You are on page 1of 3

PERTANYAAN:

1. Berdasarkan analisis saudara tentukan subjek hukum pada kasus di atas


2. Tulis dan analisis apakah peristiwa di atas merupakan peristiwa HPI? Berikan
penjelasan yang kongkret?
3. Jika pada akhirnya diadili hukum negara manakah yang akan digunakan? Mengapa
demikian?
4. Apakah pengadilan Tokyo berhak mengadili perkara ini? Berikan analisis Anda mengapa
iya atau mengapa tidak sesuai dengan teori HPI yang telah saudara pelajari.

JAWABAN:
1. Dalam hukum perdata, yang masuk dalam kategori subjek hukum adalah manusia sejak
kelahirannya dan badan hukum. Sebagai subjek hukum perdata, sebagaimana diterangkan
Subekti dalam Pokok- Pokok Hukum Perdata, manusia atau orang menjadi pembawa hak
sejak ia dilahirkan dan berakhir saat meninggal. Bahkan, jika diperlukan, manusia dapat
dihitung sejak ia dalam kandungan hingga dilahirkan dalam keadaan hidup.Kemudian, dalam
konteks badan hukum, Subekti menerangkan bahwa badan hukum juga memiliki
karakteristik hukum yang sama seperti manusia. Badan-badan hukum memiliki kekayaan
sendiri, ikut serta dalam hukum dengan pengurusanya, dapat digugat, dan dapat menggugat.
Pada transaksi ekspor impor terdapat banyak sekali proses yang ada, jika diperhatikam secara
garis besar ada tujuh proses utama yakni:
• penawaran dan penerimaan (offer and acceptance),
• kontrak perdagangan (sales contract),
• pengiriman produk (delivery of goods),
• pengapalan (shipping),
• asuransi (insurance),
• pembayaran (payment), dan
• penyelesaian sengketa (dispute settlement).
Bisa kita tari kesimpulan berkaitan dengan permasalahan antara Perusahaan ekspor dari
Indonesia dan Perusahaan Impor dari Korea Selatan mengenai jual beli baja untuk bahan
pembuatan mobil bahwa Penawaran dan penerimaan (offer and acceptance), yang secara
khusus diatur di dalam CISG 1980 Part II dan mungkin saja akan berdampak buruk pada kerja
sama kedua belah pihak.

2. Hukum Perdata Internasional merupakan keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang
menunjukkan stelsel hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum,
jika terjadi peristiwa atau hubungan antara warga negara yang berbeda pada satu waktu
tertentu.
Sedangkan Mochtar Kusumaatmaja menyebutkan bahwa Hukum Perdata Internasional
merupakan keseluruhan kaidah atau asas hukum yang mengatur hubungan perdata melewati
batas negara, atau dengan kata lain hukum yang mengatur hubungan antar pelaku hukum yang
masing-masing tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berbeda.
Hukum Perdata Internasional tidak termasuk dalam klasifikasi Hukum Publik Internasional,
sebagaimana halnya Hukum Kejahatan Internasional. Banyak ahli menyebutkan bahwa
materi Hukum Perdata Internasional merupakan bidang kajian hukum yang mengalami
pertentangan di dalam istilah itu sendiri atau contradiction inter minenis. Hal tersebut
dikarenakan :
• penggunaan istilah Hukum Perdata Internasional, padahal ia bersifat keperdataan
atau privat.
• seringnya istilah Hukum Perdata Internasional diikuti dengan term negara, misalnya :
Hukum Perdata Internasional Indonesia.
Dengan adanya term suatu negara tertentu menunjukkan bahwa hal tersebut hanya
menyangkut dalam negeri suatu negara saja, bukan luar negeri. Penggunaan term
"internasional" dalam Hukum Perdata Internasional, hanyalah menunjukkan bahwa Hukum
Perdata Internasional mengandung unsur luar negeri atau terdapat unsur asing (foreign
element), maksudnya adalah bahwa bukan sumbernya yang bersifat internasional tetapi
hubungannya adalah internasional.

Unsur-Unsur Hukum Perdata Internasional. Terdapat beberapa unsur dalam Hukum Perdata
Internasional. Unsur-unsur dimaksud adalah :
• orangnya yang asing.
(Perusahaan ekspor dari Indonesia dan Perusahaan Impor dari Korea Selatan mengenai jual beli
baja untuk bahan pembuatan mobil)
• tempat dilakukannya suatu tindakan.
(Perjanjian kontrak kerja ditandatangani di Lampung dan disepakati Pengiriman baja akan
dilakukan dari Pelabuhan Panjang ke Pelabuhan Busan di Korea Selatan.)
• tempat letaknya barang.
• tempat dilangsungkannya perbuatan.

