You are on page 1of 11

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan

Volume 02 Number 02 2018


ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

Perbedaan Locus Of Control Ditinjau dari Etnis

Eko Sujadi1, Leni Setioningsih2


12
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci
E-mail: ekosujadi@konselor.org

Artikel diterima: 16 Mei 2018; direvisi 10 Juni 2018; disetujui 19 Juli 2018

ABSTRACT
In behaving towards what happens in him, man will be oriented in two
directions, there are individuals who believe that what happens to him is
the result of his own efforts, on the contrary there are individuals who
believe that the events that occur are influences from outside the self.
This belief is called the locus of control. Each individual has a difference
in the locus of control. This difference is influenced by several factors,
one of which is ethnicity. This study aims to describe the locus of control
of individuals belonging to the ethnic Kerinci, Java and Minang, and
reveal differences in the locus of control of the three ethnic groups. This
research uses quantitative approach with descriptive and comparative
method. The sampling technique used is simple random side with total
number 230 students. The instrument used is Internal Rotters inventory -
External Locus of Control (I-E Scale). Data were analyzed by using
descriptive statistics and one way anova. The findings of this study
include: 1) locus of control of ethnic Javanese students tend to external,
while ethnic Kerinci and Minang reside in internal. However, the third
locus of control score is not far behind the median locus of control; and
2) there are differences in locus of control of students who have ethnic
Kerinci, Java and Minang. The researcher suggested to the Counselor
Teacher / Counselor to always pay attention deeply and sensitively to the
condition of the foster students, including the locus of control aspect.
These efforts can be made by applying several counseling services with
certain approaches that are theoretically proven effective in forming an
internal locus of control. Parents should also provide understanding to the
children about all the events that happen to him and how to react.
Subsequently to other researchers, the results of this research need to be
addressed and followed up by adding samples and considering some
other characteristics, such as gender, age, social demography, economic
and family status, religion, and others.

Keywords: locus of control; ethnic

This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution,
and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2018 by author.

128
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 02 Number 02 2018
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

PENDAHULUAN
Dalam bersikap terhadap apa yang terjadi dalam dirinya, manusia akan berorientasi pada
2 (dua) arah, ada individu yang meyakini bahwa segala peristiwa yang terjadi pada dirinya
merupakan hasil dari usaha sendiri, sebaliknya ada pula yang meyakini apa yang terjadi
dikarenakan faktor dari luar diri. Rotter (1960) menyebut keyakinan ini sebagai locus of control.
Kutanis, et al (2011) mengemukakan LOC adalah keyakinan seseorang untuk mampu
mengontrol peristiwa dalam kehidupan. Sedangkan menurut Myers (2012), locus of control
adalah sejauh mana individu merasakan hasil yang diterima akibat kendali secara internal/usaha
mereka sendiri atau faktor-faktor di luar dirinya. Locus of control tebagi menjadi dua bentuk,
yakni internal dan external.
Individu yang berorientasi pada locus of control internal berpikir jika mereka mempunyai
peran besar untuk mempengaruhi peristiwa yang terkait dengan kehidupan. Mereka juga merasa
memiliki kekuatan untuk bersikap dengan menggunakan ego positif, serta yakin bahwa mereka
dapat mengarahkan hidup sesuai dengan keinginan. Sebaliknya, individu yang berorientasi pada
locus of control eksternal akan menghubungkan peristiwa yang terjadi dalam hidup mereka
dengan pandangan bahwa peristiwa tersebut terjadi karena kebetulan, nasib, dan faktor-faktor
lain yang berada di luar kendali. Selain itu, mereka percaya bahwa peristiwa-peristiwa yang
mempengaruhi kehidupan tidak dapat diprediksi dan dikendalikan.
Locus of control dipengaruhi atas beberapa faktor, di antaranya jenis kelamin, usia,
kedudukan dalam jabatan, social demografic, status ekonomi, keluarga, agama (Gaa & Shores,
1979; Lal, 1985; Mamlin, Harris & Case, 2001; Cohen & Azaiza, 2007; Serina, Serina &
Uahina, 2010; Virmozelova, 2011; Türker & İnel, 2012; Shannak & Al-Taher, 2012; Zaidi &
Mohsin, 2013; Weintraub, Mamani & Tawfik, 2015; Angelova, 2016). Selain faktor-faktor
tersebut di atas, isu etnis juga menjadi perhatian bagi peneliti-peneliti terdahulu. Telah banyak
penelitian yang mengungkapkan perbedaaan locus of control di antara etnis-etnis tertentu (Gaa &
Shores, 1979; Kim, Pan & Park, 1998; Wenzel, 2010; Cohen & Azaiza, 2007; Stocks et al, 2012;
Weintraub, Mamani & Tawfik, 2015).
Dalam penelitian ini, penulis melakukan kajian locus of control 3 (tiga) etnis yang ada di
Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi, di antaranya yakni etnis Kerinci asli, enis Jawa dan Minang.
Etnis Kerinci merupakan etnis asli yang menetap di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh.
Menurut Azwar (2009) motivasi berprestasi orang Kerinci sangat tinggi, khususnya dari segi
pendidikan dan kemampuan. Kepribadian masyarakat Kerinci dalam menerima segala cobaan,

