Professional Documents
Culture Documents
ID Resolusi Konflik Berbasis Adat Studi Res
ID Resolusi Konflik Berbasis Adat Studi Res
Dewan Redaksi
Dr. Zusmelia, M. Si.
Dr. Maihasni, M. Si.
Firdaus, S. Sos., M. Si.
Pemimpin Redaksi/Editor
Firdaus, S. Sos., M. Si.
Anggota Redaksi
Dian Kurnia Anggreta, S. Sos., M. Si.
Rinel Fitlayeni, S. Sos., MA.
Rio Tutri, M. Si
Sri Rahayu, M. Pd
Surya Prahara, SH,. MH.
Yuhelna, MA.
ISSN: 2301-8496
viii + 81 halaman, 21 x 29 cm
Alamat Redaksi:
Laboratorium Program Studi Pendidikan Sosiologi, STKIP PGRI Sumbar
Kampus STKIP PGRI, Jl. Gunung Pangilun, Padang, Sumatera Barat
Email: redaksimamangan@yahoo.com & daus_gila@yahoo.com
Penerbit:
Laboratorium Program Studi Pendidikan Sosiologi, STKIP PGRI Sumbar
PENGANTAR REDAKSI
K
on lik dalam masyarakat merupakan keniscayaan. Ia akan terus menjadi bagian dalam
dinamika kemasyarakatan dan mengejawantah dalam berbagai bentuk yang secara garis
bersar dikategorikan sebagai bentuk laten dan bentuk manifest. Pola dan bentuk kon lik juga
terus mengalami perkembangan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat dimana kon lik
tersebut ada. Pola dan bentuk itu, mulai dari yang sederhana hingga yang paling ‘canggih’ dan bahkan
disengaja ada untuk kepentingan tertentu oleh kelompok tertentu.
Meskipun para penganut fungsionalisme meganggap bahwa kon lik dalam kehidupan sosial
adalah abnormal (Johnson, 1994:161), namun kon lik di lain kesempatan merupakan fakta sosial
yang bisa fungsional bagi struktur tertentu selama ia dikelola dengan baik. Maka kon lik kemudian
di beberapa kesempatan juga dibutuhkan untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Sehingga
dengan demikian, adakalanya kon lik mengikuti polanya sendiri dan adakalanya seirama dengan
perkembangan masyarakat.
Menyadari bahwa perkembangan masyarakat terus melaju ke bentuk yang lebih kompleks, dan
asumsi bahwa kon lik juga akan kompleks sesuai dengan perkembangan kompleksitas masyarakat,
Mamangan Edisi II yang ada di tangan pembaca ini mengambil kon lik sebagai tema umum. Dalam
edisi ini kon lik dilihat oleh penulis dalam berbagai dimensi melalui berbagai pendekatan, baik secara
teoritis maupun empiris melalui studi lapangan. Beberapa pakar di bisangnya telah menyumbang
dalam dalam edisi kedua ini.
Tulisan pertama disumbangkan oleh Prof. Robert Lawang yang mendiskusikan konsep eksklusi
sosial dalam konteks sosial, ekonomi dan politik. Tiga ranah ini menurut Lawang dikuasai arus utama
(main stream) yang tidak mudah dimasuki oleh kelompok sosial tertentu dalam masyarakat paling
bawah (underclass), sehingga mereka mengalami deprivasi. Selain itu, Lawang juga menyebut adanya
perbedaan pandangan dan cara menjelaskan gejala sosial yang terkait eksklusi sosial. Meskipun
konsep eksklusi sosial adalah konsep Barat, namun di Indonesia menurut Lawang, eksklusi sosial
terjadi dalam berbagai struktur sosial masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Pengantar Redaksi
Tulisan kedua disumbangkan oleh Noer Fauzi Rachman dan Dian Yanuardy yang mengupas
secara kritis MP3EI. Dalam tulisannya, Fauzi dan Dian mempreteli skema MP3EI dan menyebutnya
sebagai bagian dari upaya untuk memperdalam integrasi tanah air Indonesia ke dalam zona
perdagangan bebas ASEAN dan Asia Timur. menurut mereka MP3EI pada pokoknya bertumpu pada
upaya untuk melakukan reorganisasi ruang dalam rangka memperlancar interaksi dan aliran kapital,
barang dan tenaga kerja untuk aktivitas produksi-konsumsi. Skema MP3EI dalam pola pemberian
lisensi pada perusahaan untuk mengeksploitasi Sumber daya Alam menurutnya tidak jauh berbeda
dengan kebijakan pemerintah kolonial Belanda sejak 1870, yang menempatkan Indonesia sebagai
tempat produksi komoditas global.
