You are on page 1of 19

MAKALAH

HAKIKAT PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK


MENURUT FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Philosophy of Islamic Education
Dosen Pengampu: Bapak Muhammad Manar, S.Fil.I., M.Ag

Disusun oleh:
Kelompok 6

1. Yuli Fitriani (126203201046)


2. Siti Achya Ruchshotillah (126203202122)
3. Yuni Rahayu (126203202136)
4. Sunita Doloh (126203205231)

KELAS 2C

JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya beserta kesempatan dan nikmat berupa kesehatan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah berjudul “Hakikat Pendidik dan Peserta Didik Menurut Filsafat
Pendidikan Islam” ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tidak lupa kami haturkan
kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad SAW yang kami nantikan syafaatnya di
Yaumul Qiyamah.

Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Philosophy of Islamic Education, serta meningkatkan pemahaman pembaca
tentang hakikat pendidik dan peserta didik menurut filsafat pendidikan Islam. Kami selaku
penyusun ingin mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hj. Maftukhin , M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku Dekan FTIK IAIN Tulungagung
3. Bapak Muhammad Manar, S.Fil.I.,M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah
Philosophy of Islamic Education yang telah memberikan tugas dan pengarahan kepada
kami, serta
4. Seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat berfungsi sebagai referensi pembelajaran untuk
para pembaca yang ingin menambah ilmu pengetahuan. Kami menyadari masih banyak
kekurangan yang terdapat di dalam makalah yang kami susun dan masih terdapat banyak
kesalahan yang perlu diperbaiki. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk membangun makalah ini menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Tulungagung, 10 April 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Pengertian Pendidik dan Peserta Didik 2
1. Pengertian Pendidik 2
2. Pengertian Peserta Didik 2
B. Hakikat Pendidik dan Peserta Didik 3
1. Hakikat Pendidik 3
2. Hakikat Peserta Didik 6
C. Karakteristik Pendidik dan Peserta Didik 9
D. Keutamaan Pendidik dan Peserta Didik 11
1. Keutamaan pendidik 11
2. Keutamaan peserta didik 12
BAB III PENUTUP 15
A. Kesimpulan 15
DAFTAR PUSTAKA 16

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidik dan peserta adalah dua entitas yang tidak dapat terpisahkan dalam
menggerakkan dimensi pendidikan terutama pendidikan Islam. Kedunya mempunyai interaksi
secara berkesinambungan yang dapat menghasilkan perambahan intelektual, namun tidak
dapat dipungkiri dalam praktek pendidikan terkadang mengalami degradasi dan dekadensi
bagi kalangan pendidik dengan mengesampingkan tradisi-tradisi humanis yang seharusnya
diberlakukan dalam dimensi-dimensi peserta didik. Hal ini penting menjadi sebuah otokritik
yang produktif dalam membangun tradisi pendidikan dengan mensejajarkan peserta didik
tanpa adanya bentuk diskriminasi.
Pendidik, peserta didik dan tujuan utama pendidikan merupakan komponen utama
dalam pendidikan, ketiga komponen tersebut merupakan komponen yang satu jika hilang
salah satu dari komponen tersebut maka hilang pula hakikat pendidikan tersebut. Hakikat
pendidik dan peserta didik inilah yang perlu menjadi bahan pengetahuan sebagai landasan
untuk melakukan kegiatan transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik yang
merupakan sebagai obyek dalam penanaman nilai moral, sosial, intelektual, keterampilan dan
spiritual.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian pendidik dan peserta didik?


2. Apa saja hakikat pendidik dan peserta didik?
3. Apa saja karakteristik pendidik dan peserta didik?
4. Apa saja keutamaan pendidik dan peserta didik?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian pendidik dan peserta didik.


2. Untuk mengetahui hakikat pendidik dan peserta didik.
3. Untuk mengetahui karakteristik pendidik dan peserta didik.
4. Untuk mengetahui keutamaan pendidik dan peserta didik.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidik dan Peserta Didik

1. Pengertian Pendidik

Kata pendidik berasal dari didik, artinya memelihara, merawat dan memberi
latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang diharapkan (tentang sopan
santun, akal budi, akhlak, dan sebagainya) selanjutnya dengan menambahkan awalan pe-
hingga menjadi pendidik, artinya orang yang mendidik. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, pendidik artinya orang yang mendidik. Demikian pula dalam bahasa Arab seperti
kata al-mualim (guru), murabbi(mendidik), mudarris (pengajar) dan ustadz.

