You are on page 1of 16

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


RSU SARASWATI RSU SARASWATI
Jl. Jend. A. Yani No. 27 CIKAMPEK
Cikampek 2021 – 2024

APENDISITIS
1. Pengertian (Definisi) Peradangan dari apendiks vermicularis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling
sering. Apendisitis biasanya disebabkan oleh
penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia
folikel limpoid, fekalit, benda asing (makanan,
parasit/cacing, batu), striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau
neoplasma.
2. Anamnesis 1. Nyeri berpindah (gejala klasik)
Nyeri awalnya samar-samar dirasakan pertama kali di
epigastrium atau periumbilikus. Dalam beberapa jam nyeri
akan berpindah ke kuadran kanan bawah.
2. Demam
3. Mual dan muntah
4. Anoreksia, malaise
3. Pemeriksaan Fisik 1. Demam ringan (<38,0) bila suhu lebih tinggi kemungkinan
telah terjadi perforasi
2. Nyeri tekan pada kuadran kanan bawah (titik Mc burney)
3. Blumberg’s sign (rebound tenderness): nyeri saat tekanan
dilepaskan
4. Tanda Rovsing (+): nyeri pada kuadran kanan bawah saat
diberikan tekanan pada perut kiri bawah
5. Dunphy’s sign: nyeri saat batuk
6. Obturator sign: nyeri saat dilakukan rotasi internal dari
panggul
7. Iliopsoas sign: nyeri saat fleksi sendi panggul
4. Kriteria Diagnosis
1. Nyeri perut yang berpindah ke kuadran kanan bawah
2. Nafsu makan menurun
3. Mual atau muntah
4. Nyeri lepas Mc burney
5. Nyeri tekan titik Mc burney
6. Demam (suhu >37,2)
7. Leukositosis
8. Shift to the left (neutrofil >75%)
5. Diagnosis Kerja Apendisitis
6. Diagnosis Banding 1. Inflammatory bowl disease
1
2. Volvulus
3. Kolik ginjal
4. Kehamilan Ektopik Terganggu
5. Torsio ovarium
6. Pelvic inflammatory disease
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah Lengkap
2. BNO
3. USG abdoment
4. Tes kehamilan (wajib dilakukan pada perempuan usia
subur)
5. Urinalisis
8. Terapi 1. Terapi Konservatif :
a. Medikamentosa, simtomatik, dan antibiotika
2.Operatif
9. Edukasi 1. Bila nyeri hebat terutama daerah perut kanan bawah
(Hospital Health Promotion) segera lakukan pemeriksaan ke dokter terdekat
2. Kurangin makanan pedas
10. Prognosis Advitam : adbonam
Adsanationam : adbonam
Adfungsionam : adbonam
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Indikator  Jika keadaan umum pasien baik diperbolehkan rawat jalan
 Kontrol setelah 3 hari rawat jalan.
14. Kepustakaan
a. Cydulka RK, Cline DM, et al. Tintinalli’s Emergency
Medicine Manual Eight Edition. New York: Mc Graw
Hill.2018
b. Sjamsuhidajat R, Prasetyono TOH, et al. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Jakarta: EGC.2016
c. Brunicardi FC. Schwartz’s Principles of Surgery Eleventh
Edition. New York: Mc Graw Hill.2019

2
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSU SARASWATI RSU SARASWATI
Jl. Jend. A. Yani No. 27 CIKAMPEK
Cikampek 2021 - 2024

HERNIA
1. Pengertian (Definisi) Hernia merupakan protrusi/ penonjolan isi rongga
melalui suatu defek atau bagian lemah dari dinding
rongga yang bersangkutan.

Klasifikasi hernia:
 Berdasarkan terjadinya:
a. kongenital
b. akuisita
 Berdasarkan lokasi anatomisnya:
a. hernia diafragma
b. hernia inguinal
c. hernia umbilikalis
d. hernia femoralis
e. hernia scrotalis
 Berdasarkan sifatnya:
a. reponibilis
b. ireponibilis
c. inkaserata
d. strangulata
2. Anamnesis 1. Pasien mengeluhkan adanya benjolan yang menonjol dari
dinding abdomen. Lokasi penonjolan benjolan bergantung
dengan jenis hernia.
2. Biasanya di sebabkan peningkatan tekanan intraabdominal
seperti pekerjaan mengangkat benda berat,mengejan saat
defekasi,kehamilan,batuk kronis
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat lokasi hernia dan
menilai derajat keparahan hernia.
Beberapa tes khusus untuk menentukan jenis hernia:
 Ring occlusion test
 Ziemann’s test
 Finger test
4. Kriteria Diagnosis Adanya benjolan yang menonjol dari dinding abdomen,
benjolan bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur
atau berbaring, dan membesar bila menangis,mengejan,
mengangkat benda berat.
5. Diagnosis Kerja HERNIA

