You are on page 1of 15

Nama : Indriani Sari Sinaga

Johanes Jody Sihite

Agnes Limbong

Roynaldi Rafles Simatupang

Elson Talardo Saragih

Kelas/Juusan : IB/Teologia

Matakuliah : Pemb&Pengantar Perjanjian Baru II

Dosen Pengampu : Ramli Harahap, D.Th

KELOMPOK III

PERJALAN MISIONER KETIGA PAULUS

Link Youtube : https://youtu.be/_SbUCHhlA_s

I. Pendahuluan
Sebelumnya kita telah memahami bagaimana perjalanan missioner
ketiga Paulus. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas Perjalanan
Misioner Ketiga Paulus. Kita akan membahas dan menjelaskan apa isi utama
dalam dalam perjalanan misi ketiga ini, serta surat-surat yang ditulis Paulus
dalam misi ini dan yang menjadi pokok-pokok pemikiran Paulus dalam surat
tersebut. Semoga sajian kali ini dapat menambah wawasan kita semua.
II. Pembahasan
2. 1. Kronologi Perjalanan Misi Ketiga Paulus.
Dalam khotbah di Kisah Para Rasul 18: 21-22, terungkap bahwa setelah
rasul Paulus memohon diri dari Efesus, dia pergi ke Kaisarea dan melanjutkan
ke Antiokhia.Beberapa hari kemudian, Paulus tinggal di sana dan dia kembali
memulai perjalanannya sendiri sekitar tahun 53. Perjalanannya di akhir musim
panas dan awal musim ini difokuskan di Efesus, dengan tujuan memperkuat
para murid dan pengkhotbah yang dia tinggalkan dalam perjalanan
sebelumnya.1.
A. Peta Perjalanan Misi Ketiga Paulus.2

Keterangan Perjalanan Misi Rasul Paulus yang Ketiga ( Kis 18:23-21:12)


1. Dalam perjalanan ke Efesus (Kis 18:23), rasul Paulus melakukan
perjalanan ke Galatia dan Fregia untuk menguatkan hati orang-orang
percaya yang percaya kepada Tuhan Yesus atau murid-murid rasul Paulus
2. Rasul Paulus memulai perjalanan misinya ke Apolos di Efesus ( Kis.
18: 24 -28 ) Seorang pria bernama Apolos percaya kepada Tuhan Yesus.
Dia berani memberi tahu orang-orang Yahudi bahwa Yesus adalah
Mesias. Yang Tuhan janjikan (Kisah Para Rasul 18 : 28). 
3. Dari Galatia lewat Prigia, ke Efesus (Kis. 19 :1) oleh Rasul Paulus
untuk bertemu dengan beberapa orang murid yang percayaa kepada Tuhan
Yesus. Dan terjadi juga pembakaran kitab-kitab sihir dan makin banyak
orang percaya karena Firman Allah berkuasa ( Kis. 19: 19). Dan kemudian
kuil Diana masih berkuasa di Efesus dimana orang Yahudi yang belum
percaya maupun yang sudah percaya terjadi huru hara selama 2 jam (Kis
19 :35 ).

