Professional Documents
Culture Documents
Laporan Kasus Pita Bismillah Fix
Laporan Kasus Pita Bismillah Fix
Laporan Kasus
Bronkopneumonia, Morbili, dan Tonsilofaringitis
Diajukan oleh :
Puspita Aisyiyah
NIM. 2130912320124
Pembimbing :
Dr. dr. Edi Hartoyo, Sp.A(K)
1
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Bronkopneumonia 6
1. Definisi 6
2. Epidemiologi 6
3. Manifestasi Klinis 7
4. Etiologi 7
5. Klasifikasi 7
6. Faktor Resiko 8
7. Patofisiologi 8
8. Diagnosis 9
9. Tatalaksana 10
10. Komplikasi 10
11. Prognosis 11
B. Morbili atau Campak 11
1. Definisi 11
2. Epidemiologi 11
3. Gejala Klinis 13
4. Etiologi 13
5. Kriteria 13
6. Patofisiologi 14
7. Diagnosis 17
8. Tatalaksana 21
9. Komplikasi 24
10. Pencegahan 24
C. Tonsilofaringitis 26
1. Definisi 26
2. Epidemiologi 26
3. Gejala Klinis 27
4. Etiologi 28
5. Patofisiologi 28
6. Diagnosis 29
7. Tatalaksana 30
8. Komplikasi 33
BAB III LAPORAN KASUS 34
A. Anamnesis 34
B. Pemeriksaan Fisik 38
D. Pemeriksaan Penunjang 42
E. Resume 44
F. Diagnosis Banding 45
G. Diagnosis Kerja 45
H. Tatalaksana 45
H. Prognosis 45
I. Follow Up 46
BAB IV DISKUSI 48
BAB V PENUTUP 51
DAFTAR PUSTAKA 52
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah.
Penyakit ini sering menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia. Bila
penyakit ini tidak segera ditangani, maka akan menyebabkan beberapa komplikasi
meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terdiri pada
jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau
infeksi yang banyak menyerang bayi dan anak balita bahkan orang dewasa
sekalipun. Menurut laporan WHO, sekitar 850.000 hingga 1,5 juga orang
Bronkopneumonia pada masa balita berdampak jangka panjang yang akan muncul
pada masa dewasa yaitu dengan penurunan fungsi ventilasi paru. Sehingga sampai
penyakit utama pada bayi dan anak balita (1-4 tahun).3 Campak juga dikenal
dengan nama
4
Universitas Lambung Mangkurat
5
morbili atau morbillia. Campak merupakan salah satu penyakit infeksi yang
bahkan juga orang dewasa. Seseorang yang terkena penyakit ini ditandai dengan
demam tinggi, terjadi peradangan pada mata (mata merah), serta timbul bercak
kemerahan pada kulit. Penyakit ini dapat menular melalui percikan droplet dari
mulut, hidung, maupun dari tenggorokan penderita. Kelompok yang paling rentan
untuk terkena penyakit ini adalah bayi dan anak-anak yang belum pernah
mauun tonsil lingual (tonsillitis jaringan lomfoid di dasar lidah, melibatkan cincin
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bronkopneumonia
1. Definisi
peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur
mempunyai penyebaran berbercak, teratur, dalam satu area atau lebih yang
sering dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh bakteri
2. Epidemiologi
6
Universitas Lambung Mangkurat
7
3. Manifestasi Klinis
b. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernapasan agak cepat dan
d. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang-kadang terjadi
kejang.
e. Anak merasa nyeri atau sakit di daerah dada sewaktu batuk dan bernapas.
4. Etiologi
influenza dan virus sitomegalik, dan disebabkan oleh jamur seperti citoplasma
5. Klasifikasi
1. Bronkopneumonia sangat berat: bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak
sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
cepat yakni >60 x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan; >50 x/menit
pada anak usia 2 bulan-1 tahun; >40 x/menit pada anak usia 1-5 tahun.
