You are on page 1of 24

Clinical Science Session

Trauma Kimia Pada Mata

Disusun Oleh :
Faisal Nugroho 1810312006
Farah Tri Ulfa 1810311038

Preseptor

dr. Havriza Vitresia, Sp. M(K)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat


rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
Clinical Science Session (CSS) ini dengan judul “Trauma Kimia Pada
Mata”. Shalawat beriring salam semoga disampaikan kepada
Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat, dan umat beliau. Makalah
ini merupakan salah satu tugas mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian
Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Havriza Vitresia, Sp.
M(K) yang telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Padang, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Batasan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................2
1.4 Metode Penulisan.................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
2.1 Trauma Kimia Pada Mata....................................................................................3
2.1.1 Trauma Asam.................................................................................................3
2.1.2 Trauma Basa..................................................................................................4
2.2 Gejala klinis..........................................................................................................7
2.3 Klasifikasi derajat keparahan.............................................................................10
2.4 Diagnosis............................................................................................................11
2.5 Perbandingan Trauma Asam dengan Trauma Basa..........................................13
2.6 Tatalaksana.........................................................................................................14
2.7 Komplikasi.........................................................................................................16
2.8 Prognosis............................................................................................................17
BAB 3 KESIMPULAN...............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata merupakan organ yang keberadaannya berhubungan


langsung dengan lingkungan luar sehingga sering menyebabkan mata
terkena dampak dari posisi anatominya tersebut. Mata sering terpapar
dengan keadaan lingkungan sekitar seperti udara, debu, benda asing
dan suatu trauma yang dapat langsung mengenai mata. Trauma pada
mata meliputi trauma tumpul, trauma tajam, trauma kimia, dan trauma

radiasi. Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan


kedaruratan oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata,
baik ringan, berat bahkan sampai kehilangan penglihatan. Trauma
kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat
terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat
merusak struktur bola mata tersebut.1

Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di


Amerika Serikat mengalami gangguan penglihatan akibat trauma. 75%
dari kelompok tersebut buta pada satu mata, dan sekitar 50.000
menderita cedera serius yang mengancam penglihatan setiap tahunnya.
Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di Amerika Serikat menerima
pengobatan medis karena trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari
800.000 kasus trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi
setiap tahunnya. Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio
terkena trauma mata 4 kali lebih besar. Dari data WHO tahun 1998
trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3
juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami

1
kebutaan bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar (84%)
merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi bervariasi trauma asam:basa
antara 1:1 sampai 1:4. Secara internasional, 80% dari trauma kimiawi
dikarenakan oleh pajanan karena pekerjaan.1

Mekanisme cedera antara trauma asam dan trauma basa sedikit


berbeda. Trauma yang disebabkan oleh bahan basa lebih cepat merusak
dan menembus kornea dibandingkan bahan asam. Dampak yang
ditimbulkan dari trauma kimia pada mata sangat tergantung pada
tingkat pH, kecepatan, dan jumlah bahan kimia yang mencapai mata.
Walaupun demikian, setiap bahan kimia yang masuk ke dalam mata
perlu diwaspadai agar tidak meningkatkan morbiditas dan mengganggu
fungsi penglihatan dari organ ini. Trauma pada mata memerlukan
penanganan yang tepat untuk mencegah kerusakan yang lebih berat
agar tidak berujung pada kebutaan. 2

1.2 Batasan Masalah


Dalam makalah ini akan membahas mengenai anatomi dan fisiologi, definisi,
epidemiologi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, diagnosis, manifestasi klinis,
tatalaksana, prognosis dan komplikasi dari trauma kimia pada mata.

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami serta menambah
pengetahuan tentang trauma kimia pada mata.

