You are on page 1of 8

1.

Amygdala menyimpan memori bersifat emosional dan mengatur perilaku manusia ketika
menghadapi keadaan tertentu dan juga menerima ransangan dari visual maupun audio
sebagai faktor penggerak potensi emosi. Amygdala mempengaruhi penghasilan hormon,
peredaran darah, pernafasan, dan pencernaan. Saat seseorang berada dalam situasi yang
mengancam atau penuh tekanan, amygdala mengirimkan informasi untuk memberi
pertanda kepada hipotalamus untuk melepaskan hormon kortisol dan adrenalin dalam kadar
yang tidak wajar. Hormon kortisol akan cenderung tinggi ketika kita dilanda stres, yang
biasanya tidandai dengan perasaan cemas dan gelisah. Begitu pula dengan hormone
adrenalin, yang dikenal juga dengan epinefrin untuk merespons pada saat menghadapi
situasi yang penuh tekanan atau bahaya.

Pelepasan hormon ini memengaruhi fungsi fisiologis lain yang terkait dengan sistem saraf
otonom (tak sadar), seperti pernapasan, tekanan darah, dan detak jantung.

Inilah mengapa saat seseorang merasa takut, stres, atau terancam akan mengalami kenaikan
tekanan darah dan detak jantung.

2. Gejala meningitis memiliki inkubasi selama 1-10 hari, pada umumnya < 4 hari. Gejala
penyakit meningitis diantaranya:
• Sakit kepala hebat
• Demam
• Mual
• Muntah
• Fotofobia
• Kaku kuduk
• Tanda gangguan neurologis seperti letargi, delirium, koma, dapat disertai kejang
• Tanda meningeal: kaku kuduk, tanda Kernig atau Brudzinski
• Tanda neurologis seperti kesadaran menurun
• Adanya purpura yang biasanya terlokalisir di ekstremitas atau tersebar di seluruh tubuh
(generalisata), kulit atau mukosa (konjungtiva), sering dikaitkan dengan penyakit
meningokokus. Purpura merupakan gejala dasar yang paling sering pada meningitis
septikemia.
• Tekanan darah menurun disertai dengan gejala syok.
• Infeksi fokal seperti radang sendi, pleuritis atau pneumonia, perikarditis, episkleritis .

Pengobatan dan perawatan pasien meningitis pada umumnya secara farmakologis yaitu
dengan pemberian antibiotik, adapun jenis yang digunakan digolongkan sebagai berikut :
a) Meningitis Virus : Pada kondisi tertentu, meningitis yang disebabkan oleh virus dapat pulih
dengan sendirinya. Namun, apabila meningitis yang diderita tergolong berat, dokter akan
meresepkan obat antivirus, seperti acyclovir. Dokter juga akan menganjurkan pasien untuk
beristirahat yang cukup dan banyak minum air putih. Jika diperlukan, dokter dapat
memberikan obat pereda nyeri guna mengurangi rasa sakit yang diderita pasien.
b) Meningitis Bakterialis : Pada meningitis yang disebabkan oleh bakteri, dokter dapat
memberikan antibiotik atau kortikosteroid. Jenis antibiotik yang diresepkan akan disesuaikan
dengan jenis bakteri penyebab meningitis. Beberapa antibiotik yang umum digunakan untuk
mengobati meningitis adalah golongan sefalosporin, seperti cefotaxim dan ceftriaxone.
Selain untuk mengobati meningitis akibat bakteri, penggunaan antibiotik juga menurunkan
risiko terjadinya komplikasi, seperti kejang atau pembengkakan di otak.
c) Meningitis Jamur :Radang selaput otak yang disebabkan oleh jamur diatasi dengan obat
antijamur, seperti amphotericin B atau fluconazole. Dokter akan menyesuaikan tipe dan
dosis obat dengan kondisi pasien.
d) Sementara untuk mengatasi meningitis tipe lain, dokter akan menyesuaikan metode
pengobatan dengan penyebabnya. Jika meningitis disebabkan oleh kanker atau penyakit
autoimun, dokter akan menganjurkan terapi atau obat untuk menangani kondisi tersebut.

1. Refleks Polisinaptik
(refleks menarik diri)
2. Refleks menarik diri
merupakan jawaban
terhadap rangsangan
noxius dan
3. biasanya rangsangan
nyeri di kulit atau jaringan
subkutan serta otot. Respon
yang
4. timbul adalah kontraksi
otot flexor dan
penghambatan otot
ekstensor sehingga
5. bagian yang terangsang
mengalami fleksi dan
menarik diri dari
rangsangan
6. tersebut. Bila diberikan
rangsangan yang kuat
pada ekstremitas, respon
yang
7. timbul bukan hanya
berupa fleksi dan menarik
diri pada ekstremitas
tersebut,
8. melainkan juga ekstensi
pada ekstremitas
kontralateral. Respon
ekstensor silang
9. ini merupakan refleks
menarik diri
10. Refleks Polisinaptik
(refleks menarik diri)
11. Refleks menarik diri
merupakan jawaban
terhadap rangsangan
noxius dan
12. biasanya rangsangan
nyeri di kulit atau jaringan
subkutan serta otot. Respon
yang
13. timbul adalah kontraksi
otot flexor dan
penghambatan otot
ekstensor sehingga
14. bagian yang terangsang
mengalami fleksi dan
menarik diri dari
rangsangan
15. tersebut. Bila diberikan
rangsangan yang kuat
pada ekstremitas, respon
yang
16. timbul bukan hanya
berupa fleksi dan menarik
diri pada ekstremitas
tersebut,
17. melainkan juga ekstensi
pada ekstremitas
kontralateral. Respon
ekstensor silang
18. ini merupakan refleks
menarik diri
19. Refleks Polisinaptik
(refleks menarik diri)
20. Refleks menarik diri
merupakan jawaban
terhadap rangsangan
noxius dan
21. biasanya rangsangan
nyeri di kulit atau jaringan
subkutan serta otot. Respon
yang
22. timbul adalah kontraksi
otot flexor dan
penghambatan otot
ekstensor sehingga
23. bagian yang terangsang
mengalami fleksi dan
menarik diri dari
rangsangan
24. tersebut. Bila diberikan
rangsangan yang kuat
pada ekstremitas, respon
yang
25. timbul bukan hanya
berupa fleksi dan menarik
diri pada ekstremitas
tersebut,
26. melainkan juga ekstensi
pada ekstremitas
kontralateral. Respon
ekstensor silang
27. ini merupakan refleks
menarik diri
3. Gerak refleks polisnaptik adalah gerak refleks kompleks. Pada polisnaptik, neuron harus
melompat lebih dari satu kali. Sebab, dari neuron sensorik, pesan tidak langsung menuju ke
neuron motorik, tapi harus melalui interneuron terlebih dahulu.

Sebagai contoh, saat kaki kanan Anda tidak sengaja menginjak benda yang tajam, kaki
otomatis akan terangkat. Namun, kaki kiri pun otomatis akan diam untuk menjaga
keseimbangan tubuh.

Apabila keduanya terakgkat bisa mengakibatkan jatuh. Agar bisa mengendalikan gerak
refleks di kaki kiri dan kanan, dibutuhkan lebih dari satu sinaptik. Contoh gerakan refleks ini
disebut juga sebagai cross extensor reflex.

You might also like