
2. Antioksidan alami
Kebanyakan senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami berasal dari tumbuhan.
Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenol yang
dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam
organik polifungsional. Senyawa antioksidan alami polifenol ini bersifat multifungsional dan
dapat beraksi sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas, pengkelat logam, dan peredam
terbentuknya singlet oksigen. Antioksidan alami lebih unggul daripada antioksidan sintetis 14
karena antioksidan alami aman untuk dikonsumsi dan tidak hanya menstabilkan minyak,
namun juga menambahkan kandungan nutrisi pada minyak (Margaretta et al. 2011).
Tubuh tidak mempunyai sistem pertahanan antioksidatif yang berlebihan, jika terjadi paparan
radikal berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen (Pramesti, 2013).
Antioksidan sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting untuk mempertahankan
mutu produk pangan. Manfaat antioksidan bagi kesehatan dan kecantikan, misalnya untuk
mencegah penyakit kanker dan tumor, penyempitan pembuluh darah, penuaan dini, dan lain-
lain. Dalam produk pangan, antioksidan dapat digunakan untuk mencegah terjadinya proses
oksidasi yang dapat menyebabkan kerusakan, seperti ketengikan, perubahan warna dan
aroma, serta kerusakan fisik lainnya (Tamat et al. 2007).
Rumput laut memiliki kemampuan sebagai antioksidan, imunostimulan, dan aktivitas
antibakteri (Selim, 2012). Rumput laut merah Eucheuma cottonii memiliki senyawa yang
berfungsi sebagai antioksidan seperti senyawa karaginan (Maharany et al. 2017), pigmen
fukosantin, fikobilin dan vitamin C dan E (Nawaly et al. 2016), antheraxanthin (karotenoid),
phikoeritrin (pigmen bikobilin), galaktan, sulfat galaktan dan senyawa polifenol seperti
katekin (gallocathecin, epicathecin, catechin gallate), asam galat, flavonol, flavonol
glycosides, caffeic acid, hesperidin dan myricetin (Sari et al. 2013). Polifenol sendiri
merupakan turunan dari senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan tersebut telah banyak
diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari di antaranya di bidang industri makanan, obat-
obatan, kosmetik dan industri plastik.
MEITA SARI ANANDA. 2019. AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK
ETANOL RUMPUT LAUT MERAH (Eucheuma cottonii) DI PERAIRAN
KABUPATEN ACEH JAYA
Fungsi antioksidan yaitu mencegah dan memperpanjang masa simpan produk pangan dari
kerusakan yang diakibatkan terjadinya oksidasi. Sumber antioksidan berasal dari bahan alam
dan buatan. Rumput laut cokelat sudah terbukti memiliki senyawa bioaktif yang berkhasiat
sebagai antioksidan (Prabhasankar 2009, Seng et al. 2017). Salah satu faktor yang
memengaruhi kemampuan antioksidan adalah suhu. Perendaman yang lama akan
menurunkan daya antioksidan (Wicaksono et al. 2014). Suhu sediaan bahan baku juga
berpengaruh terhadap daya antioksidan.
Seng JL, Wan AWM, Mohamad YM. 2017. Seaweed Tea: Fucoidan-Rich Functional Food
Product Development from Malaysian Brown Seaweed, Sargassum binderi. Sains Malaysiana
46(9): 1573– 1579.
Prabhasankar P, Ganesan P, Bhaskar, Hirose A, Stephen N, Gowda LR, Hosokawa M,
Miyashita K. 2009. Edible japanese seaweed, wakame (Undaria pinnatifida) as an ingredient
in pasta: Chemical, functional and structural evaluation. Food Chemistry. 115: 501-508.
Wicaksono, Gilang S, Elok Z. 2014. Pengaruh karagenan dan lama perendaman daun sirsak
terhadap mutu dan karakteristik jelly drink daun sirsak. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(1):
281-291.
Pengujian ini juga dilakukan pengukuran terhadap blangko (larutan DPPH yang
tidak mengandung bahan uji) serta kontrol positif kuersetin. Data aktivitas antioksidan
penangkap radikal DPPH hasil isolat dan kuersetin dianalisis dan masing-masing
dihitung nilai IC50 melalui analisis probit. IC50 adalah konsentrasi yang mampu
menghambat 50% DPPH (Wahdaningsih, dkk., 2011).
Afifah ayuditya. 2021. Uji Aktivitas Antioksidan Dan Identifikasi Senyawa Karagenan
Dari Alga Merah (Eucheuma Cottonii) Hasil Ekstraksi Sonikasi Dengan Variasi Pelarut
Dan Konsentrasi Pelarut.
Dalam pengertian biologi, antioksidan merupakan senyawa yang dapat menangkal atau
menghambat dampak negatif dari oksidan yang terdapat di dalam tubuh. Sedangkan secara
kimiawi, antioksidan adalah senyawa reduktan atau pemberi elektron (electron donor).