Secara terminology beberapa pakar pendidikan berpendapat, Menurut Ahmad


Tafsir, bahwa pendidik dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didik dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik,
baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa). Sedangkan Abdul
Mujib mengemukakan bahwa pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta
didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan
meluruskan prilakunya yang buruk.

Pendidik dapat pula berarti orang bertanggung jawab terhadap perkembangan dan
kematangan aspek rohani dan jasmani anak. Secara umum dijelaskan pula oleh Maragustam
Siregar, yakni orang yang memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan lain-
lain baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolah.

Sehingga dapat disimpulkan, pendidik dalam Islam adalah orang yang mempunyai
tanggung jawab dan mempengaruhi jiwa serta rohani seseorang yakni dari segi pertumbuhan
jasmaniah, pengetahuan, keterampilan, serta aspek spiritual dalam upaya perkembangan
seluruh potensi yang dimiliki oleh seseorang tersebut sesuai dengan prinsip dan nilai ajaran
Islam sehingga menjadi insan yang berakhlakul karimah.

2. Pengertian Peserta Didik

2
Menurut Ramayulis, peserta didik merupakan “Raw Material” (bahan mentah)
dalam proses transformasi dan internalisasi, menepati posisi yang sangat penting untuk
melihat signifikasinya dalam menemukan keberhasilan sebuah proses. Sedangkan Samsul
Nizar mengungkapkan bahwa peserta didik adalah makhluk individu yang mempunyai
kepribadian dengan ciri-ciri yang khas yang sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dipengaruhi oleh
lingkungan dimana ia berada.

Peserta didik dalam pendidikan Islam (menurut Maragustam) adalah anggota


masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan menjadi
manusia yang mempunyai ilmu, iman-takwa serta berakhlak mulia sehingga mampu
menjalankan fungsinya sebagai pengabdi/beribadah kepada Allah dan sebagai khalifah.

Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum
dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.
Jadi secara sederhana peserta didik dapat didefinisikan sebagai anak yang belum memiliki
kedewasaan dan memerlukan orang lain untuk mendidiknya sehingga menjadi individu yang
dewasa, memiliki jiwa spiritual, aktifitas dan kreatifitas sendiri.

Dengan demikian peserta didik adalah individu yang memiliki potensi untuk
berkembang, dan mereka berusaha mengembangkan potensinya itu melalui proses pendidikan
pada jalur dan jenis pendidikan tertentu. Dalam perkembangan peserta didik ini, secara hakiki
memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi.

B. Hakikat Pendidik dan Peserta Didik

1. Hakikat Pendidik

Hakikat pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab dalam
pengembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi spiritual
(jiwa), afektif (rasa), kognitif (cipta) maupun potensi psikomotorik (karsa) ke arah yang lebih
baik secara seimbang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Senada dengan ini, Mohammad Fadhli
al-Jamali menyebutkan, bahwa pendidik adalah orang yang mengarahkan manusia kepada
kehidupan yang lebih baik sehingga terangkat derajat manusianya sesuai dengan kemampuan
dasar yang dimiliki oleh manusia (A. Tafsir, 1994:75).

3
Hakikat pendidik sebagai manusia yang memahami ilmu pengetahuan sudah
barang tentu dan menjadi sebuah kewajiban baginya untuk mentransferkan ilmu itu kepada
orang lain demi kemaslahatan ummat. Hakikat pendidik atau guru ditegaskan dalam Al-
Qur’an surat Al-Alaq (96) ayat 1-5 yaitu:

Artinya:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,


2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Dalam Al-Qur’an hakikat guru adalah Allah SWT, namun tidak berarti manusia di
dunia ini tidak mempunyai tugas sebagai khalifah di muka bumi ini, tugas manusia salah
satunya adalah mengajarkan ilmu yang telah diperolehnya kepada orang lain, dengan kata lain
dia sebagai seorang guru.

