You are on page 1of 14

ASUHAN KEPERAWATAN

GLOMERULUS NEFRITIS

DI SUSUN OLEH :

MAYANGSARI KEPASA

20010015

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

TAHUN AJARAN2021 /2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa atas segalah rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun dengan selesai . tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menamba pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisah pembacah praktekan dalam
kehidupan sehari -hari lebih khusus bagi mahasiswa maupun perawat dilingkungan Kesehatan .

Poso , 17 maret 2022

Mayangsari Kepasa
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang..............................................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI

1.1 Definisi.........................................................................................................................2
1.2 Patofiologi....................................................................................................................2
1.3 Etiologo........................................................................................................................2
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian.....................................................................................................................3

2.2 Diagnosis keperawatan..................................................................................................3

2.3 Intervensi keperawatan..................................................................................................4

2.4 patway...........................................................................................................................5

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................6

3.2 Saran.............................................................................................................................6

BAB V DAFTAR PUSTAKA


BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Glomerulus merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir
dan tingginya angka morbiditas pada anak. Terminology glomerulusnefritis yang di
pakai di sini adalah untuk menunjukan bahwa kelainan yang pertama dan utama
terjadi pada glomerulus , bukan pada struktur ginjal yang lain.
Glomerulonephritis merupakan penyakit peradangan ginjal berteral .
peradangan dimulai dalam glomerulus dan bermanifestasi sebagai proteinuria atau
hematuria. Meskipun pada lesi utama glomerulus , tetapi seluru nefron pada
akhirnya akan mengalami kerusakan , sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang
mula-mula digambarkan oleh Richard Bright pada tahun 1827 sekarang diketahui
merupakan kumpulan banyak penyakit dengan berbagai etiologi , meskipun respon
imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk glomerulonephritis.
B. TUJUAN
1.1 Tujuan utama
Untuk memahami tentang penyakit glomerulusnefritis dan bagaimana asuhan
keperawatan
1.2 Tujuan khusus
1
BAB II

TINJAUAN TEORI
1.1 Definisi

Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka
morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa dalam kurung buku ajaran nefron anak edisi 2 halaman
323 2002. terminologi Glomerulonefritis yang dipakai sini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan
yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus lurus bukan pada struktur ginjal yang lain.

Glomerulonefritis merupakan Penyakit peradangan ginjal bilateral titik peradangan dimulai dalam
glomelurus dengan bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau hematuria. meskipun Lesi utama pada
glomerulus tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan sehingga terjadi gagal ginjal.
Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh Richard pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan
kumpulan banyak penyakit dengan berbagai etiologi, meskipun respon imun akhirnya menimbulkan
beberapa bentuk glomerulonefritis

1.2 patofisiologi

Sebenarnya bukan repot kukus yang menyebabkan kerusakan pada ginjal titik diduga terdapat suatu
antibodi yang ditunjukkan terhadap suatu antigen khusus yang merupakan unsur pemberantas Master
spesifik. Terbentuk Kompleks antigen dan antibodi di dalam darah dan bersikulasi keadaan glomerulus
tempat Kompleks tersebut secara mekanis teperangkap Dalam membran basalis. selanjutnya
komplemen akan mengakibatkan Lesi dan peradangan yang menarik leukosit Polimorfonuklear dalam
kurung PMN dan trombosit menunjukkan tempat les. fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga
terbesar endotel dan membran basalis glomerulus (IGBM). Pleci yang terjadi proliferasi sel-sel endotel
yang diikuti sel-sel message dan selanjutnya sel-sel epitel. semakin meningkatnya kebocoran kapiler
glomerulus menyebabkan protein dan sel darah merah dalam dapat keluar ke dalam urine yang sedang
dibentuk oleh ginjal yang mengakibatkan proteinuria dan hematuria. Agaknya Kompleks komplemen
antigen antibodi ini terlihat sebagai nodul-nodul subtitle pada mikroskop elektron dan sebagai bentuk
dan Bengkak pada mikroskop imunofluoresensi, pada pemeriksaan cahaya glomerulus tanpa
membedakan hiperseluler disertai invasi

1.3 Etiologi

Sebagian besar dalam 75% Glomerulonefritis akut pasca streptokokus timbul setelah infeksi saluran
pernapasan bagian atas, yang disebabkan oleh kuman Streptococcus beta hemolyticus grup A type 1
Tiga, empat, 12, 18, 25, empat lima. sedang tipe2 49,55, 56, 57 dan 60 menyebabkan infeksi kulit 8
sampai 14 hari setelah infeksi streptokokus.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. A


2.1Pengkajian

a. Identitas pasien 1

Nama : Tn. A

Jenis kelamin : laki-laki

Usia : -

Status : Menikah

Agama : -

Suku : -

Pendidikan : -

No telp : -

Alamat : -

b. Identitas penanggung jawab

Nama : -

Jenis kelamin : perempuan

Usia :-

Hubungan dengan pasien : istri dari pasien

c. Riwayat kesehatan

riwayat kesehatan sekarang

- pasien mengeluh pusing sesak, rasa mual.

Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat kesehatan keluarga

- Dari keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit hipertensi


D. Pemeriksaan fisik

I. Data umum : terjadi penurunan kesadaran


: Kedua kaki bagian tungkai sakit bila di sentuh
II. Tanda-tanda vital
TD : 160/100 mmHg
N : 90 x/mnt
R : 24X/Mnt
S : 36,50C

2.2 diagnosa keperawatan

1. gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan retensi air dan hipernartermia


2. peningkata volume cairan berhubungan eliguri
3. perubahan status nutrisi ( kurang dari kebutuhan tubuh )
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue
5. risiko kerusakan integrasi kulit berhubungan dengan immobilisasi dan edema

2.3 Intervensi keperawatan


No Diagnosis Tujuan & KH Intervensi Rasional
1. Gangguan perfusi Klien akan 1. Monitor dan 1. untuk mendeteksi
jaringan menunjukan catat tekanan gejala dini
berhubungan perfusi jaringan darah setiap 1-2 perubahan
dengan retensi air serebral normal di jam/hari selama tekanan darah dan
dan tandai dengan fase akut menentukan
hypernatremia tekanan darah 2. Jaga kebersihan intervensi
dalam batas jalan selanjutnya
normal , nafas ,siapkan 2. serangan dapat
penurunan retensi suction terjdi karena
air , tidak ada 3. Atur pemberian kurangnya perfusi
tanda-tanda anti hipertensi, oksigen ke otak
hypernatremia monitor reaksi 3. anti hipertensi
klien. dapat di berikan
4. Monitor status karena tidak
volume cairan terkontrolnya
setiap 1-2 jam, hipertensi yang
monitor urine dapat menybabkan
output ( N: 1-2 kerusakan ginjal.
ml/kgBB/jam . 4. Monitor sanagt
5. Kaji status perlu karena
neorologi perluasan volume
(tingkat cairan dapat
kesadaran, menyebabkan
respin pupil) tekanan darah
seiap 8 jam meningkat.
6. Atur pemberian 5. Untuk mendektesi
diuretic: secara dini
Esidriks, Lasix perubahan yang
sesuai order. terjadi pada status
neurologi ,
memudahkan
intervensi
2. Peningkatan Klien dapat 1. Timbang berat 1. Peningkatan berat
volume cairan mempertahankan badan tiap hari, badan merupakan
berhubungan volume cairan monitor output indikasi adanya
denganoliguri dalam batas urine tiap 4 jam retensi cairan,
normal ditandai 2. Kaji adanya penurunan output
dengan urine edema, ukur urine merupakan
output 1-2 lingkar perut indikasi munculnya
ml/kgBB/jam setiap 8 jam, gagal ginjal.
dan untuk anak 2. Peningkatan
laki-laki cek lingkar perut dan
adanya pembengkakan
pembekakanpa pada skrotum
da skrotum. merupaka indikasi
3. Monitor reaksi adanya ascites.
terhadap terapi 3. Diuretic dapat
diuretic, menyebabkan
terutama bila hipokalemia , yang
menggunakan membutuhkan
tiazid/furosemi penanganan
de pemberian
4. Monitor dan potassium
catat intake 4. Klien mungkin
cairan membutuhkan
5. Kaji warna, dan pembatasan
berkonsentrasi pemasukan cairan
dan berat dan penurunan
urine . laju filtrasi
6. Monitor hasil glomerulus, dan
tes juga
laboratorium. membutuhkan
pembatasan intake
sodium
3. Perubahan status Klien akan 1. Sediakan makan 1. Diet tinggi
nutrisi (kurang menunjukan dan karbohidrat
dari kebutuhan peningkatan intake karbonhidrat biasanya lebih
tubuh ) ditandai dengan yang tinggi. cocok dan
berhubungan porsi akan 2. Sajikan makan menyediakan
dengan anorexia dihabiskan minimal sedikit-sedikit kalori esensial.
80% tapi sering , 2. Menyajikan makan
termasuk sedikit-sedikit tapi
makanan sering,
kesukaan klien memberikan
3. Batasi masukan kesempatan bagi
sodium dan klien untuk
protein sesuai menikmati
order makanannya ,
dengan
menyajikan
makanan
kesukaanya dapat
meningkatkan
nafsu makan.
3. Sodium dapat
menyebakan
retensi cairan,
pada beberapa
kasus ginjal tidak
dapat
memetabolisme
protein, sehingga
perlu untuk
membatasi
pemasukan
cairan .

