Professional Documents
Culture Documents
Fiqih Muamalat Najah
Fiqih Muamalat Najah
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami penjatkan ke hadirat Allah S.W.T. atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Konsep Toleransi Antar
Beragama dengan sebaik-baiknya, meskipun masih jauh dari kata kesempurnaan. Shalawat
beserta salam kami curahkan kepada Rasulullah S.A.W.
Dalam menyelesaian makalah ini kami berusaha untuk melakukan yang terbaik.Tetapi
kami menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah kami yang akan datang.
Dengan terselesaikannya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam proses pembuatan makalah ini yang telah memberikan dorongan,
semangat dan masukan.
Semoga apa yang kami tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan masyarakat
pada umumnya, serta mendapatkan ridha dari Allah S.W.T. Aamiin.
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan ...................................................................................................................................... 2
Kesimpulan ................................................................................................................................. 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang tak dapat hidup tanpa bantuan
orang lain. Dalam hidupnya, manusia bersosialisi dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, yang termasuk di dalamnya merupakan kegiatan ekonomi.
Segala bentuk interaksi sosial guna memenuhi kebutuhan hidup manusia memerlukan
ketentuan-ketentuan yang membatasi dan mengatur kegiatan tersebut. Islampun
mengatur hubungan interaksi sosial ini yang disebut muamalah. Contoh hukum islam
yang termasuk muamalah satunya adalah ijarah sewa-menyewa dan upah. Dalam
bahasa Arab kata ijarah berarti sewa menyewa dan upah, antara keduanya terdapat
perbedaan makna operaional. Sewa biasanya digunakan untuk benda, dan upah untuk
tenaga. Ijarah merupakan menjual manfaat yang dilakukan seseorang dengan orang
lain dengan menggunakan ketentuan syariat islam.
Kegiatan ijarah ini tidak dapat dilepaskan dari kehidupan kita sehari hari
baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitar kita. Oleh sebab itu, penting
untuk kita mengetahui apa pengertian dari ijarah sebenarnya, rukun dan syaratnya
serta bagaimana dalil yang mengatur ijarah dalam islam. Yang mana hal-hal ini akan
dijelaskan dalam pembahasan makalah ini.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ijaroh?
2. Apa Dasar Hukum Ijaroh?
3. Apa Rukun dan Syarat Ijaroh?
4. Apa Macam-Macam Ijaroh?
5. Kapan Berakhirnya Akad Ijaroh?
6. Bagaimana Pembayaran Upah dan Sewa?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Ijaroh
2. Untuk mengetahui Dasar Hukum Ijaroh
3. Untuk mengetahui Rukun Dan Syarat Ijaroh
4. Untuk mengetahui Macam-Macam Ijaroh
5. Untuk mengetahui Kapan Berakhirnya Akad Ijaroh
6. Untuk mengetahui Bagaimana Pembayaran Upah Dan Sewa
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ijarah
Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al-iwad atau upah, sewa,
jasa atau imbalan.1 Al-Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah
dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti sewa menyewa, kontrak,
menjual jasa dan sebagainya.
Al-Ijarah secara bahasa merupakan pecahan dari kata al- ajr yang bermakna
iwad atau kompensasi. Al-Ijarah merupakan kata yang di khususkan pada
konpensasi dari manusia, sedangkan konpensasi dari Allah sebagai balasan atau
ketaatan hambanya disebut al-ajr atau al-tsawab dalam istilah fikih.2
Ijarah secara etimologi adalah masdar dari kata (ajara – ya‟jiru), yaitu upah
yang diberikan sebagai kompensasi sebuah pekerjaan. Al-ajru makna dasarnya
adalah pengganti, baik yang bersifat materi maupun immateri.3
Secara terminologi pengertian ijarah berdasarkan pendapat empat Imam Madzhab,
antara lain sebagai berikut:
1
Sohari Sahrani dan Ruf‟ah Abdullah, Fikih Muamalah,h.167
2
A. Wahab Afif dan Kamil Husein, Mengenal Sistem Ekonomi Islam,Ed. Ubaidillah, h.62-63
3
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2016), h.
