You are on page 1of 19

ASUHAN KEPERAWATAN DAN LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS HEMOFILIA PADA AN.K DI RUANG POLI


KLINIK ANAK RSUD DR.ZAINOEL ABIDIN
KOTA BANDA ACEH

DISUSUN

OLEH:

FIRDHATUN NAIEM
NIM: 22900010

STIKes MEDIKA NURUL ISLAM


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
HEMOFILIA

A. Pengertian Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit perdarahan akibat kelainan faal koagulasi yang
bersifat herediter dan diturunkan secara X-linked recessive sehingga hanya
bermanifestasi pada laki-laki, sedangkan wanita hanya menjadi karier atau
pembawa sifat penyakit ini. Dikenal tiga tipe hemofilia yaitu hemofilia A, B, dan
C yang secara klinis ketiganya tidak dapat dibedakan. Hemofilia terjadi oleh
karena adanya defisiensi atau gangguan fungsi salah satu factor pembekuan yaitu
faktor VIII pada hemofilia A serta kelainan faktor IX pada hemofilia B dan
faktor XI pada hemofilia C. Hemofilia A merupakan bentuk yang paling sering
dijumpai (hemofilia A 80-85%, hemophilia B 15- 20%). Prevalensi hemofilia
sebesar 5000-10.000 penduduk laki-laki yang lahir hidup (Yantie & Ariawati,
2012).
Jadi hemofilia adalah kelainan koagulasi darah yang disebabkan oleh tidak
adanya salah satu faktor pembekuan darah terutama pada faktor VIII, IX atau XI
yang hampir seluruhnya penyakit ini timbul pada laki-laki.
B. Etiologi
1. Faktor Genetik
Hemofilia atau penyakit gangguan pembekuan darah memang menurun dari
generasi ke generasi lewat wanita pembawa sifat (carier) dalam keluarganya,
yang bisa secara langsung maupun tidak.Seperti kita ketahui, di dalam setiap
sel tubuh manusia terdapat 23 pasang kromosom dengan bebagai macam
fungsi dan tugasnya.Kromosom ini menentukan sifat atau ciri organisme,
misalnya tinggi, penampilan, warna rambut, mata dan sebagainya.Sementara,
sel kelamin adalah sepasang kromosom di dalam inti sel yang menentukan
jenis kelamin makhluk tersebut. Seorang pria mempunyai satu kromosom X
dan satu kromosom Y, sedangkan wanita mempunyai dua kromosom X. Pada
kasus hemofilia, kecacatan terdapat pada kromosom X akibat tidak adanya
protein faktor VIII dan IX (dari keseluruhan 13 faktor), yang diperlukan bagi
komponen dasar pembeku darah (fibrin). (Sylvia, 2012).
2. Faktor Epigenik
Hemofilia A disebabkan kekurangan faktor VIII dan hemofilia B disebabkan
kekurangan faktor IX.Kerusakan dari faktor VIII dimana tingkat sirkulasi
yang fungsional dari faktor VIII ini tereduksi.Aktifasi reduksi dapat
menurunkan jumlah protein faktor VIII, yang menimbulkan abnormalitas dari
protein. Faktor VIII menjadi kofaktor yang efektif untuk faktor IX yang aktif,
faktor VIII aktif, faktor IX aktif, fosfolipid dan juga kalsium bekerja sama
untuk membentuk fungsional aktifasi faktor X yang kompleks (”Xase”),
sehingga hilangnya atau kekurangan kedua faktor ini dapat mengakibatkan
kehilangan atau berkurangnya aktifitas faktor X yang aktif dimana berfungsi
mengaktifkan protrombin menjadi trombin, sehingga jika trombin mengalami
penurunan pembekuan yang dibentuk mudah pecah dan tidak bertahan
mengakibatkan pendarahan yang berlebihan dan sulit dalam penyembuhan
luka. (Sylvia, 2012).
C. Manifestasi Klinik
Gejala khasnya menurut (Permono,2005) hematrosis (perdarahan sendi) yang
nyeri dan menimbulkan keterbatasan gerak. Pendarahan sendi berulang dapat
mengakibatkan kerusakan berat sampai terjadi nyeri kronis dan ankilosis (fiksasi)
sendi.:
1. Memar besar dan meluas dan pendarahan ke dalam otot, sendi, dan jaringan
lunak meskipun hanya akibat trauma kecil
2. Persendian yang bengkak, nyeri atau pembengkakan pada tungkai atau lengan
(terutama lutut atau siku) bila perdarahan terjadi.
3. Kebanyakan pasien mengalami kecacatan akibat kerusakan sendi sebelum
mereka dewasa.
4. Perdarahan hebat karena luka potong yang kecil.
5. Hematuri spontan dan perdarahan gastrointestinal dapat terjadi.Sebelum
tersedia konsentrat faktor VIII, kebanyakan pasien meninggal akibat
komplikasi hemofilia sebelum mereka mencapai usia dewasa. Ada juga
penderita hemofilia dengan defisiensi yang ringan, mempunyai sekitar 5% dan
25% kadar faktor VIII dan IX normal. Pasien seperti ini tidak mengalami
nyeri dan kecacatan pada otot maupun pendarahan sendi, namun mengalami
perdarahan ketika cabut gigi atau operasi. Namun demikian, perdarahan
tersebut dapat berakibat fatal apabila penyebabnya tidak diketahui dengan
segera.

