You are on page 1of 28

Clinal Science Session

Trauma Kimia Pada


Mata
Faisal Nugroho 1810312006
Farah Tri Ulfa 1810311038

Preseptor : dr. Havriza Vitresia, Sp.M(K)


BAB I
Pendahuluan
Latarbelakang
• Trauma pada mata meliputi trauma tumpul, trauma tajam, trauma kimia,
dan trauma radiasi. Trauma kimia pada mata merupakan salah satu
keadaan kedaruratan oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada
mata. Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola
mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa
yang dapat merusak struktur bola mata.
Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4
kali lebih besar.
WHO : trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta orang,
2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami
kebutaan bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar (84%) merupakan
trauma kimia. Rasio frekuensi bervariasi trauma asam:basa antara 1:1
sampai 1:4. Secara internasional, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan oleh
pajanan karena pekerjaan.
Mekanisme cedera antara trauma asam dan trauma basa sedikit berbeda.
Trauma yang disebabkan oleh bahan basa lebih cepat merusak dan
menembus kornea dibandingkan bahan asam. Dampak yang ditimbulkan
dari trauma kimia pada mata sangat tergantung pada tingkat pH, kecepatan,
dan jumlah bahan kimia yang mencapai mata. Trauma pada mata
memerlukan penanganan yang tepat untuk mencegah kerusakan yang lebih
berat agar tidak berujung pada kebutaan.
Rumusan Masalah Tujuan Penulisan Metode Penulisan
• Membahas mengenai • Untuk memahami serta • Menggunakan metode
anatomi dan fisiologi, menambah pengetahuan tinjauan pustaka dengan
definisi, epidemiologi, tentang trauma kimia pada merujuk ke berbagai
etiologi, patofisiologi, mata literatur
klasifikasi, diagnosis,
manifestasi klinis,
tatalaksana, prognosis dan
komplikasi dari trauma
kimia pada mata
BAB II
Tinjauan Pustaka
Trauma Asam

• Merupakan trauma pada mata yang diakibatkan oleh bahan kimia yang
memiliki pH < 7.
Etiologi
Bahan asam yang menyebabkan trauma adalah:
• Sulfuric acid (H2SO4), contohnya aki mobil, bahan pembersih (industri).
• Sulfurous acid (H2SO3), pada pengawet sayur dan buah.
• Hydrofluoric acid (HF), efeknya sama bahayanya dengan trauma alkali.
Ditemukan pada pembersih karat, pengilat aluminium, penggosok kaca.
• Acetic acid (CH3COOH), pada cuka.
• Hydrochloric acid (HCl) 31-38%, zat pembersih.
Patofisiologi
• Trauma asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan
anion dalam kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan
mengubah pH, sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein,
presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah
penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan
ground glass dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam.
Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam
cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia
basa.
• Bahan kimia asam yang mengenai jaringan
akan mengadakan denaturasi dan presipitasi
dengan jaringan protein disekitarnya, karena
adanya daya buffer dari jaringan terhadap
bahan asam serta adanya presipitasi protein
maka kerusakannya cenderung terlokalisir.
Bila bahan asam mengenai mata maka akan
segera terjadi koagulasi protein epitel kornea
yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea,
sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka
tidak akan bersifat destruktif seperti trauma
alkali. Biasanya kerusakan hanya pada bagian
superfisial saja.
Trauma Basa