101
4
Rachmat Syafe‟i, Fikih Muamalat,(Bandung:Pustaka Setia, 2006), h.121
5
Rachmat Syafe‟i, Fikih Muamalat,...,h.121
3
3. Menurut Imam Asyafi’i
ِ ٍالٍب ِ ٍِ ٍعٍلٍوٍمٍةٍٍمٍباٍَحٍةٍٍقٍَاٍبِلٍَة
.ٍٍعٍل ٍْوٍم
ْ ٍٍم َ ٍِحٍةٍٍب
َ ٍع ٍْوٍض َ َ ِْ ٍو،ٍ
َ ٍٍل ْلٍٍبَ ْذٍل َ َ ْ ْ ٍٍم َ ٍدٍة
ٍٍَم ْقٍص ٍْو
ٍَ ٍعٍة
َ ٍىٍمٍْنٍ َف
َ ٍٍَعل
ٍَ ٍَع ْقٍد
“Akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan mubah,
serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu.”6
ٍ،ٍٍفٍٍالذم ِة
ِ ٍٍم ْوص ْوفَة
َ ٍاَْو،ٍٍمٍة
ٍَعٍل ٍْو
ْ ٍم
َ ٍع ْْي
ِ ٍمٍدٍةٍٍمٍعٍلٍو،ٍٍٍعلٍَىٍمٍْنٍ َفٍعٍةٍٍمٍباٍَحٍةٍٍمٍعٍلٍوٍمٍة
َ ٍم ْن،ٍٍمٍة
َْ َْ َ ْ ْ َ َ َ َ ٍَ ٍَع ْقٍد
.ٍٍم ْعل ْوم ِ َ اَو
َ ٍٍع َملٍٍب َع ْوض ْ
“Akad atas suatu manfaat yang mubah, dalam waktu tertentu, dari bentuk
tertentu, sifat tanggugan, atau dengan penggantian baru.”7
6
Rachmat Syafe‟i, Fikih Muamalat,...,h.122
7
Imam Mustofa, Fikih Muamalah Kontemporer,...,h.102
8
Muhamad Ayub, Keuangan Syari’ah, (Jakarta: PT Gramedia, 2009),h.247
4
waktu tertentu dengan imbalan.9 Sedangkan Menurut MA. Tihami, mengatakan
bahwa al-Ijarah (sewa-menyewa) ialah akad (perjanjian) yang berkenaan dengan
kemanfaatan (mengambil manfaat sesuatu) tertentu, sehingga sesuatu itu legal
untuk diambil manfaatnya, dengan memberikan pembayaran (sewa tertentu).10
Hakikat dari Ijarah yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, menjual manfaat
atau sama dengan upah.Upah artinya mengambil manfaat tenaga orang lain dengan
jalan memberi ganti menurut syarat-syarat tertentu.11
Menurut fatwa Dewan Syari‟ah Nasional, yang dimaksud dengan Ijarah
adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu
tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri.12
Al-Ijarah dalam bentuk sewa menyewa maupun dalam bentuk upah
mengupah merupakan muamalah yang telah di syari‟atkan dalam Islam. Hukum
asalnya menurut jumhur ulama adalah mubah atau boleh bila di laksanakan sesuai
dengan ketentuan yang telah di tetapkan oleh syara‟ berdasarkan ayat Al- Qur‟an,
hadis-hadis Nabi, dan ketetapan ijma ulama.13
Berbagai pernyataan di atas intinya memberikan pemahaman bahwa Ijarah
adalah akad untuk memberikan pengganti atau konpensasi atas penggunaan
manfaat suatu barang. Ijarah merupakan akad konpensasi atau jasa yang halal
dan jelas. Akad Ijarah ada dua macam yaitu Ijarah atas sewa barang dan sewa
tenaga atau jasa (pengupahan). Sewa barang pada dasarnya adalah jual beli
manfaat barang yang disewakan, sementara sewa jasa atau tenaga jual beli atas
jasa atau tenaga yang di sewakan tersebut. Keduanya boleh dilakukan bila
memenuhi syarat Ijarah.14
Akad Ijarah identik dengan jual beli, namun demikian, dalam Al-Ijarah
bermakna jual beli manfaat yang juga merupakan makna istilah syar‟i. Ijarah bisa
9
Abu Azam Al-Hadi, Fikih Muamalah Kontemporer,h.80
10
Sohari Sahrani,dan Ruf‟ah Abdullah,Fikih Muamalah,h.168
11
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalat,h.115
12
Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No: 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah pada
lembaga keuangan syariah,h.55
13
Abdul Rahman Ghazaly dkk,Fiqh Muamalat.h.277
14
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer,h.102
5
diartikan sebagai akan pemidah hak guna atas barang atau jasa dalam batasan waktu
tertentu, melalui pembayaran upah sewa, tanpa di ikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang.