3
6. Diagnosis Banding 1. Hidrokel
2. Orkitis
3. Limfadenopati Inguinal
4. Hematokel

7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap

2. USG Abdomen
8. Terapi 1. Terapi Konservatif:
Melakukan reposisi bimanual dan pemakaian penyangga
untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Reposisi tidak dilakukan pada hernia strangulata
2. Terapi definitif:
 Herniotomi
 Hernioplasti
9. Edukasi 1. Kurangi terlalu sering mengangkat benda berat
(Hospital Health 2. Jangan terlalu banyak mengejan saat depekasi
Promotion)
10. Prognosis Advitam : adbonam
Adsanationam :
adbonam
Adfungsionam :
adbonam
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Indikator  Jika keadaan umum pasien baik diperbolehkan rawat jalan
 Kontrol setelah 3 hari rawat jalan.
14. Kepustakaan
a. Cydulka RK, Cline DM, et al. Tintinalli’s Emergency
Medicine Manual Eight Edition. New York: Mc Graw
Hill.2018
b. Sjamsuhidajat R, Prasetyono TOH, et al. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Jakarta: EGC.2016

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RSU SARASWATI RSU SARASWATI
Jl. Jend. A. Yani No. 27 CIKAMPEK
4
Cikampek 2021 - 2024

LUKA BAKAR
1. Pengertian (Definisi) Suatu keadaan dimana trauma atau cidera pada
jaringan tubuh yang disebabkan oleh panas,electric,
bahan kimia yang bila tidak ditolong akan
menyebabkan kematian
Derajat luka bakar :
a. Luka bakar derajat 1 adalah Luka bakar yang
paling ringan,kulit merah,nyeri,sensitif
terhadap sentuhan dan lembab.jika
ditekan,daerah yang terbakar akan
memutih,belum terbentuk lepuhan
b. Luka bakar Derajat 2 menyebabkan kerusakan
yang lebih dalam.kulit melepuh dasarnya
tampak merah atau keputihan dan terisi oleh
cairan kental yang jernih.
c. Luka bakar Derajat 3 kerusakan yang paling
dalam,peemukaannya bisa berwarna putih dan
lembut atau berwarna hitam hangus dan
kasar.daerah yang terbakar melepuh dan bulu di
tempat tersebut mudah dicabut dari
akarnya,tidak timbul rasa nyeri karna ujung
sarap pada kulit telah mengalami
kerusakan.kehilang sejumlah besar cairan bisa
menyebabkan terjadinya shock
2. Anamnesis 1. Riwayat terkena air panas/api/ electric/ bahan kimia
3. Pemeriksaan Fisik 1. Tergantung beratnya derajat luka bakar
2. Kulit melepuh dan terisi cairan kental yang jernih
3. Nyeri
4. Menentukan luas dan derajat luka bakar
4. Kriteria Diagnosis Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Kerja Luka bakar
6. Diagnosis Banding -

7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah rutin

2. Rontgen Torak
3. EKG
8. Terapi 1. Terapi Konservatif :
5
a. Medikamentosa, simtomatik, dan antibiotika
2. Terapi tindakan:
a. Resusitasi cairan bila:
 Anak usia <16 tahun dengan luas luka bakar
>10%
 Dewasa dengan luas luka bakar >20%
b. Bila mengenai wajah rujuk kedokter
bedah plastik
9. Edukasi 1. Hindari Kontak aliran listrik dengan tangan terbuka
(Hospital Health
Promotion)
10. Prognosis Advitam : adbonam
Adsanationam :
adbonam
Adfungsionam : adbonam
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Indikator  Jika keadaan umum pasien baik diperbolehkan rawat jalan
 Kontrol setelah 3 hari rawat jalan.
14. Kepustakaan a. Buku ajar Ilmu Penyakit Bedah Universitas Indonesia
b. Kapita selekta Kedokteran Universitas Indonesia

6
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSU SARASWATI RSU SARASWATI
Jl. Jend. A. Yani No. 27 CIKAMPEK
Cikampek 2021 - 2024

