You are on page 1of 33

PROPOSAL

PRESISI DAN AKURASI PENGUKURAN ANTROPOMETRI BALITA OLEH KADER


POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR

KOTA BENGKULU TAHUN 2022

DISUSUN OLEH

LIDYA KURNIA LESTARI

NIM : P05130219015

PRODI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah- Nya serta
kemudahan yang diberikan-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.Skripsi ini
dibuat sebagai syarat kelulusan program Studi Diploma IV Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu
dengan judul Presisi dan Akurasi Pengukuran Antropometri Balita oleh Kader Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Tapi Kecamatan Ulu Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan
Tahun 2022.

Dalam penyelesaian proposal ini penyusun telah mendapat masukan dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Eliana, SKM., MPH sebagai Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu.


2. Bapak Anang Wahyudi, S.Gz., MPH sebagai Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Bengkulu.
3. Bapak Tetes Wahyu W., SST., M.Biomed sebagai Ketua Prodi S.Tr. Gizi dan Dietetika.
4. Ibu Dr, Demsa Simbolon,SKM,MKM sebagai Pembimbing I penyusun skripsi.
5. Ibu Yunita, SKM, M.Gizi sebagai pembimbing II penyusun skripsi.
Dalam penyusunan skripsi ini penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun demi kelayakan skripsi ini. Atas perhatiannya, penyusun mengucapkan
terimaksih.

Bengkulu, November 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
A.Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................3
C. Tujuan Penelitian...............................................................................4
D. Manfaat Penelitian............................................................................4
E. Keaslian Penelitian............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10
A. Presisi dan Akurasi..........................................................................10
B. Antropometri...................................................................................11
C. Penimbangan Balita.........................................................................14
D. Kader Posyandu..............................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................20
A. Desain Penelitian.............................................................................21
B. Kerangka Konsep............................................................................21
C. Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................21
D. Populasi dan Sampel.......................................................................22
E. Variabel Penelitian..........................................................................22
F. Definisi Oprasional..........................................................................22
G. Teknik Pengumpulan Data..............................................................25
H. Instrumen Penelitian........................................................................26
I. Analisis Data.....................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN

(1) Latar Belakang

Data yang akurat merupakan data yang relevan dan tepat waktu, data akurat juga
menentukan keberhasilan pengambilan keputusan dalam kebijakan kesehatan.
Pengukuran sangat berperan penting dalam semua aktivitas manusia. Alat ukur yang
digunakan yaitu tergantung pada sesuatu yang akan diukur nantinya . Kesalahan dalam
pengukuran sangat sering terjadi, seperti ketidaktepatan dalam hasil pengukuran. Hal
tersebut disebabkan oleh faktor diantaranya tidak beroperasinya alat ukur dengan benar
atau alat ukur memberikan data hasil pengukuran yang tidak tepat. Akurasi dalam proses
pengukuran merupakan tingkat kedekatan pengukuran sesuatu terhadap nilai yang
sesungguhnya , sedangkan presisi merupkan suatu sistem pengukuran yang dilakukan
pengulangan pengukuran dalam kondisi yang tidak berubah mendapatkan hasil yang
sama.(Fitrya et al., 2017)

TB menurut umur menerangkan bahwa status gizi secara kronis yang dikatakan
pendek. Penyebabnya ialah balita kurang mengkonsumsi zat gizi mikro, energi dan
protein dalam jangka waktu yang cukup lama. Sedangkan BB menurut tinggi badan
memberikan maksud masalah gizi bersifat akut. Penyebabnya itu mengidap penyakit
tertentu dan kekurangan asupan gizi yang dapat menyebabkan balita tersebut kurus.
(Abidin and Mandar, 2020)
Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang tidak bisa
diselesaikan dengan cara pendekatan medis maupun pelayanan kesehatan saja. Penyebab
dari timbulnya masalah gizi yaitu diantaranya ialah peran serta masyarakat. Maka dari
itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan banyak berbagai sektor yang terkait.
(Hardiyanti, Jus and Angkasa, 2018)
Pelaksanaan kegiatan posyandu yaitu kader kesehatan berasal dari masyarakat
yang tinggal dilingkungan setempat dan bekerja secara tidak digaji atau sukarela. Kader
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan posyandu di lapangan

4
sehingga keberadaan kader perlu dipertahankan. Kegiatan rutin posyandu salah satunya
ialah melakukan penimbangan berat badan maupun tinggi badan Balita. Penimbangan
berat badan tujuannya untuk memantau pertumbuhan balita secara periodik.
Penimbangan berat badan biasanya dilakukan oleh kader Posyandu yang merupakan
tenaga sukarela dan telah mendapatkan latihan oleh instansi kesehatan. Dalam
menimbang dibutuhkan keterampilan tersendiri agar hasil yang didapat benar sehingga
tidak ada kesalahan dalam menentukan status gizipada balita.. Keterampilan seorang
kader posyandu melakukan penimbangan dapat dinilai berdasarkan ketepatan dan
ketelitiannya dalam melakukan pengukuran antropometri (Hardiyanti, Jus and Angkasa,
2018).
Masalah gizi pada balita yaitu status gizi kurang pada balita umur (0-
5)tahun.Balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat
kekurangan gizi atau termasuk salah satu kelompok masyarakat yang rentan gizi.Menurut
data Riskesdas 2018 menyatakan bahwa data balita status gizi menurut (BB/U) gizi
kurang di provinsi Bengkulu diangka 10,39% , gizi buruk 2,80%, dan gizi lebih 4,47%.
Prevalensi status gizi (BB/TB) di Provinsi Bengkulu mencapai 3,46% sangat kurus, kurus
4,79% , gemuk 10,35%. (Riskesdas Bengkulu, 2018).
Data balita dari puskesmas sawah lebar yang didapat yaitu berat badan per tinggi
badan (BB/U) balita yang gizi kurang yaitu 14 balita dari jumlah seluruh 851 balita.
Menurut penelitian yang dilakukan Unicef (2002) dalam Nofria tahun 2008, ketelitian
(presisi) kader yang baik dalam melakukan penimbangan adalah 39%, dan ketepatan
(akurasi) kader yang baik dalam melakukan penimbangan adalah 3%. Rendahnya presisi
dan akurasi kader dalam melakukan penimbangan berat badan balita mungkin disebabkan
oleh banyak factor seperti pelaksanaan prosedur penimbangan, pengetahuan, umur,
pendidikan, pekerjaan, jumlah pelatihan yang diikuti dan frekuensi penimbangan yang
dilakukan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadjri (2016), diketahui
bahwa tingkat presisi dan akurasi para kader posyandu masih rendah sehingga kualitas
data hasil penimbangan kader masih kurang (55,9%). Bahwa presisi kader yang baik
dalam menimbang sebanyak 39% dan akurasi kader yang baik dalam melakukan
penimbangan hanya 3% (Hardiyanti, Jus and Angkasa, 2018). Berdasarkan penelitian