Tulisan ketiga disumbangkan oleh Zayardam Zuber dan Zulqayim tentang rontoknya dominasi
negara di Tambang Batubara Omblin, Sawahlunto. Zayardam dan Zulqayim dalam tulisannya
mengemas sejarah beralihnya tambang di Kota Sawahlunto dari tangan perusahaan ke tangan rakyat
yang selama puluhan tahun hanya menjadi penonton di arena tambang. Proses peralihan tersebut
menurut Zayardan dan Zulqayim antara lain dilatari oleh penguasaan terhadap lahan di sekitar
tambang yang dikuasi oleh dua kelompok, yaitu masyarakat adat dan pemerintah daerah. Selain itu,
menurunnya aktivitas tambang PT. BA-UPO selaku BUMN yang kemudian menyerahkan pengurusan
tambang kepada Pemda setempat juga menjadi bagian dari latar rontokya dominasi negara.
Tulisan keempat disumbangkan oleh Firdaus yang menguraikan protes korban bencana dalam
proses rehabilitasi dan rekonstruksi di Pasar Raya Padang. Firdaus menyebutkan faktor penyebab
munculnya protes adalah kebijakan pembangunan yang tidak partisipatif dan merugikan pedagang
yang merupakan korban bencana. Kebijakan itu dibuat oleh pemerintah melalui mekanisme yang
tidak sesuai dengan aturan yang ada. Protes yang dilakukan oleh korban bencana dilakukan dengan
berbagai strategi, mulai dari strategi konfrontasi hingga negosiasi.
Tulisan kelima disumbangkan oleh Ira Ariesta yang mengulas peran perempuan dalam resolusi
kon lik Pasar Raya Padang. Ulasan Ira ‘nyambung’ dengan tulisan Firdaus sebelumnya. Jika Firdaus
lebih menekankan pembahasan tentang penyebab dan strategi protes, maka Ira lebih menekankan
pada resolusi kon lik. Resolusi kon lik yang dibahas Ira lebih fokus lagi pada peran perempuan.
Menurut Ira, peran perempuan dalam proses resolusi kon lik di Pasar Raya dilakukan oleh empat
aktor utama, yaitu perempuan dari instansi pemerintah, perempuan aktivis LSM (PBHI Sumbar),
perempuan aktivis mahasiswa dan perempuan pedagang. Keempat kelompok memainkan peran
yang berbeda dalam resolusi kon lik, mulai dari aksi massa hingga kegiatan advokasi terorganisir.
Tulisan keenam disumbangkan oleh Yuhelna yang membahas tentang mekanisme penyelesaian
kon lik harta pusaka tinggi secara adat di Minangkabau. Penyelesaian kon lik harta pusaka tinggi di
Minangkabau dilihat di nagari Gantuang Ciri. Resolusi kon lik dilakukan pada 3 tingkatan. Tingkatan
pertama resolusi kon lik dilakukan di tingkat suku dengan melibatkan pangulu suku. Tingkat kedua
resolusi kon lik dilakukan pada tingkat yang lebih luas, yaitu pada institusi Tigo Niniak atau Ampek
Niniak. Pada tingkat ini, resolusi kon lik difasilitasi oleh niniak mamak masing-masing suku atau
kaum yang berkon lik. Pada tingkat ketiga resolusi kon lik dilakukan di lembaga adat Kerapatan
Adat Nagari (KAN). Resolusi kon lik pada tingkat ini difasilitasi oleh pengurus KAN yang merupakan
perwakilan dari semua suku yang ada dalam nagari.
