Professional Documents
Culture Documents
Pengabdian Masyarakat-Sosialisasi Tata Cara Penggunaan Obat Yang Benar Pada Masyarakat Desa Senggigi Provinsi Nusa Tenggara Barat
Pengabdian Masyarakat-Sosialisasi Tata Cara Penggunaan Obat Yang Benar Pada Masyarakat Desa Senggigi Provinsi Nusa Tenggara Barat
net/publication/341137940
CITATION READS
1 1,355
5 authors, including:
1 PUBLICATION 1 CITATION
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Candra Eka Puspitasari on 24 November 2020.
Candra Eka Puspitasari*), Nisa Isneni Hanifa, NMAR Dewi, Luthfanto Hafizhuddin, Dani Syaiful
Akbar
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Mataram
Jalan Majapahit Nomor 62, Kota Mataram, Provinsi NTB, 83115
*)Alamat korespondensi : candrapuspitasari@unram.ac.id
(Tanggal Submission: 8 November 2019, Tanggal Accepted: 16 April 2020)
ABSTRAK
Penggunaan obat memerlukan perhatian khusus, sebab ketidaksesuaian penggunaannya seperti tidak
tepat dosis dan cara pemakaian akan menimbulkan permasalahan yang dapat mengancam jiwa. Kegiatan
pengabdian ini dilakukan dengan cara sosialisasi terkait beberapa topik antara lain cara memperoleh dan
penggunaan obat yang benar, baik golongan obat bebas, bebas terbatas, maupun keras. Kemudian
dilakukan penilaian terkait penggunaan obat yang benar yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana
pemahaman masyarakat tentang penggunaan obat di Desa Senggigi Nusa Tenggara Barat dengan adanya
sosialisasi. Metode yang digunakan adalah deskriptif menggunakan alat ukur kuesioner Gema Cermat
(Gerakan Masyarakat Cerdas menggunakan Obat) dan Dagusibu (Dapat, Gunakan, Simpan, Buang).
Responden yang terlibat berjumlah 13 orang yang merupakan kader dengan rentang usia antara 20 hingga
58 tahun. Hasil pengisian kuesioner Gema Cermat menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat berada
dibawah nilai minimal dengan rata-rata skor sebesar 48,46±16,25. Selanjutnya, penilaian menggunakan
kuesioner Dagusibu menunjukkan bahwa seluruh responden memperoleh antibiotik di layanan kesehatan
resmi yaitu apotek (30,77%) dan puskesmas (69,23%). Namun pemahaman mengenai manfaat dan cara
menggunakan antibiotik masih rendah, seperti 84,61% menyatakan dapat memperoleh amoksisilin tanpa
resep dokter. Tingkat pemahaman responden yang relatif masih rendah menunjukkan bahwa perlu
intervensi lanjutan untuk meningkatkan pemahaman penggunaan obat kepada masyarakat setempat.
27
Available online : http://abdiinsani.unram.ac.id P-ISSN 2356-2935
Doi article : http://doi.org/10.29303/abdiinsani.v7i1.260 E-ISSN 2657-0629
Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram Volume 7, Nomor 1, April 2020
dengan luas wilayah 1.703 Ha yang terdiri dari 4 digunakan secara luas oleh Dinas Kesehatan
Dusun yaitu Dusun Senggigi, Dusun Kerandangan, Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui Apoteker
Dusun Loco, dan Dusun Mangsit. Total penduduk di Agent of Change (AoC) ditiap wilayah. Data yang
desa Senggigi berjumlah ± 4.653 jiwa dimana diperoleh pada penelitian ini berupa data kualitatif
terdapat 1643 KK yang bermata pencaharian yakni nominal (jenis kelamin dan jawaban
disektor pariwisata, pertanian, peternakan, kuesioner dagusibu), ordinal (tingkat pendidikan),
perkebunan, dan nelayan. Sebagian besar serta data kuantitatif yakni rasio (usia responden
masyarakat Senggigi adalah pengangguran dan jawaban kuesioner gema cermat). Selain
(tidak/belum bekerja), wiraswasta, dan pengurus analisis deskriptif, juga dilakukan penilaian
rumah tangga. Tingginya angka pengangguran di hubungan antara jenis kelamin, usia dan tingkat
desa Sengggigi disebabkan akibat rendahnya pendidikan terhadap pemahaman penggunaan
kesadaran masyarakat untuk mendapatkan obat menggunakan uji Fisher Exact dengan
pendidikan (Kantor Desa Sengigigi, 2016). bantuan IBM SPSS versi 24.
