You are on page 1of 27

TUGAS HEALTH CARE SYSTEM

PROJECT 1

Oleh:

Kelompok 2

1. Umi Lestari 012221052


2. Ambar Susilowati 012221061
3. Yosa Ulvia 012221071
4. Fatimah Tri Astuti 012221065
5. Reni Novisanti 012221055
6. Widi Astuti 012221056

Program Studi Keperawatan


Universitas Binawan
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...............................................................................................................2

A. LATAR BELAKANG
a) RUMUSAN
MASALAH..........................................................................................3
b) TUJUAN..............................................................................................3
c) DEFINISI............................................................................................3
1. Pelayanan Kesehatan di Indonesia...........................................4
2. Sub Sistem Kesehatan Nasional………………………………...4
a) Subsistim upaya kesehatan.........................................................5
b) Subsistim pembiayaan kesehatan...............................................5
c) Subsistim sumber daya manusia kesehatan................................6
d) Subsistim obat dan perbekalan kesehatan..................................7
e) Subsistim pemberdayaan masyarakat.........................................7
f) Subsistim manajemen kesehatan................................................7
B) KONDISI NYATA DI RS DALAM SUBSISTIM
KESEHATAN......................................................................................................15
C) ANALISA KASUS MALPRAKTEK
PERAWAT...........................................................................................................17
1. Analisa kasus...................…………………………………….18
2. Penyebab dan resiko terjadi nya malpraktek…………....…....20
3. Solusi agar tidak terjadi malpraktek.........................................21
4. Kesimpulan.........................……………………...…...............22

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….…26
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan bagian penting dari kesejahteraan masyarakat. Kesehatan
juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping sandang, pangan
dan papan. Berkembangnya pelayanan kesehatan dewasa ini, memahami etika
kesehatan merupakan bagian penting dari kesejahteraan masyarakat. Kesehatan
juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping sandang, pangan,
dan papan. Berkembangnya pelayanan kesehatan dewasa ini, memahami etika
kesehatan merupakan tuntunan yang dipandang semakin perlu, karena etika
kesehatan membahas tentang tata susila dokter dalam menjalankan profesi,
khususnya yang berkaitan dengan pasien.
Masalah kesehatan di masyarakat berubah-ubah seiring dengan keadaan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, perubahan lingkungan, dan lain-lain.
Sebelumnya Indonesia didominasi masalah kesehatan dengan penyakit menuar
(infeksi), Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), dan
kurang gizi, tapi saat ini dengan meningkatnya pelayanan kesehatan, teknologi
canggih, dan meningkatnya pengetahuan manusia usia harapan hidup manusia
semakin meningkat. Indonesia saat ini diperhadapkan dengan masalah kesehatan
seperti penyakit tidak menular (kronik/degeneratif), angka kematian ibu dan
angka kematian bayi, kurang gizi, kelebihan gizi, dan psikologi/ kesehatan jiwa.
Kinerja sistem kesehatan telah menunjukkan peningkatan, antara lain
ditunjukkan dengan peningkatan status kesehatan, yaitu: penurunan Angka
Kematian Bayi (AKB) dari 46 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997
menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI 2007). Angka
Kematian Ibu (AKI) juga mengalami penurunan dari 318 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 1997 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007
(SDKI, 2007). Sejalan dengan penurunan angka kematian bayi, Umur Harapan
Hidup (UHH) meningkat dari 68,6 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun
pada tahun 2007.
Demikian pula telah terjadi penurunan prevalensi kekurangan gizi pada balita dari
29,5% pada akhir tahun 1997 menjadi sebesar 18,4% pada tahun 2007
(Riskesdas, 2007). Namun penurunan indikator kesehatan masyarakat tersebut
masih belum seperti yang diharapkan. Upaya percepatan pencapaian indikator
kesehatan dalam lingkungan strategis baru, harus terus diupayakan dengan
perbaikan Sistem Kesehatan Nasional.
Seiring dengan berjalannya waktu maka dibutuhkan pelayanan kesehatan yang
bermutu sehingga menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan
keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas
dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga
memandang klien secara komprehensif untul pencapaian SKN yang optimal.

B.     RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Kesehatan Nasional?


2. Apa saja teori mengenai sub sistim kesehatan nasional?
3. Apa saja subsistim kesehatan nasional ?
4. Bagaimana kondisi nyata dipelayanan kesehatan dirumah sakit dan puskesmas?
5. Bagaimana kasus malpraktek dipelayanan kesehatan?
6. Bagaiamana analisa kelompok tentang malpraktek dipelayanan kesehatan?
7. Apa saja peran perawat dalam subsistem kesehatan nasional ?
8. Bagaimana Analisa artikel yang berhubungan dengan malpraktek pada rumah sakit
?

C.    TUJUAN

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah sistim kesehatan nasional


2. Untuk mengetahui pengertian sistim kesehatan nasional
3. Untuk mengetahui apa saja subsistim kesehatan nasional
4. Untuk mengetahui kondisi nyata dipelayanan rumah sakit dan puskesmas
5. Untuk mengetahui bagaiamana kasus malpraktek dipelayanan kesehtan
6. Untuk mengetahui peran perawat dalam subsistim kesehatan nasional
7. Untuk mengetahui penyebab dan risiko terjadi nya malpraktek dalam rumah sakit
SISTEM KESEHATAN
NASIONAL

A. Definisi SKN
Sistem kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side)
dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap
wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam
bentuk manusia maupun dalam bentuk material. Sistem kesehatan tidak terbatas pada
seperangkat institusi yang mengatur, membiayai, atau memberikan pelayanan, namun
juga termasuk kelompok aneka organisasi yang memberikan input pada pelayanan
kesehatan, utamanya sumber daya manusia, sumber daya fisik (fasilitas dan alat),
serta pengetahuan/teknologi (WHO SEARO, 2000).
Sistem kesehatan paling tidak mempunyai 4 fungsi pokok yaitu: Pelayanan kesehatan,
pembiayaan kesehatan, penyediaan sumberdaya dan stewardship atau regulator.
Fungsi-fungsi tersebut akan direpresentasikan dalam bentuk sub-subsistem dalam
sistem kesehatan, dikembangkan sesuai kebutuhan. Secara terpadu dan saling
mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi
tingginya. Pengelolaan kesehatan adalah proses atau cara mencapai tujuan
pembangunan kesehatan melalui pengelolaan upaya kesehatan; penelitian dan
pengembangan kesehatan; pembiayaan kesehatan; sumber daya manusia kesehatan;
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan; manajemen informasi dan regulasi
kesehatan; serta pemberdayaan masyarakat.