Kelebihan ijarah adalah mempunyai scoup yang lebih luas ketimbang jual-
beli, karena asas manfaat yang menjadi dasar transaksi. Sebaliknya, ijarah
terhalang untuk digunakan pada barang yang manfaatnya habis saat digunakan.
Tidak bisa menyewakan makanan untuk dimakan karena secara otomatis
dimanfaatkan, barangnya juga ikut habis, tetapi bisa membelinya.15
Ijarah adalah akad atas manfaat dengan adanya kompensasi tertentu.
Syafi‟iyah menjelaskan Ijarah adalah akad atas manfaat tertentu yang
diperbolehkan dengan nilai kompensasi tertentu. Malikiyyah Mengatakan Ijarah
adalah pemindahan kepemilikan manfaat tertentu yang diperbolehkan dalam
jangka waktu tertentu, dengan kompensasi tertentu.
Manfaat sebagai objek tidak bisa dihadirkan ketika akad, akan tetapi
pendapat ini disanggah Ibnu Rusyd dengan mengatakan bahwa walaupun manfaat
tidak bisa dihadirkan ketika akad, namun akan bisa terpenuhi ketika akad telah
berjalan.16
15
Kumpulan Khotbah Bisnis Dan Keuangan Syari‟ah,“Memasyarakatkan Ekonomi Syari’ah, dan
Mensyari’ahkan Ekonomi Masyarakat”.(Surabaya: Otoritas Jasa Keuangan, Cetakan
Kedua,2016),h.188
16
Syifa Kamilatussholihah, (Praktek Ijarah Studi di Koperasi Syari’ah Bina
MuamalahTa’awun Kota Bekasi),UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten,2018.
6
Adapun dasar hukum diperbolehkannya ijarah adalah sebagai berikut:
• Al-Qur’an
QS. Ath-thalaq (65) ayat 6:
ت َح ْم ٍل ِ علَ ْي ِه َّۗ َّن َوا ِْن ُك َّن اُول َ ض ِيقُ ْواَ ُ ض ۤا ُّر ْو ُه َّن ِلتَ ُ س َك ْنت ُ ْم ِم ْن ُّوجْ ِد ُك ْم َو ََل ت َ ْثُ ا َ ْس ِكنُ ْو ُه َّن ِم ْن َحي
ْ َّۚ
ٍَّۚض ْعنَ لَ ُك ْم فَات ُ ْو ُه َّن ا ُ ُج ْو َر ُه َّن َوأت َِم ُر ْوا بَ ْينَ ُك ْم ِب َم ْع ُر ْوف َّۚ
َ ض ْعنَ َح ْملَ ُه َّن فَا ِْن ا َ ْر َ َعلَ ْي ِه َّن َحتّٰى ي َ فَا َ ْن ِفقُ ْوا
ٗٓ
ض ُع لَه ا ُ ْخر َّۗى
ِ ست ُ ْر
َ َس ْرت ُ ْم ف
َ َوا ِْن تَعَا
Artinya: “Tempatkanlah mereka (para istri yang dicerai) di mana kamu bertempat
tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan
mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Jika mereka (para istri yang
dicerai) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya
sampai mereka melahirkan, kemudian jika mereka menyusukan (anak-
anak)-mu maka berikanlah imbalannya kepada mereka; dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika
kamu sama-sama menemui kesulitan (dalam hal penyusuan), maka
perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya..”
Artinya: 26. Salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku,
pekerjakanlah dia. Sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau
pekerjakan adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.