Antioksidan akan mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan
dengan mengikat senyawa oksidan, baik yang berbentuk radikal bebas atau molekul lain yang
sangat reaktif dan bersifat sebagai oksidator. Dengan kata lain, antioksidan memiliki
terbentuknya radikal, sehingga dapat menghambat kerusakan sel dalam tubuh (Winarsi,
2007).
antioksidan non-enzimatis (larut dalam air). Antioksidan non- enzimatis dapat ditemukan
dalam sayuran dan buah–buahan karena memiliki komponen yang bersifat antioksidan seperti
asam lipoat yang dapat melindungi sel dari kerusakan oksidatif dengan mencegah terjadinya
senyawa oksidan dan antioksidan. Kerusakan oksidatif terjadi karena rendahnya senyawa
antioksidan yang terdapat di dalam tubuh sehingga tidak dapat mengimbangi reaktivitas
senyawa oksidan. Oksidan merupakan senyawa penerima elektron (electron acceptor) yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron (Ramadhan, 2015), sedangkan radikal bebas
merupakan atom atau molekul yang memiliki elektron bebas yang tidak berpasangan
(unpaired electron) sehingga molekul tersebut tidak stabil. Elektron yang tidak memiliki
pasangan cenderung akan menarik elektron dari senyawa lain dan akan membentuk suatu
senyawa radikal bebas baru yang lebih reaktif. Meningkatnya reaktivitas dari senyawa radikal
bebas tersebut menyebabkan senyawa radikal bebas menjadi lebih mudah untuk menyerang
Pengujian aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan metode radikal DPPH (1,1-
membutuhkan biaya yang tinggi. Aktivitas antioksidan diukur berdasarkan kemampuan untuk
menangkap radikal DPPH. Keberadaan antioksidan akan menetralisir radikal DPPH dengan
menyumbangkan elektron kepada DPPH. Warna DPPH akan berubah dari ungu menjadi
kuning seiring penambahan antioksidan saat elektron tunggal pada DPPH berpasangan
dengan hidrogen dari antioksidan. Penghilangan warna sebanding dengan jumlah elektron
yang diambil oleh DPPH sehingga dapat diukur secara spektrofotometri (Jaya dkk., 2012).
Gardisa Citra Ayuning Kuncoro. 2019. Pengaruh Lama Waktu Fermentasi Terhadap
Aktivitas Antioksidan Dan Karakteristik Fisik Teh Kombucha Daun Ginseng Jawa
(Talinum paniculatum Gaertn.)
Metode uji 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) merupakan salah satu metode yang paling
banyak digunakan untuk memperkirakan efisiensi kinerja dari substansi yang berperan
sebagai antioksidan. Metode ini merupakan salah satu metode yang sederhana dengan
menggunakan DPPH sebagai senyawa pendeteksi.
Struktur kimia DPPH dalam bentuk radikal bebas (1) dan bentuk kompleks non radikal (2)
dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Senyawa DPPH merupakan senyawa radikal bebas yang bersifat stabil sehingga dapat
bereaksi dengan atom hidrogen yang berasal dari suatu antioksidan membentuk DPPH
tereduksi. Terdapat tiga tahap reaksi antara DPPH dengan zat antioksidan, yang dapat
dicontohkan dengan reaksi antara DPPH dengan senyawa monofenolat (antioksidan). Tahap
pertama meliputi delokalisasi satu elektron pada gugus yang tersubstitusi dari senyawa
tersebut, kemudian memberikan atom hidrogen untuk mereduksi DPPH. Tahap berikutnya
meliputi dimerisasi antara dua radikal fenoksil, yang akan mentransfer radikal hidrogen dan
akan bereaksi kembali dengan radikal DPPH. Tahap terakhir adalah pembentukan kompleks
antara radikal hidroksil dengan radikal DPPH.
X
SATRIA BAGUS FIRMANSYAH. 2015. AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN
ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL RUMPUT LAUT (Sargassum duplicatum
J.Agardh) SERTA POTENSINYA SEBAGAI ALTERNATIF PENGAWET ALAMI
PADA TELUR ASIN
LasteAntioksidan berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu, Antioksidan
sintetik adalah antioksidan yang telah diproduksi secara sintetis atau diolah menggunakan
bahanbahan kimia, untuk tujuan komersial dan antioksidan alami adalah antioksidan yang
diperoleh dari bahan alam, merupakan hasil dari metabolit sekunder tumbuhan yang
menghasilkan senyawa aktif seperti senyawa golongan flavonoid.Sumber antioksidan alami
dapat diperoleh tidak hanya pada makanan tetapi juga pada minuman yang telah diolah yaitu
berupa minuman fungsional dengan formulasi tertentu.