1
http://johannissiahaya.blogspot.com/2014/06/rasul-paulus-dan-perjalanan-injilnya.html?m=1, diakses
tanggal 23 April 2021, pukul 16.02 WIB
2
https://www.churchofjesuschrist.org/study/scriptures/bible-maps/map-13?lang=ind, diakses tanggal 23
April 2021, pukul 19.56 WIB
4.  Rasul Paulus melakukan perjalanan dari Efesus melalui Makedonia ke
Korintus (Kisah Para Rasul 20: 1-2) Ada persekongkolan di Korintus
untuk menentang rasul Paulus, tetapi rasul Paulus memutuskan untuk
kembali ke Makedonia (Kis. 20: 3).
5.  Dalam pelayanannya, rasul Paulus melakukan perjalanan dari Korintus
melalui Makedonia ke Troas (Kisah Para Rasul 20: 3-6), dan ketika di
Troas ada peristiwa yang terjadi secara mengejutkan Ketika seorang rasul
Paulus memberitakan bahwa seorang pria bernama Ethicus jatuh dari
jendela (Kisah Para Rasul 20: 9).
6. Rasul Paulus sedang dalam misi dari Troas ke Miletus (Kisah Para
Rasul 20: 1315), dan selama pelayanan di Miletus, dia berpisah dari para
penatua di Efesus (Kisah Para Rasul 20: 18-38).
7. Dari Miletus Rasul Paulus dalam pelayanannya lewat Rode dan Patara,
dan kemudian Rasul Paulus ke daerah Tire (Kis 21 : 1-3), dan akhirnya
rasul Paulus berkumpul dengan para muridnya di Tirus ( Kis. 21: 3-6).
8. Dari Tirus lewat Kaisaria, ke Yerusalem (Kis. 21 :7-15), dan di Kaisaria
Agabus mengikat tangannya sendiri dan kakinya dengan ikat pinggang
Rasul Paulus. Dari semua pelayanan rasul Paulus di Tirus dan Siprus dan
kemudian Rasul Paulus melanjutkan perjalanannya ke Yerusalem dan
bertemu dengan rasul Yokobus. Pada kesempatan itu ketika Rasul Paulus
bertemu dengan kawan seiman, maka ia bersaksi tentang pelayanannya di
berbagai tempat dan pekerjaan Allah dan penyertaan-Nya (Kis. 21 : 10-
11); 21: 15- 26).3

3
https://dokumen.tips/documents/perjalanan-rasul-paulus-yang-pertama-kedua-dan-ketiga-dalam-
misinya.html, diakses tanggal 24 April 2021, pukul 11.41 WIB
2. 2. Isu Utama dalam Misi Ketiga Paulus.

Paulus kembali mengunjungi jemaat-jemaat yang dia bangun dan


membagikan kembali Injil ke tempat-tempat di mana belum ada jemaat. Ini
adalah ketiga kalinya Paulus memperdalam ajaran kepada jemaat yang
dibangunnya. Juga membuat jemaat baru di tempat yang memungkinkan.4

2. 3. Surat- Surat yang Ditulis Paulus dalam Misi Ketiga.

A. Efesus

Paulus menghadapi beberapa persoalan di Efesus. Yang pertama


adalah pertanyaan mengenai kelangsungan ajaran Yohanes Pembaptis,
yang murid- muridnya masih tetap aktif setelah Yohanes wafat. Apolos,
seorang cendekiawan Yahudi dari Aleksandria, yang telah mengajarkan
tentang Yesus di Efesus, "hanya mengetahui baptisan Yohanes" (18:24
25). Pasti ia sudah mengetahui bahwa Mesias sudah datang, dan bahwa
Ia sudah ditahbiskan untuk melayani Allah, dan bahwa persiapan untuk
menyambut pelayanan-Nya harus meliputi pertobatan dan iman.
Pengetahuannya tidak sepenuhnya salah atau menyimpang; ia masih
berada pada jalur yang semestinya. Ia mengajar di sinagoge-sinagoge
dan rupanya mendapatkan sambutan yang cukup baik.

Di bawah pengarahan Priskila dan Akwila pengertiannya makin


bertambah luas. Suatu perbandingan dari pernyataan-pernyataan,yang
berlawanan diberikan di sini: Lukas berkata bahwa Apolos "telah
menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan" (18:25), tetapi bahwa
"Priskila dan Akwila ... dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan
Allah" (18:26). Ia berangkat dari Efesus menuju Akhaya sambil
membawa surat pengantar dari orang-orang yang percaya di sana dan
menjadi pembela agama Kristen yang gigih, terutama di kalangan
orang-orang Yahudi (18:28). Ia kemudian menjadi salah seorang
sahabat dan rekan kerja kepercayaan Paulus (1Korintus 16:12; Titus
3:13).

