Professional Documents
Culture Documents
1813211k001-Bab I-Iii
1813211k001-Bab I-Iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
para orangtua di Indonesia diantaranya anak sulit disuruh makan buah dan
sayur sehingga susah buang air besar. Menurut penelitian tahun 2020 satu
dari tiga anak mengalami indikasi awal konstipasi pada gangguan saluran
(Asnida, 2020).
setiap hari yang tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Sail 96,88%
konsumsi sayur dan buah sangat penting untuk gizi seimbang (Purba dkk,
2019).
mengalami kekurangan zat gizi seperti vitamin, mineral, dan serat (Farisa,
2012). Sayur dan buah merupakan makanan penting yang harus selalu
1
2
mengonsumsi sayur dan buah sangat penting untuk dikonsumsi sejak usia
Salah satu jenis sayuran potensial yang sudah lama dikenal dan
sering kita jumpai di pasar swalayan dan pasar tradisonal adalah labu
yang relatif murah labu kuning juga memiliki nilai gizi yang cukup tinggi
150.000 ton, Sumatera 6.100 ton dan Bali 1.200 ton (Badan Pusat Statistik
(BPS), 2012). Tingkat produksi labu kuning di Riau pada tahun 2011
sampai 2015 berturut-turut sebagai berikut: 333 ton, 251 ton, 515 ton, 522
ton, adapun pada tahun 2015 turun menjadi 53 ton (BPS Riau, 2015).
tingkat konsumsi labu kuning yang masih rendah, yaitu kurang dari 5 kg
3
per kapita per tahun (Ifgar, 2012). Padahal labu kuning memiliki manfaat
2013). Faktanya labu kuning juga dapat dijadikan pangan alternatif, untuk
Selain karbohidrat dan serat, zat gizi pada labu kuning yaitu air.
Kandungan air yang tinggi menyebabkan labu kuning mudah rusak selama
produk yang dapat disimpan lebih praktis dan tahan lama seperti tepung.
simpan dan memberikan nilai tambah terhadap labu kuning. Tepung labu
labu kuning dapat diklaim sebagai bahan pangan tinggi serat pangan
pangan. Batasan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
(2016) untuk produk padat tinggi serat adalah apabila dalam 100 g produk
beberapa olahan pangan seperti mie basah, puff pastry, roti tawar,
pancake, flakes, kue bolu khas melayu (Lestario dkk, 2013, Carolina,
2014, Lydia dkk, 2015, Isnaini, 2016, Anindya, 2016, Syahreni dkk 2018).
demikian produk yang dihasilkan akan berkualitas baik. Selain itu, dengan
cokelat batang yang dilelehkan, cokelat bubuk dan susu kental manis
dkk, 2016).
sebagai makanan selingan pasien rawat inap anak belum pernah diketahui.
untuk membuat produk baru yaitu substitusi tepung labu kuning pada
anak. Berdasarkan survei awal dari 10 pasien anak-anak yang dirawat 80%
yang disajikan untuk pasien rawat inap termasuk makanan selingan yang
kota Dumai.
B. Perumusan Masalah
lemak, dan serat pangan) dari tepung labu kuning dan brownies kukus
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
tepung labu kuning (Cucurbita moschata Duch) tinggi serat pangan pada
RSUD Dumai.
2. Tujuan Khusus
brownies kukus.
protein, lemak dan serat pangan) pada tepung labu kuning dan
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
2. Aspek Praktis
kepada pihak RSUD kota Dumai terutama instalasi gizi bahwa tepung
A. Tinjauan Teoritis
1. Labu Kuning
a. Klasifikasi Tanaman
b. Morfologi Tanaman
8
9
nilai ekonomis bagi masyarakat dan cukup luar biasa karena bisa
(Prabantini, 2013).
juga mengandung serat makanan dan zat besi. Kandungan zat besi
paling banyak terdapat pada biji. Nutrisi lain pada labu kuning
(Prabantini, 2013).
warna dan rasa yang spesifik, sehingga lebih disukai oleh konsumen
Syarat mutu dari tepung labu kuning dapat dilihat pada Tabel
2.2 yaitu:
11
pemilihan buah yang dipanen kira-kira 5-10 hari lebih awal dari
patinya rendah.
lama karena memiliki kadar air yang rendah. Kualitas tepung labu
mengandung 6.4% kadar air, 7.4% kadar abu, 8.15% kadar protein,
2.19% kadar lemak, 21.74% kadar serat pangan, dan 75.86% kadar
tepung labu kuning per 100 gram yaitu dapat dilihat pada Tabel
2.3:
3. Brownies kukus
brownies oven. Teksturnya lebih padat dari pada cake karena brownies
kota Dumai dalam satu resep yaitu energi 5042 kkal, protein 101 gram,
lemak 278 gram, karbohidrat 533 gram dan serat 21.8 gram.
7.2 gram, lemak 19.9 gram, karbohidrat 38 gram dan serat 1.5 gram.
1) Tepung terigu
seperti kue, mie dan roti. Secara umum berdasarkan kadar gluten
2) Cokelat Bubuk
yang kuat, tidak tengik, tidak bulukan, dan tidak berjamur. Ada
3) Telur
roti dan kue. Lecitin dalam kuning telur mempunyai daya emulsi
4) Gula pasir
5) Cokelat batangan
mengandung susu. Cokelat jenis ini baik digunakan untuk kue dan
6) Minyak sayur
tahan lama, menambah nilai gizi, memberi aroma pada cake, dan
4. Uji Organoleptik
a. Pengertian
2012).
warna, aroma, tekstur dan rasa dari suatu produk pangan. Evaluasi
suka, sangat suka, suka, agak suka, biasa saja, agak tidak suka,
tidak suka, sangat tidak suka, amat sangat tidak suka. Skala ini
17
yang dikehendaki.
