You are on page 1of 25

IHR (INTERNATIONAL HEALTH REGULATIONS ) 2005

Siapa ?

Kesepakatan negar-negara anggota who

Prinsip ?

Untuk melakukan kewaspadaan, deteksi dini dan respon cepat secara adekuat yang mengancamp masalah kesehatan khususnya yang dapat menyebar secara
lintas negara.
Dilaksanakan berdasarkan system surveillance nasional yang ada dan melakukan penanggulangan pada sumbernya yaitu dengan tindakan yang sesuai dan adekuat
yang dikomunikasikan ke WHO melalui IHR national focal point.

Penyakit yang dimaksud?

Penyakit menular yang suda ada, yang baru muncul, atau kembali muncul serta penyakit tidak menular yang dapat menyebabkan PHEIC(public health emergency
of international concern)/KKM-MD(kegawatdaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia). PHEIC adalah kejadian luar biasa yang berpotensi
membahayakan Negara lain dan untuk penanggulangannya membutuhkan kordinasi secara internasional

Ruang lingkup dan bertanggung jawab ?

IHR merupakan tanggunang jawab institusi kesehatan baik diwilayah (dinkes prov/kab/kota) serta di pintu masuk (kkp)

Ukuran kesiapan implementasi IHR 2005 ?

1. Negara mampu :
- mengurangi risiko kedawatdaruratan kesehatan masyarakat
- menilai, melapor, merespon kejadian kedawatdaruratan kesehatan masyarakat
- menginformasikan kepada masayrakat internasional
2. setiap tahunnya di komunikasikan kepada WHO dan melakukan penilaian melalui self assessment.

Kapasitas inti IHR 2005 ?

1. National core capaties = kapasitas inti yang harus dimiliki Negara yang meimplementasikan IHR 2005
2. Point of entry core capaties = kapasitas inti yang harus dimilki pelapuhan yang ditunjuk
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

A. DEFINISI K3
1. Secara umum
Pengertian K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja.
2. Menurut America Society of Safety and Engineering (ASSE)
K3 diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.
3. Menurut Filosofi (Mangkunegara)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga
kerja khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
4. Menurut OHSAS 18001:2007
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja
maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.
B. TUJUAN DAN SASARAN MANAJEMEN K3
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah untuk menciptakan suatu system keselamatan dan kesehatan di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
C. TUJUAN DAN SASARAN K3
1. Menjamin keselamatan operator dan orang lain
2. Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan
3. Menjamin proses produksi aman dan lancer
D. Definisi PAK
Penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah
diakui
E. ISTILAH SEBAB-SEBAB TERJADI KECELAKAAN KERJA
1. Hazard (sumber bahaya). Suatu keadaan yang memungkinkan /dapat menimbulka kecelakaan, penyakit, kerusakan atau menghambat kemampuan
pekerja yang ada
2. Danger (tingkat bahaya). Peluang bahaya sudah tampak (kondisi bahaya sudah ada tetapi dapat dicegah dengan berbagai tindakan prventif.
3. Risk, prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu
4. Insident. Munculnya kejadian yang bahaya (kejadian yang tidak diinginkan, yang dapat/ telah mengadakan kontak dengan sumber energi yang melebihi
ambang batas badan/struktur
5. Accident. Kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan atau kerugian (manusia/benda)
F. SEBAB TERJADI KECELAKAAN KERJA
1. Kesalahan manusia (human erorr), misalnya :
a. yang bersangkutan tidak mengetahui tata cara yang aman atau perbuatan- perbuatan yang berbahaya;
b. yang bersangkutan tidak mampu memenuhi persyaratan kerja sehingga terjadilah tindakan di bawah standar;
c. yang bersangkutan mengetahui seluruh peraturan dan persyaratan kerja, tetapi dia enggan memenuhinya.
2. Kondisi yang tidak aman, misalnya tempat kerja yang tidak memenuhi syarat keselamatan kerja, kondisi mesin yang berbahaya (machinery hazards),
kondisi tidak aman pada pemindahan barang-barang serta alat- alat tangan yang kondisinya tidak aman.
G. PENCEGAHAN SEBAB TERJADI KECELAKAAN KERJA
a) secara teknis yaitu, dengan menghilangkan sumber bahaya,mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya, menyendirikan proses kerja yang berbahaya,
memagari sumber bahaya, dan ventilasi,
b) secara administratif yaitu, dengan monitoring/ pengawasan, pendidikan dan pelatihan, pemeriksaan kesehatan, sanitasi yang bersih, dan fasilitas
kesehatan,
c) Memakai alat pelindung diri (personal protective equipment).
H. HAZARD (SUMBER BAHAYA) DI TEMPAT KERJA
1. Biologis ;
a) Bakteri,
b) virus,
c) jamur,
d) bioaerosol
e) mikroorganisme lain
2. Kimia:
semua bahan kimia dlm bentuk :,
a) uap,
b) uap logam,
c) gas,
d) larutan,
e) kabut
f) partikel nano
g) debu
1) Berdasarkan jenisnya maka debu dapat dikategorikan dalam :
- debu organik, contohnya: debu kapas, debu daun-daunan, dan tembakau;
- debu mineral (merupakan senyawa kompleks: Si02, Si03, dan arang batu;
- debu metal (debu yang mengandung unsur logam: Pb, Hg,Cd, Arsen).
2) Berdasarkan karakter zatnya, debu terdiri atas: (1)
- debu fisik, seperti debu tanah, debu batu, mineral, dan fiber;
- debu kimia (mineral organik dan anorganik);
- debu biologis seperti virus, bakteri, kista dan debu radioaktif
(Pusat Kesehatan Kerja DepartementKesehatan RI, 2002).
3. Fisika;
a) Kebisingan,
b) Getaran/vibrasi,
c) radiasi pengion dan non pengion
d) pencahayaan yang kurang,
e) suhu dan kelembaban ekstrim (yang tinggi serta terlalu rendah),
f) radiasi pengion dan non pengion
g) tekanan udara
4. Ergonomi/Biomekanik ;
a) Angkat angkut berat,
b) gerakakan repetitif,
c) posisi kerja janggal
d) posisi stasis
e) penerangan
f) visual display terminal(VDT)
5. Psikis :
a) Kuantitatif dan Kualitatif
b) Beban kerja,
c) kerja shift,
d) kerja monoton
e) hubungan interpersonal
f) lokasi kerja
I. AMBANG BATAS HAZARD (SUMBER BAHAYA) DI TEMPAT KERJA
1. kebisingan : 85 desi Bell A (dB A)
2. Gearan : 4 M/Det2
3. Radiasi : 0.1 mikro watt per sentimeter persegi
4. Debu
ukuran tersebut dapat mencapai target organ sebagai berikut:
- 5-10 mikron akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian atas,
- 3-5 mikron akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian tengah,
- 1-3 mikron akan tertahan sampai dipermukaan alveoli,
- 0.5-1 mikron akan hinggap dipermukaan alveoli atau selaput lendir sehingga menyebabkan vibrosis paru,
- 0.1-0.5 mikron akan melayang di permukaan alveoli.
Menurut WHO 1996, ukuran debu partikel yang membahayakan adalah berukuran 0.1-5 atau 10 mikron karena akan terhisap dan mengendap di dalam
paru-paru
J. HAZARD (SUMBER BAHAYA) DAN PENGENDALIANNYA DI TEMPAT KERJA
1. Biologis
a) seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi dan desinfeksi,
b) sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam keadaan sehat badani,
c) melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good Laboratory Practice)
d) menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar,
e) sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahaninfeksius dan spesimen secara benar,
f) pengelolaan limbah infeksius dengan benar,
g) menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
h) kebersihan diri dari petugas.
2. Kimia
a) Material Safety Data Sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada harus diketahui oleh seluruh petugas laboratorium,
b) menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah tertelannyabahan kimia dan terhirupnya aerosol,
c) menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,celemek,
d) hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa,
e) menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
3. Fisika
a) pengendalian cahaya di ruangan
b) pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai,
c) menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi,
d) pengaturan jadwal kerja yang sesuai,
e) pelindung mata untuk sinar laser, dan
f) filter untuk mikroskop.
4. Biomekanik/Ergonomi
a) Pengendalian teknik. Pengendalian ini berhubungan dengan bagaimana pekerjaan disusun, seperti:
- jadwal kerja,
- penggiliran kerja dan waktu istirahat,
- program pelatihan,
- program perawatan dan perbaikan
b) Cara kerja. Pengendalian cara kerja berfokus pada cara pekerjaan dilakukan, yakni :
- menggunakan mekanik tubuh yang baik,
- menjaga tubuh untuk berada pada posisi netral.
5. Psikis
a) mengendalikan penyakit berdasarkan potensi bahaya psikososial dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut;
b) dilakukan pelatihan pelayanan prima terpadu,
c) membuat kegiatan yang lebih berfariasi,
d) penataan lingkungan kerja yang rapi; bersih; dan terawat serta
e) membina hubungan kerja dan komunikasi yang sehat
K. TUJUAN DIAGNOSIS KERJA
1. Menurunkan morbiditas
2. Mencegah kecatatan
3. Mengobati penyebab bukan gejala
4. Identifikasi tempat kerja yang berisiko
5. Melindungi pekerja lain
6. Pembiayaan dan kompensasi
L. LANGKAH DIAGNOSIS KERJA
1. Diagnosis klinis
a) Anamnesis
b) Pemfis
c) penunjang
2. menetukan pajanan yang dialami ditempat kerja
a) deskrispi semua pekerjaan secara kronologis dan pajannan yang dialami (pekerjaan terdahulu sampai saat ini)
Kapan pertama kali bekerja
Sudah berapa lama bekerja
dibagian mana kita ditugaskan
apa yang dikerjakan kalau bagian itu (produk yang dihasilkan)
bahan yg digunakan
bagaimana pembuatan produk tersebut ? cara bekerja (cara melakukan pekerjaan)
proses kerja
bagaimana lingkungan kerja nya kita
riwayat kecelakaan kerja (tumpahan bahan kimia)
APD yang digunakan
Data objektif bila ada (MSDS=Material safety data sheet)
3. Hubungan pajanan dengan diagnosis klinis
Berdasarkan evidence based / penelitian yang dolakukan oleh mengatakan setelah terpapar X maka akan menimbulkan gejala N. Kemudian dipengaruhi
juga oleh waktu timbulnya gejala setelah terpajan oleh X serta gejala lebih sering timbul apabila berada di tempat kerja dan berkurang saat libur/cuti)

Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan tidak bekerja
a. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau hilang
b. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja
c. Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesis atau dari data penyakit di perusahaan

kapan mulai timbul gejala,


kejadian sama pada pekerja lain,
4. Besar pajanan yang diterima
a) Mengetahui patofisiologi penyakit dan bukti epidemiologis
b) Kualitatif : pengamatan cara kerja, proses kerja, lingkungan kerja, memperhitungkan lama kerja, Masa kerja, pemakaian APD
c) Kuantitatif : data pengukuran lingk kerja secara periodik, data monitoring biologis
5. Faktor individu
a) JK
b) Usia
c) Kebiasaan
d) Riwayat atopi/alergi
e) Penyakit penyerta
f) Riwayat penyakit sebelumnya
g) Riwayat penyakit dalam keluarrga
h) Kebersikahn individu
6. Faktor lain diluar pekerjaan
a) Kebiasaan merokok
b) Pekerjaan rumah (Aktivitas dirumah)
c) Hobi
d) Pekerjaan sampingan
7. Diagnosis okupasi
M. TATALAKSANA DIAGNOSIS KERJA
1. Tata laksana medis
2. Tata laksan okupasi
a) Pelayanan pencegahan
b) Pelayanan penemuan dini : pemeriksaan kesehatan pra kerja, berkala, khusus
c) Pelayanan kelaikan kerja : penilaian risiko, kapasitas, toleransi pekerja
d) Pelayanan kembali bekerja
e) Pelayanan penentuan kecatatan
N. PERBANDINGAN PAK DAN PAHK
Etiologi Terkena Pengendalian
PAK Satu agen Populasi pekerja Pencegahan dapat dimulai dengan pengendalian secermat mungkin
penyebab(spesifik) pengganggu kesehatan atau pengganggu kerja.
Gangguan ini terdiri dari:
 Beban kerja(berat,sedang,ringan,atau,fisik,psikis,dan,sosial).
 Beban tambahan oleh faktor-faktor lingkungan kerja seperti
 faktor fisik, kimia, biologi, dan psikologi.
 Kapasitas kerja, atau kualitas karyawan sendiri yang meliputi:
kemahiran, ketrampilan, usia, daya tahan tubuh, j.kelamin,

PAHK Multifaktor populasi


penduduk
PMPP Tidak ada agen penyebab Populasi pekerja
di tempat kerja namun
dapat diperberat oleh
kondisi pekerjaan