Apolos sudah meninggalkan Efesus sebelum Paulus datang, tetapi


masih ada orang-orang lain yang menyerupai dia di sana. Orang-orang
4
Lukas Kuswanto, BIOGRAFI KEHIDUPAN DAN PELAYANAN PAULUS, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2019),
118
ini, para murid Yohanes Pembaptis, kurang memiliki pengalaman
rohani pribadi. Kenyataan ini begitu jelas kelihatan hingga ketika
Paulus bertemu dengan mereka, ia bertanya apakah mereka telah
menerima Roh Kudus ketika mereka menjadi percaya. Mereka
menjawab bahwa mereka belum pernah mendengar bahwa Roh Kudus
itu ada. Mengingat bahwa Yohanes telah meramalkan bahwa Yesus
akan membaptis dengan Roh Kudus, nampaknya sulit untuk dipercaya
bahwa mereka belum pernah mendengar tentang nama-Nya; tetapi
mungkin mereka belum mendengar bahwa janji itu telah terwujud pada
hari Pentakosta. Jawaban Paulus membuktikan bahwa baptisan
Yohanes belum memadai untuk mendapatkan suatu pengalaman Kristen
yang sempurna, karena orang yang percaya bukan hanya harus bertobat
dari dosa-dosanya tetapi harus dipenuhi oleh Roh. Maka, persoalan
pertama yang harus ditangani di Efesus adalah meningkatkan kualitas
orang-orang yang percaya dengan tulus namun belum matang ini.

Persoalan yang kedua, dalam misi di Asia ini adalah ilmu gaib.
Tukang- tukang sihir Yahudi yang diwakili oleh anak-anak Skewa,
serta beratus- ratus orang lainnya membakar kitab-kitab sihirya,
membuktikan betapa jauh kepercayaan takhyul dan ilmu sihir telah
merasuki bangsa Yahudi di sana. Jawaban dari persoalan ini ada dua
macam. Dari sudut positif, kekuasaan Kristus ternyata lebih besar
daripada ilmu sihir dan ilmu tenung. Orang sakit disembuhkan, orang
kerasukan setan disadarkan, dan mereka yang melakukan perbuatan-
perbuatan sihir begitu menyadari kesesatan jalan mereka hingga dengan
sukarela membakar kitab-kitab sihir yang menjadi pegangan mereka
selama ini (Kisah 19:19). Dari sudut negatif, kekhususan Injil menjadi
nyata. Seorang Kristen tidak akan menambahkan kepercayaan
Kristennya pada agama lain yang telah dipeluknya; ia meninggalkan
kepercayaan lamanya. Pada dasarnya dalam agama Kristen tidak ada
toleransi terhadap semua lawannya, dan di Efesuslah prinsip ini paling
jelas diperlihatkan.

Pelayanan Paulus di Efesus sangat berhasil. Selama lebih dari dua


tahun (19:8, 10) ia dapat mengajar tanpa halangan, mula-mula dalam
sinagoge dan kemudian di perguruan tinggi Tiranus (19:9). la
melakukan mukjizat-mukjizat yang luar biasa (19:11) dan menjangkau
masyarakat yang lebih luas di propinsi itu umumnya dan di Efesus
khususnya daripada di mana pun juga. Lukas mencatat bahwa "semua
penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun
orang Yunani" (19:10), bahwa "makin tersiarlah firman Tuhan dan
makin berkuasa" (19:20), dan bahwa begitu banyaknya orang yang
percaya sehingga mengancam kelangsungan ekonomi perusahaan
patung berhala (19:26-27). Gereja di Efesus menjadi pusat misi dan
selama berabad-abad menjadi salah satu kubu agama Kristen di Asia
Kecil.5

B. Surat 1 Korintus

Di dalam surat 1 korintus kita dapat menemukan banyak


keterangan tentang situasi jemaat. Di sana, terdapat penyajian Paulus
tentang hidup dalam Kristus, hidup didunia, dan hidup didalam jemaat.

Hidup di dalam Kristus (1: Kor. 1:10-4:21)

Satu hal yang menjadi ciri khas kota Korintus adalah kesatuan
yang ada dalam masyarkat. Kedudukannya sebagai pelabuhan laut yang
penting pada salah satu rute yang paling ramai di Laut Tengah telah
memastikan hal tersebut.

Tidaklah mengherankan jika orang-orang dengan latar belakang


rohani dan intelektual yang begitu berbeda, masing-masing membawa
gagasan-gagasan dan ide-ide berlainan. Adapun akibat jemaat Korintus
pecah menjadi empat kelompok yang berlainan, yang disebut Paulus
dalam 1 Korintus 1.10-17. beberapa orang menyatakan bahwa mereka
berkiblat secara rohani kepada Paulus, yang lain kepada Apolos, yang
lain kepada kefas, sedangkan ada lagi yang menyatakan hanya menjadi
milik kristus.