1.4 Metode Penulisan


Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan merujuk
ke berbagai literatur.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Trauma Kimia Pada Mata


2.1.1 Trauma Asam
A. Definisi
Merupakan trauma pada mata yang diakibatkan oleh bahan kimia

yang memiliki pH < 7. 2

B. Etiologi
Bahan asam yang menyebabkan trauma adalah:3
a. Sulfuric acid (H2SO4), contohnya aki mobil, bahan pembersih (industri).
b. Sulfurous acid (H2SO3), pada pengawet sayur dan buah.
c. Hydrofluoric acid (HF), efeknya sama bahayanya dengan trauma alkali.
Ditemukan pada pembersih karat, pengilat aluminium, penggosok kaca.
d. Acetic acid (CH3COOH), pada cuka.
e. Hydrochloric acid (HCl) 31-38%, zat pembersih.
C. Patofisiologi

Trauma asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion


hidrogen dan anion dalam kornea. Molekul hidrogen merusak
permukaan okular dengan mengubah pH, sementara anion merusak
dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi
protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam,
dan menyebabkan tampilan ground glass dari stroma korneal yang
mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang
disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada
trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa.4,5

Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini


secara cepat melewati membran sel, seperti alkali. Ion fluoride
dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan menghambat enzim

3
glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan magnesium membentuk
insoluble complexes. Nyeri lokal yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil
dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf
dengan pemindahan ion potassium. 4,5

Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan


denaturasi dan presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena
adanya daya buffer dari jaringan terhadap bahan asam serta adanya
presipitasi protein maka kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan
asam yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga
terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terlepas. Bahan
asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea. Bila
trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma
basa. Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi
koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada
kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat
destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan hanya pada bagian
superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontak
bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai
jaringan yang lebih dalam. 4,5

Gambar 3.Trauma Asam12

4
2.1.2 Trauma Basa
A. Definisi
Merupakan trauma pada mata yang diakibatkan oleh bahan kimia
yang memiliki pH >7. 2
B. Etiologi
Bahan basa yang biasanya menyebabkan trauma kimia adalah:3
a. Ammonia (NH3), zat ini banyak ditemukan pada bahan pembersih rumah
tangga, zat pendingin, dan pupuk.
b. NaOH, sering ditemukan pada pembersih pipa.
c. Potassium hydroxide (KOH), seperti caustic potash.
d. Magnesium Hydroxide (Mg(OH)2) seperti pada kembang api.
e. Lime (Ca(OH)2), seperti pada perekat, mortar, semen dan kapur.

C. Patofisiologi
Basa terdisosiasi menjadi ion hidroksil dan kation di permukaan
bola mata. Ion hidroksil membuat reaksi saponifikasi pada membran
sel asam lemak, sedangkan kation berinteraksi dengan kolagen stroma
dan glikosaminoglikan. Jaringan yang rusak ini menstimulasi respon
inflamasi, yang merangsang pelepasan enzim proteolitik, sehingga
memperberat kerusakan jaringan. Interaksi ini menyebabkan penetrasi
lebih dalam melalui kornea dan segmen anterior. Hidrasi lanjut dari
glikosaminoglikan menyebabkan kekeruhan kornea. Kolagenase yang
terbentuk akan menambah kerusakan kolagen kornea. Berlanjutnya
aktivitas kolagenase menyebabkan terjadinya perlunakan kornea.5,6
Hidrasi kolagen menyebabkan distorsi dan pemendekan fibril
sehingga terjadi perubahan pada jalinan trabekulum yang selanjutnya
dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Mediator
inflamasi yang dikeluarkan pada proses ini merangsang pelepasan
prostaglandin yang juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan

5
intraokular. Basa yang menembus dalam bola mata akan dapat merusak
retina sehingga akan berakhir dengan kebutaan penderita.5,6
Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang
sangat gawat pada mata. Basa akan menembus dengan cepat ke kornea,
bilik mata depan dan sampai pada jaringan retina. Proses yang terjadi
disebut nekrosis liquefactive. Bahan akustik soda dapat menembus ke
dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik.4,6
Penyulit yang dapat ditimbulkan oleh trauma basa adalah

simblefaron, kekeruhan kornea, edema dan neovaskularisasi kornea,

katarak, disertai dengan terjadi ptisis bola mata. Penyulit jangka

panjang dari luka bakar kimia adalah glaukoma sudut tertutup,


pembentukan jaringan parut kornea, simblefaron, entropion, dan
keratitis sika. 5,6
Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena

bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik

dimana dapat secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke

bilik mata depan, bahkan sampai retina. Trauma basa akan memberikan

iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat

pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu

kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior

sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada

trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan

kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses saponifikasi,

disertai dengan dehidrasi. 4

6
Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya

sel jaringan. Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan

saponifikasi disertai dengan disosiasi asam lemak membran sel. Akibat

saponifikasi membran sel akan mempermudah penetrasi lebih lanjut zat


alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan
terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea
akan bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea akan
terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea.
Serbukan sel ini cenderung disertai dengan pembentukan pembuluh
darah baru atau neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel
kornea rusak akan memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel
yang baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma
dibawahnya melalui plasminogen aktivator. Bersamaan dengan
dilepaskan plasminogen aktivator dilepas juga kolagenase yang akan
merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan
penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan dapat
terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah
trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus
pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia.
Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap atau
vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali sudah
masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi
badan siliar. 5,6

7
Gambar 4.Trauma basa12

Gambar 5.Cooked fish eye pada trauma basa yang sudah lanjut12

2.2 Gejala klinis


Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2
fase, yaitu fase kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia
serta fase penyembuhan:4,5,6
Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat
diikuti oleh hal- hal sebagai berikut:
 Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan
oklusi pembuluh darah pada limbus.
 Hilangnya stem sel limbus dapat berdampak pada vaskularisasi.

8
 Kerusakan persisten pada epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea
bersih.
 Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan
dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea.
 Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan
kerusakan iris dan lensa.
 Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang
dibutuhkan untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.
 Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.

Penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses berikut:


 Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran
dari sel-sel epitelial yang berasal dari stem sel limbus.
 Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit terjadi sintesis
kolagen yang baru.
Beberapa gejala klinis yang dapat terjadi antara lain : 4,5,6
1. Penurunan visus mendadak akibat defek pada kornea berupa defek pada
epitel kornea atau defek pada lapisan kornea yg lebih dalam lagi. Akan tetapi
trauma asam akan membentuk sawar presipitat jaringan nekrotik yang
cenderung membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut.
2. Edema pada kelopak mata yang disebabkan adanya peningkatan
permeabilitas pembuluh darah. Kerusakan pada jaringan palpebra sehingga
mata tidak dapat menutup sempurna dan terbentuknya jaringan parut pada
palpebra.
3. Hiperemis konjungtiva hingga dapat terbentuknya kemosis.

9
Gambar 6.Kemosis12

4. Kerusakan pada kornea dapat bervariasi dari yang paling ringan, yaitu
keratitis pungtata superfisial hingga defek epitel luas berupa erosi kornea,
hilangnya epitel kornea hingga perforasi kornea. Walaupun jarang, perforasi
kornea permanen dapat terjadi dalam beberapa hari hingga minggu pada
trauma kimia parah yang tidak ditangani dengan baik. Pada defek epitel luas,
hasil tes flouresin mungkin negatif.
5. Kabut stroma dapat bervariasi dari kornea bersih hingga opasifikasi
sempurna.
6. Iskemik perilimbus merupakan indikator untuk prognosis penyembuhan
kornea, karena stem sel di limbus yang berperan dalam repopulasi epitel
kornea. Semakin luas iskemik yang terjadi di limbus, maka prognosis juga
semakin buruk. Tetapi keberadaan stem sel perilimbus yang intak tidak dapat
menjamin terbentuknya reepitalial yang normal.
7. Terjadinya reaksi peradangan pada bagian anterior, reaksi yang terbentuk
bervariasi dari flare sampai reaksi fibrinoid. Secara umum trauma basa lebih
sering menyebabkan peradangan bilik mata depan akibat kemampuannya
yang dapat menembus lapisan kornea.
8. Peningkatan tekanan intraokular (TIO) dapat terjadi secara mendadak akibat
dari deformasi dan pengurangan serabut kolagen serta keikutsertaan