4. Bukan bronkopneumonia: hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda seperti
6. Faktor Resiko
mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain faktor imunitas, factor iatrogen
juga memicu timbulnya penyakit ini, misalnya trauma pada paru, anastesia,
7. Patofisiologi
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing. Suhu tubuh meningkat
sampai 39-40oC dan dapat disertai kejang karena demam yang sangat tinggi.
cepat, dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung, serta sianosis disekitar
hidung dan mulut, merintih dan sianosis. Bakteri yang masuk ke paru-paru
menuju ke bronkioli dan alveoli melalui saluran napas yang menimbulkan reaksi
peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam
alveoli dan jaringan interstitial.10 Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan
edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relative sedikit leukosit sehingga
berlangsung dengan baik maka setelah edema dan terdapatnya eksudat pada
tersebut akan berdampak pada pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh
darah. Sehingga berakibat pada hipoksia dan kerja jantung meningkat akibat
saturasi oksigen yang menurun dan hiperkapnia. Penurunan itu yang secara klinis
8. Diagnosis
hari
predominan PMN
9. Tatalaksana
anak yang menunjukkan gejala adanya tarikan dinding dada (retraksi) bagian
bawah yang dalam; SpO2<90%; frekuensi napas 60 x/menit atau lebih; merintih
setiap kali bernapas untuk bayi muda; dan adanya head nodding (anggukan
kepala). Pemberian Oksigen melalui nasal pronge yaitu 1-2 L/menit atau 0,5
ketiga dengan aktivitas yang lebih luas terhadap bakteri gram negatif. Dosis
ceftriaxone diberikan sebanyak 350 mg dua kali sehari secara intra vena.13
10. Komplikasi
a. Atelektasis
b. Empisema
pleura terdapat di satu tempat atau terdapat pada seluruh rongga pleura
d. Meningitis
11. Prognosis
bronkopneumonia adalah terapi suportif. Prognosis pada kasus ini adalah dubia ad
bonam.
1. Definisi
Campak juga dikenal dengan nama morbili, dan measles dalam bahasa
Inggris. Campak merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangat menular yang
dewasa. Seseorang yang terkena penyakit ini ditandai dengan demam tinggi,
terjadi peradangan pada mata (mata merah), serta timbul bercak kemerahan pada
kulit. Penyakit ini dapat menular melalui percikan droplet dari mulut, hidung,
penyakit ini adalah bayi dan anak-anak yang belum pernah mendapatkan
imunisasi campak.4, 15
2. Epidemiologi
Angka kesakitan morbili di seluruh dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000
dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang. Campak masih ditemukan di
negara maju. Sebelum ditemukan vaksin pada tahun 1963 di Amerika serikat,
terdapat lebih dari 1,5 juta kasus campak setiap tahun. Pada tahun 2005 terdapat
345.000 kematian di dunia akibat penyakit campak dan sekitar 311.000 kematian
terjadi pada anak-anak usia dibawah lima tahun. Pada tahun 2006 terdapat
Kematian campak di seluruh dunia pada tahun 2007 adalah 197.000 dengan
interval 141.000 hingga 267.000 kematian dimana 177.000 kematian terjadi pada
anak-anak usia dibawah lima tahun. Lebih dari 95% kematian campak terjadi di
ini sangat disayangkan meningat campak adalah salah satu penyakit yang dapat
utama pada bayi dan anak balita (1-4 tahun) berdasarkan laporan survey kesehatan
rumah tangga (SKRT) tahun 1985/1986. Kejadian luar biasa (KLB) masih terus
dilaporkan. Dilaporkan terjadi KLB di pulau Bangka pada tahun 1971 dengan
angka kematian sekitar 12%, KLB di Provinsi Jawa Barat pada tahun 1981 (CFR=
15%), dan KLB di Palembang, Lampung, dan Bengkulu pada tahun 1998. Pada
tahun 2003, di Semarang masih tercatat terdapat 104 kasus campak dengan CFR
Provinsi Bali terdapat 32,5 per 100.000 balita/tahun, dan di Jawa Barat terdapat
pada tahun 2005 terdapat 2.189 penyakit Campak, yaitu 42,5% di antaranya
3. Gejala Klinis
c. Nyeri tenggorokan
e. Batuk
f. Bercak Koplik.4, 17
4. Etiologi
terhadap temperatur sehingga virus ini menjadi tidak aktif pada suhu 37 °C atau
lambat maka infektivitasnya akan hilang. Virus berada dalam lendir di hidung dan
udara dan pernapasan (batuk dan bersin). Virus ditularkan secara langsung dari
droplet infeksi.4
5. Kriteria
Stadium Inisial
Gejala awal demam tinggi yang dimulai 10-12 hari setelah pajanan
terhadap virus, dan bertahan selama 4-7 hari, Koriza, batuk dan konjungtivitis,
bercak Koplik pada mukosa bukal, ruam biasanya pada muka dan leher menyebar
ke tangan dan kaki, kemudian menetap selama 5 hingga 6 hari dan kemudian
menghilang.