O. PENYAKIT AKIBAT KERJA


1. Penyakit Akibat Kerja pada klasifikasi jenis I ini sebagai berikut:
a) penyakit yang disebabkan oleh faktor kimia, meliputi:
1. penyakit yang disebabkan oleh beillium dan persenyawaannya;
2. penyakit yang disebabkan oleh cadmium atau persenyawaannya;
3. penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawa€rnnya;
4. penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya;
5. penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya;
6. penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya;
7. penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya;
8. penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya;
9. penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya;
10. penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida;
1 1. penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik atau aromatic;
12. penyakit yang disebabkan oleh benzene atau homolognya;
13. penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzene atau homolognya;
14. penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya;
15. penyakit yang disebabkan oleh alcohol, glikol, atau keton;
16. penyakit yang disebabkan oleh gas penyebab asfiksia seperti karbon monoksida, hydrogen sulfida, hydrogen sianida atau derivatnya;
L7. penyakit yang disebabkan oleh acrylonitrile;
18. penyakit yang disebabkan oleh nitrogen oksida;
19. penyakit yang disebabkan oleh vanadium atau persenyawaannya;
20. penyakit yang disebabkan oleh antimon atau persenyawaannya;
2l.penyakit yang disebabkan oleh lrcxane;
22. penyakit yang disebabkan oleh asam mineral;
23. penyakit yang disebabkan oleh bahan obat;
24. penyakit yang disebabkan oleh nikel atau persenyawaannya;
25. penyakit yang disebabkan oleh thalium atau persenyar"aannya;
26. penyakit yang disebabkan oleh osmium atau persenyawaannya;
2T.penyakit yang disebabkan oleh selenium atau persenyawa€rnnya;
28. penyakit yang disebabkan oleh tembaga atau persenyawaannya;
29. penyakit yang disebabkan oleh platinum atau persenyawaannya;
3O. penyakit yang disebabkan oleh timah atau persenyawaannya;
31. penyakit yang disebabkan oleh zinc atau persenyawaannya;
32. penyakit yang disebabkan oleh phosgene;
33. penyakit yang disebabkan oleh zat iritan kornea seperti benz,oquinonei
34. penyakit yang disebabkan oleh isosianat;
35. penyakit 5-ang disebabkan oleh pestisida;
36. penyakit yang disebabkan oleh sulfur oksida;
37. penyakit yang disebabkan oleh pelarut organik;
38. penyakit yang disebabkan oleh lateks atau produk yang mengandung lateks;
39. penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lain di tempat kerja yang tidak disebutkan di atas, di mana ada hubungan langsung antara paparan bahan
kimia dan penyakit yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara ilmiah dengan mengguna.kan metode yang tepat;
1. uap : metalfume fever, dermatitis, keracunan
2. gas : keracunan CO dan H2S
3. larutan : dermatitis
4. insektisida : keracunana
b) penyakit yang disebabkan oleh faktor fisika, meliputi:
1.kebisingan dapat menyebabkan gangguan pendengaran yaitu Non Induced Hearing Loss;
2. penyakit yang disebabkan oleh getaran atau kelainan pada otot, tendon, tulang, sendi, pembuluh darah tepi atau saraf tepi;
3. penyakit yang disebabkan oleh udara bertekanan atau udara yang didekompresi (tekanan udara tinggi) dapat menyebabkan caisson disease
4. penyakit yang disebabkan oleh radiasi ion yaitu kelainan darah dan kulit;
5. penyakit yang disebabkan oleh radiasioptik, meliputi ultraviolet, radiasi elektromagnetik (uisible lightl, infra merah, termasuk laser;
6. penyakit yang disebabkan oleh pajanan temperature ekstrim yaitu suhu tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat crams, hyperpyrexia dan suhu rendah
dapat menyebabkan frostbite, trenchfoot/hyphotermia
7. penyakit yang disebabkan oleh faktor fisika lain yang tidak disebutkan di atas, di mana ada hubungan langsung antara paparan faktor fisika yang muncul
akibat aktivitas pekerjaan dengan penyakit yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan metode yang tepat;
c) penyakit yang disebabkan oleh faktor biologi dan penyakit infeksi atau parasit, meliputi:
1. brucellosis;
2. virus hepatitis;
3. virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia (human immunodeficiencg uira sl ;
4. tetanus;
5. tuberkulosis;
6. sindrom toksik atau inflamasi yang berkaitan dengan kontaminasi bakteri atau jamur;
7. anthra-r,
8. leptospira; dan
9. penyakit yang disebabkan oleh faktor biologi lain di tempat kerja yang tidak disebutkan di atas, di mana ada hubungan langsung antara paparan faktor
biologi yang muncul akibat aktivitas pekerjaan dengan penyakit yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan metode yang
tepat.
2. Penyakit Berdasarkan Sistem Target Organ
Penyakit Akibat Kerja pada klasifikasi jenis II ini sebagai berikut:
a) penyakit saluran pernafasan, meliputi:
1. pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan parut, meliputi silikosis, antrakosilikosis, dan asbestos;
2. siliko tuberkulosis;
3. pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral nonfibrogenic;
4. siclerosis;
5. penyakit bronkhopulmoner yang disebabkan oleh debu logam keras;
6. penyakit bronkhopulmoner yang disebabkan oleh debu kapas, meliputi bissinosis, vlas, henep, sisal, dan ampas tebu atau bagassosds;
7. asma yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi atau zat iritan yang dikenal yang ada dalam proses pekerjaan;
8. alveolitis alergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu organik atau aerosol yang terkontaminasi dengan mikroba, yang
timbul dari aktivitas pekerjaan;
9. penyakit paru obstruktif kronik yang disebabkan akibat menghirup debu batu bara, debu dari tambang batu, debu ka5ru, debu dari gandum dan pekerjaan
perkebunan, debu dari kandang hewan, debu tekstil, dan debu kertas yang muncul akibat aktivitas pekerjaan;
10. penyakit paru yang disebabkan oleh aluminium;
1 l. kelainan saluran pernafasan atas yang disebabkan oleh sensitisasi atau iritasi ?at yang ada dalam proses pekerjaan; dan
12. penyakit saluran pernafasan lain yang tidak disebutkan di atas, di mana ada hubungan langsung antara paparan faktor risiko yang muncul akibat aktivitas
pekerjaan dengan penyakit yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan metode yang tepat;
b) penyakit kulit, meliputi:
l. dermatosis kontak alergika dan urtikaria yang disebabkan oleh faktor penyebab alergi lain yang timbul dari aktivitas pekerjaan yang tidak termasuk dalam
penyebab lain;
2. dermatosis kontak iritan yang disebabkan oleh zat iritan yang timbul dari aktivitas pekerjaan, tidak termasuk dalam penyebab lain; dan
3. vitiligo yang disebabkan oleh zat penyebab yang diketahui timbul dari aktivitas pekerjaan, tidak temasuk dalam penyebab lain;
c gangguan otot dan kerangka, meliputi:
1. radial styloid tenosynovitis karena gerak repetitif, penggunaan tenaga yang kuat dan posisi ekstrim pada pergelangan tangan;
2. tenosynouitis kronis pada tangan dan pergelangan tangan karena gerak repetitif, penggunaan tenaga yang kuat dan posisi ekstrim pada pergelangan
tangan;
3. olecranon bursitis karena tekanan yang berkepanjangan pada daerah siku;
4. prepatellar bursitis karena posisi berlutut yang berkepanjangan;
5. epicondglitis karena pekerjaan repetitif yang mengerahkan tenaga;
6. meniscus lesions karena periode kerja yang panjang dalam posisi berlutut atau jongkok;
7. catpal htnnel sgndrome karena periode berkepanjangan dengan gerak repetitif yang mengerahkan tenaga, pekerjaan yang melibatkan getaran, posisi
ekstrim pada pergelangan tangan, atau 3 (tiga) kombinasi diatas; dan
8. penyakit otot dan kerangka lain yang tidak disebutkan diatas, dimana ada hubungan langsung antara paparan faktor yang muncul akibat aktivitas pekerjaan
dan penyakit otot dan kerangka yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan metode yang tepat;
d. gangguan mental dan perilaku, meliputi:
1. gangguan stres pasca trauma; dan
2. gangguan mental dan perilaku lain yang tidak disebutkan diatas, dimana ada hubungan langsung antara paparan terhadap faktor risiko yang muncul akibat
aktivitas pekerjaan dengan gangguan mental dan perilaku yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara ilmiah dengan
menggunakan metode yang tepat.
3. Penyakit Kanker Akibat Kerja
Penyakit Akibat Kerja pada klasifikasi jenis III ini, yaitu kanker yang disebabkan oleh zat berikut:
1. asbestos;
2. beruidine dan garamnya;
3. bis-chloromethyletlrcn
4. persenyawaan chromium VI;
5. coal tars, coal tar pitches or soots;
6. beta-naphthylamine;
7. uingl chloride;
8. ben-zene'
4. Penyakit Spesifik Lainnya
Penyakit spesihk lainnya merupakan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau proses kerja, dimana penyakit tersebut ada hubungan
langsung antara paparan dengan penyakit yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan metode yang
tepat. Contoh penyakit spesifik lainnya, yaitu nystagmus pada penambang.
P. ANAMNESIS TERPIMPIN
1. Anamnesis
a) Identitas pasien : nama, umur, alamat, pekerjaan
b) Riwayat penyakit sekarang
1) Keluhan utama
2) Lokasi
3) Onset dan kronologis
4) Kualitas (rasanya spt apa)
5) Kuantitas (derajat sakit)
6) Faktor yang memperberat
7) Faktor yang memperingan
8) Keluhan penyerta
c) Riwayat penyakit sebelumnya
d) Riwayat kebiasaan, sepulang kerja, social, ekonomi, budaya
e) Riwayat penyakit pada keluarga
f) Riwayat pekerjaan
1) Kapan pertama kali bekerja
2) Sudah berapa lama bekerja
3) dibagian mana kita ditugaskan
4) apa yang dikerjakan kalau bagian itu (produk yang dihasilkan)
5) bahan yg digunakan
6) cara pembuatan produk tsb
7) proses kerja
8) penjelasan lengkap mengenai pekerjaannya
- dalam seminggu berapa hari masuk
- dalam satu hari berapa lama melakukan pekerjaan
- posisi kerja
- bagaimana lingkungan kerjanya
9) hubungan sama pekerja lain
10) riwayat kecelakaan kerja (tumpahan bahan kimia)
11) APD yang digunakan
12) Pekerjaan sampingan
13) Data objektif bila ada (MSDS=Material safety data sheet)

2. pemfis
3. penunjang
4. tatalaksana
a. Diagnosis klinis (Anamnesis okupasi)
- Jenis pekerjaan
Jenis Pekerjaan Tempat kerja Masa Kerja
Penjahit Rumah 2009– 2019 (10 Tahun)
- Uraian Tugas
Pasien bekerja sebagai penjahit sejak 10 tahun yang lalu dengan waktu kerja 12 jam/hari. Pasien
menjahi…………………..
- Bahaya Potensial
Daftar
Bahaya Potensial Risiko
Kegiatan
Gangguan Kecelakaan
Fisika Kimia Biologi Ergonomi Psikologi
Kesehatan
Gangguan
Posisi duduk Kerja
Mendesain Muskulo-
- - - yang salah yang -
pakaian skeletal,
dan lama monoton
Stress
- Hubungan Pekerjaan dengan Penyakit yang Dialami
Pasien didiagnosis oleh dokter dengan Carpal Tunnel Syndrome. CTS yang berhubungan dengan pekerjaan meliputi
kegiatan yang membutuhkan kekuatan
b. Pajanan yang dialami
Biologi Tidak ada
Kimia Debu Tanah, minyak panas
Fisika Tidak ada
Ergonomi Penggunaan tangan yang berulang dan lama pada saat
menjahit, posisi duduk yang salah dan lama
Psikososial Kerja yang monoton