Pengobatan secara mandiri atau swamedikasi,
tingkat Kognisi dan IQ (Inteligence Quotation) HASIL DAN PEMBAHASAN
menjadi faktor penyebab permasalahan dalam
Penggunaan obat secara mandiri atau
penggunaan obat (Kaufmann, Stämpfli,
dikenal dengan istilah swamedikasi dapat menjadi
Hersberger, & Lampert, 2015). Menambahkan,
salah satu faktor permasalahan dalam penggunaan
pengetahuan dan tingkat pendidikan terbukti
obat (Drug Related Problems) jika tidak diikuti
memiliki pengaruh terhadap perilaku KADARZI
dengan pemahaman yang baik. Permasalahan yang
(Keluarga Sadar Gizi) (Rahardjo-Setiyowati, 2011).
akan dihadapi pengguna obat antara lain reaksi
Oleh sebab itu, berdasarkan data sebaran
samping seperti alergi dan interaksi obat (Mil,
penduduk di desa Senggigi dan pentingnya
Horvat, & Westerlund, 2017). Terdapat 37 faktor
pemahaman penggunaan obat yang benar maka
resiko permasalahan penggunaan obat antara lain
perlu adanya penilaian mengenai pemahaman
penggunaan NSAIDs (anti nyeri), permasalahan
menggunakan obat secara benar.
kognitif dan tingkat IQ yang rendah, ketidak
pahaman pasien dan rendahnya pengetahuan
METODE KEGIATAN dalam menggunakan obat, pengobatan mandiri
Program pengabdian masyarakat ini tanpa adanya resep dokter, dan permasalahan
dilakukan dengan sosialisasi yang dilanjut dengan bahasa (Kaufmann et al., 2015).
praktek langsung dengan metode Cara Belajar Masyarakat desa Senggigi pada umunya
Insan Aktif (CBIA). Tujuannya untuk menilai merupakan pengangguran, pengurus rumah
pengetahuan masyarakat terhadap cara tangga dan berwirausaha sebab rendahnya
penggunaan obat yang benar di Desa Senggigi, pemahaman mengenai pentingnya pendidikan.
Nusa Tenggara Barat berdasarkan perbedaan jenis Usaha yang digeluti pada umumnya dibidang
kelamin, usia dan tingkat pendidikan. Responden pariwisata, pertanian, peternakan, perkebunan,
yang dipilih merupakan tim penggerak PKK di Desa dan nelayan. Hal ini sesuai dengan geografis Desa
Senggigi baik laki-laki maupun perempuan, Senggigi yang berada di pesisir pantai sepanjang ±3
perorangan dan bersifat sukarela. Tim ini bertugas KM (Data Desa Senggigi, 2016). Responden pada
melakukan pemberdayaan keluarga meliputi penelitian ini didominasi oleh perempuan (92,31%)
segala upaya bimbingan, pembinaan, dan dengan usia dewasa (17-45 tahun) (84,60%) dan
pemberdayaan agar keluarga dapat hidup berpendidikan rata-rata SMA (46,15%). Meskipun
sejahtera, maju dan mandiri. Pada proses demikian masih ada 38,46% responden yang hanya
pengambilan data diperoleh 17 responden, namun menuntaskan bangku Sekolah Dasar (Tabel 1).