10
prostaglandin. Peningkatan TIO yang terus menerus secara langsung
berhubungan dengan derajat kerusakan segmen anterior akibat peradangan.
2.3 Klasifikasi derajat keparahan
Trauma kimia pada mata dapat diklasifikasikan sesuai dengan
derajat keparahan yang ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab
trauma. Klasifikasi ini juga bertujuan untuk penatalaksaan yang sesuai
dengan kerusakan yang muncul serta indikasi penentuan prognosis.
Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat kejernihan kornea dan
keparahan iskemik limbus. Selain itu klasifikasi ini juga untuk menilai
patensi dari pembuluh darah limbus (superfisial dan profunda). 5
Klasifikasi yang biasa digunakan untuk menilai gejala klinis dan
prognosis adalah:
1. Klasifikasi Hughes
a. Ringan : Erosi epitel kornea, kornea sedikit kabur, tidak ada
nekrosis iskemik konjungtiva atau sklera.
b. Sedang : Opasitas kornea mengaburkan detail iris, nekrosis
iskemik yang minimal di konjungtiva dan sklera.
c. Berat : Garis pupil kabur, iskmeik nekrosis konjungtiva atau
sklera yang signifikan.
2. Klasifikasi Thoft
a. Derajat 1 : Kerusakan epitel kornea, tidak ada iskemik.
b. Derajat 2 : Kornea kabur, tapi iris masih bisa terlihat, iskemik
kecil dari 1/3 limbus.
c. Derajat 3 : Epitel kornea hilang total, stroma kabur sehingga iris
juga terlihat kabur, iskemik 1/3 hingga 1/2 limbus.
d. Derajat 4 : Kornea opak, iskemik lebih dari 1/2 limbus.

11
Gambar 7.Klasifikasi Derajat Keparahan Trauma Kimia
(a) derajat 1 (b) derajat 2 (c) derajat 3 (d) derajat 412

2.4 Diagnosis
Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala
klinis, anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini
tidaklah mutlak dilakukan dikarenakan trauma kimia pada mata
merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya diperlukan anamnesis
singkat.1
A. Anamnesis
Diagnosis trauma kimia pada mata lebih sering didasarkan pada
anamnesis dibandingkan atas dasar tanda dan gejala. Pasien biasanya
mengeluhkan nyeri dengan derajat yang bervariasi, fotofobia,
penurunan penglihatan serta adanya halo di sekitar cahaya.6
Umumnya pasien datang dengan keluhan adanya riwayat terpajan
cairan atau gas kimia pada mata. Keluhan pasien biasanya nyeri setelah

12
terpajan, rasa mengganjal di mata, pandangan kabur, fotofobia, mata
merah dan rasa terbakar.6
Jenis bahan sebaiknya digali, misalnya dengan menunjukkan
botol bahan kimia, hal ini dapat membantu menentukan jenis bahan
kimia yang mengenai mata. Waktu dan durasi dari pajanan, gejala yang
timbul segera setelah pajanan, serta penatalaksanaan yang telah
diberikan di tempat kejadian juga merupakan anamnesis yang dapat
membantu dalam diagnosis.6

B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang cermat harus ditunda setelah dilakukan
irigasi yang cukup pada mata yang terkena dan pH mata telah netral.
Setelah dilakukan irigasi, dilakukan pemeriksaan dengan seksama
terutama melihat kejernihan dan integritas kornea, iskemia limbus dan
tekanan intraokular. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemberian
anestesi topikal. 7
Pada pemeriksaan fisik dan oftalmologi dapat dijumpai adalah
defek epitel kornea, dapat ringan berupa keratitis pungtata sampai
kerusakan seluruh epitel. Secara umum dari pemeriksaan fisik dapat
dijumpai : 7,8
 Kekeruhan kornea yang dapat bervariasi dari kornea jernih sampai opasifikasi
total sehingga menutupi gambaran bilik mata depan.
 Perforasi kornea. Sangat jarang terjadi, biasa pada trauma berat yang
penyembuhannya tidak baik.
 Reaksi inflamasi bilik mata depan, dalam bentuk flare dan cells. Temuan ini
biasa terjadi pada trauma basa dan berhubungan dengan penetrasi yang lebih
dalam.
 Peningkatan tekanan intraokular.

