You are on page 1of 12

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

KONSEP MANAJEMEN KONFLIK

DISUSUN OLEH

NAMA: Susmita Nale

NIM: PO5303212210262

KELAS: A//II

TUGAS: MANAJEMEN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


PRODI KEPERAWATAN WAIKABUBAK
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas rahmat
dan karuniaNya saya telah dapat menyusun makalah ini yang berjudul “KONSEP
MANAJEMEN KONFLIK
”.Dalam proses penyusunan makalah ini, saya menyusun mengalami banyak
permasalahan. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penyusun mengucapkan terima
kasih kepada Koordinator Mata Perkuliahan "MANAJEMEN KEPERAWATAN",yang telah
membimbing saya dalam proses penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun
sistematika penulisannya, maka dari itu penyusun berterima kasih apabila ada kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, semoga makalah ini dapat
dapat bermanfaat bagi rekan rekan seperjuangan khususnya Program Studi "D III
Keperawatan Waikabubak".

Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANAJEMEN KONFLIK

B. ASPEK POSITIF DAN NEGATIF DARI KONFLIK

C. PENYEBAB KONFLIK

D. SOLUSI PEMECAHAN KONFLIK

E. METODE PENATALAKSANAAN KONFLIK

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan sehari-
hari. Konflik juga bahkan menjadi salah satu penyebab utama dari penurunan angka
produktivitas kerja dari seorang karyawan. Konflik dapat terjadi pada keluarga,
lingkungan sekitar, bahkan dalam tenaga medis sekalipun. Termasuk seorang perawat,
sangat memungkinkan dalam menghadapi konflik selama menjalankan tugasnya.
Beberapa sumber konflik dari bidang keperawatan adalah perbedaan gagasan dan
ideologi dalam pendokumentasian asuhan keperawatan antar perawat. Jumlah pasien
yang memiliki riwayat penyakit infeksius juga dapat menyebabkan perawat memiliki
tingkat stres yang tinggi. Konflik jika terjadi secara terus-menerus dapat berpengaruh
pada pasien, salah satunya adalah pasien meminta pulang paksa pada petugas. Sehingga
hal tersebut akan berdampak buruk yaitu menurunya kualitas pelayanan pada instalansi
kesehatan seperti rumah sakit, klinik, dan puskesmas (Damayanti, 2015).Penelitian skala
internasional mendapatkan 40% perawat yang menjadi Proses keperawatan menjadi alat
tersendiri bagi perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan serta memiliki arti
penting bagi kedua belah pihak yaitu perawat dan klien. Sebagai seorang perawat proses
keperawatan dapat digunakan sebagai pedoman dalam pemecahan masalah pada klien,
menunjukkan profesi yang memiliki profesionalitas yang tinggi, serta dapat memberikan
kebebasan pada klien untuk mendapatkan pelayanan yang cukup sesuai dengan
kebutuhannya. Dalam pendokumentasian atau melakukan tindakan layanan kesehatan
tidak jarang seorang perawat akan menemui masalah atau konflik, baik konflik antar
sesama perawat atau konflik antara perawat dengan petugas kesehatan lainya. Adapun
konflik yang terjadi adalah perbedaan gagasan dan ideologi dalam hal pengisian data
asuhan keperawatan, kelalaian perawat dalam memberikan terapi pada pasien, dan
terjadinya kesalahpahaman antara perawat dengan dokter dalam merumuskan diagnosa.
Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor dari banyaknya tenaga kesehatan yang
bekerja di sebuah pelayanan kesehatan diantaranya yakni memiliki riwayat pendidikan,
pengetahuan, serta motivasi yang berbeda-beda.
B. Rumusan Masalah

1. apa pengertian manajemen konflik?

2. bagaimana aspek positif dan negatif dari konflik?

3. bagaimana penyebab konflik?

4. bagaimana solusi pemecahan konflik?

5. bagaimana metode penatalaksanaan konflik?