hanya 13 responden yang berkenan mengisi
lembar evaluasi. Ketiga belas responden memiliki Tabel 1. Karakteristik Responden
rentang usia antara 20 hingga 58 tahun. Jumlah Persen-
Rata-
Evaluasi terhadap sosialisasi ini dilakukan responden tase
rata
menggunakan dua jenis kuesioner yaitu kuesioner (orang) (%)
Gema Cermat dan Dagusibu. Kedua kuesioner telah Jenis Kelamin
28
Available online : http://abdiinsani.unram.ac.id P-ISSN 2356-2935
Doi article : http://doi.org/10.29303/abdiinsani.v7i1.260 E-ISSN 2657-0629
Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram Volume 7, Nomor 1, April 2020
29
Available online : http://abdiinsani.unram.ac.id P-ISSN 2356-2935
Doi article : http://doi.org/10.29303/abdiinsani.v7i1.260 E-ISSN 2657-0629
Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram Volume 7, Nomor 1, April 2020
30
Available online : http://abdiinsani.unram.ac.id P-ISSN 2356-2935
Doi article : http://doi.org/10.29303/abdiinsani.v7i1.260 E-ISSN 2657-0629
Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram Volume 7, Nomor 1, April 2020
mereka sebagai persediaan yang sebagian besar kerjasama obat dan alat kesehatan serta Dinas
merupakan sisa dari penggunaan sebelumnya. Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat berupa
46,15% menggunakannya untuk mengatasi keterlibatan Apoteker Agent of Change dan alat
radang. Antibiotik golongan Penicilin yang paling bantu peraga.
banyak digunakan adalah amoksisilin yakni
sebesar 84,61%. Sebanyak 76,92% membeli DAFTAR PUSTAKA
semua antibiotik sesuai dengan yang dianjurkan
Anderson, J.A.D,1979. “Historical Background to
dan sebanyak 53,85% beralasan tidak memiliki
Self-care, Dalam Anderson J.A.D. (ed). Self-
cukup uang untuk memeriksakan diri ke dokter
Medication.The Proceedings of Workshop
sehingga menggunakan antibiotik secara bebas.
on Self Care, London: MTP Press Limited
Lancaster, 10-18.
KESIMPULAN DAN SARAN BPOM, 2015, Modul GNPOPA (Gerakan Nasional
Tingkat pemahaman responden di Desa Peduli Obat dan Pangan Aman)
Senggigi yang relatif rendah meski telah http://www.pom.go.id/files/2016/1pu_g
memperoleh sosialisasi menunjukkan bahwa npopa.pdf diakses tanggal 5 Juli 2019
perlu adanya intervensi lanjutan untuk Kaufmann, C. P., Stämpfli, D., Hersberger, K. E.,
meningkatkan pemahaman penggunaan obat & Lampert, M. L. (2015). Determination of
kepada masyarakat setempat hingga risk factors for drug-related problems: A
membentuk pola insan cerdas dan bijak multidisciplinary triangulation process.
menggunakan obat. BMJ Open, 5(3), 1–7.
https://doi.org/10.1136/bmjopen-2014-
UCAPAN TERIMA KASIH 006376
Mil, J. W. F. van, Horvat, N., & Westerlund, T.
Penulis mengucapkan terima kasih
(2017). Classification for Drug related
kepada Kader Kesehatan Desa Binaan Fakultas
problems © 2003-2017. ‘The PCNE
Kedokteran Universitas Mataram yaitu Desa
Classification ,’ V 8.01, 1–10.
Senggigi, Kelompok Pengabdian Masyarakat
WHO. 2015. Antibmicrobial Resistance,
Himpunan Mahasiswa Farmasi Universitas
https://www.who.int/en/news-
Mataram yang telah membantu pelaksanaan
room/fact-sheets/detail/antimicrobial-
kegiatan di lapangan, Apotek Citra Medika atas
resistance diakses tanggal 5 juli 2019
31
Available online : http://abdiinsani.unram.ac.id P-ISSN 2356-2935
Doi article : http://doi.org/10.29303/abdiinsani.v7i1.260 E-ISSN 2657-0629