You are on page 1of 3

Fenomenalisnalisme

Fenomenalisme adalah teori yg menyatakan bahwa semua pengetahuan adalah fenomena dan semua yg
ada itu adalah fenomenal. Sehingga, pengetahuan manusia hanya terbatas pada gejala-gejala yang
tampak, yang dapat diamati oleh indra dan diberikan atau ditambahkan sebuah kesadaraan.

Immanuel Kant adalah orang yang pertama kali mengemukakan teori Fenomenalisme.
Teori ini dikemukakan oleh Immanuel Kant, seorang filsuf asal Jerman. Ia berusaha mendamaikan
pertentangan antara empirisme dan rasionalisme. Menurutnya, dalam proses pemerolehan ilmu
pengetahuan unsur rasio dan indra sama-sama berperan. Tidak mungkin yang satu bekerja tanpa yang lain

Sebagai contoh, ketika kita membaca koran dan melihat foto teman lama kita berada di koran tersebut.
Ketika kita pertama kali melihat koran tersebut,kita akan mengatakan "oh, ini Seno yang begini, begitu dan
lain sebagainya". Tapi setelah melihat terlalu lama kepada foto tersebut, anda menjadi kurang yakin
bahwa orang yang berada di koran tersebut merupakan teman anda atau bukan karena ternyata di foto
tersebut teman anda mungkin terlihat lebih tampan,muda, atau gemuk. Kemudian, anda mencoba
mengingat ciri khas orang tersebut dan perubahan fisik yang terjadi selama anda tidak bertemu
dengannya.

Contoh di atas menunjukkan bahwa di sini indra dan rasio sama-sama berperan. Mata melihat gambar,
tetapi ingatan juga berperan. Oleh sebab itu, contoh ini dapat dikategorikan ke dalam contoh dari teori
fenomenalisme.
Universitas Gunadarma. Bab 3 asal usul dan hakikat pengetahuan
https://www.wiki.id-id.nina.az/Fenomenalisme.html

Save M. Dagun dalam bukunya yang berjudul Filsafat Eksistensialisme menuliskan bahwa konsep
fenomenalisme merupakan suatu teori pengetahuan yang bertumpu pada pemikiran bahwa hanya
penyerapan-penyerapan merupakan objek langsung dari pengetahuan. Melalui pemikiran ini kita
mengetahui segala gejala bukan eksistensinya. Berbeda dengan idealisme epistemologi, konsep
fenomenalisme lebih menekan eksistensi segala sesuatu yang lepas dari pemikiran manusia. Berbeda
dengan konsep eksistensi, di mana jika eksistensi sesuatu di dalam dirinya sendiri ditolak maka apa yang
nampak itu sama sekali tidak berarti.

Istilah fenomenalisme merupakan perkembangan jauh dari gerakan fenomenologi. Dalam ajaran ini
terdapat beberapa ajaran pokok yakni bahwa hanya fenomena dapat diketahui sebagaimana data indrawi
itu tampak pada kesadaran kita. Melalui kegiatan kesadaran, kita dapat mengetahui hakikat yang paling
dalam dari suatu kenyataan yang berbeda yang berada didalam dirinya sendiri . Konsep ini juga
mengungkapkan bahwa apa yang kita ketahui tergantung pada kegiatan kesadaran.

Kaum fenomenalis menegaskan bahwa segala sesuatu memberikan kesan-kesan kepada kita. Dalam kesan-
kesan ini, hal-hal itu tampak kepada kita sesuai dengan ciri khas subyek bersangkutan. Dan gejala-gejala
yang kita terima secara pasif ini merupakan objek pengetahuan kita.

Konsep fenomenalisme itu berada baik dari realisme maupun dari idealisme. Jika dalam idealisme itu
mengatakan bahwa objek pengetahuan dihasilkan secara aktif oleh pikiran kita. Sementara
fenomenalisme, yang benar itu adalah apa yang tampak. Dan dari segi logika maka konsep ini merupakan
suatu bentuk relativisme. Tokoh yang mendukung posisi ini adalah David Hume.