5
Munfaridah (2012), sebanyak 67,5% kader masih kurang trampil.Faktor faktor yang
dapat mempengaruhi keterampilan kader yaitu pendidikan, lama menjadi kader,
pekerjaan, dan tugas diposyandu.(Faizi et al., 2017)
Berdasarkan informasi dan uraian diatas yang telah dijelaskan, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai gambaran presisi dan akurasi pengukuran
antropometri balita oleh Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar ,
Kota Bengkulu.

(2) Rumusan Masalah

Data- data pengukuran antropometri anak balita yang telah di data oleh kader
diberikan kepada petugas gizi di puskesmas Sawah Lebar, tetapi data tersebut belum
diketahui presisi dan akurasinya. Upaya mencegah kesalahan interpretasi status gizi
balita, pihak puskesmas Sawah Lebar belum menganalisa data penimbangan yang
dilakukan di posyandu. Petugas puskesmas jarang melakukan pengecekan ulang karena
terkendala dengan waktu dan belum melakukan uji presisi dan akurasi penimbangan pada
kader di posyandu sehingga masih diragukan.
Data pemantauan pertumbuhan pada balita yang tidak tepat interpretasi status gizi
akan salah dan berakibatkan akan kesalahan pengambilan keputusan untuk menentukan
gizi pada balita. Hal tersebut dikarenakan kurangnya keterampilan dan pengetahuan
kader yang dilihat dari sisi akurasi dan presisi saat melakukan pengukuran antropometri
pada balita. Karena hal tersebutlah yang menyebabkan gambaran presisi dan akurasi
pengukuran antropometri oleh kader posyandu di wilayah kerja puskesmas Sawah Lebar
perlu diteliti.

(3) Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran presisi dan akurasi pengukuran antropometri balita oleh
kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun
2022.

6
2. Tujuan Khusus
1) Diketahuinya gambaran faktor kader yang meliputi umur,pendidikan, lama
menjadi kader, pelatihan dan pengetahuan kader posyandu di Wilayah Kerja
Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun 2022
2) Diketahuinya gambaran presisi kader yang meliputi umur,pendidikan, lama
menjadi kader, pelatihan dan pengetahuan kader posyandu di Wilayah Kerja
Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun 2022.
3) Diketahuinya gambaran akurasi kader yang meliputi umur,pendidikan, lama
menjadi kader, pelatihan dan pengetahuan kader posyandu di Wilayah Kerja
Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun 2022.

(4) Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Sawah Lebar


Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk membuat
program pelatihan maupunpembinaan kader tentang pemantauan pertumbuhan balita
danpengukuran status gizi pada balita. Pihak Puskesmas dapat melakukan upaya
pengaktifan dan peningkatan posyandu, memberikan edukasi dan informasi kepada
kader.
2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan bidang kesehatan masyarakat khususnya tentang
presisi dann akurasi penimbangan balita oleh kader posyandu. Hasil penelitian ini
dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya
dengan penelitian yang sejenis.

7
(5) Keaslian Penelitian

No Peneliti dan Judul Desain dan Hasil Penelitian


Tahun Sampel
1. Ajeng Sakina Gambaran Presisi Dan Desain cross sectional dan Gambaran faktor kader penimbang
Ganda Sari, Akurasi Penimbangan Balita pendekatan berdasarkan umur adalah lebih banyak
Tahun 2017 Oleh Kader Posyandu Di kuantitatif.sumber data kader yang berumur 40 tahun, hamper
Wilayah Kerja Puskesmas yang digunakan yaitu data semuakader telah menjadi kader
Kecamatan Pesanggrahan primer yang diperoleh posyandu selama lebih dari lima tahun.
Jakarta Selatan Tahun 2017. peneliti dari wawancara Selain itu, lebih banyak kader posyandu
menggunakan kuesioner yang belum pernah mengikuti pelatihan
dan pencatatan hasil mengenai penimbangan menggunakan
penimbangan kepada dacin dan pengetahuan kader tentang
responden yang berjumlah penimbangan dacin masih sangat kurang.
27 kader posyandu. Presisi kader posyandu dalam
menimbang balita sebagian besar sudah
baik, tetapi akurasi semuakader tidak
baik.
Presisi baik dalam menimbang balita
banyak dimiliki kader yang berumur >40
tahun, kader yang pendidikan menengah
dan telah bekerja >5 tahun. Presisi baik
juga dimiliki kader yang pernah

8
mendaptkan pelatihan dan mempunyai
pengetahuan baik. Meskipun akurasi
semua kader tidak baik, kader yang
pernah mendapatkan pelatihan memiliki
nilai rata-rata selisi ∑d² dengan
supervisor lebih kecil di bandingkan
dengan yang tidak pernah mendapatkan
pelatihan.
2. Nelsi, Validasi Pengukuran Jenis Penelitian ini Penulis Data hasil proses pelaksanaan
Afriani, Antropometri Berat Badan menggunakan pendekatan penimbangan berat badan yang di
Urwatil (BB) dan Tinggi Badan kuantitatif menggunakan lakukan oleh (pengukur yang satu dan
Wusqa (TB) oleh Kader Posyandu uji Wilcoxon Signed pengukur yang lain ) yaitu Valid. Dari
Abidin, di Desa Bala Batu Ranks Tesn, untuk Melihat Hasil penimbangan berat badan (antara
Universitas Kecamatan Tanduk Kalua ketetapan pengukuran pengukur yang satu dengan pengukur
Al Asyariah Kabupaten Mamasa (Sebelum dan Sesudah yang lain) dengan nilai Mean±SD (95,31)
Mandar, Journal Peqguruang: Pengukuran) Berat badan sebelum validasi dan setelah validasi
Tahun 2020 Conference Series eISSN: (BB) dan Tinggi Badan (98,57) p=0,123 (p value>0,05), tidak ada
2686–3472 (TB). Sampel untuk perbedaan sehingga dapat di katakan
Validasi berjumlah 35 Valid yaitu 100%.
sampel, yaitu Balita yang Data hasil proses pelaksanaan
ada di posyandu Desa Pengukuran tinggi badan(Antara
Balabatu. pengukur yang satu dengan pengukur