129
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 02 Number 02 2018
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

menerimanya dengan lapang dada dan tidak mengalihkan setiap cobaan yang diterimanya kepada
orang lain. Bahkan setiap dari cobaan tersebut akan dicari jalan keluarnya (Efrison, 2009).
Dalam hal pengendalian diri, masyarakat Kerinci juga memikirkan segala sesuatu sebelum
bertutur dan bertindak sebagai wujud dan sikap pengendalian diri (Efrison, 2009).
Etnis Jawa di Kabupaten Kerinci umumnya tinggal di Kecamatan Kayu Aro. Walaupun
etnis Jawa yang ada di Kerinci merupakan perantuan, namun mereka tetap menjunjung tinggi
kebudayaannya. Wijayanti & Nurwianti (2010) menjelaskan bahwa orang Jawa akan menerima
apapun yang terjadi padanya tanpa ada upaya untuk menolak atau menghindar, suka atau tidak
suka, mau atau tidak mau dan sangat berhati-hati dalam berbicara. Salah satu prinsip hidup etnis
Jawa adalah keikhlasan. Orang Jawa akan mengerjakan dengan senang hati apa yang sudah
terpegang di tangannya serta tidak iri terhadap kebahagiaan orang lain (Wijayanti & Nurwianti,
2010).
Kabupaten Kerinci juga merupakan destinasi perantauan etnis Minang. Hal ini
disebabkan karena daerah Kerinci dan Minangkabau merupakan suatu kesatuan geografis.
Menurut Navis (1986), motivasi etnis Minang dalam mencapai kemuliaan, kecerdasan dan
materi sangat tinggi, sehingga berdampak pada terbentuknya karakter berani dan lebih terbuka.
Mereka juga senang menghadapi tantangan yang beresiko, serta mandiri dalam bepikir dan
berperilaku (Borualongo, 2014). Penelitian yang dilakukan Sari (2015) mengenai kondisi locus
of control siswa beretnis minang, ditemukan hasil bahwa siswa yang berlatar belakang budaya
Minangkabau berorientasi pada internal locus of control. Berdasarkan gambaran masalah dan
kajian teori sebelumnya dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk mendeskripsikan locus of
control individu yang beretnis Kerinci, Jawa dan Minangkabau, serta mengungkapkan perbedaan
locus of control ketiga etnis tersebut..

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif yang
ditujukan untuk mengungkap gambaran mengenai locus of control siswa dan metode komparatif
yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan locus of control siswa beretnis
Kerinci, Jawa dan Minang. Populasi dalam riset ini sebanyak 545 siswa yang beretnis Kerinci,
Minang dan Jawa. Peneliti menggunakan teknik simple random sampling dalam penentuan
jumlah sampel, sehingga diperoleh 230 siswa. Selanjutnya peneliti menghitung jumlah sampel
kelompok pada ketiga etnis tersebut. Berdasarkan perhitungan, diperoleh jumlah 85 siswa etnis

130
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 02 Number 02 2018
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

Kerinci, 78 siswa etnis Jawa, dan 67 siswa etnis Minang. Instrumen yang peneliti gunakan untuk
mengungkap locus of control yaitu Inventory Rotters Internal - External Locus of Control (I-E
Scale). Uji persyaratan analisa dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan homogenitas.
Teknik analisa data yang digunakan untuk mendeskripsikan dan mengungkap perbedaan locus of
control siswa etnis Kerinci, Jawa dan Minang yakni rumus persentase dan One Way Anova.