c. Hubungan pajanan dengan penyakit


CTS yang terjadi oleh karena penggunaan tangan karena hobi atau pekerjaan adalah sebagai akibat
inflamasi/pembengkakan tenosinovial di dalam terowongan karpal. Penggunaan tangan yang berhubun
d. Pajanan yang dialami cukup besar
Pasien telah bekerja selama 10 tahun dengan jumlah jam pajanan 12 jam/hari dan saat bekerja banyak gerakan berulang
yang dapat menyebabkan cedera trauma kumulatif
e. Peranan faktor individu
Tn. M. laki-laki 35 tahun, status gizi overwight saat bekerja tidak memperhatikan aspek ergonomi dan pasien merasakan
gejalanya sejak 6 bulan yang lalu
f. Faktor lain diluar pekerjaan
Tn. M juga mengerjakan pekerjaan dalam rumah. Pasien mencuci pakaian dengan cara manual
g. Diagnosis PAK atau bukan PAK
Penyakit Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yang Diperberat atau Dipersulit Akibat Kerja
1. Hazard (sumber bahaya) adalah
Suatu keadaan yang memungkinkan / dapat menimbulka kecelakaan, penyakit, kerusakan atau menghambat kemampuan
pekerja yang ada
2. Danger (tingkat bahaya) adalah
Peluang bahaya sudah tampak (kondisi bahaya sudah ada tetapi dapat dicegah dengan berbagai tindakan prventif
3. Risk, prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu
4. Insident. Munculnya kejadian yang bahaya (kejadian yang tidak diinginkan, yang dapat/ telah mengadakan kontak dengan
sumber energi yang melebihi ambang batas badan/struktur
5. Accident. Kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan atau kerugian (manusia/benda)
UU NO 6 Th 2016 Tentang KEKARANTINAAN KESEHATAN

1. KEKARANTINAAN KESEHATAN DIPIBTU MASUK DAN WILAYAH

Kekarantinaan kesehatan (dalam


bentuk tindakan kesehatan)
Kedaruratan kesehatan dipintu masuk dan wilayah Tindakan kekarantinaan Ditetapkan
masyarakat berdasarkan pengamatan jenis dan dilaksanakan oleh pejabat
penyakit dan faktor risiko yg dpt kekarantinaan
menimbulkan kkm

Pintu masuk
Kekarantinaan
kesehatan dilakukan
di : Wilayah. Diselenggarakan di tempat/
Ditentukan berdasarkan pada hasil
lokasi yang diduga Terjangkit
penyakit menular dan/atau penyelidikan epidemiologi dan/atau
Terpapar Faktor Risiko pengujian laboratorium.
KesehatanMasyarakat
Keadaan TERTENTU

Tindakan kekarantinaan ditetapkan


oleh menteri dan dilaksanakan
oleh badan usaha dan institusi
2. KEKARANTINAAN KESEHATAN DI WILAYAH PINTU MASUK ( Kedatangan Kapal )

Nahkoda memberikan
Persetujuan karantina
Kapal datang : MDH ke pejabat Pengawasan karantina
kesehatan
1. dari luar negeri karantina
2. dari pelabuhan wilayah
terjangkit dlm negeri
3. mengambil
orang/barang dari kapal
sebagai mana yang Persetujuan karantina
dimaksud dlm poin 1 dan 2 Persetujuan terbatas (Jika pada MDH ada
dlm status karantina bebas karantina 1 jawaban YES )

Dilakukan tindakan
kekarantinaan/
pembuatan dokumen
baru

Nahkoda memohon persetujuan karantina


kesehan/ memberutahukan keadaan dikapal
maka memberi isyarat dgn

Persetujuan bebas
lampu merah di atas lampu putih karantina dapat dicabut
Siang hari jarak maksimum 1,80 meter, yang
Malam hari
berarti belum mendapat
dan tidak berlaku apabila
Persetujuan Karantina Kesehatan. tbtb ditemukan ada
kematian atau penyakit
yang dapat
1. Bendera Q, Kapal saya sehat atau minta menimbulkan KKM
Persetujuan Karantina Kesehatan;
2. Bendera Q di atas panji pengganti kesatu,
Kapal tersangka
3. Bendera Q di atas Bendera L, Kapal
Terjangkit

Selama dilakukan kekarantinaan kesehatan kapal tersebut harus berada di zona karantina yaitu 1,80 meter dan tidak boleh kapal tsb sandar dipelabuhan.

Seluruh kegiatan dibatasi yang mana tidak boleh turun dari kapal tsb kecuali pengambilan bahan bakar,air serta makanan yang dijaga ketat oleh pejabat
kekarantinaan kesehatan
3. KEBERANGKATAN KAPAL

Nahokda Diterbitkan surat


C melengakapi Dilakukan pemeriksaan dokumen persetujuan berlayar
dokumen Kapal berangkat
oleh pejabat kekarantinaan dan kekarantinaan
dinyatakan lengkap kesehatan

Dilakukan pemeriksaan oleh Jika saat perjslsnsn


pejabat kekarantinaan dan Tiba sampai ditemukan ada faktor
dokumen tidak lengkap tujuan risiko

Tidak diterbitkan surat


persetujuan berlayar Dilakukan tindakan
kekarantinaan kesehatan kekarantinaan pada
pelabuhan tsb atau
selanjutnya
3. KEDATANGAN PESAWAT

Persetujuan karantina
Pengawasan karantina
Kapal datang : kapten melapor dan kesehatan
1. dari Bandar udara memberikan deklarasi
wilayah terjangkit kesehatan
2. org hidup/mati yg penerbangan melalui
diduga terjangkit lalu lintas bandara
3. orang/barang diduga kepada pejabat
kekarantinaan Persetujuan karantina
terpapar pd pesawat dlm Persetujuan terbatas (Jika pada MDH ada
status karantina bebas karantina 1 jawaban YES )

Dilakukan tindakan
kekarantinaan/
pembuatan dokumen
baru

4. KEDBERANGKATAN KENDARAAN DARAT

Persetujuan karantina
Pengawasan karantina
kesehatan
Kendaraan darat datang : Pengemudi wajib
1. dari wilayah terjangkit memberikan deklarasi
2. org hidup/mati yg diduga kesehatan perlintasab
terjangkit darat kepada pejabat
3. orang/barang diduga terpapar kekarantinaan
pd kendaraan daratt dlm status Persetujuan karantina
karantina Persetujuan terbatas (Jika pada MDH ada
bebas karantina 1 jawaban YES )

Dilakukan tindakan
kekarantinaan/
pembuatan dokumen
baru
LBP CTS NIHL S.RAYNAUD
ANAMNESIS
Identitas pasien : nama, umur, alamat, pekerjaan) *
g) Riwayat penyakit sekarang
9) Keluhan utama Nyeri pada punggung kiri Terasa kesemutan dan nyeri Hilang pendengaran a) jari tangan dan kaki
pada telapak tangan terutama membiru tetapi kadang juga
pd ibu jari, jari telunjuk dan jari terjadi pada teelinga, hidung,
tengah bibir, lidah
b) tidak dpt mengancing baju
(BISING) (IKLIM DINGIN, STRESS)
10) Lokasi
11) Onset dan kronologis
12) Kualitas (rasanya spt apa)
13) Kuantitas (derajat sakit)
14) Faktor yang memperberat Aktivitas terutama
mengangkat benda berat,
jongkok
15) Faktor yang memperingan istrahat
16) Keluhan penyerta
h) Riwayat penyakit sebelumnya
i) Riwayat kebiasaan, sepulang kerja,
social, ekonomi, budaya
j) Riwayat penyakit pada keluarga
k) Riwayat pekerjaan
14) Kapan pertama kali bekerja
15) Sudah berapa lama bekerja
16) dibagian mana kita ditugaskan
17) apa yang dikerjakan kalau
bagian itu (produk yang
dihasilkan)
18) bahan yg digunakan
19) cara pembuatan produk tsb
20) proses kerja (tahapan
pembuatannya)
21) penjelasan lengkap mengenai
pekerjaannya
- dalam seminggu
berapa hari masuk
- dalam satu hari
berapa lama
melakukan pekerjaan
- posisi kerja
-
bagaimana lingkungan
kerjanya
22) hubungan sama pekerja lain
23) riwayat kecelakaan kerja
(tumpahan bahan kimia)
24) APD yang digunakan
25) Pekerjaan sampingan