• Merupakan trauma pada mata yang diakibatkan oleh bahan kimia yang
memiliki pH >7.
Etiologi
Bahan basa yang biasanya menyebabkan trauma kimia adalah:3
Ammonia (NH3), zat ini banyak ditemukan pada bahan pembersih rumah tangga, zat
pendingin, dan pupuk.
NaOH, sering ditemukan pada pembersih pipa.
Potassium hydroxide (KOH), seperti caustic potash.
Magnesium Hydroxide (Mg(OH)2) seperti pada kembang api.
Lime (Ca(OH)2), seperti pada perekat, mortar, semen dan kapur.
Patofisiologi
Basa terdisosiasi menjadi ion hidroksil dan kation di permukaan bola mata. Ion
hidroksil membuat reaksi saponifikasi pada membran sel asam lemak,
sedangkan kation berinteraksi dengan kolagen stroma dan glikosaminoglikan.
Jaringan yang rusak ini menstimulasi respon inflamasi, yang merangsang
pelepasan enzim proteolitik, sehingga memperberat kerusakan jaringan.
Interaksi ini menyebabkan penetrasi lebih dalam melalui kornea dan segmen
anterior. Hidrasi lanjut dari glikosaminoglikan menyebabkan kekeruhan
kornea. Kolagenase yang terbentuk akan menambah kerusakan kolagen kornea.
Berlanjutnya aktivitas kolagenase menyebabkan terjadinya perlunakan kornea.
Hidrasi kolagen menyebabkan distorsi dan pemendekan fibril sehingga
terjadi perubahan pada jalinan trabekulum yang selanjutnya dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Mediator inflamasi yang
dikeluarkan pada proses ini merangsang pelepasan prostaglandin yang juga
dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Basa yang menembus
dalam bola mata akan dapat merusak retina sehingga akan berakhir dengan
kebutaan penderita.
Gejala Klinis
Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia
serta fase penyembuhan:4,5,6
Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal- hal sebagai berikut:
• Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan oklusi pembuluh darah pada limbus.
• Hilangnya stem sel limbus dapat berdampak pada vaskularisasi.
• Kerusakan persisten pada epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea bersih.
• Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea.
• Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan kerusakan iris dan lensa.
• Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki
kornea.
• Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.
Beberapa gejala klinis yang dapat terjadi antara lain :
• Penurunan visus mendadak akibat defek pada kornea berupa defek pada epitel
kornea atau defek pada lapisan kornea yg lebih dalam lagi. Akan tetapi trauma asam
akan membentuk sawar presipitat jaringan nekrotik yang cenderung membatasi
penetrasi dan kerusakan lebih lanjut.
• Edema pada kelopak mata yang disebabkan adanya peningkatan permeabilitas
pembuluh darah. Kerusakan pada jaringan palpebra sehingga mata tidak dapat
menutup sempurna dan terbentuknya jaringan parut pada palpebra.
• Hiperemis konjungtiva hingga dapat terbentuknya kemosis.
• Kerusakan pada kornea
• Kabut stroma dapat bervariasi dari kornea bersih hingga opasifikasi sempurna.
• Iskemik perilimbus
• Terjadinya reaksi peradangan pada bagian anterior
• Peningkatan tekanan intraokular (TIO) dapat terjadi secara mendadak akibat
dari deformasi dan pengurangan serabut kolagen serta keikutsertaan
prostaglandin.
Diagnosis
• Anamnesis
Umumnya pasien datang dengan keluhan adanya riwayat terpajan cairan atau gas
kimia pada mata. Keluhan pasien biasanya nyeri setelah terpajan, rasa mengganjal di
mata, pandangan kabur, fotofobia, mata merah dan rasa terbakar.
Jenis bahan sebaiknya digali, misalnya dengan menunjukkan botol bahan kimia,
hal ini dapat membantu menentukan jenis bahan kimia yang mengenai mata. Waktu
dan durasi dari pajanan, gejala yang timbul segera setelah pajanan, serta
penatalaksanaan yang telah diberikan di tempat kejadian juga merupakan anamnesis
yang dapat membantu dalam diagnosis
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan fisik yang cermat harus ditunda setelah dilakukan irigasi
yang cukup pada mata yang terkena dan pH mata telah netral. Setelah
dilakukan irigasi, dilakukan pemeriksaan dengan seksama terutama
melihat kejernihan dan integritas kornea, iskemia limbus dan tekanan
intraokular. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemberian anestesi
topikal
• Kekeruhan kornea yang dapat bervariasi dari kornea jernih sampai opasifikasi total sehingga menutupi gambaran
bilik mata depan.
• Perforasi kornea. Sangat jarang terjadi, biasa pada trauma berat yang penyembuhannya tidak baik.
• Reaksi inflamasi bilik mata depan, dalam bentuk flare dan cells. Temuan ini biasa terjadi pada trauma basa dan
berhubungan dengan penetrasi yang lebih dalam.