Fenomenalisme ada bentuk ekstrim dan ada yang bentuk moderat. Bentuk ekstrim cenderung kepada
idealisme subjektif. Artinya dunia merupakan suatu jumlah keseluruhan dari ide-ide atau jumlah
penyerapan. Sedangkan fenomenalisme moderat menerima eksistensi objek yang tampak dalam
penyerapan-penyerapan. Jadi, fenomenalisme adalah sebuah kepercayaan yang berkembang dari gerakan
fenomenologi. Dalam ajaran ini terdapat beberapa ajaran pokok yakni bahwa hanya fenomena dapat
diketahui sebagaimana data indrawi itu tampak pada kesadaran kita. Jadi ajaran ini mengungkapkan
bahwa apa yang kita ketahui tergantung pada kegiatan kesadaran. Dan fenomenalisme ada dua bentuk:
bentuk ekstrim dan bentuk moderat.
Save M. Dagun, Filsafat Eksistensialisme hal. 40-42.
https://kumpulan2makalahpai.blogspot.com/2015/12/fenomenologi-husserl-dan-
fenomenalisme.html?m=1

Rasionalisme
Secara Etimologi, Rasionalisme merupakan golongan dari dua kata yaitu: rasio yang artinya akal, dan isme
yang berarti faham atau aliran. Dengan demikian, Rasionalisme merupakan sebuah faham yang
menekankan pada potensi akal. Adapun definisi Rasionalisme apabila ditinjau dari Terminologi filsafat
ialah: Faham filsafat yang menyatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh ilmu
pengetahuan. Menurut aliran Rasionalis, suatu pengetahuan akan diperoleh dengan cara berfikir. Dengan
demikian, Rasionalisme merupakan aliran filsafat yang memposisikan akal sebagai sumber pengetahuan
dan salah satu metode untuk mendapatkan pengetahuan. Disamping itu, akal atau rasio merupakan
anugerah Tuhan yang diberikan kepada setiap umat manusia. Akibatnya, rasio mampu mencari kebenaran
dengan cara berfikir dan tidak mungkin salah.

Berkenaan dengan keabsahan aliran Rasionalisme sebagai satu metode untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan tidak hanya diakui oleh ilmuwan non muslim melainkan juga mendapat legitimasi dari
ilmuwan muslim. Sebagai salah satu contoh ialah pernyataan al Ghazālī tentang klasifikasi ilmu. Secara
global, al Ghazālī mengkalisifikasikan ilmu pengetahun menjadi dua yaitu: ta’alum insānī dan ta’alum
rabbānī Metode ta’alum insānī (pengajaran manusia) merupakan metode yang digunakan sebagaimana
metode yang diterapkan di sekolah formal atau non formal yang mengandalkan komunikasi interpersonal
dan interaksi sosial. Artinya, metode ini menetapkan adanya upaya manusia (iktisab) untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan dengan cara mengerahkan segala potensi akalnya yang dikenal dengan istilah tafakkur
(berfikir). Disamping itu, al Ghazālī beranggapan bahwa akal memiliki kekuatan fitri yang dapat
membedakan baik - buruk, manfaat – bahaya, dan sebagai ilmu tasawwur dan tasdiq. Dalam pandangan
Rene Descartes yang dikenal dengan bapak Rasionalisme, metode tafakkur bukanlah semata-mata
berdasarkan kepada akal saja, melainkan juga berdasarkan kepada panca indera dan hati.

Berkenaan dengan pola pikir yang digunakan oleh aliran Rasionalisme ialah: pola pikir deduktif yang
biasanya menggunakan pola pikir yang dinamakan silogismus (disusun dari dua pernyataan dan sebuah
kesimpulan). Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan
premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran
deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.