PEMERIKSAAN FISIK
a) status generalis ( umum ) 1)kesadaran kompos mentis 1)kesadaran kompos mentis 1)kesadaran kompos mentis 1)kesadarankompos mentis
2) tanyakan ttv : suhu, 2) tanyakan ttv : suhu, tensi, 2) tanyakan ttv : suhu, 2) tanyakan ttv : suhu, tensi,
tensi, nadi, nafas nadi, nafas tensi, nadi, nafas nadi, nafas
b) inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi a) inspeksi :
had to toe 1) pelvis miring/asimetris
2) postur tungkai abn
b) palpasi : kolumnd
vertebralis deviasi ke lateral
c) perkusi : perkusi dari
daerah kurang nyeri ke
daerah yg nyeri

P.PENUNJANG
a) foto polos penyempitan keeping sendi P.Auditometri : tdk dapat
mendengar dgn frek 3000-
6000 hz

FARMAKO
a) asam mefenamat 500 mg a) natrium diclofenak 50 mg 2x1 a) dexamethasone 9 mg 3x1 Nifedipin 10 mg 3x1
3x1 b) BComp 2x1 b) BComp 3x1
c) Natrium Diclofenac 50 c) injeksi steroid
mg, 2 x 1
c) pct 500 mg 3x1

OBAT OKUPASI
a) saat beraktivitas a) istrahatkan tangaan a) segera pinda/ masuk ke
penderita jangan dulu b) kompres dgn air dingin ruangan yang lebih hangat
mengangkat barang c) tidur dengan posisi tgn tetap b) hangatkan tangan/kaki
terlalu berat. lurus c) lakukan pemijatan pada
b) kurangi aktifitas yang d) fisioterapi daerah yang berubah warna
membebani punggung : d) relefsikan diri jika
tidak menaiki tangga diakibatkan oleh stres
terlalu sering atau jalan
mendaki, dll
Waktu berdiri:
c) kurangi berdiri terlalu
lama
d) jika ingin mengambil
sesuatu di tanah, jangan
membungkuk, tetapi
jongkoklah
pada lutut.
e) Berjalanlah dengan posisi
tegak, rileks dan jangan
tergesa-gesa.
f) Kursi jangan terlalu tinggi
sehingga bila duduk, lutut
lebih rendah dari paha.

Diagnosis klinis
Pajanan yang didapat
Hunungan pajanan dgn diagnosis klinis
Besar pajanan yang didapat
Faktor individu
Faktor lain diluar pekerjaan
Diagnosis
PNEUMOKONIOSIS
ANAMNESIS Silicosis Asbetosis Berryliosis Siderosis Stannosis Byssinosis
Identitas pasien : nama, umur,

alamat, pekerjaan) *
l) Riwayat penyakit
sekarang
17) Keluhan utama 1. Ringan - sesak napas 1. Bronchitis ditandai 1. tidak begitu 1. tidak begitu berbahaya 1. sebagian
- sesak napas - batuk berlendir dengan gejala demam berbahaya dan gejala timbul
(dyspnoe) ketika - Tanda-tanda fisis sedikit, batuk kering, dan tidak progresif setelah hari
bekerja mula-mula adalah cyanosis sesak napas. 2. pada siderosis kerja sesudah
ringan kemudian (bibir berwarna 2. pneumonitis mulai murni tidak libur, terasa
bertambah berat biru), pelebaran dengan sedikit demam, terjadi fibrosis demam, lemah
- batuk kering ujung-ujung jari, batuk, sakit dada, sesak atau badan, sesak
tidak berdahak dan krepitasi halus dan banyak dahak emphysema, napas, batuk-
- gejala klinis didasar peparu sehingga tidak batuk, ”Vital
paru2 sangat pada auskultasi. ada pula capacity” jelas
sedikit cacat/kelainan menurun
- pengembangan paru-paru. setelah 5-10
paru-paru sedikit tahun bekerja
terganggu atau dengan debu
tidak sama sekali. 2. Tanda-tanda
- gangguan awal penyakit
kemampuan berupa sesak
bekerja sedikit napas, terasa
sekali atau tidak berat pada
ada dada. Reaksi
-Pada lansia alergi akibat
didapati adanya kapas
hyperresonansi yang masuk ke
karena dalam saluran
emphysema. pernapasan
2. Sedang Pada bisinosis
- sesak yang sudah
- batuk menjadi lanjut atau
sangat kentara berat, penyakit
- tanda2 kelainan tersebut
paru2 pada biasanya juga
pemeriksaan klinis diikuti dengan
menampak yaitu penyakit
Dada kurang bronchitis
berkembang, pada kronis
perkusi kepekaan
tersebut hampir
diseluruh bagian
paru-paru, suara
napas tidak jarang
bronchial,
sedangkan ronchi
terutama terdapat
basis paru-paru.
- gangguan
kemampuan
untuk bekerja
3. Berat
- sesak napas
mengakibatkan
cacat total,
hypertofi jantung
kanan, kegagalan
jantung kanan.
18) Lokasi
19) Onset dan
kronologis
20) Kualitas
(rasanya spt apa)
21) Kuantitas
(derajat sakit)
22) Faktor yang
memperberat
23) Faktor yang
memperingan
24) Keluhan
penyerta
m)Riwayat penyakit
sebelumnya
n) Riwayat kebiasaan,
sepulang kerja,
social, ekonomi,
budaya
o) Riwayat penyakit
pada keluarga
p) Riwayat pekerjaan
26) Kapan pertama
kali bekerja
27) Sudah berapa
lama bekerja
28) dibagian mana
kita ditugaskan
29) apa yang
dikerjakan kalau
bagian itu (produk
yang dihasilkan)
30) bahan yg
digunakan
31) cara
pembuatan
produk tsb
32) proses kerja
(tahapan
pembuatannya)
33) penjelasan
lengkap mengenai
pekerjaannya
- dalam
seming
gu
berapa
hari
masuk
- dalam
satu
hari
berapa
lama
melaku
kan
pekerja
an
- posisi
kerja
- bagaim
ana
lingkun
gan
kerjany
a
34) hubungan sama
pekerja lain
35) riwayat
kecelakaan kerja
(tumpahan bahan
kimia)
36) APD yang
digunakan
37) Pekerjaan
sampingan

PEMERIKSAA
N FISIK
a) status generalis 1)kesadaran 1)kesadaran kompos 1)kesadaran kompos 1)kesadarankomp
( umum ) kompos mentis mentis mentis os mentis
2) tanyakan ttv : 2) tanyakan ttv : 2) tanyakan ttv : suhu, 2) tanyakan ttv :
suhu, tensi, nadi, suhu, tensi, nadi, tensi, nadi, nafas suhu, tensi, nadi,
nafas nafas nafas
b) inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi had
to toe