HASIL
Data yang diperoleh dari lapangan telah lulus uji normalitas dan homogenitas. Pengujian
normalitas data dengan menggunakan Kolmogorov - Smirnov dengan koreksi Liliefors,
menggunakan ketetapan alpha (α) 0.05. Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil uji
normalitas sebagai berikut.
Tabel 1. Uji Normalitas Data Locus of Control
Asymp.
No Etnis N Ket.
Sig
1 Kerinci 85 0,080 Normal
2 Jawa 78 0.074 Normal
3 Minang 67 0,191 Normal

Berdasarkan data pada Tabel 1 di atas, terlihat bahwa keseluruhan Asymp.Sig lebih besar
dari 0.05, ini berarti data locus of control siswa etnis Jawa, Kerinci dan Minang berdistribusi
normal.
Uji homogenitas dalam penelitian ini akan dipaparkan pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Uji Homogenitas Data Locus of Control
Levene
Kategori df1 Df2 Sig
Statistic
Based on
0,872 2 227 0,419
Mean

Berdasarkan tabel 2 di atas, diketahui nilai signifikansi 0,419 lebih besar dari 0,05.
Dengan demikian data locus of control homogen.
Berikut akan dipaparkan hasil riset yang telah dilakukan kepada 230 siswa. Secara
spesifik, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan LOC siswa ditinjau dari etnis.
Berdasarkan pengolahan terhadap instrumen yang telah diberikan kepada sampel, diperoleh
gambaran sebagai berikut:
Tabel 3. Mean/Rata-rata Skor Locus of Control Etnis Kerinci
N Skor Minimal Skor Maksimal Skor Total Mean
85 7 16 947 11,1

131
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 02 Number 02 2018
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

Dari Tabel 3 di atas, terlihat bahwa dari keseluruhan sampel yang berjumlah 85 siswa,
diperoleh skor minimal 7 dan skor maksimal 16. Dari Tabel di atas dapat juga diketahui rata-rata
sebesar 11.1. Dengan demikian, locus of control siswa beretnis Kerinci berada pada kategori
internal.
Selanjutnya secara rinci frekuensi dan persentase untuk masing-masing kategori locus of
control siswa beretnis Kerinci dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 4. Deskripsi Frekuensi dan Persentase (%) Locus of Control Siswa Etnis Kerinci

No Kategori Frekuensi Persentase


1 Internal 48 56,5%
2 Eksternal 37 43,5%
Total 85 100%

Berdasarkan tabel 4 di atas, diketahui bahwa siswa beretnis Kerinci yang memiliki
internal locus of control sebanyak 48 siswa atau 56,5% dan 37 siswa atau 43,5% berada pada
kategori eksternal.
Deskripsi mengenai locus of control siswa etnis Jawa dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Mean/Rata-rata Locus of Control Etnis Jawa


N Skor Minimal Skor Maksimal Skor Total Mean
78 6 17 938 12

Dari Tabel 5 di atas terlihat bahwa dari keseluruhan sampel yang berjumlah 78 siswa,
diperoleh skor minimal 6 dan skor maksimal 17. Dari Tabel di atas juga dapat diketahui rata-rata
skor sebesar 12. Dengan demikian, locus of control siswa beretnis Jawa berada pada kategori
eksternal.
Secara rinci, frekuensi dan persentase untuk masing-masing kategori locus of control
siswa beretnis Jawa dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6. Deskripsi Frekuensi dan Persentase (%) Locus of Control Siswa Etnis Jawa

No Kategori Frekuensi Persentase


1 Internal 33 42,3%
2 Eksternal 45 57,7%
Total 78 100%

Berdasarkan tabel 6 di atas, diketahui bahwa siswa beretnis Jawa yang memiliki internal
locus of control sebanyak 33 siswa atau 42,3% dan 45 siswa atau 57,7% berada pada kategori
eksternal.