9
yang lain) , ada 2 responden yang pada
saat melakukan pengukuran hanya 9
langkah yang dilakukan oleh pengukur,
32 responden melakukan ke 10 tahapan
tersebut 93%. Sehingga proses
pelaksanaan pengukuran tinggi badan
dikatakan valid. Dari Hasil pengukuran
Tinggi badan (antara pengukur yang satu
dengan pengukur yang lain) dengan nilai
Mean±SD (333.77) sebelum validasi dan
setelah validasi (334.29) p=0,317 (p
value>0,05) tidak ada perbedaan
sehingga dapat di katakan Valid.
3. Rosliana Hubungan Lama Kerja Penelitian ini bersifat Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Hardiyanti , Menjadi Kader, Cross Sectional yaitu ada hubungan pengetahuan penimbangan
Idrus Jus’at , Pengetahuan, Pendidikan, variabel dependen (presisi berat badan balita terhadap presisi,
Dudung Pelatihan dengan Presisi akurasi) dan variabel namun tidak ada hubungan lama kerja
Angkasa. dan Akurasi Hasil independen (faktor-faktor menjadi kader, pendidikan dan pelatihan
Tahun 2018 Penimbangan Berat Badan yang berhubungan) dan terhadap presisin oleh kader posyandu di
Balita oleh Kader dianalisis dengan analisa wilayah Kerja Puskemas Duri Kepa.
Posyandu Jurnal action: uji Odds Ratio. Sebanyak Hasil penelitian ini juga menunjukkan
aceh nutrition journal, mei 46 kader posyandu dari bahwa ada hubungan pengetahuan

10
2018; 3(1): 74-81 wilayah kerja Puskesmas penimbangan berat badan balita terhadap
Duri Kepa diteliti sebagai akurasi, namun tidak ada hubungan lama
subyek penelitian. kerja menjdai kader, pendidikan dan
pelatihan terhadap akurasi oleh kader
posyandu di wilayah Kerja Puskemas
Duri Kepa.
4. Neneng Pentingnya Akurasi dan Pada setiap tahap kegiatan Peserta memperoleh tambahan informasi,
Fitrya, Presisi Alat Ukur Dalam dilakukan evaluasi dengan pengetahuan, pengalaman tentang
Delovita Rumah Tangga cara berupa tanya jawab pentingnya akurasi dan presisi alat ukur
Ginting, Sri Jurnal untuk mu Negeri vol. (diskusi) dan pengamatan dalam rumah tangga yang telah
Fitria 1, no.2, november 2017 oleh peserta (ibu-ibu diberikan, peserta ingin menerapkan hasil
Retnawaty, posyandu). Pelaksanaan yang diperoleh di kehidupan sehari-hari.
Noni kegiatan ini dengan
Febriani, menggunakan metode:
Yulia Fitri, ceramah, dialog dan
Shabri Putra diskusi.
Wirman.
Tahun 2017

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Presisi dan Akurasi

1. Presisi

Presisi ditentukan melalui populasi data hasil pengukuran berulang. Indikator


untuk presisi biasanya digunakan simpangan baku, yang menunjukkan variasi populasi
data yang diperoleh. Makin rendah nilai simpangan baku, maka data yang diperoleh akan
saling berdekatan, dan ini berarti presisi hasil pengukuran yang dilakukan adalah lebih
baik (Kosanke, 2019).
Presisi merupakan konsistensi kedekatan antara beberapa hasil penimbangan
terhadap objek yang sama pada diri individu kader. Penentuan presisi dapat dibagi
menjadi tiga kategori yaitu keterulangan (repeatability), presisi antara (intermediate
precision), dan ketertiruan (reproducibility). Presisi merupakan ketepatan pada kondisi
percobaan pada laboratorium yang sama oleh analis, peralatan, reagen, dan kolom yang
berbeda. Ketertiruan mempresentasikan presisi hasil yang dapat dilakukan pada tempat
percobaan yang lain dengan tujuan untuk memverifikasi bahwa metode akan
menghasilkan hasil yang sama pada fasilitas tempat yang berbeda(Gandasari, 2017).
2. Akurasi

Akurasi merupakan dimana konsekuensi yang berasal dari perhitungan atau sesuai
dengan nilai yang tepat ataupun standar.Dan pada akhirnya ketepatan tersebut
memutuskan seberapa dekat perkiraan dengan nilai yang benar. (Manado, Raya and
Manado, 2022). Akurasi adalah sejauh mana hasil pengukuran sesuai dengan nilai standar
yang telah diterima. Hasil pengukuran dapat sangat akurat apabila alat ukurnya sangat
sensitive. Namun, ketidakakuratan dapat terjadi karena instrumen yang digunakan belum
dikalibrasi atau karena kesalahan membaca alat ukur. Akurasi sebuah alat ukur haruslah
secara rutin diperiksa. Cara mengkalibrasi alat ukur adalah dengan menggunakan alat

12
tersebut untuk mengukur sesuatu yang ukurannya telah diketahui secara akurat.
Ketidakpastian dalam pengukuran dipengaruhi oleh tingkat akurasi pengukuran
(Nugroho, 2016).