Jika ditinjau secara umum pendidik dalam pendidikan Islam kaitannya lebih luas
dari pada pendidik dalam pendidikan non-Islam, adapun pendidik dalam pendidikan Islam
yaitu:

a. Allah SWT sebagai pendidik utama


Allah SWT merupakan Tuhan yang Maha Agung pemilik skenario jagad raya.
Dari berbagai ayat al-Qur‟an membicarakan tentang kedudukan Allah sebagai pendidik
dapat dipahami dalam firman-firman yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
salah satunya adalah Firman Allah dalam Q.S al-Fātihah ayat 1 yang berarti “Segala
puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam” dan Q.S al-Baqarah/2: ayat 31 yang berisi “Dan
Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan
kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini,
jika kamu yang benar!”

4
Berdasarkan ayat tersebut, dapat dipahami bahwa Allah SWT adalah pendidik
utama bagi manusia. Allah sebagai pendidik mengetahui segala kebutuhan manusia
yang dididiknya sebab Dia adalah Sang Pencipta. Perhatian Allah tidak terbatas hanya
terhadap manusia saja, melainkan termasuk seluruh alam semesta. Selain itu, dapat
dilihat perbedaan dari aspek proses pengajaran, Allah SWT memberikan bimbingan
kepada manusia secara tidak langsung. Allah SWT mendidik manusia melalui wahyu
yang disampaikan dengan peraturan malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW, dan
selanjutnya Nabi membimbing umatnya dengan peraturan wahyu.
b. Nabi Muhammad SAW
Kedudukan Rasulullah SAW sebagai pendidik ditunjuk langsung oleh Allah
SWT. Rasulullah berhasil mendidik manusia menjadi manusia berkualitas baik lahir
maupun batin hingga saat ini. Nabi menerima wahyu Al-Qur’an yang memiliki fungsi
untuk menyampaikan petunjuk kepada seluruh umat Islam, kemudian mengajarkan
kepada manusia ajaran-ajaran Allah SWT. Peran Nabi sebagai pendidik tertuang dalam
penggalan surat al-A’raf ayat 158 yang artinya “Katakanlah (Muhammad): Wahai
manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua.”
Keberhasilan Rasulullah SAW sebagai pendidik merupakan kombinasi
kekuatan antara kemampuan kepribadian, wahyu dan aplikasi ilmu di lapangan. Sebagai
pendidik, Rasulullah memiliki kepribadian yang pantas dijadikan al-uswah al-hasanah
bagi umat manusia.
c. Orangtua
Selain pendidik (guru), yang paling berperan penting yaitu orang tua. Orang
tua sebagai pembimbing dalam lingkungan keluarga disebabkan karena secara alami
anak-anak pada masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah ayah dan ibunya
Pendidikan pertama dan utama adalah keluarga. Tugas mendidik sebenarnya
berada di pundak orangtua sebab dari merekalah proses kelahiran anak terjadi, orangtua
adalah pihak yang paling dekat dengan anak dan paling berkepentingan terhadap anak-
anaknya sehingga mereka diberi amanah dan tanggung jawab untuk mengembangkan
anak-anaknya. Setiap orangtua memiliki tugas pendidikan. Setiap orangtua memiliki
kepentingan terhadap anak-anaknya, yaitu: a) anak sebagai generasi penerus keturunan,
b) anak merupakan kebanggaan dan belaian kasih orangtua dan c) doa anak merupakan
investasi bagi orangtua setelah mereka wafat.

5
Orang tua merupakan titik dan pemeran awal dalam membimbing, mengasuh,
memberikan perhatian, kasih sayang, dan memotivasi sehingga anak didik dapat
mencapai kesuksesan dalam belajar.
d. Guru
Guru yang bekerja sebagai tenaga pengajar adalah elemen yang terpenting dan
ikut bertanggung jawab dalam proses pendewasaan bagi anak didik tersebut. Dari
beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa guru dapat diartikan sebagai sosok
yang mempunyai kewenangan dan bertanggung jawab sepenuhnya di kelas atau di
sekolah untuk mengembangkan segenap potensi peserta didik yang dimiliki sehingga
mampu mandiri dan mengembangkan nilai kepribadian sesuai ajaran Islam, dengan
demikian tujuan akhirnya adalah kedewasaan dan kesadaran untuk melaksanakan
tugasnya sebagai khalifah dan hamba Allah Swt. Oleh karena itu, setiap guru hendaknya
mempunyai kepribadian yang patut dicontoh dan diteladani oleh anak didik, baik secara
sengaja maupun tidak.