C. Tujuan

1. untuk mengetahui pengertian manajemen konflik

2. untuk mengetahui aspek positif dan negatif dari konflik

3.untuk mengetahui bagaimana penyebab konflik

4.untuk mengetahui bagaimana solusi pemecahan konflik

5. untuk mengetahui bagaimana metode penatalaksanaan konflik


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANAJEMEN KONFLIK


Manajemen konflik berasal dari dua kata, yakni manajemen dan konflik. Istilah
manajemen berasal dari bahasa Italia ‘Maneggiare’ yang berarti melatih kuda-kuda, atau
secara harfiah ‘to handle’ yang artinya mengendalikan. Sementara itu, menurut kamus
Inggris Indonesia, ‘management’ artinya pengolahan dan istilah ‘manager’ berarti
tindakan membimbing atau memimpin.
Pengertian Manajemen Konflik Menurut Para Ahli
1. Howard Ross (1933)
Menurut Ross, pengertian manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang
diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah
hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa
penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal
positif, kreatif, bermufakat, atau agresif.
Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam
memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan
keputusan oleh pihak ketiga.Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses
manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi termasuk perilaku para pelaku
dan bagaimana mereka memengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.
2. Minnery (1980)
Minnery mengungkapkan arti dan pengertian manajemen konflik merupakan proses,
sama halnya dengan perencanaan yang merupakan proses.Menurutnya, proses
manajemen konflik perencanaan merupakan bagian yang rasional dan bersifat iteratif,
artinya bahwa pendekatan model manajemen konflik perencanaan terus mengalami
penyempurnaan sampai mencapai model ideal.
3. Johnson dan Johnson (dalam Farida: 1996)
Menurut Johnson dan Johnson dalam Farida, seseorang yang terlibat konflik maka
untuk menghadapinya seringkali digunakan religiusitas dasar manajemen konflik
yakni withdrawing (menghindari), forcing (memaksa), smoothing (melunak,
compromising (kompromi), dan confronting (konfrontasi).
4. Farida (1996)
Sementara itu, Farida berpendapat bahwa pengertian manajemen konflik yang biasa
digunakan seseorang adalah dominasi (domination), menyerah (capitulation), menarik
diri (withdrawal), negosiasi (negotiation), intervensi pihak ketiga (third party
intervention).Sedangkan dalam bahasa Cina, manajemen adalah ‘kuan lee’ yang
berasal dari dua kata yaitu ‘kuan khung’ yang artinya mengawasi orang kerja, dan ‘lee
chai’ yang artinya memanajemen konflik uang. Sehingga definisi manajemen di
dalam manajemen konflik ini tindakan untuk mengawasi atau mengatur orang
bekerja.

B. ASPEK POSITIF DAN NEGATIF DARI KONFLIK

Secara umum, dampak positif konflik adalah:

· Meningkatkan solidaritas antarindividu atau antarkelompok


· Membantu menciptakan norma baru dalam masyarakat
· Adanya penyesuaian norma sosial di masyarakat
· Termotivasi untuk mempertahankan nilai yang dianggap penting
· Meningkatkan efektivitas dalam organisasi, perusahaan, atau masyarakat
· Sebagai penyeimbang dari berbagai kekuatan yang ada.

Secara umum, Dampak negatif konflik

Dikutip dari buku Manajemen Keperawatan bagi Pendidikan Vokasi (2020) karangan
Grace Tedy Tulak, dampak negatif konflik, antara lain menimbulkan perasaan takut,
permusuhan, ancaman hingga kurangnya rasa percaya.Berikut beberapa dampak
negatif konflik:

Ø Menyebabkan retaknya hubungan antarkelompok sehingga muncul


disintegrasi social
Ø Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia
Ø Perubahan kepribadian individu. Misalnya dari yang semula sopan menjadi
kasar dan tidak ramah
Ø Adanya dominasi sebuah kelompok
Ø Munculnya aksi balas dendam dan perpecahan
Ø Timbulnya aksi kekerasan.