Ada pun keempat kelompok dalam mencerminkan latar belakang


yang berbeda-beda dari orang-orang di korintus:

•"Kelompok Paulus" terdiri dari kaum Libertim. mereka telah


mendengar khotbah Paulus yang semula, tentang kemerdekaan Kristen,
dan menyimpulkan bahwa begitu mereka respons terhadap Injil, mereka
dapat hidup sesukanya.

5
Merrill C. Tenney, SURVEI PERJANJIAN BARU, (Gandum Mas, Malang, 1995), 360 - 365
•" Kelompok kefas" pastilah merupakan kaum legalistik. mereka orang-
orang seperti para guru agama Yahudi di Yerusalem, yang berpendapat
bahwa kehidupan Kristen berarti mengikuti hukum Taurat dengan ketat,
baik menurut upacara agama maupun secara motal.

•"Kelompok Apolos" terdiri dari orang-orang ikut pandangan yunani


klasik. Apolos disebut dalam Kisah Para Rasul 18:24-28, di mana kita
membaca bahwa ia seorang Yahudi dari Alesandria, "seseorang yang
fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal Kitab Suci"

•"Kelompok Kristus" mungkin sekali terdiri dari sekelompok orang


yang menganggap dirinya di atas kelompok-kelompok lain yang
berpusatkan pada pribadi orang biasa. Mereka menghendaki hubungan
langsung dengan Kristus sendiri, sama seperti hubungan mistik yang
telah mereka alami secara langsung dengan dewa-dewa "Tuhan", begitu
juga Kristus.

Jadi surat 1 Korintus ini kita dapat melihat bagaimana setiap


kelompok giat bekerja, dengan menyandarkan ide-ide dan penekanan-
penekanan sendiri. kaum Libertin, yang menyatakan mereka mengikuti
Paulus, mengajak seluruh jemaat supaya jangan cemas terhadap
terjadinya percabulan secara terang-terangan. kaum legais, yang
menyatakan diri sebagai pengikut Kefas, membangkitkan persoalan
lama tentang jenis makanan yang boleh dimakan orang Kristen. sebab
itu Paulus tahu jawaban terhadap situasi di Korintus harus di cari di
dalam Kristus. bukan Paulus sendiri, maupun Kefas, atau Apolos,
ataupun jenis "Kristus" yang diikuti Korintus, dapat mencapai hasil
yang bertahan lama. Paulus menyatakan bahwa salib Kristus dan
kebangkitan-Nya adalah "yang paling penting" dalam upaya memahami
iman Kristen (1 Kor 15: 3-7; 1: 18-25). Ini adalah satu-satunya dasar
bagi orang-orang dari berbagai jenis budaya supaya bisa dipersatukan
kembali.6