B. Antropometri
1. Pengertian Antropometri

Menurut bahasa, antropometri adalah ukuran tubuh. Antropometri berasal dari


kata antropos (tubuh) dan metros(ukuran). Antropometri dipengaruhi oleh faktor yaitu
genetik dan faktor lingkungan. Konsumsi makanan dan kesehatan (adanya infeksi)
merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi antropometri (Aritonang, 2013)
Keunggulan antropometri antara lain prosedurnya sederhana, aman, dan dapat
dilakukan dalam jumlah sampel yang besar, relatif tidak membutuhkan tenaga ahli,
alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah
setempat, tepat dan akurat karena dapat dibakukan, dapat mendeteksi atau
menggambarkan riwayat gizi di masa lampau, umumnya dapat mengidentifikasi status
gizi sedang, kurang dan buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas. Dapat
melihat perubahan status gizi pada periode tertentu atau dari satu generasi ke generasi
berikutnya (Fadjri, 2016).
Kelemahan antropometri antara lain yaitu tidak sensitif, artinya tidak dapat
mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan
penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas
pengukuran antropometri. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat
mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri. Kesalahan ini
terjadi karena latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau kesulitan
pengukuran (Fadjri, 2016).
Dibandingkan dengan metode lainnya, pengukuran antropometri lebih praktis
untuk menilai status gizi khususnya KEP di masyarakat. Ukuran tubuh yang biasanya
dipakai untuk melihat pertumbuhan fisik adalah berat badan (BB), tinggi badan (TB),
lingkar lengan atas (LILA), lingkar kepala (LK), tebal lemak dibawah kulit (TL) dan
pengukuran tinggi lutut (TILUT). Penilaian status gizi antropometri disajikan dalam
bentuk indeks misalnya BB/U, TB/U, PB/U, BB/TB, IMT/U (Aritonang, 2013).

13
Pengukuran antropometri adalah serangkaian pengukuran kuantitatif otot, tulang,
dan jaringan adiposa yang digunakan untuk menilai komposisi tubuh. Elemen inti dari
antropometri adalah tinggi, berat, indeks massa tubuh (BMI), lingkar tubuh (pinggang,
pinggul, dan anggota badan), dan ketebalan lipatan kulit. Pengukuran ini penting karena
mewakili kriteria diagnostik untuk obesitas, yang secara signifikan meningkatkan risiko
kondisi seperti penyakit kardiovaskular, hipertensi, diabetes mellitus, dan banyak lagi.
Ada utilitas lebih lanjut sebagai ukuran status gizi pada anakanak dan wanita hamil.
Selain itu, pengukuran antropometrik dapat digunakan sebagai dasar untuk kebugaran
fisik dan untuk mengukur kemajuan kebugaran (Panduman and Jelbuk, 2019)
Menurut (Fadjri, 2016) ada beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri
yaitu :
1) Alatnya mudah didapat dan digunakan seperti dacin,pita lengkar lengan atas
2) Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif
3) Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga oleh
tenaga lain setelah dilatih untuk itu
4) Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas dan baku rujukan
yang sudah pasti
5) Secara ilmiah diakui kebenarannya.
Dalam pemakaian untuk menilai status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk
indeks yang dilakukan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :

a) Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, sehingga
jika terjadi kesalahan dalam penentuan umur maka akan menyebabkan hasil
interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun
tinggi badan yang akurat bisa menyebabkan tidak berarti apabila tidak disertai
dengan penentuan umur yang tepat

b) Berat Badan
Berat badan merupkan gambaran pengukuran yang memberikan nilai masa
jaringan maupun cairan dalam tubuh kita. Berat badan adalah hasil
peningkatan maupun penurunan dari semua jaringan tubuh manusia seperti

14
tulang, lemak, otot dan cairan yang ada dalam tubuh. Berat badan merupakan
hal yang sangan penting yang sering disebut dengan pengukuran antropometri
yang sering digunakan pada bayi baru lahir.
Berat badan dilambangkan dengan indeks BB/U maksudnya (berat badan
menurut umur) yang digunakan untuk menilai dengan memperhatikan adanya
perubahan berat badan saat kita melakukan pengukuran. Indeks BB/U sangat
sensitif pada saat penentuan status gizi diukur dikarenakan kemungkinan
besar bisa berubah. Indikator BB/U mempunyai kelebihan yaitu bisa cepat
dimengerti oleh masyarakat umum, biasanya dengan BB/U kita dapat melihat
status gizi seseorang dalam jangka pendek maupun melihat seseorang
tersebut itu berat badannya normal atau tidaknya (Depkes, 2017).
Adapun kelemahan dari BB/U yaitu interpretasi untuk menentukan status
gizi seseorang bisa saja keliru apabila terdapat suatu pembengkakan dan
data-data umur yang akurat sering kali sulit didapat misalnya di Negara
berkembang.
Tabel 2. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Indeks Ambang Batas (Z-Score) Status Gizi
< -3 SD Berat badan kurang
BB/U (severely underweight)
-3 s/d < -2 SD Berat badan kurang
(underweight)
-2 s/d +1 SD Berat badan normal
>+1 SD Resiko berat badan lebih
(PMK No.2, 2020)

c) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan indicator status gizi yang menghubungkan dari
berat badan dan tinggi badan seseorang. Jadi pengukuran berat badan yang
tepat sangat penting untuk mengetahui status gizi seseorang (Rahayu, Tika
Yuliana; Ali, Rosidi; Yuliana, 2018).
(3) Penimbangan Balita

Penimbangan yaitu pengukuran antropometri untuk melihat berat badan seseorang


Untuk menentukan apakah gizi seseorang normal atau tidaknya dilakukan dengan

15
mengukur indeks BB/U maupun BB/TB. Balita merupakan anak usia 12-59 bulan yang
setiap bulannya penimbangan berat badan per umur (BB/U) yang dilakukan di posyandu
terdekat. Dalam umur 12-59 bulan terjadilah percepatan pertumbuhan yang sangat cepat
sehingga sangat diperlukan asupan zat gizi cera optimal dari segi kualitas maupun
kuantitas. Penimbangan pada balita sangat berguna demi memantau pertumbuhan, status
gizi anak, kesehatan anak dan kenaikan berat badan anak (Indahningrum et al., 2020).
Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari
(Aritonang, 2013):
1. Penilaian pertumbuhan anak yang dilakukan secara teratur melalui penimbangan
berat badan setiap bulannya, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan
berdasarkan hasil penimbangan
2. Menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan.
3. Tindak lanjut hasil pemantauan pertumbuhan berupa konseling, PMT, dan rujukan.