P.PENUNJAN
G

FARMAKO

OBAT
OKUPASI
Diagnosis klinis
Pajanan yang didapat
Hunungan pajanan dgn
diagnosis klinis
Besar pajanan yang
didapat
Faktor individu
Faktor lain diluar
pekerjaan
Diagnosis
PNEUMOKONIOSES
PNEUMOKONIOSIS
No Silicosis Asbetosis Berryliosis Siderosis Stannosis Byssinosis
Penyebab silica bebas (SiO2) yang Debu asbes debu yang debu yang debu bijih debu kapas atau
terdapat pada debu (campuran mengandung mengandung timah putih sejenisnya yang
berbagai silikat Berrylium persenyawaan (SnO2). dikenal dengan
yang terpenting berupa logam, besi (Fe2O2) ”Monday
adalah campuran oksida, sulfat, Morning
magnesium chlorida, dan Syndroma” atau
silikat) fluorida yang ”Monday
mengakibatkan Fightnesi
penyakit
bronchitis dan
pneumonotis.
Pada pekerja pekerja diperusahaan yang pengelola asbes, pembuat aliasi pekerja yang pekerja yang pekerja industry
menghasilkan batu-batu penenunan, berrylium menghirup berhubungan tekstil dimulai
untuk bangunan, pemintalan asbes tembaga, debu dari dengan dari awal proses
diperusahaan granit, dan reparasi pembuatan pengolahan pengolahan hingga akhir
perusahaan keramik, tekstil yang tabung radio, bijih besi bijih timah atau proses
tambang timah putih, terbuat dari asbes pembuatan industri-
tambang besi, tambang batu tabung industri yang
bara, perusahaan tempat flourescen menggunakan
menggerinda besi, pabrik pengguna timah putih.
besi dan baja, dalam proses sebagai tenaga
”sandblasting” atom.
Gejala 1. Ringan - sesak napas 1. Bronchitis 1. tidak begitu 1. tidak begitu 1. sebagian
- sesak napas (dyspnoe) - batuk berlendir ditandai berbahaya dan berbahaya gejala timbul
ketika bekerja mula-mula - Tanda-tanda dengan gejala tidak progresif setelah hari
ringan kemudian bertambah fisis adalah demam sedikit, 2. pada kerja sesudah
berat cyanosis (bibir batuk kering, siderosis libur, terasa
- batuk kering tidak berwarna biru), dan sesak murni tidak demam, lemah
berdahak pelebaran ujung- napas. terjadi fibrosis badan, sesak
- gejala klinis paru2 sangat ujung jari, dan 2. pneumonitis atau napas, batuk-
sedikit krepitasi halus mulai dengan emphysema, batuk, ”Vital
- pengembangan paru-paru didasar peparu sedikit demam, sehingga tidak capacity” jelas
sedikit terganggu atau tidak pada auskultasi. batuk, sakit ada pula menurun
sama sekali. dada, sesak cacat/kelainan setelah 5-10
- gangguan kemampuan dan banyak paru-paru. tahun bekerja
bekerja sedikit sekali atau dahak dengan debu
tidak ada 2. Tanda-tanda
-Pada lansia didapati awal penyakit
hyperresonansi karena berupa sesak
emphysema. napas, terasa
2. Sedang berat pada
- sesak dada. Reaksi
- batuk menjadi sangat alergi akibat
kentara adanya kapas
- tanda2 kelainan paru2 pada yang masuk ke
pemeriksaan klinis dalam saluran
menampak yaitu Dada pernapasan
kurang berkembang, pada Pada bisinosis
perkusi kepekaan tersebut yang sudah
hampir diseluruh bagian lanjut atau
paru-paru, suara napas tidak berat, penyakit
jarang bronchial, sedangkan tersebut
ronchi terutama terdapat biasanya juga
basis paru-paru. diikuti dengan
- gangguan kemampuan penyakit
untuk bekerja bronchitis kronis
3. Berat
- sesak napas mengakibatkan
cacat total, hypertofi jantung
kanan, kegagalan jantung
kanan.
inkubasi 2-4 tahun 10-20 th 5 th
patofisiologi 1. Teori mekanis yang
menganggap permukaan
runcing debu-debu
merangsang terjadinya
penyakit. 2. Teori
elektromagnetis yang
menduga bahwa
gelombanggelombang
eloktromagnetislah
penyebab fibrosis dalam
paru-paru.
3. Teori silikat yang
menjelaskan bahwa SiO2
bereaksi dengan air dari
jaringan paru-paru, sehingga
terbentuk silikat yang
menyebabkan kelainan paru-
paru. 4. Teori imunologis
yaitu tubuh menyatakan zat
anti yang bereaksi diparu-
paru dengan antigen yang
berasal dari debu.

RO paru ground glass


appearance” atau
dengan titik-titik
halus dibasis
paru- paru,
sedangkan batas-
batas jantung
diafragma tidak
jelas
tatalaksana
pencegahan 1. substitusi yaitu penurunan 1. me4nurunkan
kadar debu diudara tempat kadar debu
kerja dan perlindungan diri diudara
pada pekerja. 2. Pada
2. ventilasi baik lokal pertambangan
maupun umum. ventilasi asbes,
umum antara lain dengan pengeboran
mengalirkan udara keruang harus secara
kerja melalui pintu dan basah.
jendela, tapi biasanya cara 3. Di industri
ini mahal harganya. Cara tekstil dengan
ventilasi lokal, yang disebut menggunakan
pompa keluar setempat asbes, harus
biasanya biayanya tidak diadakan ventilasi
seberapa sedangkan setempat atau
manfaatnya besar untuk keluar setempat.
melindungi para pekerja. pada saat mesin
karding
dibersihkan para
pekerja yang
tidak bertugas
tidak boleh
berada ditempat
tersebut,
sedangkan
petugas memakai
alat-alat
perlindungan diri
secukupnya

yaitu segolongan penyakit yang disebabkan oleh penimbunan debu dalam paru-paru.
a. Silicosis
Silicosis adalah penyakit yang paling penting dari golongan pneumokonioses. Penyebabnya adalah silica bebas (SiO2) yang terdapat pada debu waktu bernapas dan
ditimbun dalam paru-paru. Penyakit ini biasanya tedapat pada pekerja-pekerja diperusahaan yang menghasilkan batu-batu untuk bangunan, diperusahaan granit,
perusahaan keramik, tambang timah putih, tambang besi, tambang batu bara, perusahaan tempat menggerinda besi, pabrik besi dan baja, dalam proses
”sandblasting”. Masa inkubasi penyakit silicosis adalah 2-4 tahun. Hal ini sangat tergantung dari banyaknya debu dan kadar silica yang dihirup melalui pernapasan
kedalam paru-paru. Gambar berikut adalah contoh debu silica.
Gejala penyakit ini dapat dibedakan pada tingkat ringan, sedang dan berat. Pada tingkat pertama atau sering disebut silicosis sederhana (ringan) ditandai sesak
napas (dyspnoe) ketika bekerja mula-mula ringan kemudian bertambah berat. Selain itu timbul batuk kering tapi tidak berdahak, gejala klinis paru-paru sangat
sedikit, pengembangan paru-paru sedikit terganggu atau tidak sama sekali. Pada pekerja lansia didapati hyperresonansi karena emphysema. Pada silicosis tingkat
ringan, biasanya gangguan kemampuan bekerja sedikit sekali atau tidak ada.Pada silicosis sedang, sesak dan batuk menjadi sangat kentara dan tanda-tanda
kelainan paru-paru pada pemeriksaan klinis juga menampak. Dada kurang berkembang, pada perkusi kepekaan tersebut hampir diseluruh bagian paru-paru, suara
napas tidak jarang bronchial, sedangkan ronchi terutama terdapat basis paru-paru. pada tingkat kedua atau sedang ini, selalu ditemui gangguan kemampuan untuk
bekerja. Pada tingkat ketiga atau silicosis berat terjadi sesak napas mengakibatkan cacat total, hypertofi jantung kanan, kegagalan jantung kanan.
Diagnosa silicosis tidak berdasarkan foto rontgen saja, melainkan harus lengkap dijalankan cara-cara diagnosa penyakit akibat kerja. Ada 4 teori yang menyatakan
tentang mekanisme tersebut antara lain teori mekanis, elektromagnetis, silikat, dan imunologis. Teori mekanis yang menganggap permukaan runcing debu-debu
merangsang terjadinya penyakit. Teori elektromagnetis yang menduga bahwa gelombanggelombang eloktromagnetislah penyebab fibrosis dalam paru-paru. Teori
silikat yang menjelaskan bahwa SiO2 bereaksi dengan air dari jaringan paru-paru, sehingga terbentuk silikat yang menyebabkan kelainan paru-paru. Teori
imunologis yaitu tubuh menyatakan zat anti yang bereaksi diparu-paru dengan antigen yang berasal dari debu.
Dari keempat teori diatas maka pencegahan penyakit silicosis sangat penting. Cara yang digunakan dengan substitusi yaitu penurunan kadar debu diudara tempat
kerja dan perlindungan diri pada pekerja. Cara preventif lain adalah ventilasi baik lokal maupun umum. ventilasi umum antara lain dengan mengalirkan udara
keruang kerja melalui pintu dan jendela, tapi biasanya cara ini mahal harganya. Cara ventilasi lokal, yang disebut pompa keluar setempat biasanya biayanya tidak
seberapa sedangkan manfaatnya besar untuk melindungi para pekerja. Pompa keluar setempat yang dimaksud adalah untuk menghisap debu dari tempat sumber
debu yang dihasilkan, dan mengurangi sedapat mungkin debu didaerah kerja. Disamping usaha-usaha diatas pemeriksaan kesehatan awal sebelum bekerja dan
berkala juga sangat penting. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaan fisik para pekerja yang akan bekerja.
b. Asbestosis
Asbestosis adalah salah satu jenis pneumokonioses yang disebabkan oleh debu asbes dengan masa latennya 10-20 tahun. Asbes adalah campuran berbagai silikat
yang terpenting adalah campuran magnesium silikat. Pekerja yang dapat terpapar penyakit ini adalah pengelola asbes, penenunan, pemintalan asbes dan reparasi
tekstil yang terbuat dari asbes. Gejala yang timbul berupa sesak napas, batuk dan banyak mengeluarkan. Tanda-tanda fisis adalah cyanosis (bibir berwarna biru),
pelebaran ujung-ujung jari, dan krepitasi halus didasar peparu pada auskultasi. Diagnosa penyakit asbestosis ditunjukkan dengan gambaran Ro paru-paru yang
disebut ”ground glass appearance” atau dengan titik-titik halus dibasis paru- paru, sedangkan batas-batas jantung diafragma tidak jelas. Cara pencegahannya
antara lain dengan usaha-usaha me4nurunkan kadar debu diudara. Pada pertambangan asbes, pengeboran harus secara basah. Di industri tekstil dengan
menggunakan asbes, harus diadakan ventilasi setempat atau keluar setempat. pada saat mesin karding dibersihkan para pekerja yang tidak bertugas tidak boleh
berada ditempat tersebut, sedangkan petugas memakai alat-alat perlindungan diri secukupnya.
c. Berryliosis
Penyebabnya adalah debu yang mengandung Berrylium berupa logam, oksida, sulfat, chlorida, dan fluorida yang mengakibatkan penyakit bronchitis dan
pneumonotis. Bronchitis ditandai dengan gejala demam sedikit, batuk kering, dan sesak napas. Sedangkan pneumonitis mulai dengan sedikit demam, batuk, sakit
dada, sesak dan banyak dahak. Umumnya yang terpapar penyakit ini adalah para pekerja pembuat aliasi berrylium tembaga, pembuatan tabung radio, pembuatan
tabung flourescen pengguna sebagai tenaga atom.
d. Siderosis
Penyebabnya adalah debu yang mengandung persenyawaan besi (Fe2O2). penyakit ini tidak begitu berbahaya dan tidak progresif. Siderosis terdapat pada pekerja-
pekerja yang menghirup debu dari pengolahan bijih besi. Biasanya pada siderosis murni tidak terjadi fibrosis atau emphysema, sehingga tidak ada pula
cacat/kelainan paru-paru.
e. Stannosis
Pekerja-pekerja yang terlalu banyak menghirup debu bijih timah putih (SnO2). Menderita pneumoconiosis yang tidak begitu berbahaya, yaitu stannosis. Penyakit ini
terdapat pada pekerja yang berhubungan dengan pengolahan bijih timah atau industri-industri yang menggunakan timah putih.
f. Byssinosis
Penyebabnya adalah debu kapas atau sejenisnya yang dikenal dengan ”Monday Morning Syndroma” atau ”Monday Fightnesi” sebagian gejala timbul setelah hari
kerja sesudah libur, terasa demam, lemah badan, sesak napas, batuk- batuk, ”Vital capacity” jelas menurun setelah 5-10 tahun bekerja dengan debu. Umumnya
tejadi pada pekerja-pekerja industry tekstil dimulai dari awal proses hingga akhir proses. Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-
tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga
merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis .
Cumulative trauma disorder (CTD) dapat diterjemahkan sebagai
kerusakan trauma secara terus menerus (kumulatif). Penyakit ini timbul
karena terkumpulnya kerusakan-kerusakan kecil akibat trauma berulang
yang membentuk kerusakan yang cukup besar dan menimbulkan rasa
sakit. Hal ini sebagai akibat penumpukan cedera kecil yang setiap kali
tidak sembuh total dalam jangka waktu tertentu yang bisa pendek dan
bisa lama, tergantung dari berat ringannya trauma setiap hari, yang
diekspresikan sebagai rasa nyeri, kesemutan, bengkak dan gejala lainnya