27. Dia (ayah kedua perempuan itu) berkata, “Sesungguhnya aku
bermaksud menikahkanmu dengan salah seorang dari kedua anak
perempuanku ini dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku selama
delapan tahun. Jika engkau menyempurnakannya sepuluh tahun, itu
adalah (suatu kebaikan) darimu. Aku tidak bermaksud memberatkanmu.
Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.”
7
• Hadits
Dasar hukum ijarah selanjutnya adalah pada sebuah hadits riwayat Bukhori, yakni
ٍ:ٍ عن ٍعروة ٍبن ٍالزبري ٍأن ٍعائشة ٍرضي ٍهللا ٍعنها ٍزوج ٍالنيب ٍصلى ٍهللا ٍعليه ٍوسلم ٍقالت
ٍواستأجرٍرسولٍهللاٍصلىٍهللاٍعليهٍوسلمٍوأبوٍبكرٍرجالٍمنٍبينٍالديلٍهادايٍخريتاٍوهو
ٍعلىٍدينٍكفارٍقريشٍفدفعاٍإليهٍراحلتيهماٍووعداهٍغارٍثوربعدٍثالثٍليلٍبراحلتيهماٍصبح
.ثلث
Artinya: “Dari Urwah bin Zubair bahwa sesungguhnya Aisyah ra.istri nabi SAW
berkata : Rasulallah SAW dan Abu Bakar menyewa seorang laki-laki dari suku
bani Ad Dayl, penunjuk jalan yang mahir, dan ia masih memeluk agama orang
kafir quraisy. Nabi dan Abu Bakar kemudian menyerahkan kepadanya kendaraan
mereka, dan mereka berdua menjanjikan kepadanya untuk bertemu di Gua Syur
dengan kendaraan mereka setelah tiga hari pada pagi hari selasa.” (H.R Bukhori)
• Dalil Ijma
Umat Islam pada masa sahabat berijma’ bahwa Ijarah adalah boleh, karena
manusia membutuhkan kemanfaatan seperti kebutuhan mereka kepada sebuah
barang itu sendiri.25 Umat Islam telah sepakat membolehkan akad Ijarah sebelum
keberadaan Asham, Ibnu Ulayyah, dan lainnya. Hal itu didasarkan pada kebutuhan
masyarakat terhadap manfaat Ijarah sebagaimana kebutuhan mereka terhadap
barang rill, selama akad jual beli barang diperbolehkan maka akad Ijarah manfaat
harus diperbolehkan juga.26 Umat mat Islam pada masa sahabat telah berijma‟,
bahwa Ijarah di perbolehkan, sebab bermanfaat bagi manusia.17
Dari nash-nash diatas dapat disuimpulkan bahwa perjanjian perburuhan
dengan mengunakan menggunakan tenaga manusia untuk melakukan suatu
pekerjaan dibenarkan dalam Islam dengan kata lain selain upah (upah kerja) yang
merupakan salah satu macam Ijarah dalam hukum Islam itu dapat dibenarkan.
17
Rachmat Syafei Fiqih Muamalah,h.124
8
C. Rukun dan Syarat Ijarah
1. Rukun Ijarah
Rukun Ijarah adalah adanya pihak yang menyewa (musta’jir), pihak yang
menyewakan (mu’jir), ijab dan qabul (sigah), manfaat barang yang disewakan
dan upah.28 KHES menyebutkan dalam pasal 251 bahwa rukun Ijarah adalah :
pihak yang menyewa, pihak yang menyewakan, benda yang di Ijarahkan dan
akad. Masing-masing rukun ini mempunyai syarat tertentu yang akan dijelaskan
dalam masalah syarat Ijarah.18
Menurut hanafiyah rukun al-Ijarah hanya satu ijab dan qabul dari kedua
belah pihak yang bertansaksi. Adapun menurut jumhur ulama rukun Ijarah ada
empat yaitu :
a. Dua orang yang berakad
b. Sighat (ijab dan Kabul)
c. Sewa atau imbalan
d. Manfaat. Baik dari suatu barang yang disewa ayau jasa dan tenaga
orang yang bekerja.
pihak-pihak yang berakad, objek akad yaitu manfaat barang dan sewa
manfaat jasa dan upah.