Sehingga dapat di simpulkan bahwa kasus antara Perusahaan ekspor dari Indonesia dan
Perusahaan Impor dari Korea Selatan mengenai jual beli baja untuk bahan pembuatan mobil
dapat di kategorikan sebagai HUKUM PERDATA INTERNASIONAL.

3. Negara Tokyo dapat menjadi negara yang menjadi menjadi mengadili perkara ini. Dapat di
lihat dari Teori penunjukan kembali (Renvoi) dibutuhkan dalam menentukan status personal
seseorang karena terdapat bermacam hukum perdata nasional dari masing-masing negara. Ada
beberapa teori penunjukan kembali yang menjadi Teori Hukum Perdata Internasional.
Teori Penunjukkan Kembali (Single Renvoi) adalah ketika Hakim negara X melakukan
penunjukan berlakunya Hukum negara Y bersifat secara menyeluruh (gesamtverweisung)
baik kaidah hukum internal dan kaidah HPI yang berlaku di Negara Y.

Pada dasarnya, dalam hukum perdata internasional tidak ada ketentuan yang melarang warga
negara lain melakukan gugatan di luar negeri. Namun yang harus dipahami, kedudukan
antara orang yang menggugat dengan negara tidak seimbang (apabila yang melakukan
gugatan adalah warga negara lain). Oleh karena itu, si penggugat dapat diwakili oleh
negaranya dalam gugatan yang dilakukan berdasarkan teori tanggung jawab negara.
Teori tanggung jawab negara ini dapat dilaksanakan apabila terdapat beberapa ketentuan,
seperti terdapat kerugian yang nyata dan apabila kedudukan warga negaranya ‘melawan’
negara lain.
Sebelum membicarakan mengenai gugatan di luar negeri, harus dipahami terlebih dahulu
mengenai teori komitas (Comity Doctrine). Dalam teori komitas, masing-masing pengadilan
memiliki yurisdiksi dan kewenangannya masing-masing. Yurisdiksi dan kewenangan ini
terbatas karena masing-masing Negara memiliki kedaulatan dan hukum nasionalnya masing-
masing. Dengan teori ini, pengadilan dapat menyatakan forum non conveniens atau
menyatakan bahwa mereka tidak memiliki yurisdiksi atas kasus yang dibawa ke hadapan
mereka.Dalam melakukan gugatan, harus dilihat hukum mana yang berlaku untuk gugatan
tersebut. Dalam hukum perdata internasional, terdapat teori yang bernama renvoi atau
penunjukan kembali.Dalam teori renvoi, dilihat status personal apakah yang dianut negara
dari warga negara yang melakukan gugatan, apakah menganut prinsip nasionalitas atau
prinsip domisili. Apabila negara tersebut menganut prinsip nasionalitas, maka hukum yang
berlaku terhadap warga negara tersebut adalah hukum di mana dia menjadi warga negara.
Namun, apabila negaranya menganut prinsip domisili, maka hukum yang berlaku adalah
hukum di mana warga negara tersebut berada.

4. Jika di lihat dari tahap-tahap pemeriksaan suatu perkara HPI maka Dengan berdasarkan lex
fori, dicari hukum mana yang berlaku, untuk itu harus dicari “titik-titik taut sekunder” guna
menemukan hukum yang harus berlaku:
• lex causae.
• Kadang-kadang lex causae ini adalah lex fori juga, maka selanjutnya diteruskan
menurut lex fori;
• Lex causae ditentukan letak benda tak bergerak, maka sistim hukum yang berlaku lex situs;
• Ditentukan oleh tempat terjadinya perjanjian (lex loci contractus), tempat
dilangsungkannya perjanjian (lex loci solutionis) atau tempat terjadinya perkawinan (lex
loci celebrationis).Bisa juga lex causae ini ditentukan oleh tempat tinggal terakhitr atau
tempat asal seseorang (lex domisili)
Perkara jual beli antara Perusahaan ekspor dari Indonesia dan Perusahaan Impor dari Korea
Selatan mengenai jual beli baja untuk bahan pembuatan mobil. Hal tersebut dapat
memungkinkan eksportir Indonesia melakukan gugatan wanprestasi dan menuntut
pembayaran melalui pengadilan di Tokyo.

SUMBER REFRENSI : BMP HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

You might also like