You are on page 1of 3

Nama : Muflihati Chairunnisa

NIM : 2110412062
Mata Kuliah : HI & Regionalisme di Asia Pasifik - Kelas E

ESAI MENANGGAPI ARTIKEL


“KOREAN REUNIFICATION: HOW IT MIGHT COME
ABOUT AND AT WHAT COST”

Esai ini merupakan tanggapan dari karya tulis ilmiah yang berbentuk jurnal dengan judul
yaitu Korean Reunification: How It Might Come About and At What Cost dan ditulis oleh
Charles Wolf. Jurnal ini berisi tentang penjelasan dari perspektif penulis mengenai keadaan
peristiwa reunifikasi yang dapat terjadi antara negara Korea Selatan dengan Korea Utara dilihat
dari segi biaya investasi atau modal dari reunifikasi itu sendiri, konsekuensi, serta implikasi
apabila terjadi unifikasi.
Sejatinya, proses reunifikasi antara Korea Utara dengan Korea Selatan sudah kerap
diperbincangkan beberapa tahun lalu. Perbincangan ini semakin hangat diangkat ketika Korea
Utara mulai menembakkan rudalnya ke Laut Jepang pada 2006 lalu. Menurut penulis, peristiwa
ini akhirnya menggegerkan dunia karena sikap yang ditunjukkan oleh Korea Utara lebih
menekankan untuk menggunakan senjata dan berperang dalam menunjukkan kekuatan
negaranya. Hal ini pun mengurangi kepercayaan negara-negara yang bergabung ke dalam
organisasi PBB kepada negara Korea Utara itu sendiri. Oleh karena itu, menurut penulis, prospek
reunifikasi Korea diharapkan dapat terjadi sehingga keberlangsungan rezim politik tercipta
dengan aman dan stabil.
Wacana untuk mewujudkan reunifikasi di semenanjung Korea nyatanya belum mencapai
titik terang. Diketahui, berdasarkan artikel yang dibuat oleh penulis, penulis lebih menekankan
sikap dari kebijakan politik luar negeri yang dianut oleh Korea Utara itu sendiri. Menurutnya,
Korea Utara sedang mengalami kemerosotan ekonomi sejak kematian Kim Il-Song pada 1994.
Akibatnya, rezim ekonomi dari Korea Utara menjadi bergeser sehingga timbul demnstrasi rezim
yang dapat mengancam keberlangsungan hidup Korea Utara. Korea Utara lebih memilih
mengatasi hal ini dengan meningkatkan dan memperkaya uranium untuk memproduksi berbagai
senjata nuklir yang menyebabkan banyak pertentangan dalam berbagai negara. Oleh karena itu,
perlu adanya peralihan fokus untuk menangani peristiwa reunifikasi di semenanjung Korea dari
berbagai pihak, seperti Jepang, Rusia, Amerika Selatan, dan Cina. Proses reunifikasi pun
ternyata perlu melewati proses revolusi yang panjang dan perlu menghadapi berbagai skenario,
dimana skenario tersebut terbagi menjadi tiga skenario, yaitu yang pertama melalui penyatuan
terkait evolusi dan adaptasi sistem antara Korea Utara dengan Korea Selatan, runtuhnya rezim
Korea Utara, dan reunifikasi melalui konflik yang ada.
Menurut penulis, reunifikasi dapat terjadi apabila telah berkembangnya sistem di
semenanjung Korea. Sistem tersebut merupakan adopsi dari perkembangan sistem yang dianut
oleh negara China melalui liberalisasi. Selanjutnya, diharapkan dapat mendorong dan
mempercepat transaksi perdagangan dan investasi dari segi perekonomian sehingga pengontrolan
adanya ekonomi terpusat dapat diminimalisir. Dengan keadaan yang seperti ini, reunifikasi pun
akhirnya lebih cepat diwujudkan karena sistem perekonoomian antarnegara sudah mulai menyatu
karena adanya desentralisasi dan dukungan antara satu sama lain. Selain itu, perubahan sistem
juga dapat dilihat melalui kekuatan politik dan militer dengan menjalin kerjasama yang erat
antara lembaga militer yang dimiliki masing-masing negara. Hal ini dapat dilakukan dengan
adanya diskusi, pelatihan, serta denuklirisasi yang dilakukan secara bersama-sama.
Setelah itu, penulis juga menjelaskan bahwa tahapan selanjutnya reunifikasi dapat terjadi
dengan runtuhnya rezim Korea Utara. Sudah disebutkan diparagraf diatas bahwa Korea Utara
mulai mengalami kemunduran ekonomi sehingga penulis merasakan bahwa negaranya tidak
mampu untuk mendukung aset militer maupun aset lainnya yang dapat dipertahankan. Konflik
yang timbul akan berdampak kepada seluruh negara di dunia sehingga mengancam keamanan
dan ketertiban internasional. Mau tidak mau pun negara lain akan ikut terlibat untuk menghindari
konflik tersebut dengan menggunakan kekuatan militernya masing-masing, seperti negara
Amerika Serikat dan China. Keadaan seperti ini pun akan memusatkan fokus masyarakat
internasional dan mendesak percepatan reunifikasi semenanjung Korea itu sendiri.
Dari segi pembiayaan dana maupun investasi, reunifikasi membutuhkan jumlah yang
besar. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis menyarankan untuk menerapkan kebijakan melalui
adanya penggandaan per kapita atau PDB per kapita dengan jangka periode pendek, antara 4
hingga 6 tahun. Singkatnya, peristiwa reunifikasi perlu mempersiapkan dana untuk
pembangunan yang berkelanjutan dan peningkatan produktivitas tenaga kerja dari kedua negara,
baik dalam bidang militer, kapasitas sumber daya manusia, standar hidup, jangkauan
transportasi dan komunikasi, layanan kesehatan, serta pendidikan. Dana yang dipakai dapat
bersumber melalui investasi perusahaan yang dibangun di kedua negara sebagai modal awal,
melalui cadangan devisa negara, serta investasi publik dari warga negara di semenanjung Korea
itu sendiri.
Meskipun reunifikasi membutuhkan perkiraan biaya yang besar, akan tetapi reunifikasi
yang diwujudkan dapat memberikan pengaruh dan dampak yang besar, bukan hanya untuk
semenanjung Korea saja, akan tetapi hingga seluruh negara hingga di benua Asia. Semenanjung
Korea yang telah direunifikasi akan memperoleh sumber daya yang meningkat sehingga dapat
membangun pertumbuhan untuk negaranya. Hal ini dapat berpeluang menciptakan lapangan
pekerjaan yang luas sehingga peristiwa imigrasi ke negara china pun dapat diminimalisir dan
pemerintah akan memperoleh kepercayaan di warga negara semenanjung Korea yang meningkat.
Apabila reunifikasi berhasil, maka reunifikasi akan mendukung terciptanya keamanan
internasional yang stabil. Reunifikasi tidak bisa dilakukan hanya dari kedua negara saja, akan
tetapi perlu adanya dukungan internasional. Hal ini akan memberikan kekuatan yang lebih untuk
mempercepat reunifikasi yang dapat dilakukan melalui dialog-dialog atau forum regional
sehingga permasalahan internasional akan berfokus kepada reunifikasi saja. Oleh karena itu,
penulis menjelaskan bahwa intinya reunifikasi memiliki pengaruh positif yang besar kepada
negara di dunia.

You might also like