Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH
NIM: PO5303212210262
KELAS: A//II
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
C. PENYEBAB KONFLIK
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan sehari-
hari. Konflik juga bahkan menjadi salah satu penyebab utama dari penurunan angka
produktivitas kerja dari seorang karyawan. Konflik dapat terjadi pada keluarga,
lingkungan sekitar, bahkan dalam tenaga medis sekalipun. Termasuk seorang perawat,
sangat memungkinkan dalam menghadapi konflik selama menjalankan tugasnya.
Beberapa sumber konflik dari bidang keperawatan adalah perbedaan gagasan dan
ideologi dalam pendokumentasian asuhan keperawatan antar perawat. Jumlah pasien
yang memiliki riwayat penyakit infeksius juga dapat menyebabkan perawat memiliki
tingkat stres yang tinggi. Konflik jika terjadi secara terus-menerus dapat berpengaruh
pada pasien, salah satunya adalah pasien meminta pulang paksa pada petugas. Sehingga
hal tersebut akan berdampak buruk yaitu menurunya kualitas pelayanan pada instalansi
kesehatan seperti rumah sakit, klinik, dan puskesmas (Damayanti, 2015).Penelitian skala
internasional mendapatkan 40% perawat yang menjadi Proses keperawatan menjadi alat
tersendiri bagi perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan serta memiliki arti
penting bagi kedua belah pihak yaitu perawat dan klien. Sebagai seorang perawat proses
keperawatan dapat digunakan sebagai pedoman dalam pemecahan masalah pada klien,
menunjukkan profesi yang memiliki profesionalitas yang tinggi, serta dapat memberikan
kebebasan pada klien untuk mendapatkan pelayanan yang cukup sesuai dengan
kebutuhannya. Dalam pendokumentasian atau melakukan tindakan layanan kesehatan
tidak jarang seorang perawat akan menemui masalah atau konflik, baik konflik antar
sesama perawat atau konflik antara perawat dengan petugas kesehatan lainya. Adapun
konflik yang terjadi adalah perbedaan gagasan dan ideologi dalam hal pengisian data
asuhan keperawatan, kelalaian perawat dalam memberikan terapi pada pasien, dan
terjadinya kesalahpahaman antara perawat dengan dokter dalam merumuskan diagnosa.
Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor dari banyaknya tenaga kesehatan yang
bekerja di sebuah pelayanan kesehatan diantaranya yakni memiliki riwayat pendidikan,
pengetahuan, serta motivasi yang berbeda-beda.
B. Rumusan Masalah
Dikutip dari buku Manajemen Keperawatan bagi Pendidikan Vokasi (2020) karangan
Grace Tedy Tulak, dampak negatif konflik, antara lain menimbulkan perasaan takut,
permusuhan, ancaman hingga kurangnya rasa percaya.Berikut beberapa dampak
negatif konflik:
C. PENYEBAB KONFLIK
1. Perbedaan Individu
Beberapa orang mungkin akan terpengaruh dengan pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda-beda itu pada akhirnya dapat
memicu konflik.
Setiap orang pasti memiliki perasaan, pendirian atau latar belakang kebudayaan
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing
orang atau kelompok mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Terkadang,
orang-orang melakukan hal yang serupa, namun memiliki tujuan yang berbeda-beda.
Perubahan merupakan sesuatu yang wajar terjadi. Tapi bila perubahan tersebut
berlangsung secara cepat dan mendadak, maka perubahan itu dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya saja, di dalam masyarakat pedesaan yang
mengalami suatu proses industrialisasi yang cukup mendadak, maka hal itu tentu
akan memunculkan konflik sosial. Sebab, nilai-nilai lama yang sudah ada di dalam
masyarakat tradisional yang umumnya bercorak pertanian secara mendadak berubah
menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Ada delapan prosedur umum dalam rangka penyelesaian konflik, yaitu: Lumping it,
Avoidance or exit, Coersion, Negotiation, Conciliation, Mediaton, Arbitration, dan
Adjudication.
1) Lumping it. Terkait dengan kegagalan salah satu pihak yang bersengketa untuk
menekankan tuntutannya. Dengan kata lain isu yang dilontarkan diabaikan
(simply ignored) dan hubungan dengan pihak lawan terus berjalan.
2) Avoidance or exit. Mengakhiri hubungan dengan meninggalkannya. Dasar
pertimbangannya adalah pada keterbatasan kekuatan yang dimiliki
(powerlessness) salah satu pihak ataupun alasan-alasan biaya sosial, ekonomi
atau psikologis.
3) Coersion. Satu pihak yang bersengketa menerapkan keinginan atau
kepentingannya pada pihak yang lain.
4) Negotiation. Kedua belah pihak menyelesaikan konflik secara bersamasama
(mutual settlement) tanpa melibatkan pihak ketiga
5) Concilliation. Mengajak (menyatukan) kedua belah pihak yang bersengketa
untuk bersama-sama melihat konflik dengan tujuan untuk menyelesaikan
persengketaan.
6) Mediation. Pihak ketiga yang mengintervensi suatu pertikaian untuk membantu
pihak-pihak yang bersengketa mencapai kesepakatan.
7) Arbitration. Bilamana kedua belah pihak yang bersengketa menyetujui intervensi
pihak ketiga dan kedua belah pihak sudah harus menyetujui sebelumnya untuk
menerima setiap keputusan pihak ketiga.
8) Adjudication. Apabila terdapat intervensi pihak ketiga yang memiliki otoritas
untuk mengintervensi persengketaan dan membuat serta menerapkan keputusan
yang diambil baik yang diharapkan maupun tidak oleh kedua belah pihak yang
bersengketa.