a. Kesalahan Pada Pengukuran Berat Badan

Kesalahan pengukuran yang biasa terjadi saat pengukuran antropometri


gizi sangat mempengaruhi presisi dan akurasi suatu pengukuran tersebut.
Kesalahan pengkuran secara acak merupakan sebagian besar karena adanya
variabilitas pengukuran ulang dari pengamat, dan karena adanya perbedaan
pengukuran intra dan inter-observer. Semakin besar variabilitas antara
pengukuran ulang dari subjek yang sama dengan satu (perbedaan intraobserver)
atau dua atau lebih (perbedaan interobserver) pengamat, presisi juga semakin
rendah (Gandasari, 2017).
Tidak tepatnya dengan pengukuran yang semakin meluas akan
memungkinkan meningkat jika antropometri dilakukan oleh individu yang tidak
terlatih. Saat antropometri dianggap sebagai suatu pengukuran status gizi yang
dibilang mudah untuk dilaksanakan dan dibandingkan dengan metode lain
(Gandasari, 2017).
Kesalahan yang sering terjadi pada pengukuran yaitu instrumen yang
tidak memadai, anak tidak bisa diam, kesalahan pada pemembacaan hasil
pengukuran maupun kesalahan saat pencatatan hasil penimbangan tersebut. Solusi

16
yang dapat dijadikan untuk mengatasi kesalahan tersebut antara lain memilih
metode yang tepat terhadap sumber daya yang ada, menunda pengukuran atau
melibatkan orang tua dalam prosedur pengukuran atau menggunakan prosedur
sesuai dengan budaya setempat, melaksanakan pelatihan dan penyegaran latihan
terutama mengenai akurasi dan tindakan perbaikan oleh penyelia atau atasan, dan
harus segera mencatat hasil pengukuran setelah selesai dilakukan saat itu juga dan
telah diperiksa oleh pihak atau orang kedua (Gandasari, 2017).
Kesalahan umum yang terjadi pada pengukuran berat badan adalah
ruangan dingin, tidak ada privasi, timbangan tidak dikalibrasi ke nol, subjek
mengenakan pakaian tebal, dan subjek yang bergerak atau cemas sebagai akibat
dari insiden yang pernah dialami sebelumnya. Solusi yang dapat ditawarkan
dalam mengatasi kesalahan tersebut yaitu menggunakan fasilitas klinik yang
tepat, mengkalibrasi ulang alat setiap subjek telah selesai diukur, melepas pakaian
atau menggunakan pakaian seminimal mungkin, dan tunggu sampai subjek tenang
atau menghapus penyebab kecemasan (misalnya, timbangan terlalu tinggi)
(Gandasari, 2017).
Rendahnya presisi dan akurasi dalam penimbangan berat badan balita
mugnkin disebabkan oleh banyak faktor, seperti: pelaksanaan prosedur
penimbangan, tingkat pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, jumlah pelatihan yang
diikuti dan frekuensi penimbangan. Selain itu, pergantian petugas dibeberapa desa
dengan petugas baru karena beberapa alasan seperti petugas lama pindah tempat
tinggal atau alasan lainnya juga akan berdampak terhadap kualitas penimbangan
sehingga menyebabkan kekeliruan data hasil penimbangan yang berakibat pada
interpretasi data cakupan keberhasilan program posyandu (Gandasari, 2017).
Ksalahan pengukuran dapat terjadi karena petugasnya kurang berhati-hati dan
prosedur pengukuran berat badan yang salah. Penyebab kesalahan yaitu:
(Gandasari, 2017).
1) Pada waktu penimbangan berat badan, timbangan belum di titik nol, dacin
belum dalam keadaan seimbang dan dacin tidak berdiri tegak lurus

17
2) Kesalahan pada peralatan. Peralatan yang digunakan untuk mengukur
berat badan adalah dacin dengan kapasitas 20-25 kg dan ketelitiannya 0.1
kg .
3) Kesalahan yang disebabkan oleh tenaga pengukur Kesalahan ini dapat
terjadi karena petugas pengumpul data kurang hati-hati atau belum
mendapat pelatihan yang memadai.
(4) Kader Posyandu

Kader yaitu perempuan atau lakai-laki yang dipilih oleh masyarakat untuk dilatih
dan menangani masalah tentang kesehatan untuk individu maupun masyarakat serta
bekera dalam hubungan yang sangat dekat dengan tempat pelayan kesehatan dasar.
Posyandu merupakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan dasar. Contohnya upaya posyandu untuk mendampingi pelayanan
kesehatan dasar yaitu dalam membantu pencatatan berat badan bayi, tinggi badan bayi
pada usia 1-5 tahun. Dari tahap pertama pertumbuhan bayi diperlukan pemantauan agar
dapat mengetahui tumbuh kembang anak dimana setiap bayi digharuskan datang ke
posyandu setiap sekali dalam sebulan (Fajaryati et al., 2018). Kader posyandu adalah
orang yang rela tanpa digaji atau tenaga sukarela yang sebelumnya telah mendapatkan
pelatihan dari intalasi kesehatan. Seorang kader harus mempunyai keterampilan sendiri
dalam menimbang berat badan balita dengan teliti dan akurat agar tidak terjadi kesalahan
dalam menginterpretasikan status gizi balita tersebut (Fadjri, 2016).
Seorang kader keterampilannya akan meningkat apabila diberikan pelatihan cara
pengukuran antropometri yang benar dan sesuai dengan prosedurnya. Dalam
menimbangKader posyandu dipilih oleh pengurus posyandu dari anggota masyarakat.
Pemilihan pengurus dan kader posyandu dilakukan melalui pertemuan khusus dengan
mengundang para tokoh dan anggota masyarakat terpilih. Sebelum melaksanakan
tugasnya, kader posyandu perlu diberikan pelatihan oleh puskesmas (Hardiyanti, Jus and
Angkasa, 2018).
1. Tugas dan Tanggung Jawab Kader Posyandu

Pada hari buka posyandu, tugas dan tanggung jawab kader menurut buku
pedoman umum pengelolaan posyandu adalah sebagai berikut.

18
a. Menyiapkan tempat pelaksanaan, peralatan, sarana dan prasarana posyandu
b. Melaksanakan pendaftaran pengunjung posyandu
c. Melaksanakan penimbangan balita yang berkunjung ke posyandu
d. Mencatat hasil penimbangan di KMS atau buku KIA dan mengisi buku register
posyandu
e. Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil
penimbangan
f. Setelah pelayanan posyandu selesai, kader bersama petugas puskesmas
melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut
Kegiatan utama posyandu mencakup Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga
Berencana (KB), imunisasi, gizi, serta pencegahan dan penanggulangan diare (Sudayasa,
2010 dalam Swengli dkk., 2016). Kegiatan pengembangan atau pilihan masing-masing
posyandu dapat menambah kegiatan baru di samping lima kegiatan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah tersebut. Hal tersebut jika dilaksanakan oleh masing-masing posyandu
maka dinamakan posyandu terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya, Bina Keluarga
Balita (BKB), Tanaman Obat Keluaraga (TOGA), Bina Keluarga Lansia (BKL), Pos
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan berbagai program pembangunan masyarakat
desa lainnya. Kegiatan posyandu dapat berjalan dengan baik, dan semua balita setiap
bulan dapat terpantau, hal ini dikarenakan balita yang tidak hadir maka kader akan
melakukan kunjungan rumah sekaligus untuk menimbang balitanya. Kader melakukan
pembagian tugas tersebut tanpa dipaksa oleh siapapun (Fuada dan Irawati, 2014).