2. Hakikat Peserta Didik

Anak didik merupakan salah satu dari komponen pendidikan yang berpengaruh
terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Tanpa anak didik, pengajaran tidak akan ada dan
pendidikan tidak akan terjadi. Sebagai salah satu komponen pendidikan, anak didik mendapat
perhatian yang serius dari para ahli pendidikan. Untuk keberhasilan pencapaian tujuan
pengajaran khususnya dan pendidikan pada umumnya anak didik harus diperlakukan sebagai
subjek dan objek.
Dalam bahasa Indonesia ada tiga sebutan untuk pelajar, yaitu murid, anak didik
dan peserta didik. Istilah murid dalam Islam mengandung arti orang yang sedang belajar,
menyucikan diri dan sedang berjalan menuju Tuhan. Sebutan anak didik mengandung arti
guru menyayangi murid seperti anaknya sendiri, faktor kasih sayang guru terhadap anak didik
satu kunci keberhasilan pendidikan, sedangkan sebutan peserta didik adalah sebutan yang
paling mutakhir, istilah ini menekankan pentingnya murid berpartisipasi dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian perubahan istilah dari murid ke anak didik kemudian
menjadi peserta didik, agaknya bermaksud memberikan perubahan pada peran pelajar dalam
proses pembelajaran.
Pada banyak buku pendidikan Islam, kajian tentang objek/peserta pendidikan
secara umum menekankan pada persoalan yang berkaitan dengan anak sebagai peserta didik,

6
artinya kebanyakan penulis menjelaskan bahwa anak didik adalah setiap orang yang
menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan
pendidikan, anak didik bukan binatang, tetapi ia adalah manusia yang mempunya akal.
Sementara itu Abu Ahmadi menjelaskan bahwa peserta didik disebut juga anak didik atau
terdidik yang terdiri dari para individu dan membaginya berdasarkan tahap perkembangan dan
umur, menurut status dan tingkat kemampuan.
Menurut teori tabula rasa milik John Locke, pikiran manusia yang baru lahir mirip
seperti kertas kosong, sehingga nasib dan masa depan peserta didik dikondisikan oleh
lingkungan termasuk pendidikan yang dengan sengaja diberikan kepadanya. Peserta didik
dipandang sebagai organisme pasif yang tidak berdaya menghadapi lingkungannya. Ke arah
mana peserta didik hendak dibawa dan dikembangkan, terserah kepada kemauan pendidikan.
Adapun yang dimaksud dengan peserta didik dalam makalah ini adalah manusia
yang menjadi mitra dari kegiatan pendidikan. Dalam Islam peserta didik adalah setiap
manusia yang sepanjang hayatnya selalu berada dalam perkembangan, jadi bukan hanya anak-
anak yang sedang dalam pengasuhan dalam pengasihan orang tuanya, bukan pula hanya anak-
anak dalam usia sekolah, tetapi mencakup seluruh manusia yang beragama Islam maupun
tidak atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan firman Allah :

ۤ
ِ َّ‫اس بَ ِش ْيرًا َّونَ ِذ ْيرًا َّو ٰل ِك َّن اَ ْكثَ َر الن‬
‫اس اَل يَ ْعلَ ُم ْو َن ُ۝‬ َ ‫َو َمٓا اَرْ َس ْل ٰن‬
ِ َّ‫ك اِاَّل َكافَّةً لِّلن‬
Artinya : Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia
tiada mengetahui (QS. Saba’, Ayat 28)

Pemahaman tentang peserta didik seperti diatas, didasarkan pada tujuan


pendidikan Islam yaitu mewujudkan manusia sempurna serta utuh (insan kamil), yang untuk
mencapainya manusia harus berusaha terus menerus melalui berbagai kegiatan pendidikan
hingga akhir hayatnya, baik itu melalui pendidikan yang diselenggarakan secara formal
maupun non formal.