B. Pelayanan Kesehatan di Indonesia


Pelayanan kesehatan dapat diperoleh mulai dari tingkat puskesmas, rumah sakit,
dokter praktek swasta dan lain-lain. Masyarakat dewasa ini sudah makin kritis
menyoroti pelayanan kesehatan dan profesional tenaga kesehatan. Masyarakat
menuntut pelayanan kesehatan yang baik dari pihak rumah sakit, disisi lain
pemerintah belum dapat memberikan pelayanan sebagaimana yang diharapkan
karena adanya keterbatasan-keterbatasan, kecuali rumah sakit swasta yang
berorientasi bisnis, dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan baik. Untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan dibutuhkan tenaga kesehatan yang trampil dan
fasilitas rumah sakit yang baik, tetapi tidak semua rumah sakit dapat memenuhi
kriteria tersebut sehingga meningkatnya kerumitan system pelayanan kesehatan
dewasa ini.
Salah satu penilaian dari pelayanan kesehatan dapat kita lihat dari pencatatan rekam
medis atau rekam kesehatan. Dari pencatatan rekam medis dapat mengambarkan
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien, juga meyumbangkan hal
penting dibidang hukum kesehatan, pendidikan, penelitian dan akriditasi rumah sakit.
Yang harus dicatat dalam rekam medis mencakup hal-hal seperti di bawah ini;
a. Identitas Penderita dan formulir persetujuan atau perizinan.
b. Riwayat Penyakit
c. Laporan pemeriksaan Fisik.
d. Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan dokter yang
berwenang.
e. Catatan Pengamatan atau observasi.
f. Laporan tindakan dan penemuan.
g. Ringkasan riwayat waktu pulang.
h. Kejadian-kejadian yang menyimpang.
Rekam medis mengandung dua macam informasi yaitu informasi yang mengandung
nilai kerahasiaan, yakni merupakan catatan mengenai hasil pemeriksaan, diagnosis,
pengobatan, pengamatan mengenai penderita, mengenai hal tersebut ada kewajiban
simpan rahasia kedokteran dan informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan
suatu hal yang harus diingat bahwa berkas catatan medik asli tetap harus disimpan di
rumah sakit dan tidak boleh diserahkan pada pasien, pengacara atau siapapun. Berkas
catatan medik tersebut merupakan bukti penting bagi rumah sakit apabila kelak timbul
suatu perkara, karena memuat catatan penting tentang apa yang telah dikerjakan
dirumah sakit. Catatan medik harus disimpan selama jangka waktu tertentu untuk
dokumentasi pasien. Untuk suatu rumah sakit rekam medis adalah penting dalam
mengadakan evaluasi pelayanan kesehatan, peningkatan efisiensi kerja melalui
penurunan mortalitas, morbiditas dan perawatan penderita yang lebih sempurna.
Pengisian rekam medis serta penyelesaiannya adalah tanggung jawab penuh dokter
yang merawat pasien tersebut, catatan itu harus ditulis dengan cermat, singkat dan
jelas. Dalam menciptakan rekam medis yang baik diperlukan adanya kerja sama dan
usaha-usaha yang bersifat koordinatif antara berbagai pihak yang samasama melayani
perawatan dan pengobatan terhadap penderita.
C. Sub Sistem Kesehatan Nasional
Sistem meliputi input, proses, dan output. Subsistem yang menjadi input adalah SDM
kesehatan, pembiayaan kesehatan, sediaan Fasilitas Sarana, dan Alat Kesehatan
(Faralkes), dan makanan. Subsistem yang menjadi proses adalah penelitian &
pengembangan, upaya kesehatan, pemberdayaan masyarakat, manajemen, informasi,
dan regulasi kesehatan. Terakhir sub sistem yang menjadi output adalah pembanguan
kesehatan.
1) Sub Sistem Upaya Kesehatan
Adalah bentuk dan cara penyelenggaraan upaya kesehatan yang paripurna,
terpadu, dan berkualitas, meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif), yang
diselenggarakan guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Dengan tujuan adalah terselenggaranya upaya
kesehatan yang adil, merata, terjangkau, dan bermutu untuk menjamin
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan mayarakat
setinggi-tingginya. Ruang lingkup, terdiri dari kesehatan fisik, mental,
intelegen, dan sosial. Upaya Kesehatan meliputi Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) dan Upaya Kesehatan Pribadi (UKP). Memiliki tingkatan, yaitu:
primer, sekunder, tersier dengan penyelenggaraan sistem rujukan.

2) Sub Sistem Penelitian & Pengembangan Kesehatan

Adalah pengelolaan penelitian dan pengembangan, pemanfaatan dan


penapisan teknologi dan produk teknologi kesehatan yang diselenggarakan
dan dikoordinasikan guna memberikan data kesehatan yang berbasis bukti
untuk menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Dengan tujuan yaitu terselenggaranya kegiatan penelitian,
pengembangan, dan penapisan teknologi dan produk teknologi kesehatan,
yang ditujukan untuk menghasilkan informasi kesehatan, teknologi, produk
teknologi, dan teknologi, dan teknologi informasi (ti) kesehatan untuk
mendukung pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya.