132
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 02 Number 02 2018
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

Deskripsi mengenai locus of control siswa etnis Minang dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:
Tabel 7. Mean/Rata-rata Locus of Control Etnis Minang
N Skor Minimal Skor Maksimal Skor Total Mean
67 6 16 729 10,9

Dari Tabel 7 di atas terlihat bahwa dari 67 sampel, diperoleh skor minimal 6 dan skor
maksimal 16. Dari Tabel di atas dapat juga diketahui rata-rata skor sebesar 10.9. Dengan
demikian, locus of control siswa beretnis Minang berada pada kategori internal.
Frekuensi dan persentase untuk masing-masing kategori locus of control siswa beretnis
Minang dapat dilihat dalam Tabel berikut:
Tabel 8. Deskripsi Frekuensi dan Persentase (%) Locus of Control Siswa Etnis Minang
No Kategori Frekuensi Persentase
1 Internal 41 61,2%
2 Eksternal 26 38,8%
Total 67 100%

Berdasarkan tabel 8 di atas, diketahui bahwa siswa beretnis Minang yang memiliki
internal locus of control sebanyak 41 siswa atau 61,2% dan 26 siswa atau 38,8% berada pada
kategori eksternal.
Perbandingan locus of control siswa etnis Kerinci, Jawa dan Minang terlihat pada gambar
berikut ini :

13

12 Kerinci
Jawa
11
Minang
10
Etnis
Gambar 1. Perbandingan Locus of Control Siswa

Berdasarkan gambar tersebut, terlihat bahwa siswa etnis Jawa lebih berorientasi pada
external locus of control, sedangkan siswa yang beretnis Jawa dan Minang berada pada kategori
internal locus of control. Namun demikian skor locus of control ketiga etnis tersebut tidak
berbeda jauh.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik analisa One Way Anova.
Berdasarkan analisa tersebut, diperoleh hasil perhitungan seperti yang terangkum pada tabel 9
berikut ini:

133
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 02 Number 02 2018
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

Tabel 9. Hasil Perhitungan One Way Anova


Skor Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 54.022 2 27.011 3.727 0.026
Within Groups 1645.299 227 7.248
Total 1699.322 229

Berdasarkan Tabel 9 dapat terlihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0.026 atau
probabilitas di bawah 0.05 (0.026 ≤ 0.05). Dengan demikian maka terdapat perbedaan locus of
control antara siswa etnis Jawa, Kerinci dan Minang.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa etnis Jawa lebih berorientasi pada external locus of
control, namun nilai rata-ratanya mendekati nilai tengah/median skor locus of control. Temuan
penelitian ini sesuai dengan pendapat Suciati & Agung (2010), bahwa orang Jawa akan
menerima apapun yang terjadi padanya tanpa ada upaya untuk menolak atau menghindar. Suciati
& Agung (2010) juga mengemukakan bahwa orang Jawa tidak terlalu ekspresif ketika
mengekspresikan emosinya. Suseno (dalam Kurniawan & Hasanat, 2007) berpendapat bahwa
orang Jawa memiliki prinsip hidup rukun dan harmonis yang mengutamakan hubungan baik
antar manusia. Salah satu prinsip hidup etnis Jawa adalah keikhlasan. Orang Jawa akan
mengerjakan dengan senang hati apa yang sudah terpegang di tangannya serta tidak iri terhadap
kebahagiaan orang lain (Wijayanti & Nurwianti, 2010). Dalam aspek sifat, masyarakat Jawa
pada umumnya mempunyai sifat yang halus dan agak lamban dalam bertindak (Sumartono,
2009). Sumartono (2009) juga mengemukakan bahwa salah satu falsafah Jawa bijak dulu yang
hingga kini belum juga kehilangan daya tariknya, yaitu di dalam kehidupan hendaknya banyak
melakukan sikap mengalah untuk meraih sebuah kemenangan. Mereka berseloroh “wong ngalah
iku luhur wekasane” (orang mengalah pada akhirnya akan unggul). Sekilas nampaknya hal itu
merupakan cara pandang yang spekulatif, namun hal itu sebenarnya bermakna cukup luas untuk
mengajarkan kepada kita semua untuk tidak berpikir secara egois (Sumartono, 2009).
Selanjutnya hasil penelitian membuktikan bahwa etnis Kerinci dan Minang berorientasi
internal locus of control, di mana skor rata-rata etnis Kerinci sebesar 11,1 dan Minang 10,9. Skor
locus of control kedua etnis ini juga tidak terpaut jauh dengan skor median locus of control dan
skor locus of control etnis Jawa. Azwar (2009) mengatakan bahwa motivasi berprestasi orang
Kerinci sangat tinggi, terutama dari segi pendidikan dan kemampuan. Begitu pula dengan sistem