2. Syarat-Syarat Ijarah
Dari rukun Ijarah yang sudah dijelaskan, masing- masing rukun itu
memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
• Mu‟jir dan Mustajir adalah dua orang yang melakukan akad sewa-
menyewa atau upah-mengupah. Mu‟jir adalah yang memberikan upah dan yang
menyewakan, Mustajir adalah orang yang menerima upah untuk melakukan
sesuatu dan menyewa sesuatu, di syaratkan pada mujir dan mustajir adalah
baligh, berakal, cakap, melakukan tasharuf, (mengendalikan harta), dan saling
18
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer,h. 105
9
meridhai Allah SWT.
Bagi orang-orang yang berakad Ijarah, di syari‟atkan juga mengetahui
manfaat barang yang diakadkan dengan sempurna, sehingga dapat mencegah
terjadinya perselisihan, yang terkait dengan dua orang yang berakad. Menurut
ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah disyariatkan telah baligh dan berakal. Kedua
belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya melakukan akad al-Ijarah.
Apabila salah seorang diantaranya terpaksa melakukan akad ini, maka akad
Ijarahnya tidak sah.
• Shighat ijab kabul antara mu’jir dan musta’jir, ijab Kabul sewa-
menyewa dan upah mengupah, ijab kabul sewa- menyewa, misalnya : “aku
sewakan mobil ini kepadamu setiap hari Rp. 5.000,00”. maka musta‟jir
menjawab “aku terima sewa mobil tersebut dengan harga demikian setiap hari”.
Adapun ijab kabul upah-mengupah, misalnya : seseorang berkata, “kuserahkan
kebun ini kepadamu untuk dicangkuli dengan upah setiap hari Rp. 5.000.00”,
kemudian musta’jir menjawab “akan aku kerjakan pekerjaan itu sesuai dengan
apa yang engkau ucapkan”. Manfaat yang menjadi objek al-Ijarah harus
diketahui, sehingga tidak muncul perselisihan dikemudian hari. Apabila manfaat
yang menjadi objek yang tidak jelas, maka akadnya tidak sah.
• Ujrah, disyari‟atkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak, baik
dalam sewa menyewa maupun dalam upah mengupah. Objek al-Ijarah itu boleh
diserahkan dan digunakan secara langsung dan tidak ada cacatnya. Oleh sebab
itu, para ulama fiqh sepakat, bahwa tidak boleh menyewakan sesuatu yang tidak
boleh diserahkan dan dimanfaatkan langsung oleh penyewa,dan objek al-Ijarah
itu sesuatu yang dihalalkan oleh Syara‟. Oleh sebab itu para ulama fiqh sepakat
mengatakan tidak boleh menyewa seseorang untuk membunuh ornag lain,
demikian juga tidak boleh mnyewakan tempat-tempat maksiat
• Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah
mengupah, disyari‟atkan barang yang disewakan dengan beberapa syarat
berikut ini.
1) Hendaklah barang yang menjadi objek akad sewa- menyewa dan upah
mengupah dapat dimanfaatkan kegunaanya.
2) Hendaklah benda-benda yang objek sewa menyewa dan upah
mengupah dapat diserahkan kepada penyewa dan pekerja berikut
10
kegunaanya (khusus dalam sewa menyewa).
3) Manfaat dari benda yang di sewakan adalah perkara yang mubah
(boleh) menurut syara, bukan hal yang dilarang (diharamkan).
4) Benda yang disewakan disyaratkan kekal „ain (zat)- nya hingga waktu
yang ditentukan menurut perjanjian dalam akad.Objek al-Ijarah itu
merupakan sesuatu yang bisa disewakan seperti: rumah, kendaran dan
alat-alat perkantoran. Oleh sebab itu, tidak boleh dilakukan akad sewa
menyewa terhadap sebatang pohon yang akan dimanfaatkan penyewa
sebagai sarana penjemur pakaian. Karena pada dasarnya akad untuk
sebatang pohon bukan dimaksudkan seperti itu.
5) Yang disewakan itu bukan sesuatu kewajiban bagi penyewa, misalnya
menyewa orang untuk melaksanakan shalat untuk diri penyewa atau
menyewa orang yang belum haji untuk menggantikan haji penyewa.
Para ulama fiqh sepakat mengatakan bahwa akad sewa menyewa
seperti ini tidak sah, karena shalat dan haji merupakan kewajiban
peneywa itu sendiri.