4. Intoleransi Klien akan 1. Buat jadwal 1. Dengan periode israhat


aktivitas menunjukan atau periode yang terjadwal
berhubungan adanya israhat setelah menyediakan energy
dengan fatigue peningkatan aktivitas untuk menurunkan
aktivitas ditandai 2. Sediakan atau produksi dari sisa
dengan adanya ciptakan metabolisme yang
kemampuan lingkungan yang dapat meningkatkan
untuk aktivitas tenang, stress pada ginjal.
atau aktivitasyang 2. Jenis aktivitas tersebut
meningkatnya menantang akan menghemat
waktu beraktivitas sesuai dengan penggunaan energy
perkembangan dan mencegah
klien . kebosanan
3. Buat rencana 3. Tingkatan dalam
atau tingkatan perawatan/pengelomp
dalam okan dapat membantu
keperawatan klien dalam memenuhi
klien agar tidak kebutuhan tidurnya.
di lakukan pada
saat klien
sementara
dalam keadaan
israhat pada
malam hari.
5. Resiko Klien dapat 1. Sediakan kasur 1. Menurunkan resiko
kerusakan mempertahankan busa pada terjadinya kerusakan
integritas kulit integritas kulit tempat tidur kulit
berhubungan ditandai dengan klien 2. Dapat mengurangi
dengan kulit tidak pucat , 2. Bantu merubah tekanan dan
immobilisasi tidak ada posisi klien tiap memperbaiki sirkulasi
dan edema kemerahan, tidak 2 jam penurunan resiko
ada edema atau 3. Mandikan terjadinya kerusakan
keretakan pada klientiap hari kulit
kulit/bersisik dengan sabun 3. Deodorant/sabun
yang berparfum dapat
mengandung menyebabkan
pelembab kerusakan kulit
4. Dukung/beri 4. Meningkatkan sirkulasi
sekongan dan baik dari pembuluh
elevasikan darah vena untuk
eksremitas yang mengurangi
mengalami pembengkakan
edema 5. Untuk mengurangi
5. Jika klien laki- kerusakan kulit
laki, skrotum
dibalut
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Glomerulonefroitis akut


paling lazim terjadi pada anak-anak 3 sampai 7 tahun meskipun orang dewasa muda remaja dapat juga
terserang , perbandingan penyakit ini pada pria dan wanita 2:1

GNA ialah suatu reaksi imunologi pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang sering
terjadi ialah akibat infeksi2. Tidak semua infeksi streptokokus akan menjadi glomerulonephritis akan
menjadi glomerulonephritis , hanya bebrapa tipe saja. Timbulnya GNA didahului oleh infeksi eksta renal,
teruta di traktus respirotorius bagian kulit oleh kuman streptokokus beta hemolitikus golongan A tipe
12, 4, 16, 25 dan 49. Dari tipe tersebut diatas tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen daripada yang lain
tidak di ketuhui .

3.2 SARAN

penulisan menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan , maka dari itu
penulis menyarankan kepada para membaca khususnya teman-teman mahasiswa agar mencari
reverensi lain selain dari makalah ini, dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
dapat kami jadikan pedoman dalam membuat makalah berikutnya.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Aribowo & Andrifiliana. 2011. Infeksi Luka Operasi (Surgical Site Infection).

Yogyakarta: SMF Bedah RSUP Dr. Sarjito

Depkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan

Mansjoer, Arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: EGC

Nurarif. A. H & Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan

Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogjakarta: MediAction

Nurarif. A. H & Kusuma. H. 2016. Asuhan keperawatan Praktis berdasarkan

Penerapan NANDA, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. Yogyakarta:

Mediaction

RSUD Kota Baubau. 2019. Register Data Penyakit BPH. Baubau: Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Baubau

Rahayuningsih dan Dermawan. 2010.Segi Praktis Ilmu Bedah Untuk Pemula,

diterjemahkan oleh Lyndon Saputra. Jakarta: Binarupa Aksara

Sjamsuhidajat & De Jong. 2011. Penatalaksanaan Bedah Umum di Rumah Sakit.

Jakarta: EGC

Smeltzer, S. C & Brenda G. Bare. 2014.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

You might also like