ANOVA dan jika ada perbedaan dilakukan uji lanjut seperti uji
Duncan.
tentang baik atau buruk terhadap suatu produk. Kesan baik atau
5. Skala Likert
atau yang dialaminya. Untuk uji hedonik dan mutu hedonik umumnya
1 2 3 4 5
STS TS AS S SS
Keterangan:
Suka (S) =4
6. Analisis Proksimat
makro suatu bahan makanan yang terdiri dari kadar air, kadar abu,
atau oksidasi komponen organik dari bahan pangan. Kadar abu dari
yaitu sumber hewani seperti susu, daging sapi, ikan, sumber nabati
dilakukan dengan cara direfluks pada suhu yang sesuai dengan titik
tanaman yang dapat dimakan. Serat merupakan zat non gizi esensial
dalam pencernaan, yang dapat dibedakan menjadi serat larut dan tidak
larut dalam air. Keduanya tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan,
22
dkk, 2017).
dkk, 2017).
8. Penelitian Terkait
ini adalah:
Kandungan gizi kue bolu substitusi terpilih per 100 gram yaitu
energi 769.41 kkal, air 83.66 gram, abu 2.5 gram, protein 20.31
Durch) sebagai Bahan Fortifikasi Roti Tawar”. Data kadar air, abu,
beta karoten dan serat roti tawar dianalisa secara statistik dengan
yaitu: 0%, 2.5%, 5%, 7.5%, 10%, dan 12.5% sedang sebagai
meningkatkan kadar air, abu, beta karoten dan serat roti tawar yang
33.52%, abu 0.92% dan 1.04%, beta karoten 5.27 mg/100 g dan
kuning dengan tujuh level, yaitu 0%,5%, 10%, 15%, 20%, 25%
dan 30% dengan empat kali ulangan. Parameter yang diuji adalah
dengan tepung labu kuning dengan persentase 0%, 10%, 20% dan
B. Kerangka Teori
teori yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel
Labu Kuning
Brownies Kukus
Analisis Proksimat (kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat) dan Serat
Pangan Produk Terpilih Brownies Kukus dan Tepung Labu Kuning
Skema 2.1 Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep
konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan
sebagai berikut :
D. Hipotesis
(Luthfy, 2019).
0%, 10%, 20% dan 30% terhadap warna, aroma, tekstur dan rasa
brownies kukus.
dan 30%.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Rancangan Penelitian
proksimat (kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat) serta serat
2. Alur Penelitian
akhir. Alur penelitian dapat dilihat pada Skema 3.1 sebagai berikut:
28
29
Pembuatan brownies kukus Substitusi tepung labu kuning 0%, 10%, 20% dan
30%
Uji organoleptik
Produk terpilih
Hasil
3. Prosedur Penelitian
a. Penelitian Pendahuluan
kuning.
30
b. Penelitian Utama
adalah 1.66 g.
yaitu uji hedonik dan uji mutu hedonik. Uji hedonik yaitu uji yang
pangan.
Dumai untuk membuat tepung labu kuning dan brownies kukus substitusi
2020.
C. Sampel
1. Alat
ayakan 80 mesh.
b. Brownies kukus
c. Analisis Proksimat
2. Bahan
kuning yaitu daging buah labu kuning yang telah dipisahkan dari
b. Brownies kukus
tepung labu kuning, tepung terigu, cokelat bubuk, telur, gula pasir,
(2020)
c. Analisis Proksimat
aseton.
3. Prosedur Kerja
Daging buah labu kuning yang telah dipisah dengan bagian kulit, jaring-
jaring dan bijinya
Digiling halus daging buah labu kuning yang telah menjadi chips dengan
blender
Brownies kukus
c. Analisis Proksimat
37
oven. Prosedur analisis kadar air dapat dilihat pada Skema 3.4
Hasil
𝐵1−𝐵2
% Kadar air = x 100%
𝐵1
Keterangan :
B1 : Berat awal bahan (g)
B2 : Berat kering bahan (g)
modifikasi, 2010) :
Digunakan sampel kering hasil penentuan kadar air yang telah diketahui
berat cawan dan sampelnya
Hasil
2013) :
Dimasukkan ± 0.2 g sampel ke dalam labu kjeldahl + CuSO4 1 sendok
spatula kecil dan 5 ml asam sulfat pekat
Dititrasi hasil destilat dengan larutan baku HCl 0.130 N hingga berubah
menjadi larutan ungu
Hasil
Hasil
rumus:
Kadar Karbohidrat = 100% - (% kadar air + % kadar abu + % kadar
protein + % kadar lemak)
Diletakkan dalam waterbath shaker pada suhu 99˚C selama 15 menit, lalu
goyangkan perlahan setiap 5 menit
Hasil
Skema 3.8 Prosedur Analisis Serat Pangan (Asp, 2001)
hasil yang menyimpang jauh maka proses pengumpulan data diulangi lagi
1 kali pengulangan.
terhadap brownies kukus dari segi warna, aroma, tekstur, dan rasa
Sedangkan uji mutu hedonik dengan skala angka yaitu: 1 (tidak baik), 2
Uji organoleptik yang dilakukan berupa uji hedonik dan uji mutu
F. Defenisi Operasional
G. Analisa Data
sangat berbeda nyata dilakukan uji lanjut dengan Uji Duncan, Uji Kruskal