6) Upah upah atau sewa dalam Ijarah harus jelas, tertentu dan sesuatu
yang memiliki nilai ekonomi. 36
Dalam rukun Ijarah ijab qobul berupa pernyataan dari kedua belah pihak
yang berakad, pihak-pihak yang berakad, objek akad yaitu manfaat barang dan
sewa, manfaat jasa dan upah.
D. Macam-Macam Ijarah
1. Sewa-menyewa Tanah
Dibolehkan menyewakan tanah. Dan disyaratkan menjelaskan barang
yang disewakan, baik itu berbentuk tanaman atau tumbuhan atau bangunan.
Jika yang dimaksudkan adalah untuk pertanian, maka harus dijelaskan
jenis apa yang ditanam di tanah tersebut, kecuali jika orang yang menyewakan
mengizinkan ditanami apa saja yang ia kehendaki.
Jika syarat-syarat ini tidak dipenuhi, maka ijarah dinyatakan fasid (tidak
sah). Karena kegunaan tanah itu bermacam-macam, sesuai dengan
pembangunan dan tanaman. Seperti halnya juga memperlambat tumbuhan
yang ditanam di tanah.
11
Si penyewa berhak menanam tanaman jenis lain dari yang disepakati,
dengan syarat; akibat yang ditimbulkan sama dengan akibat yang ditimbulkan
oleh tanaman yang disepakati lebih sedikit. Menurut Daud penyewa tidak
mempunyai hak untuk yang demikian.
2. Menyewakan Binatang
Boleh menyewakan binatang. Dengan syarat; dijelaskan tempo
waktunya, atau tempatnya. Dan disyaratkan pula dijelaskan kegunaan
penyewaan, berupa untuk mengangkut barang atau untuk ditunggangi, apa
yang diangkut dan siapa yang menunggangi.
Jika binatang yang disewakan itu terjadi kecelakaan, apabila binatang
sewaan itu cacat dan kemudian celaka, maka penyewaan menjadi batal
(terputus). Dan apabila binatang itu tidak beraib (bercacat), dan kemudian
celaka, penyewaan tidak menjadi batal. Dan orang yang menyewakan wajib
mendatangkan yang lainnya, dia tidak mempunyai hak untuk memfasakh
(membatalkan) akad.
Karena ijarah dimaksudkan untuk mengambil manfaat yang berada
dalam tanggungan (si penyewa), serta orang yang menyewakan (muajjir)
berkemampuan untuk memenuhi konsekuensi akad. Di dalam masalah ini para
fuqaha dari madzhab yang empat sependapat.
3. Menyewakan Rumah untuk Tempat Tinggal
Menyewakan rumah untuk tempat tinggal dibolehkan. Baik rumah itu
ditempati oleh penyewa atau ia menempatkan orang lain dengan cara I’arah
(pinjam) atau sewa, dengan syarat tidak merusak bangunan, atau membuat
rapuh seperti tukang besi dan semisalnya. Dan orang yang menyewakan
berkewajiban memenuhi hal-hal yang memungkinkan rumah itu dapat
ditempati (dihuni) menurut kebiasaan yang berlaku.
4. Menyewakan barang sewaan
Penyewa boleh menyewakan barang sewaan. Jika itu berbentuk binatang,
maka pekerjaannya harus sama atau menyerupai pekerjaan yang dahulu pada
saat binatang itu disewa pertama, sehingga tidak membahayakan binatang.
Dan si penyewa boleh menyewakan lagi dengan harga serupa pada waktu ia
menyewa, atau lebih sedikit atau lebih banyak. Dan ia berhak mengambil apa
12
yang disebut Al-Khuwu.19
19
Anugrah Education : Makalah Ijaroh dan hukumnya (anugrahdini2.blogspot.com)
20
Haroen Nasrun, 2007 Fiqh Muamalah Gaya Media Pratama, Jakarta
13
Apabila musta‟jir meninggal dunia, posisinya digantikan oleh ahli waris untuk
meneruskan akad. Sebaliknya, apabila mu‟jir meninggal dunia, barang tetap
berada di tangan musta‟jir sampai masa penyewaan habis. Maksudnya, jika
salah satu pihak meninggal dunia, sementara barang sewaan dalam kondisi
tetap utuh, akad sewa menyewa tidak menjadi batal.21
Sementara itu, menurut Sayyid Sabiq, ijarah akan menjadi batal dan
berakhir bila ada hal-hal sebagai berikut:
1. Terjadinya cacat pada barang sewaan ketika di tangan penyewa.
2. Rusaknya barang yang disewakan, seperti ambruknya rumah, dan
runtuhnya bangunan gedung.