Stadium Prodromal
prodromal berlangsung 2-4 hari, ditandai demam yang diikuti batuk dan pilek,
Stadium Erupsi
bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut belakang
Stadium Konvalenses
angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan
mengelupas.18
6. Patofisiologi
muncul. Virus tetap aktif dan menular pada permukaan yang terinfeksi sampai dua
jam. Penularan campak terjadi begitu mudah bahwa siapa saja yang tidak
campak terutama dari orang ke orang melalui droplet pernapasan besar. Transmisi
(misalnya kantor ruang pemeriksaan) hingga 2 jam orang yang terkena campak
serangan sekunder dikalangan orang yang rentan. Campak dapat ditularkan 4 hari
sebelum dan 4 hari setelah onset dari ruam. Penularan maksimum terjadi dari
adalah 10-12 hari, sebelum gejala muncul dan 14 hari ruam muncul. Kekebalan
terhadap campak diperoleh setelah vaksinisasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif
pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal, berlangsung selama 1
tahun. Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi. Sesudah
melewati masa inkubasi sekitar 10-12 hari lamanya, penyakit campak akan
menunjukkan gejala-gejala klinik yang jelas berupa demam, malaise, mialgia, dan
sakit kepala. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul
eksantema, timbul bercak Koplik. Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar
ujung jarum timbul pertama kali pada mukosa bukal yang menghadap gigi molar
dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau 4 dari masa prodormal dapat meluas sampai
Stadium erupsi berlangsung selama 5-6 hari. Gejala yang biasanya terjadi
dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya ruam atau
eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan
rasa gatal, sampai wajah bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan
abdomen dan akhirnya mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan
menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam 2 hingga 3 hari.
kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang setelah 1 sampai
2 minggu.19
semua orang (universal). Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara,
sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam.
Virus masuk ke dalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel
limfosit-T yang rentan terhadap infeksi turut aktif membelah. Gambaran kejadian
awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap, tetapi 5 sampai 6
hari setelah infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi yaitu ketika virus masuk ke
saluran nafas, kulit, kandung kemih, dan usus. Pada hari ke-9 sampai ke-10, fokus
infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva, akan menyebabkan
timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis sel. Pada saat itu dalam jumlah
dari sistem saluran nafas yang diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput
konjungtiva yang tampak merah. Respon imun yang terjadi ialah proses
peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis
berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulserasi kecil
pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik, yang dapat merupakan tanda pasti
hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari ke-
14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi pada
kulit. Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. Daerah
lain-lain.19
7. Diagnosis
8. Tatalaksana
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan
dari terapi suportif pemberian nutrisi dan cairan untuk mencegah dehidrasi,
pemberian vitamin A dan pemberian nutrisi yang adekuat sangat penting dalam
infeksi campak.21
Berobat Jalan
juga harus diisolasi dan disarankan untuk menggunakan masker sampai dengan 4
ataupun kebutaan akibat campak dan juga untuk menurunkan angka kematian