Perlu diperjelas beberapa deskripsi tentang hakikat peserta didik dan implikasinya
terhadap pendidikan Islam, yaitu:

a. Peserta didik bukan merupakan miniatur orang dewasa, akan tetapi memiliki dunianya
sendiri. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar perlakuan terhadap mereka dalam
proses kependidikan tidak disamakan dengan pendidikan orang dewasa, baik dalam

7
aspek metode mengajar , materi yang akan diajarkan, sumber bahan yang digunakan,
dan lain sebagainya.
b. Peserta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi periodesasi perkembangan dan
pertumbuhan. Pemahaman ini cukup perlu untuk diketahui agar aktivitas kependidikan
Islam disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang pada umumnya
dilalui oleh setiap peserta didik. Hal ini sangat beralasan, karena kadar kemampuan
peserta didik ditentukan oleh faktor usia dan periode perkembangan atau pertumbuhan
potensi yang dimilikinya.
c. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang menyangkut
kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi. Di antara kebutuhan tersebut
adalah kebutuhan biologis, kasih sayang, rasa aman, harga diri, realisasi diri, dan lain
sebagainya. Kesemuanya itu penting dipahami oleh pendidik agar tugas-tugas
kependidikannya dapat berjalan secara baik dan lancar.
d. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual, baik yang
disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan di mana ia berada. Pemahaman
tentang diferensiasi individual peserta didik sangat penting untuk dipahami oleh seorang
pendidik. Hal ini disebabkan karena menyangkut bagaimana pendekatan yang perlu
dilakukan pendidik dalam menghadapi ragam sikap dan perbedaan tersebut dalam
suasana yang dinamis, tanpa harus mengorbankan kepentingan salah satu pihak atau
kelompok.
e. Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan rohani. Unsur
jasmani memiliki daya fisik yang menghendaki latihan dan pembiasaan yang dilakukan
melalui proses pendidikan. Sementara unsur rohaniyyah memiliki dua daya, yaitu daya
akal dan daya rasa. Untuk mempertajam daya akal, maka proses pendidikan hendaknya
diarahkan untuk mengasah daya intelektualitasnya melalui ilmu-ilmu rasional. Adapun
untuk mempertajam daya rasa dapat dilakukan melalui pendidikan akhlak dan ibadah.
Konsep ini bermakna bahwa suatu proses pendidikan Islam hendaknya dilakukan
dengan memandang peserta didik secara utuh. Dalam arti praktis, pendidikan Islam
tidak hanya mengutamakan pendidikan salah satu aspek saja, melainkan kedua aspek
secara integral dan harmonis. Bila tidak, maka pendidikan tidak akan mampu
menciptakan output yang memiliki kepribadian utuh, akan tetapi malah sebaliknya yaitu
kepribadian yang ambigu. Bila fenomena ini terjadi dalam praksis pendidikan Islam,
maka upaya untuk menciptakan insan kamil akan hanya sebuah mimpi belaka.

8
f. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat dikembangkan
dan berkembang secara dinamis. Di sini tugas pendidik adalah membantu
mengembangkan dan mengarahkan perkembangan tersebut sesuai dengan tujuan
pendidikan yang diinginkan, tanpa melepaskan tugas kemanusiaannya; baik secara
vertikal maupun horizontal. Ibarat sebidah sawah, peserta didik adalah orang yang
berhak bercocok tanam dan memanfaatkan sawahnya (potensi). Sementara pendidik
(termasuk orang tua) hanya bertugas menyirami dan mengontrol tanaman agar tumbuh
subur sebagaimana mestinya, sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku.

Seluruh pendekatan peserta didik di atas perlu dipahami secara mendalam oleh
setiap pendidik atau komponen yang terlibat dalam proses kependidikan Islam. Wacana ini
dimaksudkan untuk memformat tugas-tugas kependidikan yang dinamis bagi tercapainya
tujuan yang diinginkan.