3. Rusaknya barang yang diupahkan, seperti bahan baju yang diupahkan untuk
dijahit.
4. Telah terpenuhinya manfaat yang diakadkan sesuai dengan masa yang telah
ditentukan dan selesainya pekerjaan.
5. Menurut Hanafiyah salah satu pihak dari yang berakad boleh membatalkan
ijarah jika ada kejadiankejadian yang luar biasa, seperti terbakarnya
gedung, tercurinya barang-barang dagangan, dan kehabisan modal.22
21
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i 2, Jakarta: PT Niaga Swadaya, 2008, hlm 54.
22
Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh Muamalat Edisi Pertama, Jakarta: Kencana, 2010, hlm 284.
14
Artinya:” berikanlah upah sebelum keringat pekerja itu kering”
• Jika menyewa barang, uang sewaan dibayar ketika akad sewa, kecuali bila
dalam akad ditentukan lain, manfaat barang yang diijarahkan mengalir
selama penyewaan barang berlangsung.
23
KONSEP IJARAH ( SEWA MENYEWA DAN UPAH) - SEJUTA WARNA (rijalhabibulloh.com)
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al-iwad atau upah, sewa, jasa atau
imbalan. Ijarah secara etimologi adalah masdar dari kata (ajara – ya‟jiru), yaitu upah yang
diberikan sebagai kompensasi sebuah pekerjaan. Secara terminologi pengertian ijarah
berdasarkan pendapat empat Imam Madzhab, antara lain sebagai berikut:
1. Menurut Imam Hanafiah
ٍٍٍعلَىٍاْملنَافِ ِعٍٍبِ َع ْوض
ع ْقد
َ َ َ
“Akad atas suatu kemafaatan, dengan pengganti.”
2. Menurut Imam Malikiyyah
ٍَ ٍََتٍْلِكٍٍ ٍَمٍنَ ٍافِعٍٍ ٍَشْيئٍٍمٍٍب
ٍٍاحةٍٍمٍدٍةٍٍ ٍَم ٍْعلٍ ٍْوٍَمةٍٍٍبٍَِع ٍْوض
“ Menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu
dengan pengganti.”
3. Menurut Imam Asyafi’i
ِ ٍالٍب ِ ٍِ ٍعٍلٍوٍمٍةٍٍمٍباٍَحٍةٍٍقٍَاٍبِلٍَة
.ٍٍعٍل ٍْوٍم
ْ ٍٍم َ ٍِحٍةٍٍب
َ ٍع ٍْوٍض َ َ ِْ ٍو،ٍ
َ ٍٍل ْلٍٍبَ ْذٍل َ َ ْ ْ ٍٍم َ ٍدٍة
ٍٍَم ْقٍص ٍْو
ٍَ ٍعٍة
َ ٍىٍمٍْنٍ َف
َ ٍٍَعل
ٍَ ٍَع ْقٍد
“Akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan mubah,
16
Adapun macam-macam Ijarah yaitu sewa-menyewa tanah, menyewakan binatang,
menyewakan rumah untuk tempat tinggal, menyewakan barang sewaan.
Para ulama fiqh menyatakan bahwa akad al-ijarah akan berakhir apabila:
1. Objek hilang atau musnah, seperti rumah terbakar atau baju yang dijahitkan
hilang.
2. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad al-ijarah telah berakhir.
3. Menurut ulama Hanafiyah, wafatnya salah seorang yang berakad, karena
akad al-ijarah, menurut mereka tidak boleh diwariskan.
4. Menurut ulama Hanafiyah, apabila ada uzur dari salah satu pihak, seperti
rumah yang disewakan disita negara karena terkait utang yang banyak, maka
akad al-ijarah batal.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
19