3) Sub Sistem Pembiayaan Kesehatan

Adalah pengelolaan berbagai upaya penggalian, pengalokasian, dan


pembelanjaan dana Kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Dengan tujuan agar tersedianya dana kesehatan dalam
jumlah yang mencukupi. teralokasi secara adil, merata, dan termanfaatkan
secara berhasil guna dan berdaya guna, tersalurkan sesuai peruntukkannya
untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

4) Sub Sistem Sediaan Farmasi, Alkes, dan Makanan

Adalah pengelolaan berbagai upaya yang menjamin keamanan, khasiat/


manfaat, mutu, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan. Adapun
tujuannya adalah tersedianya sediaan farmasi, alat kesehatan, makanan yang
terjamin aman, berkhasiat/bermanfaat, dan bermutu dan khusus untuk obat
dijamin ketersediaan (jenis & jumlah) dan keterjangkauannya guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

5) Sub Sistem Manajemen, Informasi & Regulasi Kesehatan

Adalah pengelolaan yang menghimpun berbagai upaya kebijakan kesehatan,


administrasi kesehatan pengaturan hukum kesehatan, pengelolaan data dan
informasi kesehatan yang mendukung subsistem lainnya dari skn guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Tujuannya yaitu terwujudnya kebijakan kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan, berbasis bukti dan operasional, terselenggaranya fungsi-fungsi
administrasi kesehatan, yang berhasil guna berdaya guna dan akuntabel serta
didukung oleh hukum kesehatan dan sistem informasi kesehatan untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

6) Sub Sistem Pemberdayaan Masyarakat

Adalah pengelolaan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan, baik


perorangan, kelompok, maupun masyarakat terencana, terpadu, dan
berkesinambungan guna tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi- tingginya. Tujuan meningkatnya kemampuan masyarakat untuk
berperilaku hidup sehat, mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri,
berperan aktif dalam setiap pembangunan kesehatan, serta dapat menjadi
penggerak dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan.
BAB II

Kondisi Nyata Di Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Dan Puskesmas

A. Subsistim Upaya Kesehatan


Sekurang-kurangnya ada enam jenis pelayanan tingkat dasar yg harus dilaksanakan
oleh Puskesmas, yakni promosi kesehatan; kesehatan ibu dan anak, dan keluarga
berencana; perbaikan gizi; kesehatan lingkungan; pemberantasan penyakit menular;
dan pengobatan dasar  Peran aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan
UKM strata pertama diwujudkan melalui berbagai upaya yg dimulai dari diri sendiri,
keluarga sampai dengan upaya kesehatan bersama yg bersumber masyarakat
(UKBM). Saat ini telah berhasil dikembangkan berbagai bentuk UKBM, seperti
Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Pos Upaya Kesehatan Kerja, Dokter Kecil dalam
Usaha Kesehatan Sekolah. Sasaran promosi kesehatan di rumah sakit bukan hanya
orang sakit atau pasien dan keluarga pasien saja, tetapi juga rumah sakit.
Oleh sebab itu, promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai bermacam-macam
tujuan sesuai dengan sasaran yaitu tujuan bagi pasien, keluarga pasien,dan tujuan bagi
rumah sakit. Bagi Pasien, mengembangkan perilaku kehatan (healthy behavior),
mengembangkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan (healthy seeking behavior).
Bagi Keluarga, membantu mempercepat proses penyembuhan pasien, keliarga tidak
terserang atau tertular penyakit, membantu agar tidak menularkan penyakit ke orang
lain. Bagi Rumah sakit, meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, meningkatkan
citra rumah sakit, meningkatkan angka hunian rumah sakit Board Occupancy Rate
(BOR).
a) Sasaran Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit
Sasaran promosi kesehatan rumah sakit adalah masyarakat rumah sakit, yang
dikelompokkan menjadi kelompok orang yang sakit (pasien), kelompok orang
yang sehat (keluarga pasien dan pengunjung rumah sakit), dan petugas rumah
sakit.
b) Tempat Dan Kesempatan Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit
Tempat-tempat atau bagian-bagian pelayanan rumah sakit yang potensial
dilakukan promosi kesehatan yaitu: di ruang tunggu, kamar periksa, ruang
perawatan.
c) Materi promosi kesehatan di rumah sakit adalah mencakup pesan-pesan atau
informasi-informasi kesehatan yang disampaikan kepada pasien atau keluarga
pasien. Materi promosi kesehatan di rumah sakit dapat dikelompokan menjadi
3 yaitu:
 Pesan kesehatan yang terkait dengan pemeliharaan dan pengingkatan
kesehatan.
 Pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan pencegahan serangan
penyakit.
 Pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan proses penyembuhan dan
pemulihan.

B. SUBSISTEM PEMBIAYAAN
Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh masyarakat sendiri guna
membiayai upaya kesmas, misalnya dalam bentuk dana sehat, atau dilakukan secara
pasif, yakni menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran dari dana yg
sudah terkumpul di masyarakat, misalnya dana sosial keagamaan.
Pilihan sistem pembiayaan tergantung pada kebutuhan dan tujuan dari implementasi
pembayaran kesehatan tersebut. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia
memilih menggunakan sistem pembiayaan prospektif, alasannya :
a. Dapat mengendalikan biaya kesehatan
b. Mendorong pelayanan kesehatan tetap bermutu sesuai standar
c. Membatasi pelayanan kesehatan yang tidak diperlukan berlebihan atau under
use
d. Mempermudah administrasi klaim
e. Mendorong provider untuk melakukan cost containment.