RETENSIO URIN
1. Pengertian (Definisi) Retensi urin adalah ketidakmampuan mengeluarkan
urin meskipun kandung kemih penuh. Keadaan ini
disebabkan karena sumbatan mekanis pada urethra
atau gangguan fungsional pada kandung kemih dan
spinchternya (misalnya pasca bedah, setelah pasien
bangun dari anestesi).
2. Anamnesis 1. Pasien mengeluh kencing tertahan atau kencing keluar
sedikit-sedikit
2. Biasanya disertai rasa nyeri yang hebat
3. Pemeriksaan Fisik 1. Tampak benjolan suprapubik
2. Dapat teraba batu di urethra anterior, terlihan batu di
urethra externum,teraba spongiofibrosis di sepanjang
urethra anterior, terlihan fistel atau abses di urethra, fimosis
atau parafimosis atau terlihat darah keluar dari urethta
akibat cedera urethra
3. Jika retensio urine curiga karena masalah di prostat akan
teraba pembesaran prostat atau teraba massa saat dilakukan
rectal touche.
4. Pemeriksaan refleks bulbocavernosus untu mendeteksi
adanya buli-buli neurogenik
4. Kriteria Diagnosis 1. Pasien biasanya datang dengan gangguan buang air kecil
2. Bisa disertai nyeri atau tidak
3. Daerah vesika urinaria atau blast penuh
5. Diagnosis Kerja Retensio Urin
6. Diagnosis Banding
Pria :
1. Benign Prostat Hyperplasia
2. Prostatitis Akut
3. Kanker Prostat
4. Fimosis, parafimosis
Wanita :
1. Cystocele,rectocele, prolapsus uteri
2. Massa pelvis, fibroid uterina, tumor ginekologi
3. Vulvovaginitis
Pria & Wanita :
1. Cystitis, urethritis, infeksi saluran kemih, infeksi
menular seksual, infeksi herpes
2. Tumor vesica urinaria

7
3. Impaksi Feses
4. Tumor saluran gastrointestinal
5. Neurogenic Bladder
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Urinalisis lengkap
2. BNO
3. USG abdomen
8. Terapi 1. Terapi Konservatif :
a. Medikamentosa, simtomatik, dan antibiotika
2.Pemasangan Kateter, cystostomi
3. Sirkumsisi atau dorsumsisi
9. Edukasi 1. Banyak Minum air putih minimal 2 liter perhari
(Hospital Health Promotion) 2. Kurangin minum kopi,teh dan minuman bersoda
10. Prognosis Advitam : adbonam
Adsanationam : adbonam
Adfungsionam : adbonam
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Indikator  Jika keadaan umum pasien baik diperbolehkan rawat jalan
 Kontrol setelah 3 hari rawat jalan.
14. Kepustakaan
a) Sjamsuhidajat , Prasetyono TOH, Rudiman R dkk.
Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi IV Volume 3. Jakarta:
EGC.2016
b) Purnomo BB. Dasar-dasar urologi Edisi Ketiga. Jakarta:
Sagung Seto.2011
c) Selius BA, Subedi R.2008. Urinary Retention in Adults:
Diagnosis and Initial Management.

8
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSU SARASWATI RSU SARASWATI
Jl. Jend. A. Yani No. 27 CIKAMPEK
Cikampek 2021 – 2024

NYERI ABDOMEN AKUT


1. Pengertian (Definisi) Nyeri perut yang telah berlangsung selama 6jam atau lebih
pada seseorang yang sebelumnya sehat. Penyebab abdomen
akut tersering adalah :
a. Kelainan traktus gastrointestinal : nyeri nonspesifik,
apendisitis, hernia strangulata, perforasi ulkus peptik,
GEA, gastritis akut
b. Kelainan pankreas : pankreatitis akut
c. Kelainan traktus urinarius : kolik renal, sistitis akut
d. Kelainan hati, limpa dan traktus biliaris :
kolesistitis akut, abses hati,ruptur hepar, hepatitis akut
e. Kelainan ginekologis : KET,
tumor ovariumendometriosis
f. Kelainan vaskular : aneurisma aorta,
g. Kelainan peritoneal : peritonitis TBC
h. Kelainan retroperitoneal : perdarahan
retroperitoneal

2. Anamnesis 1. Nyeri perut mendadak


2. Demam
3. Nafsu makan menurun
4. Muntah
5. Diare
3. Pemeriksaan Fisik 1. Pasien gelisah
2. Ada nyeri tekan, nyeri lepas, defence muscular
3. Apakah ada pneumonitis di thorax