D. Patofisiologi
Pada hemofilia, terjadi ketidaksempurnaan pembekuan darah di jalur
intrinsiknya.disini trombosit mengalami gangguan yaitu menghasilkan faktor VIII,
yaitu Anti Hemophiliac Faktor (AHF) atau faktor IX. AHF dalam mekanisme
pembekuan darah intrinsik, membantu dalam poses aktivasi faktor X manjadi
faktor X teraktivasi. Faktor X teraktivasi inilah yang akan membentuk aktivator
protrombin, di mana aktivator protrombin yang akan membantu proses
pengubahan protrombin menjadi trombin.Trombin inilah yang bekerja pada
fibrinogen yang akan membantu terbentuknya molekul fibrinogen monomer.
Molekul fibrinogen monomer inilah yang akan membentuk benang-benang fibrin
yang panjang yang merupakan reticulum bekuan darah. Jadi, jika terjadi defisiensi
faktor VIII atau IX, maka tidak akan terbentuk benang-benang fibrin yang
merupakan reticulum bekuan darah sehingga darah sulit membeku (hemofila)
karena malalui defisiensi faktor VIII maupun IX, tidak akan terbenatuk faktor X
teraktivasi yang membantu pembentukan aktivator protrombin. Karena aktivator
protrombin tidak terbentuk, maka trombin juga tidak terbentuk. Hal ini akan
menagkibatkan tidak terbentuknya benang-benang fibrin sehingga pemebekuan
darah sulit terjadi. Perdarahan di bagian dalam dapat mengganggu fungsi sendi
yakni mengakibatkan otot sendi menjadi kaku dan lumpuh, bahkan kalau
perdarahan berlanjut dapat mengakibatkan kematian pada usia dini (Sylvia, 2012).
Pathway Hemofilia

Faktor Kongiental : Genetik Faktor Lainnya : Defisiensi Vit. K

Faktor Genetik Defisiensi Vit. K

Stabilitas Fibrin Gag proses koagulasi


Tidak memadai

Perdarahan Luka tidak tertutup

Perdarahan
Darah sukar membeku

HEMOFILIA
HEMOFILIA

Kehilangan banyak Kumpulan Perdarahan dijaringan otot Pendarahan


darah trombosit menurun persendian diotak

Resiko Resiko Darah


Sirkulasi darah Hematoma,
infeksi Hb menurun Cidera menekan
ke jantung edmea
menurun jaringan otak

Perdarahan Aliran darah dan O2 ke


paru menurun Destruksi sel
Gastrointestina Iskemik Miokard Edema serebri,
otot oleh
l plasma darah peningkatan TIK

Hematemesis, Hipoksia Pengisian ventrikel


melena kiri menurun Nyeri akut Nyeri, pusing,
penurunan
Dispneu
kesadaran
Penurunan Curah Jantung Struktur intrasel otot
Sistem dan ligament
perkemihan ; kontraksi mengerut Resiko
Pola Nafas Ketidakefektifan
Hematuria Ketidakefektifan
tidak efektif Perfusi Jaringan Perifer Perfusi Jaringan
Serebral
Resiko perdarahan Arthropati
Intoleransi Aktivitas

Kekurangan Resiko Syok Hambatan mobilitas fisik


Volume Cairan Hipovolemik

Gambar 7.1 Pathway Hemofilia (Sumber : Guyton, 2008)


E. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang akan muncul pada penderita hemofilia :
1. Timbulnya inhibitor.
Inhibitor adalah cara tubuh untuk melawan apa yang dilihatnya sebagai benda
asing yang masuk . Hal ini berarti segera setelah konsentrat faktor diberikan
tubuh akan melawan dan akan menghilangkannya.
2. Kerusakan sendi akibat perdarahan berulang.
Kerusakan sendi adalah kerusakan yang disebabkan oleh perdarahan berulang
di dalam dan di sekitar rongga sendi.Kerusakan yang menetap dapat
disebabkan oleh satu kali perdarahan yang berat (hemarthrosis).. Makin sering
perdarahan dan makin banyak perdarahan makin besar kerusakan. Sendi yang
paling sering rusak adalah sendi engsel seperti :
a. Lutut
b. Pergelangan kaki
c. Siku
Sendi engsel ini hanya mempunyai sedikit perlindungan terhadap tekanan
dari samping.Akibatnya sering terjadi perdarahan. Sendi peluru yang
mempunyai penunjang lebih baik, jarang terjadi perdarahan seperti : Panggul
dan bahu. Sendi pada pergelangan tangan, tangan dan kaki kadang – kadang
mengalami perdarahan.Namun jarang menimbulkan kerusakan sendi. 
3. Infeksi yang ditularkan oleh darah
Dalam 20 tahu terakhir, komplikasi hemofilia yang paling serius adalah
infeksi yang ditularkan oleh darah. Di seluruh dunia banyak penderita hemofilia
yang tertular HIV, hepatitis B dan hepatitis C. Mereka terkena infeksi ini dari
plasma, cryopresipitat dan khususnya dari konsentrat factor yang dianggap akan
membuat hidup mereka normal.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Betz & Sowden, 2009) meliputi :
1. Pemeriksaan Lab. darah
Hemofilia A :
a. Defisiensi faktor VIII
b. PTT (Partial Thromboplastin Time) amat memanjang
c. PT (Protrombin Time/ waktu protombin) memanjang
d. TGT (Thromboplastin Generation Test) / diferential APTT dengan
plasma abnormal
e. Jumlah trombosit dan waktu perdarahan normal
Hemofilia B :
a. Defisiensi faktor IX
b. PTT (Partial Thromboplastin Time) amat memanjang
c. PT (Protrombin Time)/ waktu protombin dan waktu perdarahan normal
d. TGT (Thromboplastin Generation Test)/ diferential APTT dengan serum
abnormal
2. Uji skrinning untuk koagulasi darah
a. Jumlah thrombosit (normal)
b. Masa protrombin (normal)
c. Masa thromboplastin parsial (meningkat, mengukur keadekuatan factor
koagulasi intrinsic)
d. Masa perdarahan (normal, mengkaji pembentukan sumbatan thrombosit
dalam kapiler)
e. Assys fungsional terhadap factor VIII dan IX (memastikan diagnosis)
f. Masa pembekuan thrombin
3. Biopsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh jaringan untuk
pemeriksaan patologi dan kultur.
4. Uji fungsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit
hati penyakit hati. Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), Serum
Glutamic Oxaloacetic Tansaminase (SGOT), Fosfatase alkali, bilirubin.
5. Venogram (menunjukkan sisi actual dari thrombus)
6. Ultrasonograph Dopples / Pletismografi (menandakan aliran darah lambat
melalui pembuluh darah).
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksannan yang bisa dilakukan menurut (Corwin, 2009) meliputi :
1. Penatalaksanaan medis yang lazim dilakukan pada klien ini adalah sbb:
a. Transfusi periodic dari plasma beku segar (PBS)
b. Pemberian konsentrat faktor VIII dan IX pada klien yang mengalami
perdarahan aktif atau sebagai upaya pencegahan sebelum pencabutan gigi
dan pembedahan
c. Hindari pemberian aspirin atau suntikan secara IM
2. Terapi Suportif yang diberikan Pada Klien dengan Hemofilia Pengobatan
rasional pada hemofilia adalah menormalkan kadar faktor anti hemophilia yang
kurang.Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
a. Melakukan pencegahan baik menghindari luka atau benturan
b. Merencanakan suatu tindakan operasi serta mempertahankan kadar aktivitas
faktor pembekuan sekitar 30-50%
c. Untuk mengatasi perdarahan akut yang terjadi maka dilakukan tindakan
pertama seperti rest, ice, compression, elevation (RICE) pada lokasi
perdarahan.
d. Kortikosteroid, pemberian kortikosteroid sangat membantu untuk
menghilangkan proses inflamasi pada sinovitis akut yang terjadi setelah
serangan akut hemartrosis. Pemberian prednisone 0,5-1 mg/kg BB/hari
selama 5-7 hari dapat mencegah terjadinya gejala sisa berupa kaku
sendi(artrosis) yang menggangu aktivitas harian serta menurunkan kualitas
hidup pasien hemophilia
e. Analgetika. Pemakaian analgetika diindikasikan pada pasien hemartrosis
dengan nyeri hebat, dan sebaiknya dipilih analgetika yang tidak mengganggu