C. Karakteristik Pendidik dan Peserta Didik

Menurut Abdul Rahman An-Nahlawi, tugas pendidik adalah: pertama, fungsi


penyucian yakni sebagai pembersih, pemelihara dan pengembang fitrah manusia. Kedua,
fungsi pengajaran yakni menginternalisasikan dan mentransformasikan pengetahuan dan
nilai-nilai agama kepada manusia. Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya
memiliki karakteristik yang dapat membedakannya dari yang lain. Dalam hal ini An-Nahlawi
membagi karakteristik pendidik muslim kepada beberapa bentuk, di antaranya yaitu:
1. Bersifat ikhlas: melaksanakan tugasnya sebagaipendidik semata-mata untuk mencari
keridhoan Allah dan menegakkan kebenaran.
2. Mempunyai watak dan sifat rabbaniyah (sifat yang sesuai dengan apa yang diharapkan
Allah).
3. Bersifat sabar dalam mengajar.
4. Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
5. Mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi.
6. Mampu mengelola kelas dan mengetahui psikis anak didik, tegas dan proposional.1

Di dalam masyarakat, orang yang berpribadi dewasa susila mempunyai pula


tanggung tertentu terhadap orang lain, terhadap orang yang belum dewasa, entah karena status
kodratinya, atau karena status sosialnya dalam kelompok masyarakat itu. Orang dewasa

1 Ramayulis, hal. 12. Dikutip dalam Jurnal Tarbiyah Islamiyah Vol. 5 No.1, Januari-Juni 2015

9
karena status kodratinya mempunyai tanggung jawab mendidik ialah orang tua. Orang tualah
yang melahirkan anak-anak mereka. Karena itulah orang tua merupakan pendidik utama dan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama). Sedangkan orang dewasa susila lainnya adalah
menjadi pendidik karena tanggung jawab sosial terhadap orang yang belum dewasa dalam
kelompok atau organisasi mereka.

Untuk menjadi pendidik diperlukan persiapan (pendidikan) seperti persiapan


perkawinan, pendidikan calon pendidik disekolah, pendidikan pemimpin agama, pendidikan
pemimpin pemerintahan, pendidikan pemimpin organisasi. Dengan demikian seseorang
menjadi dewasa susila yang karena status kodratinya dan status sosialnya sanggup mendidik
orang lain. Sanggup mendidik artinya memiliki kemampuan (kompetensi) untuk
melaksanakan tugas-tugas mendidik.

Pendidik harus memiliki karakteristik atau sifat-sifat khas yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas mendidik yaitu:

1. Kematangan diri yang stabil: memahami diri, mencintai diri secara wajar dan memiliki
nilai-nilai kemanusian serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai itu, sehingga ia
bertanggung jawab sendiri atas hidupnya.
2. Kematangan sosial yang stabil: mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
masyarakatnya, dan kecakapan membina kerjasama dengan orang lain.
3. Kematangan profesional (kemampuan mendidik) menaruh perhatihan dan sikap cinta
terhadap anak didik, mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak
didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunakan caracara
mendidik.2

Kemudian dalam upaya mencapai tujuan Pendidikan Islam, peserta didik


hendaknya memiliki dan menanamkan sifat-sifat yang baik dalam dari dan kepribadiannya.
Diantara sifat-sifat ideal yang perlu dimiliki peserta didik misalnya ; berkemauan keras atau
pantang menyerah, memiliki motivasi yang tinggi, sabar, dan tabah, tidak mudah putus asa
dan sebagainya. Berkenaan dengan sifat ideal di atas, Imam Al-Ghazali, sebagaimana dikutip
Fatahiyah Hasan Sulaiman, merumuskan karakteristik atau sifat-sifat ideal yang patut dimiliki
peserta didik yaitu:

2 Wens Tanlain, dkk., Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Buku Panduan Mahasiswa, (Gramedia
Pustaka, Jakarta, 1992), hlm. 29-30. Dikutip dalam Jurnal Tarbiyah Islamiyah Vol. 5 No. 1 Januari-Juni 2015

10
1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub ila Allah. Mempunyai ahklak yang
baik dan meninggalkan yang buruk.
2. Mengurangi kecendrungan pada kehidupan duniawi disbanding ukhrawi dan
sebaliknya.
3. Bersifat tawadhu’ (rendah hati).
4. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan dan aliran.
5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji baik ilmu umum dan agama.
6. Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan melalui pelajaran yang mudah menuju
pelajaran yang lebih sulit.
7. Mempelajari ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih kepada ilmu yang lainnya.
8. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari
9. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi

D. Keutamaan Pendidik dan Peserta Didik

1. Keutamaan pendidik

a. Ditinggikan Drajatnya oleh Allah.