134
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 02 Number 02 2018
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

gotong royong atau tolong menolong sesama masyarakat dusun (Bujang, et al, 1984). Dalam hal
pengendalian diri, masyarakat kerinci juga memikirkan segala sesuatu sebelum bertutur dan
bertindak sebagai wujud dan sikap mengendalikan diri dari perilaku-perilaku menyimpang
(Efrison, 2009). Kepribadian masyarakat Kerinci dalam menerima segala cobaan, menerimanya
dengan lapang dada dan tidak mengalihkan setiap cobaan yang diterimanya kepada orang lain
(Efrison, 2009). Dijelaskan juga bahwa masyarakat etnis Kerinci berpegang teguh pada prinsip-
prinsip Agama, salah satunya mengenai takdir. Menurut Nazurty (2014), orang Kerinci memiliki
keyakinan untuk tidak mengelak dari takdir yang dijatuhkan Tuhan atas dirinya. Manusia hanya
dapat berusaha dan berdoa untuk meminta kepada Tuhan tetapi keputusan atas usaha dan
permintaan tersebut ada di tangan Tuhan.
Beberapa penelitian mengenai karakeristik kepribadian etnis Minang juga telah
dilakukan. Menurut Navis (1986), motivasi etnis Minang dalam mencapai kemuliaan, kecerdasan
dan materi sangat tinggi, sehingga berdampak pada terbentuknya karakter berani dan lebih
terbuka. Penelitian yang dilakukan Suciati & Agung (2016) juga mengungkapkan bahwa suku
Minangkabau menjadi suku yang paling ekspresif mengekspresikan emosinya. Mereka juga
senang menghadapi tantangan yang beresiko, serta mandiri dalam bepikir dan berperilaku
(Borualogo & Qodariah, 2014). Sari (2015) secara spesifik melakukan penelitian mengenai
kondisi locus of control siswa beretnis minang, ditemukan hasil bahwa siswa yang berlatar
belakang budaya Minangkabau berorientasi internal locus of control.
Berdasarkan pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini, ditemukan terdapat
perbedaan locus of control antara siswa yang beretnis Jawa, Kerinci dan Minang. Hasil ini
mendukung riset-riset terdahulu. Di antaranya penelitian Gaa & Shores (1979) mengenai domain
spesifik locus of control di antara etnis kulit hitam, Anglo dan Chicano, ditemukan hasil bahwa
etnis minoritas (kulit hitam) lebih berorientasi external locus of control dibandingkan etnis
lainnya. Kim, Pan & Park (1998), mengungkapkan melalui hasil penelitiannya bahwa siswa
Korea lebih berorientasi internal locus of control dibandingkan campuran Korea dan China.
Selanjutnya riset yang dilakukan Cohen & Azaiza (2007) membuktikan bahwa etnis Yahudi dan
jenis kelamin laki-laki secara signifikan terkait dengan internal health locus of control,
sedangkan etnis Arab, usia lanjut dan yang memiliki pendidikan rendah secara signifikan terkait
dengan external health locus of control. Wenzel (2010) juga mengungkapkan bahwa ras kulit
hitam di Amerika lebih berorientasi external locus of control dibandingkan dengan kulit putih.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Stocks et al (2012), ditemukan hasil bahwa etnis

135
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 02 Number 02 2018
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