13
 Kerusakan / jaringan parut pada adneksa. Pada kelopak mata hal ini
menyebabkan kesulitan menutup mata sehingga mengekspose permukaan
bola yang telah terkena trauma.
 Inflamasi konjungtiva.
 Iskemia perilimbus.
 Penurunan tajam penglihatan yang terjadi karena kerusakan epitel dan
kekeruhan kornea.
Pada trauma derajat ringan sampai sedang biasanya yang dapat
ditemukan berupa kemosis, edema pada kelopak mata, luka bakar
derajat satu pada kulit sekitar, serta adanya sel dan flare pada bilik
mata depan. Pada kornea dapat ditemukan keratitis pungtata sampai
erosi epitel kornea dengan kekeruhan pada stroma. Sedangkan pada
derajat berat mata tidak merah, melainkan putih karena terjadinya
iskemia pada pembuluh darah konjungtiva. Kemosis lebih jelas, dengan
derajat luka bakar yang lebih berat pada kulit sekitar mata, serta
opasitas pada kornea.8
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah
pemeriksaan pH bola mata secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi
pada mata harus dilakukan sampai tercapai pH normal. Pemeriksaan
bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp bertujuan untuk
mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek
juga dapat dilakukan. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan
tonometri untuk mengetahui tekanan intraokular. 8
Diagnosis banding dari trauma kimia asam adalah trauma kimia
basa. Perbedaannya terdapat pada kerusakan yang ditimbulkan,
kemampuan penetrasi pada organ mata, mekanisme terjadinya
kerusakan pada mata, derajat kerusakan dan prognosisnya. 6,8

14
2.5 Perbandingan Trauma Asam dengan Trauma Basa
Tabel 1. Perbandingan Trauma Asam dan Trauma Basa6,8
No Perbedaan Trauma Kimia Asam Trauma Kimia Basa
Kerusakan yang Kerusakan yang ditimbulkan lebih
Kerusakan yang ditimbulkan lebih berat karena sudah mencapai
1
ditimbulkan terbatas, batas tegas dan bagian yang lebih dalam yaitu
bersifat tidak progresif stroma
Kemampuan
Penetrasi bisa terjadi lebih dalam
penetrasi pada Tidak sekuat trauma basa
2 hingga mencapai stroma
organ mata

-Saponifikasi dari selular barrier


Mekanisme
Koagulasi pada -Denaturasi mukoid
terjadinya
3 permukaan protein yang -Pembengkakan kolagen
kerusakan pada
akan membentuk barier -Disrupsi mukopolisakarida
mata
stroma
Lebih ringan karena
4 Derajat kerusakan hanya di bagian Lebih berat
permukaan
5 Prognosis Lebih baik Lebih buruk

2.6 Tatalaksana
Trauma kimia merupakan trauma mata yang membutuhkan
tatalaksana sesegera mungkin. Tujuan utama dari terapi adalah
menekan inflamasi, nyeri, dan risiko inflamasi.
Tatalaksana emergensi yang diberikan yaitu:9,10

1. Irigasi mata, sebaiknya menggunakan larutan Salin atau Ringer laktat


selama minimal 30 menit atau 60-240 ml. Jika hanya tersedia air non
steril, maka air tersebut dapat digunakan. Larutan asam tidak boleh
digunakan untuk menetralisasi trauma basa. Spekulum kelopak mata

15
dan anestetik topikal dapat digunakan sebelum dilakukan irigasi. Tarik
kelopak mata bawah dan eversi kelopak mata atas untuk dapat
mengirigasi forniks.
2. Lima sampai sepuluh menit setelah irigasi dihentikan, ukurlah pH
dengan menggunakan kertas lakmus. Irigasi diteruskan hingga mencapai
pH netral (pH=7.0).
3. Jika pH masih tetap tinggi, konjungtiva forniks diswab dengan
menggunakan moistened cotton-tipped applicator atau glass rod.
Penggunaan desmarres eyelid retractor dapat membantu dalam
pembersihan partikel dari forniks dalam.