C. PENYEBAB KONFLIK

Di bawah ini adalah beberapa faktor penyebab konflik, antara lain:

1. Perbedaan Individu

Perbedaaan individu yang dimaksud yaitu meliputi perbedaan perasaan dan


pendirian.Dimana setiap manusia adalah individu yang unik. Ini artinya, setiap orang
mempunyai pendirian dan perasaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
Perbedaan pendirian dan perasaan tersebut tetaplah menjadi suatu hal ataupun
kawasan yang nyata itu meraih menjadi salah satu faktor penyebab konflik sosial.
Sebab, dalam menjalani suatu hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan
dengan kelompoknya. Misalnya saja, saat berlangsung pentas musik di lingkungan
pemukiman, tentu saja perasaan setiap orang akan berbeda-beda. Terdapat yang
merasa terganggu karena berisik, tapi juga ada yang merasa terhibur.

2. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan Sehingga Menciptakan Pribadi yang


Berbeda

Beberapa orang mungkin akan terpengaruh dengan pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda-beda itu pada akhirnya dapat
memicu konflik.

3. Perbedaan Kepentingan Antara Individu dan Kelompok

Setiap orang pasti memiliki perasaan, pendirian atau latar belakang kebudayaan
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing
orang atau kelompok mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Terkadang,
orang-orang melakukan hal yang serupa, namun memiliki tujuan yang berbeda-beda.

4. Perubahan Nilai yang Ekspress dan Mendadak di dalam Penduduk

Perubahan merupakan sesuatu yang wajar terjadi. Tapi bila perubahan tersebut
berlangsung secara cepat dan mendadak, maka perubahan itu dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya saja, di dalam masyarakat pedesaan yang
mengalami suatu proses industrialisasi yang cukup mendadak, maka hal itu tentu
akan memunculkan konflik sosial. Sebab, nilai-nilai lama yang sudah ada di dalam
masyarakat tradisional yang umumnya bercorak pertanian secara mendadak berubah
menjadi nilai-nilai masyarakat industri.

D. SOLUSI PEMECAHAN KONFLIK

Ada delapan prosedur umum dalam rangka penyelesaian konflik, yaitu: Lumping it,
Avoidance or exit, Coersion, Negotiation, Conciliation, Mediaton, Arbitration, dan
Adjudication.
1) Lumping it. Terkait dengan kegagalan salah satu pihak yang bersengketa untuk
menekankan tuntutannya. Dengan kata lain isu yang dilontarkan diabaikan
(simply ignored) dan hubungan dengan pihak lawan terus berjalan.
2) Avoidance or exit. Mengakhiri hubungan dengan meninggalkannya. Dasar
pertimbangannya adalah pada keterbatasan kekuatan yang dimiliki
(powerlessness) salah satu pihak ataupun alasan-alasan biaya sosial, ekonomi
atau psikologis.
3) Coersion. Satu pihak yang bersengketa menerapkan keinginan atau
kepentingannya pada pihak yang lain.
4) Negotiation. Kedua belah pihak menyelesaikan konflik secara bersamasama
(mutual settlement) tanpa melibatkan pihak ketiga
5) Concilliation. Mengajak (menyatukan) kedua belah pihak yang bersengketa
untuk bersama-sama melihat konflik dengan tujuan untuk menyelesaikan
persengketaan.
6) Mediation. Pihak ketiga yang mengintervensi suatu pertikaian untuk membantu
pihak-pihak yang bersengketa mencapai kesepakatan.
7) Arbitration. Bilamana kedua belah pihak yang bersengketa menyetujui intervensi
pihak ketiga dan kedua belah pihak sudah harus menyetujui sebelumnya untuk
menerima setiap keputusan pihak ketiga.
8) Adjudication. Apabila terdapat intervensi pihak ketiga yang memiliki otoritas
untuk mengintervensi persengketaan dan membuat serta menerapkan keputusan
yang diambil baik yang diharapkan maupun tidak oleh kedua belah pihak yang
bersengketa.