C. Surat 2 Korintus

Perbedaan antara surat ini dengan surat 1 Korintus adalah lebih


banyak menangani persoalan-persoalan pribadi daripada ajaran
doktrinal atau peraturan hukum gereja Kemanusiaan Paulus sangat jelas
di sini: perasaannya, keinginannya, harapannya dan rasa tanggung
jawabnya semuanya ditampilkan di depan para pembacanya. Surat ini
bahkan kurang sistematis dan lebih ekspresif daripada surat I Korintus,
dan strukturnya tidak sejelas surat yang pertama. Ajaran positif dalam
surat ini menjadikannya salah satu kitab paling berharga dalam
Perjanjian Baru. Penjelasannya tentang pelayanan, pernyataan harapan
setelah kematian (Pasal 5), dan pengajaran tentang memberi (Pasal 8-9)
semuanya adalah bagian yang sangat penting.7
Pokok Pikiran Paulus.
1. Menghadapi Masalah-Masalah (2 Kor. 1:3-2:13)
Paulus perlu menjelaskan hubungannya yang tidak baik
dengan jemaat di Korintus. Ada juga pertanyaan tentang status
rasul yang sejati atau palsu. Paulus menjelaskan pemikirannya
tentang dua hal ini dalam Ucapan Syukur di awal suratnya (2
Korintus 1: 3-11). Ia juga percaya bahwa penderitaan dan
kelemahan adalah bagian yang tak terhindarkan dari pelayanan
sejati kepada Tuhan. Untuk menanggung penganiayaan, Paulus
harus mempercayai Tuhan dengan sepenuh hati. Namun ia juga
membutuhkan dukungan doa dari para pembacanya. Hubungan
mereka seharusnya tidak sepihak karena Paulus membutuhkan
doa-doa mereka dan mereka juga memerlukan bimbingan Paulus.
Paulus juga harus meyakinkan jemaat Korintus bahwa dia
dapat diandalkan. Kunjungan dan suratnya yang tidak terduga,
serta perubahan rencana pada saat terakhir, meninggalkan kesan
bahwa dia telah bertindak serampangan (2 Kor. 12-2: 4). Mereka
menyimpulkan bahwa Paulus tidak berani mengunjungi mereka
karena dia tahu jauh di lubuk hatinya bahwa pernyataan para “rasul
palsu” itu benar. Paulus jelas terluka oleh kecaman ini dan
membela diri agar mereka tidak menuduhnya melakukan
6
John Drane, Memahami Perjanjian Baru : pengantar historis-teologis, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia,
2016), 350-353
7
Merrill Chapin Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Gandum Mas, 2009), 371-373
semuanya itu hanya karena kepentingan Paulus sendiri. Hal itu
sama sekali tidak benar, dia menulis surat tetapi tidak mengunjungi
mereka, berharap itu akan menjadi cara yang lebih mudah untuk
mengoreksi pandangan mereka: "Aku menulis kepada
kamu.. ...bukan supaya kamu bersedih hati, tetapi supaya kamu
tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu semua" (2 Kor. 2:4).
Permusuhan pribadi juga harus diselesaikan - baik Paulus
maupun jemaat  harus bersedia mengampuni mereka yang
menyebabkan kesedihan (1 Korintus 2: 2: 5-11). Jelas Paulus
sedang merujuk pada seseorang di sini. Menurut beberapa orang,
mungkin orang yang tinggal dengan ibu tirinya yang disebutkan di
dalam 1 Korintus 5: 5. Namun bisa juga orang yang menghina
Paulus.8
2. Arti Rasul (2 Kor. 2:14-7:4)
Inti dari yang dipermasalahkan adalah otoritas Paulus
sebagai seorang rasul. Paulus mengawali pokok ini dengan ucapan
syukur kepada Allah atas apa yang telah dilakukan-Nya dalam
kehidupan Paulus.  Karena pengalamannya tentang Kristus yang
hidup, dia menjadi bagian dari “jalan kemenangan-Nya” (1
Korintus 2:14), oleh karena itu, dia memiliki hubungan pribadi
yang dekat dengan Kristus. Tetapi hal itu bukan alasan baginya
untuk membanggakan diri. Sebaliknya, oleh karena dipenuhi
dengan Roh Kudus dari Allah berarti ia mempunyai tanggung
jawab yang besar; dan kesadaran ini membedakan Paulus dari
"rasul" lain yang tiba di Korintus: "Sebab kami tidak sama dengan
banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah.
Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya
dengan maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya" (2
Kor. 2:17).
Tidak seperti mereka yang datang dari Yerusalem, Paulus
tidak mengandalkan surat-surat resmi untuk mendapatkan