2. Faktor Kader dalam Penimbangan Balita

Kader berperan penting dalam pelaksanaan penimbangan balita. Penimbangan


balita merupakan salah sata cara pemantauan pertumbuhan balita yang dapat
dilakukan di posyandu:

a. Umur kader
Umur merupakan usia seseorang yang dihitung pada saat lahir hingga
akhir hidupnya. Umur yang tingkat kecukupannya sudah matang dan kekutan
pada orang tersebut pemikirannya akan semakin matang dalam berfikir.

19
Didalam kategori umur adala pengelompokan masa dewasa yaitu pada umur
18-40 tahun, pada umur 41-60 tahun merupakan masa dewasa madya, dan
umur 61 tahun sampai kematian itu merupakan masa usia lanjut. (Gandasari,
2017).

b. Pendidikan kader
Pendidikan merupakan upaya yang sudah ditentukan agar dapat
mempengaruhi oaring lain, baik itu individu maupun masyarakat agar mereka
mau melakukan apa yang sudah ditetapkan. Pendidikan adalah suatu kegiatan
yang dilakukan dengan sengaja agar kita dapat memperoleh hasil yaitu
keterampilan, pengetahuan maupun sikap orang lain. Pendidikan kader
sangatlah penting karena sangat berpengaruh dengan pengetahuanya , maka
dari itu kader harus mendapat tambahan pengetahuan melalui kursus ulang,
bimbingan maupun penyuluhan di lapangan. Perjalanan pendidikan kader
juga penting karena sangat mempengaruhi dalam terlaksananya tugas para
kader misalnya memberikan penyuluhan atau informasi kepada masyarakat
dan menerima materi dengan baik saat diberikan materi atau pelatihan oleh
petugas kesehatan (Gandasari, 2017).
Jika dilihat berdasarkan penelitian Fadjri pada tahun 2016 sangat
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan seorang kader sangat mempunyai
hubungan yang signifikan dengan hasil pengukuran antropometri yaitu
penimbangan berat badan balita.

c. Lama menjadi kader


Seorang kader melaksanakan tugasnya akan dipengaruhi dengan berapa
lamanya dia menjadi kader. Masa tugas menjadi seorang kader memberikan
dampak positif maupun negatif. Point dampak positif dari lamanya menjadi
kader yaitu,pengalam kader yang lebih baim dari pada kader baru, kader lama
pasti banyak dikenal oleh para pengunjung posyandu makan akan membuat
mudah melakukan komunikasi kepada pengunjung. Adapun dampak
negatifnya yaitu bisa menimbulkan kebosan pada kader yang melakukan
tugasnya setiap hari posyandu.

20
Seorang kader posyandu akan menjadi kader apabila mempunyai
pengalam menjadikader setidaknya 60 bulan dan jumlah kader biasanya
berjumlah 5 orang(Gandasari, 2017).

d. Pelatihan kader
Pelatihan yaitu bagian dari pendidikan yang berikatan dengan proses
belajar, yang berguna untuk mendapatkan dan meningkatkan keterampilan
yang diluar dari alur pendidikan yang ditetapkan, dengan jangka waktu yang
singkat dan menggunakan metode yang mengutamakan praktek daripada
materi.
Dalam melakukan tugas sebagai seorang kader harus dilakukan pelatihan
ulang secara berkala agar untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
keterampilan. Pelatihan kader yang biasa dilakukan yaitu cara menimbang
dengan benar, menginterpretasikan status gizi anak, bagaimana cara
menyiapkan yang dibutuhkan oleh ibu maupun anak, cara pemberian MPASI
kepada anak, dan melihat perkembangan pada ibu hamil dan menyusui
(Gandasari, 2017).

e. Pengetahuan kader
Pengetahuan yaitu hasil kita belajar dari pengalaman,kesadaran sehingga
orang tersebut bisa menjadi tahu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
menyatakan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan kader posyandu
tentang penimbangan berat badan balita dengan kualitas hasil penimbangan
berat badan balita (Fadjri (2016).

(5) Prosedur Penimbangan Balita dengan Dacin


Adapun langkah-langkah menimbang atau mengukur berat badan dengan dacin
yaitu (Gandasari, 2017):

21
1. Pertama periksa dacin dengan teliti apakah timbangan dalam kondisi baik atau rusak.
Dacin dikatakan baik apabila bandul gesernya ditempat skala 0.0 kg dan posisinya
harus seimbang.
2. Siapkan dacin dan gantung di dahan pohon atau palang rumah lalu pasang kain sarung
biasanya digunakan untuk timbangan dacin.
3. Seimbangkan timbangan dengan menambahkan beban di bagian ujung tangkai dacin
misalnya batu atau pasir dimasukan kedalam pelastik dan digantung diujung dacin.
4. Selanjutnya masukan anak balita kedalam sarung tersebut lalu geser bandul dacin
sampai seimbang dan baca secara teliti berapa berat anak tersebut. Usahakan anak
yang ditimbang sudah dimasukan dengan benar dan tidak bergerak waktu di dalam
sarung timbangan dacin.
5. Mencatat hasil penimbangan dengan benar di buku atau selembar kertas untuk
dimasukan ke dalam buku KMS
6. Kemalikan angka dacin ke angka 0 lalu masukan dacin kedalam tali pengaman dan
keluarkan balita dari timbangan dacin.
(6) Kerangka Teori

Berdasarkan penjelasan tentang tinjauan pustaka bahwa kader sangat berperan


penting dalam pelaksanaan kegiatan posyandu terkhusus pada saat penimbangan balita
sehingga kegiatan perlu diperhatikan agar dapat mengurangi kesalahan dalam
pengukuran antropometri pada balita. Berikut adalah kerangka teori:

Presisi dan Akurasi Penimbangan Balita

Kesalahan Sistematik Kesalahan Acak

22
Factor kader :
Factor instrument: Factor responden:  Umur
Alat timbanagn Kerja sama  Pendidikan
 Lama menjadi kader
yang digunakan saat menimbang  Pelatihan
Sumber:  pengetahuan

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan desain cross sectional
dan pendekatan kuantitatif, yaitu untuk mengetahui gambaran presisi dan akurasi
penimbangan balita oleh Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar
Kota Bengkulu Tahun 2022.
B. Kerangka Konsep

Peneliti menyimpulkan variable-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini,


antara lain umur, pendidikan , lama menjadi kader, pelatihan dan pengetahuan kader.