4. Kriteria Diagnosis 1. Nyeri tekan,nyeri lepas, defence muscular abdomen


2. Febris atau subfebris
3. Bising usus bisa meningkat dan atau menurun
5. Diagnosis Kerja Nyeri abdomen akut

9
6. Diagnosis Banding 1. Kolik renal atau kolik bilier
2. Ginekologis
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah rutin
2. Foto abdomen 3 posisi
3. USG Abdomen
8. Terapi 1. Terapi Konservatif :
a. Medikamentosa, simtomatik, dan antibiotika
2. Terapi tindakan:
a. Laparatomi
9. Edukasi 1. Istirahat yang cukup
(Hospital Health Promotion) 2. Diit lunak atau cair bila terjadi nausea
3. Hindari makanan yang pedas
10. Prognosis Advitam : adbonam
Adsanationam : adbonam
Adfungsionam : adbonam
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Indikator  Jika keadaan umum pasien baik diperbolehkan rawat jalan 
Kontrol setelah 3 hari rawat jalan.

14. Kepustakaan a. Buku Ajar Ilmu Penyakit Bedah Universitas Indonesia


b. Kapita selekta kedokteran Universitas Indonesia

10
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSU SARASWATI RSU SARASWATI
Jl. Jend. A. Yani No. 27 CIKAMPEK
Cikampek 2021 – 2024

PERITONITIS
1. Pengertian (Definisi) Suatu radang atau infeksi dari selaput rongga perut atau
peritonium. Ada 2 jenis peritonitis:
1.Peritonitis akuta
a. Peritonitis Akuta Bakterialis
-Peritonitis Primer -Peritonitis
Sekunder
b. Peritonitis Akuta Kimiawi
2.Peritonitis Kronika : Chylous ascites, Peritonitis TBC

2. Anamnesis 1. Nyeri tekan, nyeri lepas dan defence muscular dapat setempat
atau menyeluruh perut
2. Demam tinggi
3. Biasanya disertai nausea dan vomitus
4. Bising usus menghilang disertai distensi abdomen 5. Lekositosis

3. Pemeriksaan Fisik 1. Nyeri tekan dan defence muscular di abdomen


2. Distensi abdomen
3. Bising usus menghilang pada peritonitis diffusa
4. Syok pada kasus peritonitis diffusa

4. Kriteria Diagnosis 1. Nyeri tekan dan defence muscular pd abdomen


2. Febris atau subfebris
3. Leukosit meningkat
5. DiagnosisKerja Peritonitis
6. Diagnosis Banding 1. Acute Edematous Pancreatitis
2. Pneumonia
3. Pleuritis Diafragmatika
4. Uremia
7. PemeriksaanPenunjang 1. Laboratorium (Lekositosis, Hematokrit meningkat)
2. Radiologi (Foto Abdomen 3 Posisi)
3. Abdominal Tap dan Abdominal Lavage
8. Terapi 1. Terapi Konservatif :
a. Rujuk ke dokter bedah
b. Medikamentosa, simtomatik, dan antibiotika
2. Terapi tindakan:
116

a. Laparatomi
b. Perawatan Post Op hrs insentif
9. Edukasi 1. Kurangi makanan pedas
(Hospital Health Promotion) 2. Istirahat yang cukup
3. Diit lunak atau cair bila nausea dan vomitus
4. Bila sakit berlebih segera ke dokter terdekat

11
10. Prognosis Advitam : adbonam
Adsanationam : adbonam
Adfungsionam : adbonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis Suatu radang atau infeksi dari selaput rongga perut atau
peritonium. Ada 2 jenis peritonitis:
1.Peritonitis akuta
a. Peritonitis Akuta Bakterialis
-Peritonitis Primer -Peritonitis
Sekunder
b. Peritonitis Akuta Kimiawi
2.Peritonitis Kronika : Chylous ascites, Peritonitis TBC

14. Indikator Jika keadaan umum pasien baik diperbolehkan rawat jalan Kontrol
setelah 3 hari rawat jalan.
15. Kepustakaan a. Buku Ajar Ilmu Penyakit Bedah Universitas Indonesia
b. Kapita selekta kedokteran Universitas Indonesia

12
117

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RSU SARASWATI RSU SARASWATI
Jl. Jend. A. Yani No. 27 CIKAMPEK
Cikampek 2021 – 2024