kepercayaan. Ia puas bahwa keefektifan kerjanya telah teruji
dengan hasil yang dicapai  yaitu untuk mengubah kehidupan dari
orang-orang yang bertobat dan gaya hidup pribadi mereka (2
Korintus 3: 1-18). Jika orang Kristen benar-benar melayani Tuhan,
maka kehadiran dan kuasa Tuhan adalah nyata bagi semua
orang: "Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan . . . Dan
karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka
kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan
yang semakin besar" (ayat 18). Ini adalah manfaat terbesar dari
8
John Drane, Memahami Perjanjian Baru : pengantar historis-teologis, 362-363
Injil untuk dedikasinya dibanding dengan kesetiaannya terhadap
agama Yahudi (ayat 4-17).
Tetapi apakah ini berarti bahwa para rasul menjalani
kehidupan spiritual yang baik, dan semua masalah kehidupan
sehari-hari telah lenyap? Paulus berkata, sama sekali tidak (2 Kor.
4: 1-15). Injil adalah pesan yang kuat dan memberi kehidupan,
tetapi Tuhan mempercayakannya kepada manusia lemah yang
disamakan dengan "bejana tanah liat". Biasanya, perkakas tanah
liat tidak dirawat secara khusus, dan lama kelamaan akan rusak
dalam penggunaan sehari-hari. Hamba Kristus yang sejati juga
akan mengalami hal seperti ini: "Dalam segala hal kami ditindas...
kami habis akal... kami dianiaya kami senantiasa membawa
kematian Yesus di dalam tubuh kami …”(ayat 8-10). Tentu saja,
ini adalah pengalaman Yesus sendiri, dan rasa sakit di kayu salib
akhirnya mencapai puncaknya. Tetapi ada kebangkitan setelah
salib, yang merupakan kunci kehidupan Kristen bagi Paulus.
Dalam Galatia 2: 19-20, ia menegaskan bahwa rahasia imannya
adalah kehadiran Kristus yang tinggal di dalam dirinya. Ia
mengulangi tema yang sama di sini: "Kami senantiasa membawa
kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus
juga menjadi nyata di dalam tubuh kami" (2 Kor. 4:10).
Setelah merenungkan kembali bahaya fisik yang
dialaminya, Paulus beralih ke topik kehidupan setelah kematian.
Dia mengajukan pertanyaan yang berbeda di sini - tidak diragukan
lagi, ini karena dia telah luput dari pengalaman maut (mungkin di
Efesus, 2 Korintus 1: 9). Apa yang dia katakan adalah salah satu
nats yang paling rumit dari semua suratnya (2 Korintus 5: 1-10).
Tetapi ada dua poin yang jelas:
 Dia terus menentang pandangan orang Korintus, (dan para Gnostik
pada kemudian hari) yang menyatakan kebangkitan adalah
pengalaman spiritual seseorang.
  Dia bersikeras pada kepercayaan Yahudi tentang keberadaan tubuh
setelah kematian, dan tidak mengikuti pandangan Yunani tentang
keberadaan roh manusia yang abadi, yang akan terus ada setelah tubuh
mati.
Tidak berarti Paulus berpikir secara kebendaan semata-
mata, sebab ia menulis tentang menggantikan "tempat kediaman
kita di bumi ini" dengan "tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu
tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan
manusia [melainkan oleh Allah]" (2 Kor. 5:1).
Ini hanyalah hasil akhir dari suatu proses dalam kehidupan
Kristen. Cara berpikir orang Kristen, perilaku mereka, dan standar
serta nilai mereka harus mencerminkan realitas kehadiran Tuhan
yang hidup saat ini. Oleh karena itu, semua yang ada di dalam
Kristus adalah ciptaan baru: "yang lama sudah berlalu,
sesungguhnya yang baru sudah datang" (2 Kor. 5:16-17). Ini
terkait dengan inti pemahaman Paulus tentang kematian dan
kebangkitan Yesus, yang menjadi dasar dari semua pekerjaannya
sebagai penginjil: "Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-
Nya oleh Kristus" (2 Kor. 5:19).
Karena itu, penderitaan Paulus tidak berbeda dengan status
rasulnya. Sebaliknya, ini adalah bukti paling nyata dari kebenaran
pernyataannya  (2 Kor 6: 1-10). Mungkin Paulus merasa bahwa dia
memberikan pembelaan diri yang lebih rinci daripada yang
diperlukan, karena di akhir bagian ini dia mengimbau para
pembaca untuk menunjukkan kejujuran yang sama seperti yang dia
tunjukkan (ayat 11-13).9
D. Roma