Faktor kader:
Presisi dan Akurasi
 Umur Penimbangan Balita oleh
 Pendidikan Kader Posyandu di Wilayah
 Lama menjadi kader Kerja Puskesmas Lubuk Tapi
 Pelatihan Kecamatan Ulu Manna
 Pengetahuan

Bagan 2. Kerangka Konsep

23
C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Posyandu Wilyah Kerja Puskesmas Sawah Lebar


Kota Bengkulu. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan September - April 2022.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh kader yang bertugas melakukan penimbangan
pada saat penelitian dilakukan di semua Posyandu yang terpilih.Posyandu yang ada di
Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu ada 15 posyandu

2. Sampel
Sampel pada penelitian ini akan dilakukan dengan proportional random sampling
menurut jumlah posyandu.Metode ini digunakan karena setiap kelurahan berbeda
jumlah posyandunya. Di kecamatan Ratu Aguang ada 38 posyandu yaitu di
puskesmas kuala lempuing ada 6 posyandu, puskesmas sawah lebar ada 15 posyandu
dan puskesmas nusa ndah ada 17 posyandu. Jadi rumus sampel :
jumlah posyandu tiap kelurahan
Jumlah sampel posyandu tiap kelurahan = x 12
total posyandu dikecamatan
15
= x 12
38
= 4,7 (5 posyandu)
Jadi posyandu untuk sampel penelitian ini berjumlah 5 posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu.
(7) Variabel Penelitian

1. Variabel Dependent

24
Presisi dan Akurasi seluruh kader yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas
Sawah Lebar yaitu 5 orang Kader setiap posyandu, jadi jumlah kader yang menjadi
sampelpenelitian berjumlah 25 kader.
2. Variabel Independent
Umur, pendidikan, lama menjadi kader, pelatiha dan pengetahuan kader.

(8) Definisi Oprasional

Tabel 2 Definisi Oprasional


Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil Skala
Presisi Perbandingan Formulir Notulen 0. Presisi tidak Ordinal
hasil pencatatan mencatat baik, jika ∑do²
pengukuran hasil hasil > 2∑ds²
pertama dan penimban wawancara 1. Presisi baik ,
pengukuran gan kedalam jika ∑do² ≤
ulang berat formulir 2∑ds²
badan balita hasil
oleh kader penimbangan
yang sama lalu
dengan hasil menghitung
pengukuran nilai presisi
berat badan berdasarkan
yang dilakukan WHO (1983)
supervisor 10
balita.
Akurasi Perbandingan Formulir Notulen 0. Akurasi tidak Ordinal
hasil pencatatan mencatat baik, jika ∑D²>

25
pengukuran hasil hasil 3∑ds²
berat badan penimban wawancara 1. Akurasi baik ,
oleh kader gan kedalam jika ∑D² ≤
dengan formulir 3∑ds²
supervisor hasil
yang dilakukan penimbangan
terhadap 10 lalu
balita menghitung
nilai presisi
berdasarkan
WHO (1983)
Umur Lamanya Kuesioner Wawancara 0. > 40 tahun Ordinal
waktu hidup 1. ≤ 40 tahun
responden
dihitung muai
dari tanggal
lahir sampai
ulang tahun
terakhir saat
penelitian
dilakukan
Pendidikan Jenjang Kuesioner Wawancara 0. Pendidikan Ordinal
pendidikan dasar: SD,
formal terakhir SMP
yang telah 1. Pendidikan
diselesaikn menengah:
kader SMA
posyandu 2. Pendidikan
tinggi:
Diploma,
Serjana

26
Lama Lamanya atau Kuesioner Wawancara 0. ≤ 5 tahun Ordinal
menjadi priode waktu 1. > 5 tahun
kader yang dijalani
kader
posyandu
dalam
menjalankan
tugasnya
sampai saat ini
dihitung dalam
tahun
Pelatihan Kesempatan Kuesioner Wawancara 0. Tidak Nomin
yang diberikan 1. Ya al
untuk
meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
kader dalam
melaksanakan
tugas
penimbangan
Pengetahuan Kemampuan Kuesioner Wawancara 0. Kurang jika Ordinal
kader ordinal
memahami mendapat skor
tugas kader 4-7
dan proses 1. Baik jika
pelaksanaan mendapat skor
kegiatan di 8
posyandu
mengenai

27
penimbangan
balita
G. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa hasil
penimbangan oleh kader, variable umur, pendidikan, lama menjadi kader, pelatiha dan
pengetahuan kader posyandu. Metode yang digunakan unruk mengumpulkan data primer
tentang factor yang meliputi umur, pendidikan, lama menjadi kader, pelatihan dan
pengetahuan kader posyandu dilakukan dengan wawancara menggunakan
kuesioner.Sedangkan data mengenai presisi dan akurasidalam penelitian ini dikumpulkan
menggunakan dengan mencatat hasil timbangan dari kader dan supervisor ke dalam
formulir hasil penimbangan balita.
Sebelum dicatat, data presisi dan akurasi diperoleh dengan penimbngan yang
dilakukan oleh kader posyandu dan supervisor,yaitu petugas gizi puskesmas yang bekerja
di puskesmas Lubuk Tapi tersebut.Petugas puskesmas diharapkan dapat menjadi gold
standard untuk pembanding hasil presisi akurasi penimbangan dari kader saat penelitian
dilakukan.
Penimbangan dilakukan kepada 10 balita di 5 posyandu di Wilayah Kerja
Puskesmas Sawah Lebar, jadi total semua balita yang ditimbang 50 balita. Alur
pengumpulan data penelitian ini sebagai berikut:
1. Tahap pertama adalah peneliti membuat jadwal penimbangan di luar hari buka
posyandu lalu menyesuaikannya dengan jadwal petugas gizi puskesmas dan
kader. Lalu peneliti mengumpulkan 10 ibu dan balitanya dengan bantuan kader
setempat yang telah dipilih menjadi sampel setelah menentukan posyandu di
setiap kelurahan untuk dating pada saat penimbangan dilakukan.
2. Tahap kedua adalah peneliti menyiapkan satu timbanga dacin yang sudah tersedia
dan telah dikalibrasi di posyandu . Lalu peneliti mewawancarai kader
menggunakan kuisioner untuk mengumpulkan data variable umur, pendidikan,
lama menjadi kader, pelatihan dan pengetahuan kader posyandu sebelum
penimbangan dimulai.
3. Tahap ke tiga adalah dari 10 balita yang bersedia ditimbang , balita ditimbang
pertama kali oleh para kader sebanyak 2 kali secara berturut-turut dengan jumlah