Biasanya gejala CTD muncul pada jenis pekerjaan yang monoton,


sikap kerja yang tidak alamiah, penggunaan atau pengerahan otot yang
melebihi kemampuannya

CTD dapat dikategorikan sebagai penyakit akibat kerja jika


memenuhi 2 (dua) atau lebih faktor resiko ergonomi di tempat kerja.
Adapun beberapa faktor resiko ergonomi di tempat kerja tersebut adalah:
1) terdapat postur atau sikap tubuh yang janggal,
2) gaya yang melebihi kemampuan jaringan,
3) lamanya waktu pada saat melakukan posisi janggal,
4) frekuensi siklus gerakan dengan posture janggal per menit.

1) Tendinitis, yaitu tendon yang meradang. Gejala yang muncul


seperti sakit, bengkak, nyeri tekan, lemah di tempat yang
terpapar (siku, bahu).
2) Rotator cuff tendinitis, yaitu satu atau lebih dari empat rotator
cuff tendonitis pada bahu meradang. Gejala yang muncul seperti
sakit, gerakan terbatas pada bahu.
3) Tenosynovitis, yaitu pembengkakan pada tendon dan sarung
yang menutupi tendon. Gejala yang muncul seperti pembengkakan, nyeri tekan, sakit pada tempat yang terpapar
(siku, tangan, lengan).
4) Carpal tunnel syndrome, yaitu tekanan yang terlalu berat pada
syaraf medianus yang melalui pergelangan tangan. Gejala yang
muncul seperti mati rasa, kesemutan, pegal, dan sakit pada
pergelangan tangan.
5) Tennis elbow, yaitu peradangan pada tendon di siku. Gejala
yang muncul seperti sakit, sedikit bengkak, dan lemah.
6) White finger, yaitu pembuluh darah di jari-jari rusak. Gejala
yang muncul seperti pucat di jari-jari, mati rasa, dan perasaan
seakan jari terbakar.

Untuk meminimalkan terjadinya penyakit kerja termasuk


Cumulative trauma disorder (CTD), maka penerapan ergonomi dalam
kerja adalah solusi tepat. Salah satu hal dari ergonomi yang dapat
diterapkan dalam kerja adalah sikap tubuh dan posisi kerja.
c. Sikap Tubuh
Sikap tubuh pekerja ketika sedang bekerja atau sikap tubuh siswa
yang sedang melakukan kerja di laboratorium dapat menentukan
efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja. Sikap tubuh yang tidak
alamiah dalam bekerja harus dihindari. Sebagai contoh sikap
menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangannya. Apabila hal tersebut tidak dapat dielakkan maka harus diupayakan
sedemikian rupa sehingga beban statisnya kecil. Upaya tersebut dapat
dilakukan dengan alat bantu. Berikut ini contoh sikap tubuh yang baik dan
tidak baik.
d. Posisi Kerja
Prinsip sikap tubuh dan posisi kerja yang baik secara ergonomis
adalah cara kerja yang alamiah dan tidak mengerahkan otot secara
berlebihan. Apabila terdapat gerak, sikap dan posisi kerja yang
mengharuskan secara tidak alamiah dan mengerahkan otot secara
berlebihan maka sebaiknya tidak melebihi waktu tertentu seperti 2 jam
atau tidak berulang secara monoton. Berikut adalah contoh beberapa
posisi kerja dan tinjauan secara ergonomisnya.
e. Ergonomi Kerja dalam Produksi Busana
Diatas telah disampaikan bagaimana prinsip kerja dan sikap kerja
yang ergonomis sehingga badan tidak cepat lelah dan dapat
meminimalkan terjadinya cedera. Dalam membantu mewujudkan sikap
kerja yang ergonomis, kita dapat menggunakan beberapa alat bantu yang
dapat dipergunakan untuk meringankan beban kerja tubuh kita. Berikut
adalah sikap kerja yang ergonomis dalam kegiatan produksi busana.
1) Pekerjaan pemindahan bahan
2) Pekerjaan pemotongan bahan
3) Pekejaan penjahitan
4) Pekerjaan inspeksi
5) Pekerjaan stitching