BATU SALURAN KEMIH


1. Pengertian (Definisi) Batu didalam saluran kemih adalah masa keras seperti batu yang
terbentukdisepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan
nyeri,pendarahan,penyumbatan aliran kemih

2. Anamnesis 1. Nyeri hebat terutama di daerah pinggang yang menjalar keperut


dan juga kedaerah kemaluan
2. Mual dan muntah
3. Kadang-kadang demam
4. Kadang susah buang air kecil
3. Pemeriksaan Fisik 1. Nyeri ketuk CVA +
2. Urin seperti cucian air daging
4. Kriteria Diagnosis 1. Nyeri hebat terutama di daerah pinggang yang menjalar ke perut
dan juga ke daerah kemaluan
2. Febris atau subfebris
3. Leukosit meningkat atau normal
5. Diagnosis Kerja Batu Saluran Kemih
6. Diagnosis Banding 1. Infeksi saluran kencing
2. Prostat
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Urin lengkap, fungsi ginjal
2. BNO
3. USG abdomen
8. Terapi Terapi Konservatif :
a. Medikamentosa, simtomatik, dan antibiotika
b. Operasi, Extra Corporeal Shockwave Lithotripsy
9. Edukasi 1. Banyak Minum air putih minimal 2 liter perhari
(Hospital Health Promotion) 2. Kurangin minum kopi,teh dan minuman bersoda
10. Prognosis Advitam : adbonam
Adsanationam : adbonam
Adfungsionam : adbonam

11. Tingkat Evidens I

13
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Indikator  Jika keadaan umum pasien baik diperbolehkan rawat jalan 
Kontrol setelah 3 hari rawat jalan.

14. Kepustakaan a. Buku Ilmu ajar Penyakit Bedah Universitas Indonesia


b. Kapita selekta kedokteran FKUI

14
121

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS
RSU SARASWATI RSU SARASWATI
Jl. Jend. A. Yani No. 27 CIKAMPEK
Cikampek 2021 – 2024

HEMOROID
1. Pengertian (Definisi) varises satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidales. Patologi
keadaan ini dapat bermacam-macam yaitu trombosis, ruptur,
radang, ulserasi dan nekrosis.
Faktor Pelebaran etiologi biasanya disebabkan herediter, anatomi,
makanan, pekerjaan,psikis, kelainan sirkulasiparsial dan
peningkatan tekanan intraabdominal.
Hemoroid ada 2 macam yakni Hemoroid Interna dan Hemoroid
Eksterna.
Hemoroid Interna di bagi menjadi 4 tingkat :
1.Tingkat I : varises satu atau lebih v.hemoroidales dengan gejala
perdarahan pada saat buang air besar
2.Tingkat II : ada benjolan yang keluatr dari dubur tetapi masih
bisa masuk kembali dengan sendirinya.
3.Tingkat III : benjolan tidak dapat masuk spontan, harus di dorong
kembali.
4.Tingkat IV :telah terjadi inkarserasi

2. Anamnesis 1. Sering defekasi keras,mengejan, nyeri di daerah anus


2. Perdarahan terutama saat buang air besar
3. Adanya benjolan di anus, yang pada permulaan bisa masuk
spontan selanjutnya sulit masuk

3. Pemeriksaan Fisik 1. Perdarahan terutama saat buang air besar


2. Adanya benjolan di anus yang tidak dapat masuk kembali
4. Kriteria Diagnosis 1. Febris atau subfebris
2. Leukosit meningkat atau normal
5. Diagnosis Kerja Hemoroid

15
6. Diagnosis Banding 1. Karsinoma kolon dan rektumm
2. Kolitis ulserativa
3. Kelainan divertikuler

122

7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap


2. Barium enema
3. Kolonoskopi
8. Terapi 1. Terapi Konservatif :
a. Medikamentosa, simtomatik, dan antibiotika
2.Operatif

9. Edukasi 1. Kurangi makanan yang terlalu pedas dan keras


(Hospital Health Promotion) 2. Banyak komsumsi makanan dan buah-buahan tinggi serat
10. Prognosis Advitam : adbonam
Adsanationam : adbonam
Adfungsionam : adbonam

11. Tingkat Evidens I


12. Tingkat Rekomendasi A
13. Indikator  Jika keadaan umum pasien baik diperbolehkan rawat jalan 
Kontrol setelah 3 hari rawat jalan.

14. Kepustakaan a. Buku Ilmu ajar Penyakit Bedah Universitas Indonesia


b. Kapita Selekta kedokteran Fakultas UI

16

You might also like