China lebih berorientasi external locus of control, sedangkan etnis Afrika Selatan lebih
cenderung internal locus of control. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan Weintraub,
Mamani & Tawfik (2015), terdapat hubungan antara external locus of control dan penurunan
well-being pada etnis minoritas (Hispanic, Black, Asian-American), namun tidak terdapat
hubungan pada responden kulit putih.
Berdasarkan deskripsi di atas, dapat dipahami bahwa skor locus of control siswa, baik
yang beretnis Kerinci, Jawa dan Minang tidak terpaut jauh dari nilai tengah/median locus of
control. Namun demikian, setiap individu tetap harus berupaya untuk membentuk internal locus
of control pada diri mereka tanpa melepaskan keyakinan bahwa setiap peristiwa yang terjadi
pada manusia telah ditentukan oleh Tuhan. Dengan adanya internal locus of control, diharapkan
siswa dapat mencapai kesuksesan, terutama dalam akademik. Beberapa penelitian membuktikan
bahwa locus of control berpengaruh terhadap prestasi akademik (Majzub et al, 2009; Onyekuru
& Ibegbunam, 2014; Nongtdu & Bhutia, 2017).
Siswa yang memiliki internal locus of control akan terlihat dari perilaku yang
ditampilkan dalam kesehariannya, di antaranya: 1) mereka tidak mudah putus asa dalam
mencapai tujuan; 2) mereka memiliki inisiatif dalam melakukan sesuatu hal yang positif; 3)
kreatif dalam menyelesaikan permasalahan; 4) tidak menunda waktu untuk menyelesaikan
permasalahan; dan 5) meyakini bahwa jika ingin berhasil maka harus ada motivasi dan upaya
(Crider, 1983).

PENUTUP
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1) locus
of control siswa etnis Jawa cenderung pada eksternal, sedangkan etnis Kerinci dan Minang
berada pada internal. Namun demikian, skor locus of control ketiga etnis ini tidak terpaut jauh
dari nilai tengah (median) locus of control; dan 2) terdapat perbedaan locus of control siswa yang
beretnis Jawa, Kerinci dan Minang. Peneliti menyarankan kepada Guru BK/Konselor agar selalu
memberikan perhatian secara mendalam dan peka terhadap kondisi siswa asuh, termasuk aspek
locus of control. Walaupun skor locus of control siswa yang menjadi responden tidak ekstrim
pada eksternal, namun guru BK/Konselor tetap harus melakukan upaya-upaya yang efektif dalam
membentuk internal locus of control tanpa menghilangkan keyakinannya pada aspek agama.
Upaya-upaya ini dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa layanan konseling dengan
pendekatan-pendekatan tertentu, yang secara teori terbukti efektif membentuk internal locus of

136
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 02 Number 02 2018
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

control. Orang tua juga hendaknya memberikan pemahaman kepada anak-anak mengenai
penyebab terjadinya peristiwa pada dirinya dan bagaimana cara menyikapinya. Selanjutnya
kepada peneliti lainnya, bahwa hasil riset ini perlu disikapi dan ditindaklanjuti dengan
menambah sampel dan mempertimbangkan beberapa karakteristik lainnya, seperti kelamin, usia,
social demografic, status ekonomi dan keluarga, Agama, dan lain-lain.

DAFTAR RUJUKAN
Angelova, Natasha Virmozelova. 2016. Locus of Control and Its Relationship with Some Social-
Demographic Factors. Psychological Thought, 9 (2): 248–258.

Azwar. 2009. Implikasi Proses Asimilasi dan Akulturasi Masyarakat Minangkabau dengan
Kerinci di Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Makalah disajikan Pada Seminar
Internasional Kerjasama Universitas Andalas dengan Universitas Kebangsaan Melayu
Malaysia, Universitas Andalas, Bukittinggi, 16-17 Desember.

Borualongo, Ihsan Sabriani & Qodariah, Siti. 2014. Studi Mengenai Sistem Nilai pada
Mahasiswa Etnik Batak, Minang, Jawa, dan Sunda di Bandung. SnaPP2014 Sosial,
Ekonomi dan Humaniora, 4 (1): 99-106.

Cohen, Miri & Azaiza, Faisal. 2007. Health-Promoting Behaviors and Health Locus of Control
From a Multicultural Perspective. Ethnicity & Disease, 17: 636-642.