f. Pengendalian Ergonomi
Pengendalian ergonomi dipakai untuk menyesuaikan tempat kerja
dengan pekerja. Pengendalian ergonomi berusaha mengatur agar tubuh
pekerja berada di posisi yang baik dan mengurangi resiko kerja.
Pengendalian ini harus dapat mengakomodasi segala macam pekerja.
Pengendalian ergonomi dikelompokkan dalam tiga katagori utama, yang
disusun sesuai dengan metoda yang lebih baik dalam mencegah dan
mengendalikan resiko ergonomi.
1) Pengendalian teknik. Pengendalian teknik adalah metoda yang
lebih diutamakan karena lebih permanen dan efektif dalam
menghilangkan resiko ergonomi. Pengendalian teknik yang bisa
dilakukan adalah memodifikasi, mendesain kembali atau
mengganti tempat kerja, bahan, obyek, desain tempat
penyimpanan dan pengoperasian peralatan Pengendalian
administratif. Pengendalian ini berhubungan dengan
bagaimana pekerjaan disusun, seperti:
- jadwal kerja,
- penggiliran kerja dan waktu istirahat,
- program pelatihan,
- program perawatan dan perbaikan
2) Cara kerja. Pengendalian cara kerja berfokus pada cara
pekerjaan dilakukan, yakni :
- menggunakan mekanik tubuh yang baik,
- menjaga tubuh untuk berada pada posisi netral.
SURVEILANS
1. Tahapan surveilans :
- diawali dgn penemuan kasus saat deteksi dini
- Analisis data
- Interpretasi data
- Intervensi
2. Jenis surveilans terbagi menjadi :
- Surveilans penyakit
- Surveilans sektor : deteksi dini, monitoeing data kesakitan (rujuk, dr siapa) , sd bebas sanitasi
- Surveilans sanitasi (kondisi limgkungan):
3. Contoh surveilans penyakit menular : Saat karantinaa suspek covid 19 : surveilans harus strechingþ = dari manaa terpapar, siapa siapa yg sdh kontak,
dan monitoring data pasien ( siapa yg rawat, dirawat diamana?)
HAJI
1. Ada 3 tahap :
- Tahap 1 : mendaftar sebagai calon hj
- Tahap 2 : sbg calon haj (sudah masuk dalam kuota dan pemeriksaan kesehatan dinyatakan sehat)
- Tahap 3 : siap untuk keberangkatan dan kepulangan
2. Vaksin untuk jamaah haji dilakukan oleh dinkes kota dan tugas kkp hanya mengawasi dan menerbitkan sertifikat ICF/buku kuning. Max 14 hari sebelum
keberangkatan harus sudah divaksin
Sanitasi
1. Pemeriksaan sanitasi kapal tiap 6 bln sekali
2. sanitasi secara umum terbagi menjadi :
- Fisik,
- biologi,
- kimkawi
3. untuk dilakukan sanitasi terbagi menjadi
- laut di kapal, tempat sampah tertutupatau terbuka?, kantin, WC
- darat : agen sanitasi personal ( kantor, kantin, tempat sampah), vector, agen sanitasi personal ( kantor, kantin, tempat sampah), vector jadi semua
yg adaa didarat diperiksaa ( jadi semua yg adaa ) didarat diperiksaa
4. proses sanitasi :
- cara pengukuran,
- bahan yg digunakan,
- bagaiamana hasil interpretasi,
- formulirnya bagaimana,
- bagaimana pelapirannya
5. Tindakan kkp jika didapat sanitasi buruk :
- Memberi teguran
- Surat untuk melakukan tindakan pembinaan
- dilakukan Pembinaan

- Sanitasi lingkungan (ada 10 pem wajib) : mis. air, debu, lokasi


- Sanitasi darat,laut dna udara
- Pelajari penyakit berbasis lingkungan
PEMERIKSAAN P3K
1. alur pemeriksaan p3k kapal :
- pihak kapal memasukkan surat permohonan ke kkp (pemeriksaan p3k kapal tiap 6 bln)
- pemeriksaan p3k di kapal oleh petugas kkp dengan menggunakan standar IMO yang mana tiap kapal berbeda sesuai dengan ukuran kapal
- jika sesuai standar maka dikeluarkan SSCEC.
- Jika tidak sesuai standar maka dikeluarkan SSCC
2. Fungsi adanya P3K diatas kapal : Faktor risiko diatas kapal salah satunya bahan makanan. Sehingga apabila makanan tsb terkontaminasi sehingga
menhebabkan suatu penyakit. Maka disitu lah fungsi dari P3K
VAKSINASI INTERNATIONAL
1. Jenis vaksin internasional :
- Meningitis
- Yellow fever
2. Pemeberian vaksin:
- Vaksin perjalanan ke luar negeri dan umroh dilakukan di kantor kkp
- Vaksin untuk jamaah haji dilakukan oleh dinkes kota dan tugas kkp hanya mengawasi dan menerbitkan sertifikat. Max 14 hari sebelum
keberangkatan
3. Setiap orang yang akan melakukan perjalanan luar negeri, haji dan umroh wajib melakukan vaksinasi internasional sehingga dikeluarkan sertifikat
vaksinasi internasional (ICF)/buku kuning
4. Jika pelaku perjalanan tdk punya sertif: plg sering pelaut, jadi kapal belum bisa beraktivitas dan harus dilakukan vaksinasi diatas kapal

TRAVEL MEDICINE
1. setiap org yang mau melakukan travelling hrs memiliki bukti sertif kesehatan bhw org itu dinyatakan org tsb bebas dari penyakit dan hrs memiliki sertif
vaksin inter. Sertif vaksin inter bisa diterbitkan jika sdh mendapatkan sertif kesehtan terlebih dahulu.
REGULASI IHR 2005
1. Prinsip: berupa kesepakatan global yg mengatur ttg halhal yg harus dicegah dlm rangka cepat tangkal penyakit ( mulai dari orang, barang dan alat
angkut nya) yang Didukung oleh uu kekarantinaan

RUJUKAN
1. tugas KKP jika ada kasus :
- tuntas
- rujuk
2. rujukan terbagu menjadi :
- rujukan pasien
- rujukan specimen
- rujukan pengetahuan

KEKARANTIANAAAN
1. karantina terbagi :
- pintu masuk : pelabuhan Bandar udara, pos lintas batas darat negara
- wilayah
2. Pintu masuk laut dan udara ada yg namanya wilayah :
- perimetar area = Wil perimeter adalah pagar pelabuhan atau pagar bandara (kurang lebih 400 m dari pelabuhan/bandara). Wilayah
pelabuhan/bandara didalam pagar
- buffer area
3. Karantina wilayah adalah semua upaya kekarantiaan yg dilakukn oleh pemda selain di pintu masuk atau yg disebut dgn wilayah. Biasanya dilakukan
Oleh dinkes. Dilakuakan pada wil buffer.
4. Contoh : Kapal yang akan masuk baik luar maupun dalam negeri di pintum asuk harus berada di zona karantina untuk dilakukan pemeriksaan dokuman,
deteksi dini kkn, dalam pemeriksaan harus ada berita acara. Jika ditemukan bebas risiko maka bendera kuning diturunkan. Jika tditemukan faktorrisiko
maka bendera kuning tidak diturunkan dan harus ada berita acara kemudian menindaklanjuti faktor risikonya sesuai dengan yang terjadi.
SOP
1. SOP karantina kapal : semua kapal yg mau masuk di wil pintu masuk Harus ada surat pemberitahuan, dan mencakupi semua dokumen hingga faktor
resiko peny kkm
2. Kapal dalam negri sblm dilakukan pemeriksaan kekarantianaan harus ada di zona karantina.

1. Mengendalikan orang, barang, alat angkut dari penyakit dan/faktor risiko dari kkn berupa :
- Deteksi dini
- Penyehatan (org=rujukan, lingkungan=desinfeksi)
Saat karantinaa suspek covid 19 : surveilans harus strechingþ = dari manaa terpapar, siapa siapa yg sdh kontak, dan monitoring data pasien ( siapa yg rawat,
dirawat diamana?)

[16.36, 13/7/2021] Nafrah Amalia: 1. Surat pemberitahuan MDH, manifest awak, barang yg diangkut, rencaba kapan datang, ukuran kpl, riwayat perjalanan kapal
(10 dermaga terakhir), jikaa kapal nya dalam negeri sebelum dilakukan pemeriksaan harus adaa dizona karantina ( tempat pemberhentian sementara utk dilakukan
pemkes) pemkesnya itu dokumen termasuk deteksi dini FR peny, sanitasi kapal, dalam pemeriksaan itu harus ada berita acara, jikaa adaa fr benderaa diganti, jika
tdk ada fr maka bendera kuning tdk boleh diturunkan,

You might also like