Di rumah sakit, metode pembayaran prospektif dikenal dengan Casemix (case


based payment) dan sudah diterapkan sejak Tahun 2008 sebagai metode
pembayaran pada program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Sistem
casemix adalah pengelompokan diagnosis dan prosedur dengan mengacu pada ciri
klinis yang mirip/sama dan penggunaan sumber daya/biaya perawatan yang
mirip/sama, pengelompokan dilakukan dengan menggunakan software grouper.

C. SUBSISTEM SDM KESEHATAN


Penerapan manajemen SDM ini akan menjadi faktor yang akan mempengaruhi
efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan yang ditawarkan oleh rumah sakit. saran
yang bisa dilakukan untuk permasalahan ini adalah :
1. Pelatihan calon perawat dan pengembangan perawat yang telah ditetapkan
haruslah terus dijalankan sesuai dengan prosedur yang ada dan prosedurnya
harus dilaksanakan secara jelas dan berkelanjutan guna meningkatkan
kompetensi dan komitmen perawat untuk menjadi perawat yang berkualitas
dan kompeten.
2. Di dalam mengembangkan perawat, jangan hanya memilih perawat yang
berpotensi dan rajin saja, tetapi perawat yang malas juga harus didorong atau
bahkan diwajibkan untuk mengikuti program pengembangan dan pelatihan di
rumah sakit setiap beberapa bulan, sehingga setiap karyawan merasa di
support oleh rumah sakit, sehingga mereka merasa terpacu untuk tidak
bermalas-malasan, dan berlomba-lomba untuk dipromosikan dan juga progam
pengembangan bisa membuat pikiran mereka bisa lebih terbuka dalam
bekerja.
3. Adanya program pelatihan perawat dan pengembangan perawat diharapkan
pihak rumah sakit dapat melaksanakan pelatihan perawat dan pengembangan
karyawan dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan peraturan yang ada.
Hal ini bertujuan untuk memudahkan rumah sakit mencapai tujuannya dan
meningkatkan kualitas kerja sumber daya manusia didalam rumah sakit.

Tenaga Kesehatan yaitu mereka bekerja secara aktif dan profesional dibidang
kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak,
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya
kesehatan.
Upaya pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia :
 Kesehatan
 Perencanaan
 Pengadaan
 Pendayagunaan

Tenaga Kesehatan
a. Semua org yang bekerja aktif dan profesional di
bidang kes,
b. Baik yang memiliki pendidikan formal kes maupun
tidak,
c. untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kes.
Perencanaan tenaga Kesehatan
a. Kebutuhan baik jenis, jumlah maupun kualifikasi
tenaga kes dirumuskan dan ditetapkan oleh pemerintah
pusat berdasarkan masukan dari Majlis Tenaga Kes yg
dibentuk di pusat dan propinsi
b. Majlis Tenaga Kes : badan otonom yg dibentuk oleh
MenKes di pusat serta oleh Gubernur di propinsi dg
susunan keanggotaan tdd wakil berbagai pihak terkait,
termasuk wakil konsumen dan tokoh masyarakat
c. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
d. Standar pendidikan vokasi, sarjana dan profesi tk.
Pertama ditetapkan oleh asosiasi institusi pendidikan
tenaga kes ybs. dan diselenggarakan oleh institusi
pendidikan tenaga kes yg telah diakreditasi oleh
asosiasi ybs.
e. Standar pendidikan profesi tk.

D. Subsistim Obat Dan Perbekalan Kesehatan

UNSUR-UNSUR UTAMA :

a) Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan


b) Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
c) Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan Ketiga unsur
di atas saling bersinergi dan ditunjang dengan teknologi,
tenaga pengelola serta penatalaksanaan

PRINSIP OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

a) Merupakan kebutuhan dasar manusia yg berfungsi


sosial
b) Sebagai barang publik harus dijamin ketersediaan dan
keterjangkauannya
c) Tidak dipromosikan secara berlebihan dan
menyesatkan
d) Penyediaan diselenggarakan melalui optimalisasi
industri nasional
e) Pengadaan dan pelayanan obat di RS disesuaikan dg
standar formularium obat rumah sakit, sedangkan di
sarana kesehatan lain mengacu kepada
Ada 4 sistem distribusi perbekalan farmasi yaitu :
a. Sistem persediaan lengkap di ruang rawat
seluruh  persediaan  obat kebutuhan  pasien  disi
mpan  di ruang rawat,  danpengelolaannya men
jadi tanggung jawab perawat.
b. Kebutuhan obat
pasien langsung  dilayani  oleh perawat di ruan
g rawat, sehingga  farmasistidak  terlibat  sama
sekali  dalam  proses  pengkajian  resep  sebelu
m  obat disiapkan.
c. Sistem resep individual (pesanan obat secara i
ndividual)
d. Sistem  ini  memberikan  pelayanan  kepada  pa
sien  secara individual  dan
cara  ini  memudahkan penarikan
pembayaran atas  obat  yang  diberikan
kepada pasien.
Penyimpanan obat
a) Penyimpanan ini adalah untuk menghindari
penggunaan obat yang tidak bertanggung
jawab untuk menjaga kelangsungan dalam
penyediaan, menghindari dari kerusakan
baik fisik, kimia, aman (tidak hilang).
b) mempermudah pengaturan (administrasi),
maka tujuan penyimpanan obat agar bahan-
bahan tersebut:
 Tidak rusak (fisik, kimia)
 Aman (tidak hilang)
 Mempermudah pengaturan
(administrasi

E. SUBSISTEM MANAJEMEN & INFORMASI KESEHATAN

Di rumah sakit dalam pengaplikasian SIMRS. Kelima jenis SIMRS


terebut diantaranya :