Selanjutnya, tatalaksana untuk trauma kimia derajat ringan


hingga derajat sedang meliputi:9,10
1. Forniks diswab dengan menggunakan moistened cotton-tipped applicator atau
glass rod untuk membersihkan partikel, konjungtiva dan kornea yang nekrosis
yang mungkin masih mengandung bahan kimia. Partikel kalsium hidroksida
lebih mudah dibersihkan dengan menambahkan EDTA.
2. Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) dapat diberikan untuk mencegah
spasme silier dan memiliki efek menstabilisasi permeabilitas pembuluh darah
dan mengurangi inflamasi.
3. Antibiotik topikal spektrum luas sebagai profilaksis untuk infeksi.
(tobramisin, gentamisin, ciprofloxacin, norfloxacin, basitrasin, eritromisin).
4. Steroid topikal (Prednisolon acetate 1%; dexametasone 0,1% 4-9 kali per
hari). Steroid dapat mengurangi inflamasi dan infiltrasi netrofil yang
menghambat reepitelisasi. Hanya boleh digunakan selama 7-10 hari pertama
karena jika lebih lama dapat menghambat sintesis kolagen dan migrasi
fibroblas sehingga proses penyembuhan terhambat, selain itu juga
meningkatkan risiko untuk terjadinya lisis kornea (keratolisis). Dapat diganti
dengan non-steroid anti inflammatory agent.
5. Analgesik oral, seperti acetaminofen dapat diberikan untuk mengatasi nyeri.

16
6. Jika terjadi peningkatan tekanan intraokular > 30 mmHg dapat diberikan
Acetazolamid (4x250 mg atau 2x500 mg ,oral), beta blocker (Timolol 0,5%
atau Levobunolol 0,5%).
7. Dapat diberikan air mata artifisial (jika tidak dilakukan pressure patch).

Tatalaksana untuk trauma kimia derajat berat setelah dilakukan irigasi, meliputi :9,10
1. Rujuk ke rumah sakit untuk dilakukan monitor secara intensif mengenai
tekanan intraokular dan penyembuhan kornea.
2. Debridement jaringan nekrotik yang mengandung bahan asing.
3. Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) diberikan 3-4 kali sehari.
4. Antibiotik topikal (Trimetoprim/polymixin-Polytrim 4 kali sehari; eritromisin
2-4 kali sehari).
5. Steroid topikal (Prednisolon acetate 1%; dexametasone 0,1% 4-9 kali per
hari). Steroid dapat mengurangi inflamasi dan infiltrasi netrofil yang
menghambat reepitelisasi. Hanya boleh digunakan selama 7-10 hari pertama
karena jika lebih lama dapat menghambat sintesis kolagen dan migrasi
fibroblas sehingga proses penyembuhan terhambat, selain itu juga
meningkatkan risiko untuk terjadinya lisis kornea (keratolisis). Dapat diganti
dengan non-steroid anti inflammatory agent.
6. Medikasi antiglaukoma jika terjadi peningkatan tekanan intraokular.
Peningkatan TIO bisa terjadi sebagai komplikasi lanjut akibat blokade
jaringan trabekulum oleh debris inflamasi.
7. Diberikan pressure patch di setelah diberikan tetes atau salep mata.
8. Dapat diberikan air mata artifisial.

2.7 Komplikasi
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat
ringannya trauma, dan jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang
dapat terjadi pada kasus trauma kimia pada mata antara lain: 9,10,11

17
1. Simblefaron adalah adhesi antara konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi.
Dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus, sehingga kornea
dan penglihatan terganggu.
2. Kornea keruh, edema, neovaskuler akibat adanya denaturasi protein dan
kerusakan pada struktur kornea akibat zat kimia.
3. Sindroma mata kering.
4. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan
katarak. Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan peningkatan pH
aqueous humour dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat
terjadi akut ataupun perlahan-lahan. Trauma kimia asam sukar masuk ke
bagian dalam mata maka jarang terjadi katarak traumatik.
5. Glaukoma sudut tertutup yang terjadi akibat tebentuk sumbatan pada drainase
cairan aqueous humour.
6. Entropion dan ptisis bulbi. Keadaan ini terjadi akibat komplikasi jangka
panjang pada trauma kimia.