dan sintesis kolagen pada penyembuhan luka. Vitamin A dalam bentuk aktifnya di
jaringan berperan pada regulasi ekspresi gen melalui nuclear retinoic acid
Dosis tambahan diberikan dalam waktu 2-4 minggu pada anak yang
status rehidrasi anak dengan minum atau menyusui dan mendorong anak untuk
tetap makan.29
Medikamentosa
bakteri seperti pneumonia dan otitis media. Pemberian antibiotik ini oleh WHO
dapat disarankan diberikan empiris untuk gram positif dan Staphylococcus aureus,
seperti ampicillin, bila tidak terdapat fasilitas untuk melakukan kultur atau sesuai
Terapi Suportif
campak antara lain pemberian cairan yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
Rekomendasi WHO adalah pemberian ORS sebagai pengganti cairan yang hilang
melalui diare dan muntah. Kecukupan nutrisi, baik dengan makanan dan ASI yang
adekuat juga perlu diperhatikan. Berat badan dan asupan nutrisi anak dipantau
setiap hari. Selain itu, pasien juga dapat dikonsultasikan pada ahli gizi, terutama
dengan rehidrasi oral bila pasien masih dapat makan dan minum, maupun
parenteral. Cairan rehidrasi yang disarankan WHO pada anak dehidrasi adalah
oral rehydration salts (ORS) yang mengandung glukosa 13,5 g/L, natrium klorida
2,6 g/L, kalium klorida 1,5 g/L, trisodium citrate dihydrate 2.9 g/L, dengan total
9. Komplikasi
Diperkirakan bahwa pada usia 5 tahun paling sedikit 90% dari anak-anak
yang belum mendapat vaksinasi telah menderita campak. Virus campak hanya
dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan hanya dapat aktif di alam bebas
sekitar 34 jam pada suhu kamar. Adapun penyulit yang dapat ditimbulkan oleh
10. Pencegahan
dianggap paling efektif adalah dengan cara imunisasi, dengan tujuan menurunkan
angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit campak. Imunisasi dapat
terkena campak, hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa imunisasi adalah suatu
cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,
sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit.
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat
oleh individu itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh
dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan imunoglobulin.
Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh.
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan
pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif
pengulangan saat anak berusia 18 bulan, dan diulang pada kelas 1 SD/sederajat.
melakukan kontak dengan orang lain, termasuk keluarga, setidaknya sampai 4 hari
C. Tonsilofaringitis
1. Definisi
dengan nyeri tenggorokan pada saat menelan, demam, sakit kepala, mual, muntah
berusia antara 5 – 15 tahun, yaitu sekitar 15% sampai 30 % dan infeksi ini
disebarkan melalui kontak orang per orang, melalui tetesan ludah atau sekresi
nasal dengan tingkat insidensinya meningkat pada saat musim hujan untuk
negara-negara tropis.34
2. Epidemiologi
faringitis akut yang berkunjung ke dokter selama satu tahun adalah sekitar 12 juta
Survey bahwa di Amerika Serikat dari 200 per 1000 penduduk yang berkunjung
3. Gejala Klinis
nyeri tenggorokan dengan awitan mendadak, disfagia dan demam. Urutan gejala
yang biasanya dikeluhkan oleh anak berusia di atas 2 tahun adalah nyeri kepala,
nyeri perut dan muntah. Selain itu juga didapatkan demam yang dapat mencapai
suhu 40oC, beberapa jam kemudian terdapat nyeri tenggorok. Gejala seperti
rinorea, suara serak, batuk, konjungtivitas dan diare biasanya disebabkan virus.
tanda, yaitu awitan akut, disertai mual dan muntah, faring hiperemis, demam,
nyeri tenggorokan, tonsil bengkak dengan eksudasi, kelenjar getah bening leher
anterior bengkak dan nyeri, uvula bengkak dan merah, ekskoriasi hidung disertai
lain. Sedangkan bila dijumpai gejala dan tanda berikut ini, maka kemungkinan
mole dan dinding faring serta eksudat di palatum dan tonsil, tetapi sulit dibedakan