E. METODE PENATALAKSANAAN KONFLIK

Metode Penanganan Konflik Ditinjau dari sudut manajerial,metode - metode penaanganan


konflik antara lain (Soeharto, 2001) :

1) Memaksakan kehendak (Forcing)


2) Mencari upaya pemecahan masalah (problem solving)
3) Berdamai atau koompromi (compromise)
4) Mendinginkan suasana (smoothing)
5) Menarik diri (withdrawal)
a) Forcing,Forcing berarti memaksakan kehendak atau pandangan dari satu
pihak kepada pihak lain yang sedang terlibat konflik. Artinya, pada saat
forcing, ada pihakyang menang dan ada pihak yang kalah. Hal ini dapat
terjadi bila pihak yang satu posisinya terlalu kuat terhadap yang lain.
Selain itu, biasanya pihak yang kalah memilika ketergantungan yang
bersifat prinsip terhadap pemenang.
b) Pemecahan masalah (problem solving), Pemecahan masalah sering juga
disebut konfrontasi, karena sifatnya adalah membicarakan secara terbuka
dan langsung berdialog antara pihak-pihak yang terlibat. Jadi dalam hal
ini,terlebih dahulu didefinisikan bisa jadi disebabkan karena belum adanya
konsep yang jelas untuk mendinginkan suasana, sambil memikirkan
pendekatan lain pada waktu yang lebih baik.
c) Mendinginkan suasana (smoothing), Mendinginkan suasana dilakukan
dengan cara menekankan aspek yang positif (dari sudut kepentingan
bersama) dari bagian isu yang menjadi sumber konflik dan menomor
duakan atau mengesampingkan sementara perbedaan pendapat bagian isu
yang lain. Jadi, disini diusahakan menjaga agar suasana tetap bersahabat
atau cara penanganan konflik yang sering digunakan adalah jika
mempunyai nilai frekuensi terbasar.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen konflik individu dengan cara komunikasi yang baik dengan pasangan
secara intens agar tidak menimbulkan dugaan-dugaan konflik dan tetap berfikir secara
positif, pada subjek tersebut adalah sama-sama memiliki kurangnya pengalaman dalam
manajemen konflik dan juga memberikan pengaruh pikiran negatif yang berlebihan
sehingga menimbulkan perilaku-perilaku konflik. Terus cara-cara penyelesaian konflik
yang amat sangat minim sehingga kurangnya kreatifitas dalam menyelesaikan masalah
konflik. Konflik yang sering di alami oleh subjek ini hanya masalah komunikasi saja
karena salah paham dan dengan pertengkaran adu mulut saja tidak sampai menjurus
kekerasaan. Langkah-langkah yang baik digunakan untuk menagani konflik yaitu dengan
cara melakukan negosiasi sehingga terjadi satu tawar menawar yang menguntungkan serta
tetap mempertahankan interaksi sosialnya. Selain itu dapat pula menggunakan bentuk lain
yang disebut reasoning yaitu sudah dapat berpikir secara logis dalam penyelesaian
masalah.Setiap individu yang sudah menikah baik itu yang melakukan longdistance
relationship ataupun tidak disitu akan tetap timbul sebuah konflik dan dimana individu
disana bertanggung jawab dan harus mempunyai cara dalam memanajemen konflik itu
sendiri agar tidak melebar kemana-kemana yang lebih penting masalah komunikasi harus
tetap terjaga dengan baik tidak berpikiran yang negatif juga salah satunya yang terpenting
semoga skripsi ini bisa dijadikan acuan bagi pasangan yang menikah muda entah itu yang
longdistance relationship ataupun tidak agar dapat memetik pelajaran dari ini semua dan
dapat memenajemen konflik dengan baik sehingga membuat rumah tangga utuh dan
terhindar dari perceraaian.
B. SARAN
Saran untuk pembaca agar lebih mempelajari lagi mengenai Manajemen konflik
dan dari pembaca meminta kritikan dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Diekmann, J.E., Girard, M.J., and Abdul-Hadi,N. (1994). Dispute Potential Index: AStudy
into the Predictability of
Contract Disputes. Construction Industry Institute, Boulder, ColoFenn, P., Lowe, D. and
Speek C. (1997).“Conflict and dispute in construction”.
Contract Management Economics.Journal of Management in Engineering,
ASCE, Vol. 18No. 1:20.Filley, A.C. (1975). “Interpersonal ConflictResolution”. Glenview,
Illinois: Scott,
Foresmen, 1975. https://elearning.menlhk.go.id/pluginfile.php/849/mod_resource/content/1/
penyelesaian_konflik.html
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-konflik/
https://www.kompas.com/skola/read/2022/06/13/093000269/dampak-positif-dan-negatif-
konflik-dalam-kehidupan-sosial

You might also like