1. Data dasar rumah sakit


Meliputi data dasar, indikator pelayanan, serta fasilitas tempat
tidur rawat inap pada sebuah rumah sakit. Contoh SIRS ini
berupa nama, alamat, serta jumlah ruang rawat inap sebuah
rumah sakit.
2. Ketenagakerjaan
Contohnya berupa detail karyawan yang bekerja pada rumah
sakit.
3. Pelayanan
Meliputi 15 jenis pelayanan diantaranya rawat inap, rawat
darurat, gigi dan mulut, kebidanan, perinatologi, pembedahan,
radiologi, laboratorium, rehabilitasi medik, pelayanan khusus,
kesehatan jiwa, farmasi rumah sakit, rujukan, serta cara bayar.
4. Morbiditas dan mortalitas
Berupa data tentang penderita dan korban meninggal akibat
penyakit rawat inap maupun rawat jalan.
5. Data pengunjung
Meliputi pengunjung rumah sakit, kunjungan rawat jalan, data
besar penyakit rawat jalan, serta data besar penyakit rawat
inap.
Contoh sistim informasi kesehatan sistim rekam medis pasien
berbasis komputer yang berhubungan dengan IT :

Diselenggarakan dg mengupayakan kejelasan pembagian


kewenangan, tugas dan tanggung jawab antar unit kes dlm
satu jenjang yg sama dan di berbagai jenjang adm
pemerintahan

Informasi kesehatan
Mencakup seluruh data yg terkait dg kes, baik yg berasal dari
sektor kes ataupun dari berbagai sektor pembangunan lain
1. Mendukung proses pengambilan keputusan di
berbagai jenjang adm kes
2. Disediakan sesuai dg kebutuhan informasi utk
pengambilan keputusan
3. Informasi kes yg disediakan harus akurat dan
disajikan secara cepat dan tepat waktu, dg
mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi
4. Pengelolaan informasi kes harus dpt memadukan
pengumpulan data mll cara-cara rutin (pencatatan dan
pelaporan) dan cara-ara non rutin ( survai, dll)

F. SUBSISTIM PEMBERDAYAAN
CONTOH PEMBERDAYAAN KELOMPOK
 YLKI -> Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
 LBH Kes -> Lembaga Bantuan Hukum
 Organisasi Mahasiswa (Senat, BEM)-> Bakti Sosial,
Pengobatan Massal, PMTAS.
BENTUK POKOK (PEMBERDAYAAN MASYARAKAT)

 Dilakukan atas prakarsa perorangan atau kelompok yg ada


di masyarakat termasuk swasta.
 Ditujukan kepada seluruh masyarakat didalam suatu
wilayah.
 Pembentukan wadah perwakilan masyarakat peduli kes.

CONTOH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

 Badan Penyantun Puskesmas di kecamatan -> membantu


pengawasan.
 Konsil Kes Kab/Kota -> Dewan Kesehatan Kota); melibatkan masy
dalam pemb kes.
 Koalisi Peduli Kes di prov/nas -> Koalisi Indonesia Sehat di Jakarta.

1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)


Posyandu merupakan pelayanan kesehatan masyarakat yang
memiliki lima prioritas, yaitu KB, KIA, imunisasi, dan
penanganan diare. Kegiatan posyandu diatur dan
dilaksanakan dengan pembagian lima meja yang meliputi,
meja pendaftaran, penimbangan, pengisian kartu menuju
sehat, penyuluhan kesehatan yang mencakup pemberian
oralit, vitamin A, dan tablet besi, dan meja lima yang
mencakup imunisasi, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan,
dan pelayanan keluarga berencana.
2. Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Polindes merupakan suatu usaha masyarakat untuk
menyediakan tempat bersalin untuk masyarakat setempat. Di
tempat ini juga dapat dilakukan pelayanan dan kesehatan ibu
dan kesehatan anak. Pelayanan kesehatan yang disediakan
mencakup pemeriksaan ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui,
bayi, dan balita. Di samping itu, Polindes juga memberikan
imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat terutama ibu
dan anak. Polindes dilakukan dengan kerja sama antara bidan
di daerah setempat dengan dukun beranak.
3. Pos Obat Desa (POD)
POD memiliki sistem yang mirip dengan posyandu. Hanya
saja, POD hanya menyediakan pengobatan sederhana untuk
penyakit yang sering muncul di tengah masyarakat seperti
sakit kepala, sakit perut, masuk angin, dan lain-lain.

BAB III

Perbuatan Perawat yang Melakukan Kesalahan dalam Tindakan Medis

Abstrak

Rumah sakit merupakan organ yang didalamnya terdapat Tenaga Kesehatan yang turut
membantu dalam pelaksanaan pemberian fasilitas pengobatan terhadap pasien. Dalam
Hukum Kesehatan juga menjelaskan bahwa terdapat Tenaga Kesehatan merupakan setiap
orang yang tergabung sebagai para medis, yang bersedia untuk mengabdikan dirinya khusus
untuk menangani kesehatan. Orang tersebut tidak hanya bersedia untuk mengabdikan dirinya
saja melainkan mereka juga harus memiliki pengetahuan yang mumpuni beserta keterampilan
yang fokusnya dalam bidang kesehatan. Para medis yang dimaksudkan diatas adalah Dokter,
Perawat serta para medis lainnya. Dokter dalam melakukan pekerjaannya akan dibantu oleh
perawat sehingga perawat disini juga harus memiliki keahlian dan kewenangan. Perawat
memperoleh kewenangan ini berdasarkan pelimpahan wewenang dari dokter, jika tidak
menerima pelimpahan wewenang maka perawat tidak dapat melakukan tindakan apapun atas
pasien. Saat ini banyak ditemukan perawat belum mendapatkan instruksi/pelimpahan
wewenang dari dokter tetapi mereka sudah melakukan tindakan medis, sehingga atas
tindakan tersebut terkadang menyebabkan keadaan dari pasien mengalami penurunan. Atas
tindakan perawat ini maka tidak dibenarkan, sehingga diperlukan suatu aturan untuk
mengatur tindakan perawat.