Tokoh tokoh Rasionalisme


a. Rene Descartes
Rene Descartes dikenal dengan bapak Rasionalisme. Hal ini dikarenakan Rene Descartes orang pertama
yang mempelopori tentang aliran Rasionalisme disamping juga karena pernyataan-pernyataan Rene
Descartes yang selalu mengedepankan potensi akal untuk mendapat ilmu pengetahuan dan kebenaran.
Ungkapan-ungkapan yang sering disampaikan Rene Descartes tersebut ialah: “cogito ergo sum” yang
berarti saya berfikir, maka saya ada. Dalam pandangan Rene Descartes, bahwa yang dimaksud berfikir
disini ialah menyadari. Jika hal ini dikontekstualisasikan dengan diri kita masing-masing, tentulah sangat
tepat. Pada hari ini, kita bisa mengikuti Kuliah di Program Pascasarjana di IAIN Sunan Ampel Surabaya dan
akhirnya kita mendapatkan pengetahuan sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan di masa yang akan
datang. Hal ini dilatar belakangi oleh pemikiran kita bahwa dengan pengetahuan itulah, maka kita bisa
hidup sampai saat ini.

b. De Spinoza
De Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 M dan meninggal dunia pada tahun 1677 M. Nama aslinya Baruch
Spinoza. Setelah mengucilkan diri dari agama yahudi, ia mengubah nama menjadi Benedictus De Spinoza.
Ia hidup di pinggiran kota Amsterdam. De Spinoza maupun Liebniz mengikuti pemikiran Rene Descartes.
Dua tokoh terakhir ini juga menjadikan subtansi sebagai tema pokok dalam metafisika mereka, dan
mereka berdua mengikuti aliran Rene Descartes. Tiga filosof ini, Rene Descartes, De Spinoza, Liebnis
biasanya dikelompokkan pada satu aliran yaitu Rasionalisme.
De Spinoza menjawab pertanyaan dengan pendekatan yang juga dilakukan sebelumnya oleh Rene
Descartes, yaitu dengan pendekatan deduksi matematis,yang dimulai dengan meletakkan definisi,
aksioma, proposisi, kemudian baru pembuktian (penyimpulan). De Spinoza memiliki pemikiran yang sama
dengan Rene Descartes, ia mengatakan bahwa kebenaran itu tepusat pada pemikiran dan keluasan.
Pemikiran adalah jiwa sedang keluasan adalah tubuh yang eksistensinya berbarengan.

c. Liebniz
Seorang filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dan sejarawan. Lama menjadi pegawai pemerintah,
menjadi atase, membantu pejabat tinggi Negara pusat. Dialah Gottfried Eilhelm Von Liebniz yang
dilahirkan pada tahun 1646 M dan meninggal pada tahun 1716 M. Metafisikanya adalah ide tentang
subtansi yang dikembangkan dalam konsep monad. Metafisika Liebniz sama-sama memusatkan perhatian
pada subtansi. Bagi De Spinoza alam semesta ini, mekanisme dan keseluruhannya, bergantung kepada
sebab, sementara subtansi menurut Liebniz ialah prinsip akal yang mencukupi yang secara sederhana
dapat dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan harus mempunyai alasan untuk
setiap yang diciptakannya. Kita lihat bahwa hanya ada satu subtansi, sedangkan Liebniz berpendapat
bahwa subtansi itu banyak. Ia menyebut subtansi-subtansi itu monad. Setiap monad berbeda antara yang
satu dengan yang lain, dan Tuhan (sesuatu yang supermonad dan satu-satunya monad yang tida tercipta)
adalah pencipta monad-monad itu. Karya Liebniz tentang ini diberi judul monodology (studi tentang
monad) yang diulis pada tahun 1417 H. ini adalah singkatan metafisika Liebniz.

http://referensiagama.blogspot.com/2011/01/rasionalisme-dan-empirisme-ilmiah.html?m=1

You might also like