Di surat Roma, Paulus sedang memperhalus beberapa aspek


pemikirannya yang ternyata dapat disalahtafsirkan. Ini menjadi prioritas
utama pada masa itu, sebab Paulus sangat tahu setibanya ia di
Yerusalem, ia harus menjelaskan dengan memuaskan tentang dirinya
kepada orang Kristen Yahudi disana. Surat Roma mungkin menjadi
konsep dari apa yang hendak dikatakan Paulus kepada mereka. Surat
Roma bisa dibagi dalam tiga bagian utama.10

1. Mengenal Allah (Roma 1-8)

Bagian pertama dari kitab Roma adalah tentang dasar


teologis, dimulai dengan perkataan nabi Habakuk yaitu orang benar
hidup oleh iman. (Habakuk 2: 4). Di sini Paulus melakukan gaya
pembelaan yang sudah kita kenal dari Surat Galatia; dan memang
banyak pokok yang dikemukakannya sama dengan pokok-pokok
Surat Galatia. Semua orang Yahudi dan bukan Yahudi telah
berdosa. Tidak ada cara untuk lepas dari kutukan Allah karena dosa
selain melalui Kristus (Roma 1: 18–3: 20). Namun terbuka
kemungkinan untuk menerima kebenaran Allah", yakni
pembebasan dari vonis penghukuman Allah dan kuasa untuk
9
Ibid, 363-365
10
Ibid, 369-370
mendapat bagian dalam kebaikan Allah sendiri. Ini sesuatu yang
dapat diperoleh hanya melalui iman kepada Kristus, dan bukan
karena perbuatan baik (Roma. 3.21-4.25).

Seperti di surat Galatia, Paulus menjelaskan masalah ini


dengan menggunakan contoh-contoh dari kehidupan Abraham
(Roma 4). Dia kemudian menjelaskan konsekuensi dari hubungan
baru dengan Tuhan (Roma 5-8), yaitu kebebasan dari murka
Tuhan. Dibebaskan dari belenggu dosa. Kebebasan hukum dan
pembebasan dari kematian melalui tindakan Roh Allah di dalam
Kristus. ”Tetapi dalam semua ini kita mengatasi lebih dari sekadar
melalui Allah yang mengasihi kita.” (Roma 8:37.)

Namun, ada beberapa hal baru, yaitu pesan Paulus yang


disalahpahami dan disalahgunakan di gereja. Paulus langsung
membahas persoalan anti-nomianisme dalam Roma 6:1-8:39. la
menerangkan walaupun orang-orang Kristen dibebaskan dari
semua peraturan hukum eksternal dalam upaya memper oleh status
yang berkenan kepada Allah, mereka pada kenyataannya telah
memasuki suatu jenis pelayanan lain. Mereka bukan lagi hamba
dosa (Rm. 6:17); mereka sekarang hamba Allah (Rm. 6:22). Orang-
orang Kristen dibebaskan bukan untuk berbuat sesuka hatinya,
melainkan supaya "menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya"
(Rm. 8:29) melalui peker jaan Roh Kudus dalam dirinya. Itulah
pengajaran yang sama dengan Surat Galatia, sebagaimana
dikembangkan oleh Paulus setelah pengalamannya dengan jemaat
Korintus.11

2. Israel dan Keselamatan (Roma 9-11)

Paulus prihatin karena Israel menolak keselamatan yang telah


diuraikan nya itu. Pekerjaan misi Paulus dan gereja berfokus pada
pemberitaan keselamatan Allah dalam diri Yesus yang disalibkan
dan bangkit yang adalah Mesias (Roma. 3:21-23). Dosa hanya bisa
diampuni ketika Allah yang kudus menyingkirkan murka-Nya
sendiri. Rasa bersalah hanya bisa ditebus ketika Allah sendiri
memperoleh dan memberikan keselamatan. Pesan tentang Allah
Sang Pencipta dan Hakim yang memberikan keselamatan kepada
orang berdosa melalui Yesus Mesias yang telah diutus ke dunia
sebagai kurban dosa, mati di kayu salib dan bukan sebagai orang
berdosa (Roma.8:3), selalu menjadi pesan misi. Identitas gereja
11
Ibid, 370-371
yang mengaku Yesus sebagai Kyrios terkandung dalam realitas
menerima karunia kebenaran Allah dan menjadi bagian dari misi
Sang Anak, yang datang ke dunia untuk menyelamatkan dunia.12

Dalam Roma 9-11 ia menjelaskan apa yang kelihatan sebagai


peolakan Allah atas umat Yahudi tidaklah bertentangan dengan
janjijanji-Nya dalam Perjanjian Lama maupun dengan keadilan-
Nya. Itu adalah kesalahan Israel sendiri. Mereka telah memilih
jalan "perbuatan" daripada jalan iman. Tetapi Paulus masih yakin
penolakan Allah atas Israel bukan sesuatu yang final. Di tengah-
tengah ketidaksetiaan ini, masih ada sisa yang setia (Roma. 11:1-
10). Penolakan orang Yahudi pada saat ini sebenarnya menjadi
bagian rencana Allah agar orang-orang dari semua bangsa akhirnya
diselamatkan (ayat 11-36).