Kata Kunci: Kelalaian Perawat; Perawat; Tindakan Medis,

Abstract
In the hospital, there are Health Workers who assist in the delivery of treatment facilities for
patients. Law of Health also explains that there are Health Workers who are all people who
are members of the medical community, who are willing to devote themselves specifically to
handling health. These people are not only willing to devote themselves but also need to have
qualified knowledge and skills. Medical people include doctors, nurses and the other medics.
Doctors in doing their work will be assisted by nurses, so nurses must also have experience
and authority. The nurse obtains this authority based on the delegation from the doctor. If
the nurse does not receive the delegation, it means that the nurse cannot take any action on
the patient. In Indonesian sometimes found that the nurses have not received instructions /
delegation from doctors, but they have taken medical action, so that these actions sometimes
make a problem condition the patient. For this nurse's action it is not justified, so we need a
rule to regulate nurse's actions.

Keyword: Nurses Negligence; Nurses; Medical Measures

How To Cite: Amir, N., Purnama, D. (2021). Perbuatan Perawat yang Melakukan

Kesalahan dalam Tindakan Medis. KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasi

Dosen dan Mahasiswa. 15 (1). Pp 26 - 36. https://doi.org/10.22225/kw.14.2.1863.77-86

Kasus artikel

Ditemukan terdapat perawat yang tidak melakukan Standar Operasional Prosedur dengan

benar sehingga ditemukan adanya kejadian salah suntik obat oleh perawat. Kejadian salah

suntik ini bermula pada hari Jumat tanggal 19 Oktober 2018 dimana pada hari itu seorang

anak bernama Alfa Reza dibawa ke rumah sakit umum daerah tersebut karena adanya luka

akibat tertusuk kayu yang menimbulkan luka di paha kirinya hingga ke bagian bokong. Satu

jam kemudian, dokter yang bertugas saat itu memutuskan untuk melakukan operasi dan

setelah operasi pasien tersebut dipindahkan ke ruang perawatan yang khusus untuk anak.

Dokter kemudian memberikan perintah kepada Desri, Erwanty serta perawat lainnya yang

bertugas saat itu untuk memberikan obat kepada pasien sehingga pada malam harinya. Desri
membuka catatan rekam medis milik pasien tersebut untuk melihat obat apa yang harus

diberikan kepada Reza. Ketika dia melihat ketersediaan obat ternyata ditemukan hanya tersisa

satu obat saja dari beberapa obat yang akan disuntikkan sehingga dia mengifokan kepada

Erwanty terkait hal tersebut. Kemudian Erwanty memerintahkan kepada Desri untuk

meresepkan obat yang saat itu tidak tersedia kedalam Kartu Obat Pasien (KOP) agar dapat

digunakan pengambilan obat di depo obat. Selanjutnya Desri meminta kepada orang tua Reza

untuk melakukan pengambilan obat di depo obat yang telah diarahkan dan petugas di depo

tersebut juga sempat menanyakan keberadaan pasien kepada ayah dari pasien. Namun ayah

dari pasien tidak dapat menjawab karena tidak dapat berbicara sehingga akhirnya obat

diserahkan setelah melihat data dari pasien tersebut. Petugas dengan melihat dari data pasien

tersebut mengira bahwa pasien masih berada dalam ruang operasi sehingga memberikan obat

yang berbeda dari Resep obat. Setelah obat diterima oleh kedua perawat maka mereka

menyuntikan kepada Reza. Reza kemudian mendapatkan suntikan beberapa obat beberapa

menit. Lalu esoknya sekitar pukul 00.05 WIB, Desri memanggil Erwanty untuk mengabarkan

kondisi Reza yang mengalami penurunan. Erwanty mengecek keadaannya dan mendapati

bahwa nadi serta pernapasan melemah sehingga pada akhirnya Reza meninggal dunia.

Seorang perawat memberitahukan kepada kedua perawat tersebut bahwa mereka telah

melakukan tindakan salah menyuntikan obat ke badan Reza sehingga atas tindakannya ini

menyebabkan Reza meninggal dunia.

1) Analisa kasus :

Praktik keperawatan terkadang ditemui bahwa terjadinya kesalahan dalam tindakan

medis yang dilakukan oleh dokter dan perawat sehingga ini menimbulkan kekuatiran

kepada masyarakat untuk berobat. Karena adanya kesalahan ataupun kelalaian yang

terjadi didalam tiap-tiap tindakan dokter dan perawat maka ini menyebabkan

berkurangnya rasa kepercayaan masyarakat kepada mereka. Karena adanya kesalahan


ataupun kelalaian yang ditimbulkan oleh dokter dan perawat maka didalam

prakteknya ini merupakan hal yang berbahaya bagi keamanan seorang pasien.

Pelaksanaan tugas yang diberikan oleh dokter kepadanya maka perawat diwajibkan

berada di samping pasien untuk dapat memantau setiap perkembangan dari pasien.

Tetapi terkadang muncul permasalahan, apabila suatu ketika pasien dalam keadaan

darurat namun dokter belum memberikan instruksi apa-apa maka saat itulah

menyebabkan perawat melakukan tindakan medis yang bukan merupakan

kewenangan untuk menyelamatkan nyawa dari pasien tersebut. Tindakan yang

dilakukan oleh perawat tersebut tanpa adanya pendelegasian dari pihak dokter dan

perawat melakukan tindakan tersebut berdasarkan pengalaman yang dimilikinya. Atas

tindakan dari perawat tersebut dan ternyata mengakibatkan hilangnya nyawa dari

pasien maka tindakan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai malpraktek

medis/kelalaian medis.