• Peningkatan tekanan intraokular.
• Kerusakan / jaringan parut pada adneksa. Pada kelopak mata hal ini menyebabkan kesulitan menutup mata sehingga
mengekspose permukaan bola yang telah terkena trauma.
• Inflamasi konjungtiva.
• Iskemia perilimbus.
• Penurunan tajam penglihatan yang terjadi karena kerusakan epitel dan kekeruhan kornea.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH bola mata
secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi pada mata harus dilakukan sampai tercapai pH
normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp bertujuan untuk
mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan.
Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan
intraokular.
• Diagnosis banding dari trauma kimia asam adalah trauma kimia basa. Perbedaannya
terdapat pada kerusakan yang ditimbulkan, kemampuan penetrasi pada organ mata,
mekanisme terjadinya kerusakan pada mata, derajat kerusakan dan prognosisnya.
Tatalaksana
Tatalaksana emergensi
1. Irigasi mata
2. Pengukuran pH menggunakan kertas lakmus
3. konjungtiva forniks diswab dengan menggunakan moistened cotton-tipped applicator atau glass
rod.
Tatalaksana untuk trauma kimia derajat ringan hingga derajat sedang meliputi:
1. Forniks diswab dengan menggunakan moistened cotton-tipped applicator atau glass rod untuk membersihkan
partikel, konjungtiva dan kornea yang nekrosis yang mungkin masih mengandung bahan kimia. Partikel
kalsium hidroksida lebih mudah dibersihkan dengan menambahkan EDTA.
2. Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) dapat diberikan untuk mencegah spasme silier dan memiliki efek
menstabilisasi permeabilitas pembuluh darah dan mengurangi inflamasi.
3. Antibiotik topikal spektrum luas sebagai profilaksis untuk infeksi. (tobramisin, gentamisin, ciprofloxacin,
norfloxacin, basitrasin, eritromisin).
4. Steroid topikal (Prednisolon acetate 1%; dexametasone 0,1% 4-9 kali per hari). Steroid dapat mengurangi
inflamasi dan infiltrasi netrofil yang menghambat reepitelisasi.
5. Analgesik oral, seperti acetaminofen dapat diberikan untuk mengatasi nyeri.
6. Jika terjadi peningkatan tekanan intraokular > 30 mmHg dapat diberikan Acetazolamid (4x250 mg atau 2x500
mg ,oral), beta blocker (Timolol 0,5% atau Levobunolol 0,5%).
7. Dapat diberikan air mata artifisial (jika tidak dilakukan pressure patch)
Tatalaksana untuk trauma kimia derajat berat setelah dilakukan irigasi, meliputi :
1. Rujuk ke rumah sakit untuk dilakukan monitor secara intensif mengenai tekanan intraokular dan penyembuhan kornea.
2. Debridement jaringan nekrotik yang mengandung bahan asing.
3. Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) diberikan 3-4 kali sehari.
4. Antibiotik topikal (Trimetoprim/polymixin-Polytrim 4 kali sehari; eritromisin 2-4 kali sehari).
5. Steroid topikal (Prednisolon acetate 1%; dexametasone 0,1% 4-9 kali per hari). Steroid dapat mengurangi inflamasi dan
infiltrasi netrofil yang menghambat reepitelisasi. Medikasi antiglaukoma jika terjadi peningkatan tekanan intraokular.
Peningkatan TIO bisa terjadi sebagai komplikasi lanjut akibat blokade jaringan trabekulum oleh debris inflamasi.
6. Diberikan pressure patch di setelah diberikan tetes atau salep mata.
7. Dapat diberikan air mata artifisial.
Prognosis
Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma tersebut. Derajat
iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah satu indikator keparahan
trauma dan prognosis penyembuhan. Iskemik yang paling luas pada pembuluh darah limbus dan
konjungtiva memberikan prognosis yang buruk. Bentuk paling berat pada trauma kimia ditunjukkan
dengan gambaran cooked fish eye dimana prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat terjadi
kebutaan.
Komplikasi
1. Simblefaron adalah adhesi antara konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi. Dengan gejala gerak mata terganggu,
diplopia, lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan terganggu.
2. Kornea keruh, edema, neovaskuler akibat adanya denaturasi protein dan kerusakan pada struktur kornea akibat zat kimia.
3. Sindroma mata kering.
4. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak. Komponen basa yang mengenai mata
menyebabkan peningkatan pH aqueous humour dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi akut
ataupun perlahan-lahan. Trauma kimia asam sukar masuk ke bagian dalam mata maka jarang terjadi katarak traumatik.
5. Glaukoma sudut tertutup yang terjadi akibat tebentuk sumbatan pada drainase cairan aqueous humour.
6. Entropion dan ptisis bulbi. Keadaan ini terjadi akibat komplikasi jangka panjang pada trauma kimia.

You might also like