28
kader 5-6 kader setiap posyandu lalu ditimbang juga dengan petugas gizi
puskesmas sebanyak 2 kali juga. Total penimbangan dalam satu balita yaitu 12
kali timbangan jika ada 5 kader dan 1 petugas gizi puskesmas sebagai supervisor.
Jadi tiap kader dan supervisor menimbang 10 balita yang ditimbang sebanyk dua
kali dengan menggunakan dacin yang sama di posyandu tersebut.
4. Tahap keempat adalah selama penimbangan oleh kader dan supervisor , peneliti
langsung mencatat hasil pengukuran I dan pengukuran II di formulir hasil
penimbangan.

(9) Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner sebagai alat bantu untuk
pengumpulan data mengenai faktor kader posyandu. Alat yang digunakan yaitu
timbangan dacin agar mendapat data berat badan balita dari hasil pengukuran kader dan
supervisor, lalu nilai presisi dan akurasi dihitung dengan menggunakan rumus dari WHO
dengan bantuan MS.Excel.

(10) Analisis Data

Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat.Data dianalisis


menggunakan SPSS. Data yang telah di analisis disajikan dalam bentuk table.Analisis
univariat bertujuan menggambarkan variable yang diteliti , berupa distribusi frekuensi
pada setiap variable yaitu, umur, tingkat pendidikan, lama mnjadi kader, pelatihan dan
pengetahuan serta presisi dan akurasi hasil penimbangan balita oleh Kader Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar.
Pada data hasil penimbangan oleh kader, sebelumnya diolah dengan
menggunakan Ms,Excel lalu dihitung nilai presisi dan akurasi kader berdasarkan WHO
(1983). Pengukuran antropometri dikatakan
a. Presisi jika ∑d² kader < 2 ∑ds² supervisor
b. Akurat jika ∑D²< 3∑ds² supervisor
Keterangan:

29
ds²= Kuadrat dari selisih pengukuran pertama dan kedua oleh petugas gizi terhadap
anak yang sama
d²= Kuadrat dari selisih pengukuran pertama dan kedua oleh kader terhadap anak
yang sama
D²= Kuadrat selisih dari penjumlahan pengukuran pertama dan kedua oleh kader
dengan penjumlhan pengukuran pertama dan kedua oleh petugas gizi

30
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, W. and Mandar, A. A. (2020) ‘Peqguruang: Conference Series’, 2(April).

Aritonang (2013) ‘Antropometri’.

Depkes (2017), (2011), pp. 7–17.

Fadjri, T. K. (2016) ‘KADER POSYANDU ( Quality of weight measurement result on toddler


by assistant of Maternal and Child Health Centre )’, 1(November), pp. 111–115.

Faizi, M. F. et al. (2017) ‘No GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN


BALITA OLEH KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2017’(1),p.43.doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.

Fajaryati, N. et al. (2018) ‘Studi Penelusuran Alumni Teknik Elektronika D3 sebagai Upaya
Peningkatan Mutu Penyelenggaraan Program Studi’, Elinvo (Electronics, Informatics, and
Vocational Education), 3(1), pp. 25–30. doi: 10.21831/elinvo.v3i1.20221.

Fitrya, N. et al. (2017) ‘Pentingnya Akurasi Dan Presisi Alat Ukur Dalam Rumah Tangga’,
Jurnal Pengabdian UntukMu NegeRI, 1(2), pp. 60–63. doi: 10.37859/jpumri.v1i2.237.

Gandasari, A. S. (2017) ‘GAMBARAN PRESISI DAN AKURASI PENIMBANGAN BALITA


OLEH KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN
PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2017’.

Hardiyanti, R., Jus, I. and Angkasa, D. (2018) ‘OLEH KADER POSYANDU ( A relationship
from long working to cadre , knowledge , education , training with precision and accuracy
of weighing result by cadre at Integrated Health Post )’, 3(1), pp. 74–81. doi:
10.30867/action.v3i1.

Indahningrum, R. putri et al. (2020) ‘RUTINITAS KUNJUNGAN POSYANDU TERHADAP


PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA’, Applied Microbiology and Biotechnology,
2507(1), pp. 1–9. Available at:

31
https://doi.org/10.1016/j.solener.2019.02.027%0Ahttps://www.golder.com/insights/block-
caving-a-viable-alternative/%0A???

Kosanke, R. M. (2019) ‘Presisi dan Akurasi’, pp. 7–33.

Manado, P. N., Raya, J. and Manado, P. (2022) ‘PENTINGNYA AKURASI DATA DALAM
MEMPERTAHANKAN KINERJA PERUSAHAAN PADA PT . MASSINDO SOLARIS
NUSANTARA’, 4(0431), pp. 38–51.

Panduman, D. I. and Jelbuk, K. (2019) ‘HIJP : HEALTH INFORMATION JURNAL


PENELITIAN ANALISIS PENGUKURAN KETEPATAN ANTROPOMETRI TINGGI
BADAN’.

PMK No.2 (2020) Standar Antropometri.

Rahayu, Tika Yuliana; Ali, Rosidi; Yuliana, N. setiawan U. (2018) ‘Perbedaan Tinggi Badan
Aktual Dengan Tinggi Badan Berdasarkan Tinggi Lutut Dan Panjang Ulna Pada Lansia Di
Panti Wreda Kota Semarang’, p. 3.

Riskesdas Bengkulu (2018) ‘Laporan Provinsi Bengkulu RISKESDAS 2018’, Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia, p. 123.

32
33

You might also like