2) Penyebab terjadinya :

 Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan (kelalaian);

 Perbuatan yang dilakukan oleh perawat tersebut murni karena kelalaian dimana

mereka lalai tidak memeriksa kembali atas obat yang diterimanya yang ternyata obat

yang diterimanya tidak sesuai dengan yang diresepkan.

3) Standar Operasional Prosedur

Perawat dalam Penyuntikan Pasien Hak yang dimiliki oleh setiap manusia adalah hak

untuk menjamin setiap manusia memperoleh pelayanan kesehatan. Untuk menjamin

terlaksananya hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan maka diperlukan peran

Negara untuk menjamin adanya penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan


pelayanan umum yang layak bagi masyarakatnya sesuai dengan yang tercantum

dalam Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Yang termasuk dalam

fasilitas pelayanan kesehatan adalah Rumah Sakit, Klinik, Puskemas, dan fasilitas

pelayanan lainnya. Rumah Sakit yang merupakan salah satu fasilitas kesehatan adalah

sebagai pendukung dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Rumah Sakit ini bisa

didirikan oleh pihak swasta maupun daerah dan tiap-tiap Rumah Sakit dalam

melakukan penyelenggaran kesehatan memiliki karakteristik yang berbeda-beda

antara Rumah Sakit yang satu dengan yang lain dan dapat ditemukan didalamnya

terdapat susunan organisasi yang cukup rumit. Terkait susunan organisasinya antara

Rumah sakit yang satu dengan yang lain dapat ditemukan kesamaan karena terkait

pengelolaan antara yang satu dan yang lain tidak akan berbeda jauh karena harus

memenuhi standar Rumah Sakit. Masing-masing Rumah Sakit memiliki kewajiban

untuk melakukan pelayanan bagi masyarakat khususnya masyarakat yang berada

disekitarnya. Beberapa kesalahan/kelalaian yang sering dilakukan perawat dalam

tindakan medik “Keliru atau salah dalam memberikan obat atau salah dosis, salah

membaca label, salah menangani pasien, dan yang lebih berat lagi adalah salah

memberikan transfusi darah sehingga mengakibatkan hal yang fatal. Mayoritas

kesalahan yang dilakukan perawat merupakan yang mempengaruhi pengambilan

keputusan.

4) Penerapan Sanksi

 Yang dapat Diberikan kepada Perawat atas Tindakan yang Tidak sesuai

dengan Standar Operasional Prosedur Perawat. Reza sebagai korban atas

kelalaian dari dua perawat tersebut maka atas kelalaian yang telah dilakukan

ini dapat diterapkan sanksi hukum dalam administrasi, pidana dan perdata.

Terkait tindakan dari dua perawat yang melakukan kesalahan dengan salah
menyuntikkan obat ini maka dapat dikenai sanksi administrasi sesuai dengan

ketentuan Pasal 58 Undang-Undang keperawatan, berupa : Teguran secara

lisan, Peringatan tertulis, Denda administratif; dan/atau pencabutan izin.

Terkait penerapan sanksi pencabutan izin maka dapat dilakukan pencabutan

izin-izin yang telah diterimanya. Dalam melakukan kewenangannya maka

seorang perawat memerlukan izin. Izin-izin yang diperoleh oleh Perawat

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/148/2010

mengkategorikan beberapa izin yang dimiliki oleh perawat,antara lain :

1) Surat Izin Kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti secara tertulis

yang diberikan kepada seluruh perawat di Indonesia dalam hal

melakukan praktik keperawatan

2) Surat Izin Perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti secara tertulis

dimana atas bukti tersebut memberikan wewenang kepada seluruh

perawat di seluruh Indonesia untuk menjalankan tugasnya sebagai

perawat

3) Surat Izin Praktik Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti

tertulis yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktik

keperawatan secara perorangan dan/atau berkelompokSTR (Surat

Tanda Registrasi) adalah bukti tertulis dari pemerintah kepadaenaga

kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan Terkait penerapan sanksi administrasi

ini maka atas dua perawat tersebut dapat dicabut izin-izin yang telah

disebutkan diatas dengan berpedoman pada Peraturan Internal yang

dimiliki oleh RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh dan Berdasarkan hasil
yang saya dapat, bahwa hal-hal yang mempengaruhi perawat sehingga

melakukan malpraktik adalah;

 Kurangnya tingkat pengetahuan perawat.

 Kurangnya mendapatkan pengalaman praktik pada saat

menjalani pendidikan keperawatan

 Kurangnya komunikasi antara perawat dengan dokter

Ada beberapa pedoman guna mencegah terjadinya malpraktik. Pedoman-

pedoman itu adalah sebagai berikut ;

1. Memberikan kasih sayang kepada pasien dan keluarganya dengan jujur dan penuh

rasa hormat.

2. Menggunakan pengetahuan keperawatan untuk menetapkan diagnosa keperawatan

yang tepat dan laksanakan intervensi keperawatan yang diperlukan.

3. Perawat mempunyai kewajiban untuk menyusun pengkajian dan melaksanakannya

dengan benar.

4. Utamakan kepentingan-kepentingan pasien. Jika tim kesehatan lainnya raguragu

terhadap tindakan yang akan dilakukan atau kurang merespon perubahan kondisi

pasien, diskusikan bersama dengan tim keperawatan guna memberikan masukkan

yang diperlukan bagi tim kesehatan lainnya.

5. Tanyakan saran/pesan yang diberikan oleh dokter jika perintah tidak jelas, mengenai

tindakan yang meragukan atau tidak tepat sehubungan dengan perubahan pada kondisi

kesehatan pasien.

6. Tingkatan pengetahuan perawat secara terus-menerus, sehingga pengetahuan dan

kemampuan perawat yang dimiliki senantiasa up to date


7. Mencatat rencana keperawatan dan respons pasien selama dalam asuhan keperawatan.

Nyatakan secara jelas dan lengkap. Catat sesegera mungkin fakta yang di observasi

secara jelas.