agregasi trombosit (harus dihindari pemakaian aspirin dan antikoagulan)
f. Rehabilitasi medik
3. Terapi Pengganti Faktor pembekuan
a. Pemberian faktor pembekuan dilakukan 3 kali seminggu untuk menghindari
kecacatan fisik (terutama sendi) sehingga pasien hemophilia dapat
melakukan aktivitas normal. Namun untuk mencapai tujuan tsb dibutuhkan
faktor anti hemophilia (AHF) yang cukup banyak dengan biaya yang tinggi.
b. Terapi pengganti faktor pembekuan pada kasus hemophilia dilakukan
dengan memberikan FVIII atau FIX, baik rekombinan, konsentrat maupun
komponen darah yang mengandung cukup banyak faktor-faktor pembekuan
tsb. Pemberian biasanya dilakukan dalam beberapa hari sampai luka atau
pembengkakan membaik, serta khususnya selama fisioterapi.
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Biodata Klien
Terjadi pada semua umur biasanya anak laki-laki dan wanita sebagai carier.
2. Keluhan Utama
a. Perdarahan lama ( pada sirkumsisi )
b. Epitaksis
c. Memar, khususnya pada ekstremitas bawah ketika anak mulai berjalan
dan terbentur pada sesuatu.
d. Bengkak yang nyeri, sendi terasa hangat akibat perdarahan jaringan lunak
dan hemoragi pada sendi
e. Pada hemofilia C biasanya perdarahan spontan
f. Perdarahan sistem GI track dan SSP
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah klien mengalami salah satu atau beberapa dari keluhan utama
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah dulu klien mengalami perdarahan yang tidak henti-hentinya serta
apakah klien mempunyai penyakit menular atau menurun seperti Dermatitis,
Hipertensi, TBC.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien ada yang menderita hemofili pada laki-laki atau carrier pada
wanita.
6. Kaji Tingkat Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terlewati dengan sempurna.
7. ADL (Activity Daily Life)
a. Pola Nutrisi : anoreksia, menghindari anak tidak terlewati dengan
sempurna
b. Pola Eliminasi : hematuria, feses hitam
c. Pola personal hygiene : kurangnya kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan dini.
d. Pola aktivitas : kelemahan dan adanya pengawasan ketat dalam
beraktivitas
e. Pola istirahat : tidur terganggu karena nyeri
8. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik
b. Keadaan umum : kelemahan
c. BB : menurun
d. Wajah : Wajah mengekspresikan nyeri
e. Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan mukosa mulut
f. Hidung : epitaksis
g. Thorak/ dada : Adanya tarikan intercostanalis dan bagaimana suara paru
h. Suara jantung pekak
i. Adanya kardiomegali
j. Abdomen adanya hepatomegaly
k. Anus dan genetalia
l. Eliminasi urin menurun
m. Eliminasi alvi feses hitam
n. Ekstremitas : Hemartrosis memar khususnya pada ekstremitas bawah
9. Pemeriksaan Penunjang ( labolatorium )
a. Uji Skrinning untuk koagulasi darah
- Masa pembekuan memanjang (waktu pembekuan normal adalah 5-10
menit)
- Jumlah trombosit ( normal )
- Uji pembangkitan tromboplastin ( dapat menemukan pembentukan
yang tidak efisien dari tromboplastin akibat kekurangan F VIII )
b. Biopsi hati ( kadang-kadang ) digunakan untuk memperoleh jaringan
untuk pemeriksaan patologi dan kultur
c. Uji fungsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk mendeteksi adanya
penyakit hati
10. Pengkajian sistem neurologik
a. Pemeriksaan kepala
b. Reaksi pupil
c. Tingkat kesadaran
d. Reflek tendo
e. Fungsi sensoris
11. Hematologi
a. Tampilan umum
b. Kulit : (warna pucat, petekie, memar, perdarahan membran mukosa atau
dari luka suntikan atau pungsi vena)
c. Abdomen (pembesaran hati, limpa)
12. Kaji anak terhadap perilaku verbal dan nonverbal yang mengindikasikan nyeri
13. Kaji tempat terkait untuk menilai luasnya tempat perdarahan dan meluasnya
kerusakan sensoris, saraf dan motoris.
14. Kaji kemampuan anak untuk melakukan aktivitas perawatan diri (misal :
menyikat gigi)
15. Kaji tingkat perkembangan anak
16. Kaji Kesiapan anak dan keluarga untuk pemulangan dan kemampuan
menatalaksanakan program pengobatan di rumah.
17. Kaji tanda-tanda vital (TD, N, S, Rr).
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Hematologis
- Hemoragi dan perdarahan lama
- Memar superficial
- Splenomegali
b. Genitorinaria
- Hematuria spontan
c. Musculoskeletal
- Tanda dan gejala perdarahan otot profunda (nyeri, tegang pada area yang
terkena, ROM terbatas), dan peningkatan suhu serta edema pada tempat
perdarahan)
- Tanda dan gejala hemartrosis (nyeri, ROM terbatas, dan peningkatan
suhu, serta edema pada tempat perdarahan)
d. Meta, telinga, hidung, dan tenggorok
- Epistaksis
- Gusi berdarah