Dalam ajaran Islam posisi guru mendapatkan tempat terhormat dan mulia di
sisi Allah. Sesuai dengan Firman-Nya dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 yang
artinya “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-
lapanglah dalam majlis, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu.’ dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Muchtar, 2008).
Penghargaan Islam yang tinggi kepada pendidik tidak bisa dilepasakan
karena Islam sangat menahrgai ilmu pengetahuan.
b. Terbebas dari Kutukan Allah.
Seorang guru yang baik dalam pengertian melaksanakan tugasnya dengan
ikhlas karena Allah akan mendapat kemuliaan dan keutamaan. Di antara
keutamaan itu adalah ia teremasuk golongan orang yang tidak putus dari rahmat
Allah atau orang yang terkutuk.

11
c. Didoakan oleh Penduduk Bumi
Rosulullah bersabda dalam hadist yang diriwayatkan oleh At-Tirmizy: “Abu
Umamah al-Bahiliy berkata: diceritakan kepada Rasulullah SAW dua orang laki-
laki, yang satu ‘abid (orang yang banyak beribadah) dan yang satu lagi ‘alim
(orang yang banyak ilmu). Maka Rasulullah SAW bersabda: kelebihan seorang
alim daripada orang yang beribadah adalah bagaikan kelebihanku daripada seorang
kamu yang paling rendah. Kemudian Rasulullah SAW berkata (lagi):
Sesungguhnya Allah, malaikat-Nya, penduduk langit dan bumi sampai semut yang
berada dalam sarangnya serta ikan berselawat (memohon rahmat) untuk orang
yang mengajarkan kebaikan kepada manusia (pendidik, guru).”
Informasi dalam hadis di atas mencakup bahwa Allah memberikan rahmat
dan barakah kepada guru. Selain itu, malaikat dan penduduk langit dan bumi
termasuk semut yang berada dalam sarang, ikan yang berada dalam laut
mendoakan keaikan untuk guru yang mengajar orang lain. Ini semua adalah
keutamaan yang diberikan oleh Allah kepada guru.
d. Mendapat Pahala Berkelanjutan
Sehubungan dengan keutamaan ini ditemukan hadis sebagai berikut: Aji
Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : Apabila manusia telah
meninggal dunia terputuslah amalannya kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah,
ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakannya.
Pahala yang berkelanjutan merupakan salah satu keutamaan yang bakal
diperoleh oleh pendidik (guru). Keutamaan ini diberikan kepada guru karena ia
sudah memberikan sesuatu yang sangat vital dalam kehidupan manusia.

2. Keutamaan peserta didik

a. Terhindar dari kutukan Allah.


Dari Abu Hurairah, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya dunia dan isinya terkutuk, kecuali zikrullah dan hal-hal terkait
dengannya, alim (guru), dan peserta didik.”
Dari hadis tersebuut dapat disimpulkan bahwa salah satu yang terhindar dari
kutukan Allah adalah peserta didik, hal ini karena peserta didik merupakan sosok
yang sedang mencari kebenaran yaitu dengan menuntut ilmu.
b. Menempati posisi terbaik.