4. Etiologi
lain. Virus merupakan etiologi terbanyak faringitis akut terutama pada anak-anak
bakteri penyebab terbanyak faringitis akut. Bakteri ini mencakup 15-30% (diluar
kejadian epidemik) dari penyebab faringitis akut pada anak, sedangkan pada
5. Patofisiologi
kontak langsung dengan mukosa nasofaring dan orofaring yang terinfeksi atau
memerlukan pejamu yang rentan dan difasilitasi dengan kontak yang erat. 34
Bakteri maupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring yang
dan protease. Transimisi bakteri ini terutama terjadi akibat kontak tangan dengan
sekret hidung dibandingkan dengan kontak oral. Gejala tampak setelah masa
6. Diagnosis
Baku emas penegakan diagnosis tonsilofaringitis bakteri atau virus adalah melalui
pemeriksaan kultur dari apusan tenggorok. Apusan tenggorok yang adekuat pada
memaksimalkan akurasi, maka diambil apusan dari dinding faring posterior dan
regio tonsil, lalu diinokulasikan pada media agar darah domba 5%, kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Pemeriksaan kultur yang dilanjutkan
Dengan penilaian tertentu atas gejala dan tanda, bisa diprediksi penyebab
bakteri atau virus adalah dengan menggunakan kriteria Centor. Kriteria Centor
merupakan kriteria yang telah diterima secara luas sebagai kriteria klinis yang
A. Kriteria ini dimodifikasi oleh McIsaac pada 1998, dengan penambahan kriteria
umur, yaitu: umur 3–14 tahun memiliki nilai satu, 15–44 tahun memiliki nilai nol,
dan lebih atau sama dengan 45 tahun memiliki nilai minus satu. Untuk lebih
Kriteria Skor
Umur
3 - 4 tahun 1
15 – 44 tahun 0
45 tahun -1
Resiko infeksi
Skor
Streptococcus
atau kultur
7. Tatalaksana
pemberian cairan dan nutrisi adekuat serta penggunaan analgesik sesuai derajat
keparahan.35
A. Terapi Suportif
(OAINS), seperti ibuprofen atau diklofenak.35
B. Terapi Medikamentosa
Kortikosteroid
Antibiotik
mengurangi durasi dan tingkat keparahan dari gejala klinis termasuk komplikasi
langsung.35
Penicillin G) jika tidak patuh penicillin oral selama 10 hari atau memiliki risiko
angka kesembuhan secara mikrobiologis dan klinis yang lebih baik daripada
hari dengan penggunaan antibiotik yang sesuai. Apabila tidak terjadi perbaikan,
perlu dipikirkan diagnosis banding lainnya atau terjadinya komplikasi supuratif. 35,
36
8. Komplikasi
LAPORAN KASUS
A. Anamnesis
1. Identitas Pasien
Nama : An. NA
Ibu Ayah
Pendidikan : D3 Pendidikan: S1
2. Keluhan Utama
Demam naik turun. suhu paling tinggi 38C . Sudah minum obat
paracetamol, demam turun akan tetapi demam naik kembali. Menggigil (-),
30
Universitas Lambung Mangkurat
31
anti alergi, obat campak, Vit A, dan paracetamol akan tetapi keluhan tidak
berkurang.
Batuk sejak pukul 8 pagi SMRS. hilang timbul, timbul dan hilang secara .
Batuk tidak dipicu dingin, aktivitas, makan, minum. Tidak berdahak. Nyeri telan
(+), Sesak (-), napas grok (-). Anggota keluarga yg batuk (+) kakak pasien. Alergi
(-).
Muntah 1x pada hari jumat, isi muntahan yang dimakan, 1/2 gelas aqua,
darah (-), lendir (-), BAK normal, makan dan minum berkurang setelah sakit,
BAB normal.
Riwayat keluhan serupa (-), riwayat rawat inap (-), asma (-), alergi makanan
Riwayat antenatal :
Riwayat natal :
● Lingkar kepala :-
● Penolong : Dokter
Riwayat neonatal :
neonatal baik
7. Riwayat Perkembangan
Tiarap : 2 Bulan
Duduk : 7 Bulan
Merangkak : 7 Bulan
Berdiri : Sudah
Pasien saat ini aktif bermain dan sedang berada di bangku TK. Tidak ada
keterlambatan perkembangan.
8. Riwayat Imunisasi
Hepatitis B 0 2 3 4 -
DPT 2 3 4 -
MR 9 18 -
- Makanan Keluarga: 1 tahun - sekarang. 3x, 1 cantong nasi, tidak suka makan
1 rumah tinggal ber 4 bersama orang tua, minum air rebus, nyuci dll PDAM.
rumah (bukan sawah dan hutan), ventilasi runah bagus, Pakai AC dan sering
Kakak laki laki pasien menderita keluhan yang sama seperti pasien (demam,
batuk).