3. Perilaku Kristen (Roma 12-15)

Kemudian Paulus mengesampingkan hal-hal teologis dan


menulis tentang penerapan nyata kebenaran Allah dalam kehidupan
Kristen. Di sini dia membahas hubungan antara orang Kristen dan
gereja (Roma 12: 1-8), orang lain (Roma 12: 9-21) dan kerajaan
(Roma 13: 1-10). Dia meringkas kewajiban umum Kristen dengan
frase "kasih adalah kegenapan hokum Taurat" (Rom 13:10). Dia
menegaskan kembali bahwa moralitas Kristen bukanlah hasil dari
seperangkat hukum eksternal, tetapi kekuatan Roh Kudus untuk
bekerja di dalam dirinya sendiri. Bagaimanapun, hasil akhir dari
pekerjaan Roh Kudus sebenarnya adalah menaati hukum Tuhan,
dan tujuan utamanya adalah kasih. Paulus memperjelas hal ini
dengan menunjukkan dua masalah: makan sayuran sebagai
pengganti daging (Roma 1: 15-15: 6, suatu kasus yang serupa
dengan persoalan pembelian daging dari kuil-kuil kafir) dan sikap
umum dari orang Yahudi dan bukan Yahudi satu dengan yang
lainnya dalam suatu jemaat (Roma 15: 7-13).13

2. 4. Karya Paulus dalam Perjalanan Misioner Ketiga

Dari penjelasan diatas mengenai surat-surat yang ditulis oleh Paulus,


kita dapat melihat beberapa karya Paulus dalam Perjalanan Misioner
Ketiga ini, antara lain :
12
Eckhard J. Schnabel, Rasul Paulus: Sang Misionaris, (Yogyakarta: ANDI), 142-146
13
John Drane, Memahami Perjanjian Baru : pengantar historis-teologis, 371
 Di Efesus banyak tukang sihir yang menjadi Kristen
 Paulus mampu menyatukan jemaat yang ada di Korintus
 Paulus mampu menunjukkan Kerasulannya yang sejati kepada
jemaat di Korintus
 Mampu memberikan pemahaman yang benar tentang
keselamatan yang dijanjikan oleh Allah kepada jemaat di Roma
III. Kesimpulan
Didalam surat ini kita menemukan pernyataan yang matang tentang injil
sesuai dengan pengertian Paulus. Injil itu yang tidak berpenting pada
pemeliharaan hukum-hukum dan peraturan peraturan. Beritanya cukup
revolusior, yanki berita tentang Tuhan yang hidup yang ingin menguasai
hidup pengikut-pengikutnya. Di bawah bimbingan-Nya mereka akan
menemukan suatu cara hidup yang menyenangkan hati Allah dan bermanfaat
bagi orang lain. Ini sesuatu yang tidak disukai siapa pun juga, bagi orang
bukan-Yahudi.
Walaupun begitu, Paulus yakni Injil itu adalah “kekuatan Allah yang
menyelamatkan setiap orang yang percaya” (Roma. 1:6). Keselamatan
diperoleh melalui iman di dalam Kristus sebagai Tuhan, dan keterbukaan
terhadap kuasa Roh Kudus yang bekerja didalam hidup oraang percaya.

IV. Daftar Pustaka


C. Tenney, Merril. SURVEI PERJANJIAN BARU. Gandum Mas, Malang,
1995.
Drane, John. Memahami Perjanjian Baru : pengantar historis-teologis.
Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016.
J. Schnabel, Eckhard. Rasul Paulus: Sang Misionaris. Yogyakarta: ANDI.
Kuswanto, Lukas. BIOGRAFI KEHIDUPAN DAN PELAYANAN PAULUS.
Yogyakarta: Penerbit Andi, 2019.

V. Sumber Lain
http://johannissiahaya.blogspot.com/2014/06/rasul-paulus-dan-perjalanan-
injilnya.html?m=1
https://www.churchofjesuschrist.org/study/scriptures/bible-maps/map-13?
lang=ind
https://dokumen.tips/documents/perjalanan-rasul-paulus-yang-pertama-kedua-
dan-ketiga-dalam-misinya.html

You might also like