2. Diagnosa
1) Resiko cedera (hemoragi) yang berhubungan dengan penyakit.
2) Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan dan pembengkakan
3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan ROM akibat
perdarahan dan pembengkakkan
3. Intervensi
1) Resiko cedera (hemoragi) yang berhubungan dengan penyakit.
Criteria hasil: perdarahan pada anak berheni yang ditandai oleh tidak terlihat
perdarahan, lingkar area perdarahan tidak bertambah, rasa nyeri tidak
meningkat, tanda-tanda vital sesuai usia, kadar factor VII meningkat, dan
penurunan waktu tromboplastin parsial (Partial Tromboplastin Time, PTT).
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Beri tekanan langsung pada tempat perdarahan Tekanan langsung pada tempat
(mis; abrasi atau laserasi) selama sekurang- perdarahan dapat meningkatkan
kurangnya 15 menit. pembentukan bekuan.
Pertahankan agar area terjadinya perdarahan Imobilisasi mengurangi aliran darah ke
tidak bergerak (imobilisasi) area perdarahan dan mencegah bekuan
Tinggikan area perdarahan di atas tinggi jantung, keluar.
selama 12-24 jam. Meninggikan area perdarahan
mengurangi aliran darah ke tempat
Kompres area yang terkena dengan es. perdarahan dan meningkatkan
Beri kriopresipitat atau konsentrat factor VIII pembentukan bekuan.
(factor antihemofilik) sesuai yang diprogramkan. Es mempercepat vasokonstriksi.
Izinkan orang tua atau anak member obat Pemberian kriopresipitat atau konsentrat
tersebut jiak mereka menginginkannya. Apabila factor VIII melengkapi pembentukan
merekak membutuhkan pendidikan, ajarkan bekuan. Meminta orang tua atau anak
mereka cara menginsersi slang intravena, member obat tersebut, memungkinkan
persiapan lokasi kulit, juga cara menfiksasi mereka mempraktikkan teknik tersebut
perangkat intravena, mempersiapkan campuran utnuk penggunaan di rumah.
larutan, dan miali pasang infuse.
Pantau tanda vital anak, perhatikan setiap tanda
bradikardia, takikardia, penurunan tekanan Tanda ini mengindikasikan komplikasi
darah, peningkatan frakuensi napas, atau yang potensial, termasuk hipovolemia
penignkatan suhu. Laporkan setiap tanda ini sekunder akibat perdarahan dan beban
dengan segera kepada dokter. sirkulasi yang berlebihan, atau reaksi
Ukur lingkaran area perdarahan, beri tanda pada transfuse akibat pemberian kripresipitat
kulit untuk memastikan pengukuran yang atau konsentrat factor VIII.
konsisten. Ukur kembali area tersebut setap 8 Setiap penambahan panjang keliling
jam, emnggunakan alat ukur yang sama. lingkaran mengindikasikan perdarahan
berlanjut sehingga tempat perdarahan
Pantau factor VII anak dan kadar PTT sekurang- harus diimobilisasi dan kompres es perlu
kurangnya satu kali sehari. Laporkan setiap dilakukan. Menandai kulit dan
kelainan kepada dokter. menggunakan alat pengukuran yang sama
Beri asam aminokaproat (amicar) sesuai setiap kali pengukuran memastikan
program jika anak direncanakan untuk konsistensi.
pembedahan. Pemantauan nilai-nilai laboratorium ini,
Ikuti pedoman The centers for disease control membantu menentukan status pembekuan
and prevention untuk menagani darah atau anak dan kebutuhan intervensi lebih
cairan tubuh. lanjut.
Obat ini (tidak digunakan secara rutin)
Beri obat, misalnya, kortikosteroid dan asetat menghambat destruksi bekuan.
desmopresin (DDAVTP), sesuai program.
Penderita hemophilia berisiko tinggi
mengalami sindrom imunodefisiensi
didapat akibat penggunaan obat inravena
dan produk darah.
Kortikosteroid mengurangi peradangan;
asetat desmopresin menstimulasi aktivitas
factor VIII pada hemophilia ringan.

2) Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan dan pembengkakan.


Criteria hasil : anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri yang ditandai oleh
ekspresi wajah rileks, ekspresi rasa nyaman, mampu tertidur, dan tidak ada
kebutuhan obat analgesic.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat nyeri anak dengan menggunakan Pengkajian ini member data yang sangat
alat pengkajian nyeri. penting bertujuan untuk menentukan
keefektifan intervensi untuk
mengendalikan rasa nyeri, dan untuk
memantau status perdarahan anak karena
Beri obat analgesic (bukan salisilat atau produk nyeri yang konsisten atau meningkat,
mengandung aspirin), sesuai program. dapat m,engidentifikasikan perdarahan
berlanjut.
Obat analgesic dapat meredakan rasa nyeri
(mode kerja obat bergantung pada obat
spesifik yang digunakan). Obat aspirin dan
salisilat lain dapat memperpanjang waktu
protromnin dan menghambat agregasi
trombosit.

3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan ROM akibat


perdarahan dan pembengkakkan.
Criteria hasil : anak mampu mencapai ROM maksimum pada sendi yang
terkena ditandai dengan oleh kemampuan melakukan latihan yang
diprogramkan.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Anjurkan anak untuk melakukan latihan isometric, Latihan isometric dapat mempertahankan
sesuai program. kekuatan otot dengan cara menegangkan
otot-otot tanpa menggerakkan sendi.
Konsultasi dengan ahli terapi fisik tentang kebutuhan Alat-alat penopang membantu
alat-alat pendukung, misalnya alat penopang dan mem[pertahankan posisi fungsional dari
tentang upaya mengembangkan program latihan ROM otot dan sendi, serta mencegah atau
aktif dan pasif. mengurangi tingkat deformitas fifik.
Latihan ROM pasif dan aktif meningkatkan
tonus dan kekuatan otot sekitar sendi, serta
Kaji kebutuhan anak untuk pengobatan nyeri, sebelum membantu mencegah atrofi dan
memulai setiap sesi latihan. ketidakmampuan otot.
Member obat analgesic sebelum latihan,
dapat meningkatkan rasa nyaman dan kerja
sama.

4. Implementasi keperawatan

            Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Implementasi merupakan inisiatif dari
rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan,
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
            Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan
rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual),
kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan
tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995).
5. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan


pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan melibatkan pasien, keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya (Lynda Juall Capenito, 1999:28).
DAFTAR PUSTAKA

Betz, C. L., & Sowden, L. A. 2009. In Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5.
Jakarta: EGC
Bima,Muhammad Arryanugrah.2013 Anatomi Dan Fisiologi Tubuh Manusia.
Yogyakarta : Bhafanan Publishing
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Herdman, Heather.2015.Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta :
EGC
Herlman, T. Heather.2012.  NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi
dan  Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Herlman, T. Heather, dkk. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan  Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.

You might also like