B. Pemeriksaan Fisik
3. GCS : E4V5M6
4. Tanda-tanda vital :
● Suhu : 36.70C
● Nadi : 138x/menit
● RR : 28x/menit
● SpO2 : 98%
5. Antopometri
● Lingkar Kepala : 48 cm
6. Kulit
● Kelembapan : Cukup
● Eksfoliasi : (+)
7. Pemeriksaan generalis
● Ekstermitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik
● Neurologis :
Lengan Tungkai
Tanda
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Klonus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Refleks
++/++ ++/++ ++/++ ++/++
Fisiologis
Refleks patologis - - - -
Sensibilitas + (baik) + (baik) + (baik) + (baik)
Kaku kuduk (-)
Tanda meningeal
Brudzinki I (-), Brudzinzki II (-), Kernig (-)
C. Status Gizi
● TB : 103 cm
● LK : 48 cm
● LiLA : 14.5 cm
● BBI : 16.2 kg
BB/U :
BBU
BB/TB :
BB/TB
TB/U :
TB/U
D. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal pemeriksaan
Indikator Nilai rujukan
23/09/2022
Hb 11.4 g/dL 10.5-18.0 g/dL
Leukosit 23.1 ribu/ul 4.0 – 10.5 ribu/ul
Eritrosit 4.30 juta/ul 4.0 – 5.30 juta/ul
Hematokrit 33.3 % 37.0 – 47.0 %
Trombosit (Platelet) 455 ribu/ul 150 – 450 ribu/ul
RDW-CV 13.5 % 12.1 – 14.0 %
MCV 77.4 fl 80.0 – 92.0 fl
MCH 26.5 pg 28.0 – 32.0 pg
MCHC 34.2 33.0 – 37.0 %
Neutrofil % 78.4 % 50.0 – 81.0 %
Limfosit % 15.4 % 20.0 – 40.0 %
Eosinofil % 1.2 % 1.0 – 3.0 %
Basofil % 0.1 % 0.0 – 1.0 %
Monosit % 4.9 % 2.0 -8.0 %
Basofil# 0.02 ribu/ul < 1.00 ribu/ul
E. Resume
● Nama : An. NA
● Uraian :
Seorang anak diantar oleh orang tua nya ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin
dengan keluhan demam tinggi sejak 1 minggu SMRS (dengan suhu tubuh di IGD
adalah 36 derajat celcius, dan oleh ibunya diberi paracetamol, suhu tubuh turun
sebentar lalu naik kembali. Selain itu didapatkan keluhan batuk dan disertai pilek
sejak 2 hari SMRS. Tidak ada dahak dan sulit dikeluarkan. Kejang disangkal oleh
kedua orang tuanya. Mual muntah tidak ada, BAB cair disangkal, tidak ada lendir,
tidak ada darah, pasien hanya makan roti dan minum susu formula.
Kesimpulan Pemeriksaan Fisik
● Keadaan umum : Baik
● Tanda Vital
- Nadi : 138x/menit
- Suhu : 36.7 C
- Respirasi : 28x/menit
detik
F. Diagnosis Banding
- Impetigo bulosa
G. Diagnosis Kerja
H. Tatalaksana
H. Prognosis
I. Follow Up
- - Rontgen thorax
- Kepala/Leher : - Cek DL
anemis(-), ikterik - Swab dan kultur
(-) tonsil T1/T2 apusan faring
hiperemis,
pembesaran KGB -
(-)
- Thoraks :
Retraksi(-)
- Jantung : S1 S2
reguler, murmur
(-), gallop (-)
- Abdomen : supel,
bising usus (+)
normal
- Ekstremitas : akral
hangat, CRT : < 2
detik, lesi
mukopapular
diseluruh tubuh.
pembesaran KGB
(-)
- Thoraks :
Retraksi(-)
- Jantung : S1 S2
reguler, murmur
(-), gallop (-)
- Abdomen : supel,
bising usus (+)
normal
- Ekstremitas : akral
hangat, CRT : < 2
detik, lesi
mukopapular
diseluruh tubuh.
- Kepala/Leher :
anemis(-), ikterik (-)
tonsil T1/T2
hiperemis,
pembesaran KGB (-)
- Thoraks : Retraksi(-)
- Paru : rhonki (+/+),
wheezing (-/-)
- Jantung : S1 S2
- Abdomen : supel,
bising usus (+)
normal
- Ekstremitas : akral
hangat, CRT : < 2
detik, lesi
mukopapular
diseluruh tubuh.
DISKUSI
Dalam kasus ini ditemukan pasien anak berusia 4 tahun 5 bulan diantar
orangtuanya ke IGD RSUD Ulin dengan keluhan demam sejak 6 hari SMRS.