12
Dari Abi Umamah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah kamu
ambil ilmu ini. Orang alim (pendidik) dan muta'allim (peserta didik) berserikat
dalam pahala dan tidak ada manusia yang lebih baik daripadanya.”
Dalam hadis tersebut, dapat dipahami bahwa pendidik dan peserta didik
merupakan manusia yang lebih baik.
c. Memiliki potensi.
Semua manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu suci, sebagian ulama
mengatakan bahwa fitrah tersebut adalah potensi beragama. Abi Hurairah RA
meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Setiap anak dilahirkan menurut fitrah
(potensi beragama Islam). Selanjutnya, kedua orang tuanyalah yang
membelokkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi bagaikan binatang
melahirkan binatang, apakah kamu melihat kekurangan padanya?”
d. Memiliki kemuliaan (martabat).
Dari Anas, saya mendengarkan Rasulullah SAW bersabda, “Muliakanlah
anak-anakmu dan baguskanlah pendidikannya.” Hadis tersebut memang perintah
kepada orang tua untuk memuliakan dan mendidik anaknya dengan bagus, akan
tetapi dapat juga kita pahami dari hadis tersebut tertuju kepada peserta didik, di
mana seorang peserta didik harus memiliki kemulian atau martabat.
e. Memiliki perbedaan emosional.
Dari Abi Sa'i d al-Khudriy, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Ingatlah,
di antara anak Nabi Adam AS itu ada yang lambat marah dan cepat terkendali.
Ada pula yang cepat marah dan cepat pula terkendali. Ingatlah, di antara anak Nabi
Adam AS itu ada yang cepat marah dan lambat terkendali. Ingatlah, sebaik-baik
mereka ialah yang lambat marahnya dan cepat terkendalinya. Ingatlah, seburuk-
buruk anak Nabi Adam ialah yang cepat marahnya dan lambat terkendalinya.”
Berdasarkan hadis tersebut, Muhammad Ustman An-Najasi
mengelompokkan tingkat emosi kemarahan manusia kedalam tiga tingkatan.
Pertama, orang yang emosi kemarahannya lambat, jarang mengekspresikan
kemarahannya, kalaupun ia marah ia akan cepat mengendalikan emosinya
kemarahannya. Orang semacam ini dikategorikan sebagai manusia yang sangat
mulia. Kedua, orang yang emosi kemarahannya terlalu cepat tetapi ia juga cepat
mengendalikannya. Ketiga, orang yang emosi kemarahannya terlalu cepat muncul,
dia sulit mengendalikannya kecuali dalam waktu yang lama. Orang semacam

13
inilah dikategorikan sebagai manusia yang paling buruk. Tingkatan emosi tersebut
dapat dikendalikan hanya dengan ilmu dan pengetahuan yang manusia pelajari.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian pendidik dalam Islam adalah orang yang mempunyai tanggung jawab dan
mempengaruhi jiwa serta rohani seseorang yakni dari segi pertumbuhan jasmaniah,
pengetahuan, keterampilan, serta aspek spiritual dalam upaya perkembangan seluruh
potensi yang dimiliki oleh seseorang tersebut sesuai dengan prinsip dan nilai ajaran
Islam sehingga menjadi insan yang berakhlakul karimah.
2. Peserta didik dalam pendidikan Islam (menurut Maragustam) adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan
menjadi manusia yang mempunyai ilmu, iman-takwa serta berakhlak mulia sehingga
mampu menjalankan fungsinya sebagai pengabdi/beribadah kepada Allah dan sebagai
khalifah.
3. Dalam Al-Qur’an hakikat guru adalah Allah SWT, namun tidak berarti manusia di
dunia ini tidak mempunyai tugas sebagai khalifah di muka bumi ini, tugas manusia
salah satunya adalah mengajarkan ilmu yang telah diperolehnya kepada orang lain,
dengan kata lain dia sebagai seorang guru. Jika ditinjau secara umum pendidik dalam
pendidikan Islam kaitannya lebih luas dari pada pendidik dalam pendidikan non-Islam,
adapun pendidik dalam pendidikan Islam yaitu Allah SWT, Nabi Muhammad SAW,
orangtua, dan guru.
4. Deskripsi tentang hakikat peserta didik dan implikasinya terhadap pendidikan Islam,
yaitu: 1) peserta didik bukan merupakan miniatur orang dewasa, akan tetapi memiliki
dunia sendiri; 2) peserta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi
priodesasi perkembangan dan pertumbuhan, 3) peserta didik adalah manusia yang
memiliki kebutuhan, baik yang menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani
yang harus dipenuhi; 4) Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan
individual; 5) peserta didik terdiri dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan rohani; 6)
Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

15
DAFTAR PUSTAKA

Fauziyati, Dini., Hakikat Pendidik dan Peserta Didik dalam Sejarah Islam dan Al-Qur’an,
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2016.
Maisyaroh, M. Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Volume 4, No. 2, Juli-Desember
2019: Hakikat Pendidik dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islami. Medan:
Pascasarjana UIN Sumatera Utara. 2019.
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus
Global, Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2016.
Ramli, M., Jurnal Tarbiyah Islamiyah Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2015: Hakikat
Pendidik dan Peserta Didik, Banjarmasin: IAIN Antasari. 2015.
Saputra, M. Indra., Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikann Islam, Volume 6, November 2015
“Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam. Lampung: IAIN
Raden Intan. 2015.

16

You might also like