8. Lakukan konsultasi dengan anggota tim lainnya, biasakan bekerja berdasarkan

kebijakan organisasi atau rumah sakit dan prosedur tindakan yang berlaku.

9. Pelimpahan tugas secara bijaksana dan mengetahui lingkup tugas masingmasing.

Perawat disarankan tidak menerima atau meminta orang lain menerima tanggung

jawab yang tidak dapat ditanganinya.

10. Jangan melakukan tindakan yang belum dikuasai oleh perawat. Laksanakan asuhan

keperawatan berdasarkan model proses keperawatan. Hindari kekurang hati-hatian

dalam memberikan asuhan keperawatan.

Solusi agar tidak terjadi dalam penyuntikan obat :

Adapun prinsip-prinsip pemberian obat yang benar meliputi 6 hal, yaitu :

1. Benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute
dan benar pendokumentasian.
2. Peran perawat dalam pengobatan diantaranya melaksanakan pemberian
obat kepada pasien sesuai program terapi dengan menerapkan prinsip 6 benar
( klien, obat, dosis, cara, waktu dan dokumentasi, mengelola penempatan,
penyimpanan dan pemeliharaan dan administrasi obat.
3. Perawat disini seharus nya pemberian resep secara tertulis maupun lisan dari
dokter dan apabila dokter kewalahan mengerjakan tugasnya dalam kaitannya
melakukan tindakan medis maka dapat meminta bantuan perawat untuk
melakukan tindakan tersebut dimana artinya dokter telah memberikan pelimpahan
sebagian kewenangan yang dimilikinya sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
pemberian obat.
4. Perawat juga tidak bisa disalahkan karena perawat membantu dokter memberikan
pelayanan pengobatan dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan
seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat,
melakukan suntikan. Oleh karena itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi
tanggung jawab dokter karena setiap tindakan perawat berdasarkan perintah
dokter dan agar tidak terjadi kesalahan perawat harus menanyakan lagi ke dokter
ataupun tim perawat apakah resep obat yang diberikan sudah sesuai indikasi yang
diberikan.

KESIMPULAN

Berdasarkan kasus diatas maka dapat disimpulkan dengan bahwa Perawat dalam menjalankan

tugasnya harus sebelumnya memiliki izin terlebih dahulu sesuai dengan yang diatur didalam

Peraturan Menteri Kesehatan. Apabila perawat dalam melakukan pelayanan tidak memiliki

izin maka atas tindakan tersebut tidak dibenarkan oleh aturan dan dapat dikenakan sanksi.

Selanjutnya,perawat dalam menjalankan tugasnya harus sesuai dengan batasan

kewenangannya, dimana perawat hanya dapat menjalankan tugas sesuai arahan dari dokter.

Dari sini berarti ketika dokter memberikan arahan maka terjadi pelimpahan/pendelegasian

kewenangan dari dokter kepada perawat, disini perawat dianggap sebagai partner/rekan kerja

dari dokter. Perawat dalam menjalankan tugasnya harus secara professional dan menerapkan

kehati-hatian agar jangan sampai terjadi lagi seperti kasus perawat yang salah menyuntikkan

obat kepada pasiennya dikarenakan perawat tidak hati-hati dan tidak mengecek ulang apakah

obat yang diterimanya ini sudah sesuai dengan yang diresepkan apakah tidak. Atas tindakan

perawat ini mengakibatkan seorang anak meninggal dunia. Apabila ditemukan pelanggaran

maka tidak hanya dapat dikenai sanksi administrasi melainkan sanksi hukum perdata dan

hukum pidana. Terkait kasus diatas maka dua perawat yang telah melakukan tindakan salah
menyuntikan obat maka izin yang dimilikinya dapat dicabut. Terkait penerapan hukum

perdatanya maka ini termasuk dalam pebuatan melawan hukum sehingga berpedoman pada

ketentuan Pasal 1365 Kitab Undang.

DAFTAR PUSAKA

Affandi, H. (2019). Implementasi Hak atas Kesehatan Menurut Undang-Undang Dasar 1945:
antara Pengaturan dan Realisasi Tanggung Jawab Negar. Jurnal Hukum POSITUM, 4(1), 36–
56. Retrieved from https://journal.unsika.ac.id/ index.php/positum/article/
download/3006/1764#:~:text=Salah satu jenis HAM yang,berhak memperoleh pelayanan

kesehatan.”Amalia, I. S. (2013). Evaluasi Media Poster Hipertensi Pada Pengunjung


Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9 (1), 1–8.
Retrieved from https:// journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/download/2823/2879

Djojodihardjo, M. (1979). Perbuatan Melawan Hukum.Muninjaya, G. (2004). Manajemen


Kesehatan. Buku Kedokteran EGC. Poernomo, B. (1994). Asas-asas Hukum Pidana. Ghalia
Indonesia.

BPJS Kesehatan. (2018). Panduan Manual Verifikasi Klaim INA-CBG Panduan Manual
Verifikasi Klaim INA-CBG. Retrieved from
https://www.persi.or.id/images/elibrary/panduan_verifikasi_inacbg.pdf
Dumaris, H. (2015). Analisis Perbedaan Tarif Rumah Sakit dan Tarif INACBG’s Pelayanan
Rawat Jalan di RSUD Budhi Asih Jakarta Tahun 2015. Jurnal Administrasi Rumah

Sakit, 3(1), 20–28.Indawati, L. (2019). Analisis Akurasi Koding Pada Pengembalian Klaim
BPJS Rawat Inap Di RSUP Fatmawati Tahun 2016. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan
Indonesia, 7(2), 105–113. https://doi.org/10.33560/jmiki.v7i2.230

You might also like