Demam naik turun. Keluhan lain seperti menggigil, keringat dingin, kejang,
18 September 2022, rawat jalan dikatakan campak diberikan anti alergi, obat
campak, Vit A, dan paracetamol akan tetapi keluhan tidak berkurang. Pasien
dibawa ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin pada Jumat 23 September 2022 pukul
13.45 WITA. Keluhan lain yaitu batuk sejak pukul 8 pagi SMRS, hilang timbul.
Batuk tidak dipicu dingin, aktivitas, makan, minum. Tidak berdahak. Ruam merah
menjadi kehitaman. Muntah 1x pada hari jumat, isi muntahan yang dimakan, 1/2
tekanan darah 90/70 mmHg, frekuensi nadi 138 kali/menit, frekuensi napas 28
ditemukan pada pemeriksaan darah lengkap, hemoglobin 11.4 g/dL, leukosit 23.1
46
Universitas Lambung Mangkurat
47
ribu/ul, hematokrit 33.3%, trombosit 455 ribu/ul, MCV 77.4 fl, MCH 26.5 pg,
limfosit 15.4%.
frekuensi nafas, dan adanya ronki basah halus. Gambaran infiltrat pada foto toraks
terpajan virus penyebab infeksi semakin kuat. Efikasi vaksin MR sendiri adalah
90-100%. Karena itu, potensi komplikasi penyakit yang berbahaya akibat infeksi
umur. Atas alasan inilah imunitas pasien belum terbentuk sempurna. Imunisasi
campak bisa juga diberikan dalam bentuk lain bersamaan dengan imunisasi
4 mg, Salbutamol 0.6 mg. Fungsi dari penambahan cairan secara intravena adalah
untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Untuk paracetamol diberikan pada
PENUTUP
yang di rawat di RSUD Ulin Banjarmasin dengan diagnosis Morbili dengan low
September 2022.
49
Universitas Lambung Mangkurat
50
DAFTAR PUSTAKA
6. Hood A, Wibisono MJ, Winariani. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Graha Masyarakat Ilmiah Kedokteran Universitas Airlangga; 2004.
9. Rahajoe, Nastini N. Buku ajar respirologi anak. Edisi ke-1. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI; 2010.
11. Bennet NJ, Steele RW. Pediatric pneumonia [internet]. USA: Medscape LLC.;
2014 [Diakses pada 4 Oktoer 2022]. Tersedia dari:
http://emedicine.medscape.com/article/967822-medication
13. Mason RJ, Broaddus VC, Martin T, King TE, Schraugnagel D, Murray JF, et
al. Murray And Nadel’s Text Book Of Respiratology Medicine Volume 1. Edisi
ke-1. Netherland: Elseiver Saunders; 2005.
15. Cherry J.D. Measles Virus. Dalam: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan, editors.
Textbook of Pediatrics Infectious Disease. Edisi ke-5. Philadelphia. Saunders;
2004.
17. Nelson, Behrman, Kiegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi Ke 15.
Jakarta: EGC; 2012.
19. Soedarmo S, Garna H, Rezeki S, Irawan HS. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri
Tropis. Jakarta: IDAI; 2010.
21. Strebel PM, Orenstein WA. Measles. The New England Journal of Medicine.
2019;381(4):349-357.
24. Misin A, Antonello RM, Bella SD, Campisciano G, Zanotta N, Giacobbe DR,
et al. Measles: An Overview Of A Re-Emerging Disease In Children And
Immunocompromised Patients. Microorganisms. 2020;8:276-291.
25. Xavier AR, Rodrigues TS, Santos LS, Lacerda GS, Kanaan S. Clinical,
Laboratorial Diagnosis and Prophylaxis of Measles in Brazil. J Bras Patol
Med Lab. 2019;55(4):390-401.
28. Stinchfield PA, Orenstein WA. Vitamin A for the management of measles in
the United States. Infectious Disease in Clinical Practice. 2020;28(4):181-187.
29. IDI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. 2017.
34. Kumaji SS. Identifikasi Bakteri Streptococcus Pyogenes Pada Anak Penderita
Tonsilofaringitis Dengan Metode Kultur Dan Teknik Polymerase Chain
Reaction (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin). 2013.