2.8 Prognosis
Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab
trauma tersebut. Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva
merupakan salah satu indikator keparahan trauma dan prognosis penyembuhan.
Iskemik yang paling luas pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva memberikan
prognosis yang buruk. Bentuk paling berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan
gambaran cooked fish eye dimana prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat
terjadi kebutaan. 11
Kebanyakan kasus dapat sembuh sempurna meskipun ada juga yang disertai
komplikasi seperti glaukoma, kerusakan kornea, dry eye syndrome dan beberapa
kasus menimbulkan kebutaaan. 11

18
BAB 3
KESIMPULAN

Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan


kedaruratan oftalmologi. Trauma kimia pada mata merupakan trauma
yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang
bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata
tersebut.1

Mekanisme cedera antara trauma asam dan trauma basa sedikit


berbeda. Trauma yang disebabkan oleh bahan basa lebih cepat merusak
dan menembus kornea dibandingkan bahan asam. Trauma basa
biasanya memberikan dampak yang lebih berat daripada trauma asam,
karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan
lipolifik dimana dapat masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran
dan masuk ke sudut mata depan, bahkan sampai retina. Sementara
trauma asam akan menimbulkan koagulasi protein permukaan, dimana
merupakan suatu barier pelindung sehingga zat asam tidak penetrasi
lebih dalam lagi. Gejala utama yang muncul pada trauma mata adalah
epifora, blefarospasme dan nyeri yang hebat yang disertai dengan
penurunan fungsi penglihatan.5,6

Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah


irigasi mata dengan segera sampai pH mata kembali normal dan diikuti
dengan pemberian obat terutama antibiotik, multivitamin,
antiglaukoma, dan lain-lain. Terapi pembedahan merupakan pilihan
terakhir pada kasus gawat darurat dan gagal dengan terapi non-
operatif.9,10

19
20
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG; Taylor A ; Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika.


Jakarta. 2000
2. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008
3. American Academy of Ophthalmology. Clinical aspects of toxic and
traumatic onjuries of the anterior segment: External Disease and Cornea.
BSSC, section8.2012.p353-359
4. Schlote, T. Rohrbach, J. Grueb, M. Mielke, J. Pocket Atlas of
ophthalmology.2006. George Theime Verlag. p105-107
5. Drake B, Paterson R, Tabin G, Butler F, Cushing T. Treatment of Eye Injuries
and Illnesses in the Wilderness.2012. Denver Health Medical Center.
Denver,wilderness and environmental medicine 23, 325–336
6. Kosoko, Adeola. Chemical ocular burns.2009.American journal of clinical
medicine.Vol:6-3
7. Fish R, Davidson R. Management of ocular thermal and chemical injuries,
including amniotic membrane therapy.2010. University of Colorado School of
Medicine, Opinion in Ophthalmology 2010, 21:317–321
8. Lang, Gerhard. A short textbook : Ophtalmology. 2000. Georg Thieme
Verlag.New York. p517-522
9. Morgan, J Stephen. Chemical burns of the eye : causes and management.
1987. British journal of ophthalmology.p854-857
10. Olver, Jane. Ophthalmology at glance : Ophthalmic trauma principles and
management of chemical industry .2005. Blackwell science.p36-38
11. Gerald,Lim, ; Lung-Kun, Yeh: Chiung, Lin. Sequels, Complications and
Management of A Chemical Burn Associated with Cement Splash.2006.
Chang Gung Med J Vol. 29 No. 4.p424-428
12. Kanski, JJ. Chemical Injuries. Clinical Opthalmology. Edisi keenam.
Philadelphia: Elseiver Limited. 2000

21

You might also like