Bujang, Ibrahim. 1986. Sistem Kesatuan Hidup Setempat Daerah Jambi. Jambi: Proyek
Inventarisi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jambi.

Hastuti, Erni., Julianti, Defi., Erlangga, Donny & Oswari, Teddy, 2013. Kearifan Lokal Sosial
Budaya Masyarakat Minang Pedagang Rantau di Jakarta. Makalah disajikan pada
seminar Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil, Bandung, 8-9 Oktober.

Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan: Jakarta

Kurniawan, P. Aditya & Hasanat, UI. Nida. 2007. Perbedaan Ekspresi Emosi Pada Beberapa
Tingkat generasi Suku Jawa di Jogyakarta. Jurnal psikologi UGM, 34 (1): 1 – 17.

Lal, Bhooshan. 1985. Relationship Between Sex Differences in Locus of Control and Job
Performance in Library Organizations. Annals of Library Science and Documentation, 31
(3-4): 76-79.

Mamlin, N., Harris, K. R., & Case, L. P. 2001. A Methodological Analysis of Research on Locus
of Control and Learning Disabilities: Rethinking a Common Assumption. The Journal of
Special Education, 34 (4): 214-225.

Navis, A.A. 1986. Alam Terkembang Jadi Guru Adat dan Kebudayaan Minangkabau.
Grafitipers: Jakarta.

137
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 02 Number 02 2018
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

Nazurty. 2009. Nilai-Nilai Budaya Kisah Cerita Rakyat Kerinci: Studi Struktural dan Semiotik.
Pena, 4 (1): 62-75.

Rahim, Arif. 2017. Jambi: Daerah Rantau Etnis Minangkabau. Jurnal Ilmiah Dikdaya, 7 (1): 94-
110.

Sari, Ayu Permata. 2015. Self Regulated Learning dan Locus of Control Siswa Ditinjau dari
Jenis Kelamin dan Latar Belakang Budaya. Konselor, 4 (2): 92-101.

Serina, Nerguz Bulut., Serina, Oguz., Uahina, F. Sülen. 2010. Factors Affecting the Locus of
Control of the University Students. Procedia Social and Behavioral Sciences, (2): 449-
452.

Shannak, Rifat O & Al-Taher, Ammar. 2012. Factors affecting Work Locus of Control: An
Analytical and Comparative Study. Jordan Journal of Business Administration, 8 (2):
373-389.

Suciati, Rina & Agung, Ivan Muhammad. 2016. Perbedaan Ekspresi Emosi pada orang Batak,
Jawa, Melayu dan Minangkabau. Jurnal Psikologi, 12 (2):99-108.

Sumartono. 2009. Sifat, Perilaku dan Pandangan Masyarakat Jawa dalam Kehidupan
Bermasyarakat yang Multikultural. Makalah disajikan pada Seminar Internasional PIBSI-
XXXI, Universitas Pancasakti Tegal, Tegal 9 – 11 November 2009.

Susetyo, DP Budi., Widiyatmadi, HM Edy & Sudiantara, Y. 2014. Konsep Self dan Penghayatan
Self Orang Jawa. Psikodimensia, 13 (1): 47 – 59.

Virmozelova, N. 2011. Age and Gender-Based Differences in The Locus of Control. Makalah
disajikan pada The Tenth International Conference Applied Psychology and Social
Practice, Varna, Bulgaria.

Weintraub, Marc Joshua., Mamani, Amy Weisman de., Tawfik, Saneya H. 2015. The Interplay
Among Locus Of Control, Sub-Clinical Psychotic Symptoms and Psychological Well-
Being in Whites and Ethnic Minorities. Revista Interamericana de
Psicologia/Interamerican Journal of Psychology (IJP), 49 (3): 413-424.

Wenzel, Suzanne L. 1993. Gender, Ethnic Group, and Homelessness as Predictors of Locus of
Control Among Job Training Participants. The Journal of Social Psychology, 133 (4):
495-505.

Wijayanti, Herlani & Nurwianti, Fivi. 2010. Kekuatan Karakter dan Kebahagiaan pada Suku
Jawa. Jurnal Psikologi, 3 (2): 114-122

138

You might also like