Tulisan terakhir, disumbangkan oleh Delmira Syafrini yang menganalisis ketergantungan
nelayan dengan tengkulak di wilayah pesisir. Delmira melihat ketergantungan nelayan terhadap
rentenir sebagai fenomena yang dilematis. Di satu sisi, nelayan mendapat kemudahan mengakses
iv
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Nomor 2, Volume I, Tahun 2014
Pengantar Redaksi
modal, di sisi lain nelayan dirugikan dengan suku bunga yang tinggi. Sementara, lembaga keuangan
seperti Bank belum mampu menjadi katup penyelamat karena mekanisme rungguhan yang
disyaratkan lembaga ini tidak terjangkau oleh nelayan. Di bagian akhir, Delmira menawarkan
pemberdayaan sebagai solusi untuk memutus ketergantungan nelayan terhadap rentenir.
Demikianlah tulisan pada edisi ini, dan kepada para penyumbang tulisan pada edisi ini redaksi
mengucapkan terima kasih atas karya intelektual dan buah pemikiran mereka, dan kepada para
pembaca, redaksi mengucapkan selamat membaca.
v
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Nomor 2, Volume I, Tahun 2014
DAFTAR ISI
Yuhelna
(Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi, STKIP PGRI Sumatera Barat)
Abstract
Conϔlict of harta pusaka tinggi is a kind of conϔlict often occurs in Minangkabau. The Court of
Sumatera Barat issued a circular to solve ‘sako’ and ‘pusako’ conϔlict by custom mechanism. This
article explain harta pusaka tinggi conϔlict resolution base on institution Minangkabau custom
mechanism and effectiveness. Speciϔically this article explain step and mechanism of conϔlict
resolution of harta pusaka tinggi base on institution of Minangkabau custom and effectiveness
to solve harta pusaka tinggi problem.
seorang anggota keluarga itu, berarti juga malu basalin” (Manggis, 1982:93). Salah satu pusaka
bagi anggota keluarga lainnya (Firman, 1997:2). tinggi berbentuk tanah (dikenal dengan tanah
Di Minangkabau dalam menjalankan ulayat), sistem pewarisannya diturunkan kepada
kehidupan kekerabatan kaum atau suku dilakukan anak perempuan secara turun temurun dan
secara sederhana. Disini peranan ibu begitu kuat pengelolaannya secara bersama-sama. Tapi
dalam melaksanakan kegiatan masyarakat, beberapa tahun belakangan ini, di Sumatera
baik dalam hal perkawinan, pewarisan atau Barat intensitas kon lik menyangkut kepemilikan
pengaturan harta pusaka (Romi, 2010:1). Harta tanah ulayat cukup tinggi (Fitlayeni, 2009:4).
pusaka dalam masyarakat Minangkabau dibagi Di Minangkabau tidak ada orang yang
dua yakni harta pusaka rendah dan harta pusaka mau menjual harta pusaka tinggi seperti
tinggi. Warisan yang ditinggalkan seseorang, tanah atau sawah, karena harta pusaka tinggi
pada tingkat pertama disebut sebagai harta kepemilikannya adalah secara kolektif dimiliki
pusaka rendah (biasanya warisan yang berasal oleh masyarakat kaum atau dalam masyarakat
dari orang tua). Oleh karena warisannya masih Minangkabau disebut orang sasuku (dimiliki oleh
dalam jumlah kecil, ahli warisnya dapat membuat satu suku secara bersama). Pameo masyarakat
kesepakatan untuk mengelola harta warisan itu, Minangkabau mengatakan: dijua tak dimakan bali,
umpamanya untuk dijual atau dibagi-bagi di digadai tak dimakan sando (dijual tak dimakan
antara mereka, tindakan menjual ini termasuk beli, digadai tak dimakan sandera). Apabila harta
tindakan tidak terpuji. Disamping itu karena pusaka tinggi hendak dipindahtangankan atau
orang yang mewarisannya masih sedikit, maka digadaikan, harus mendapatkan kesepakatan
statusnya masih dipandang rendah. Akan tetapi, dari kaum yang diwakili oleh ninik mamak.1
apabila para ahli waris tetap menjaga keutuhan Namun pada saat sekarang ini pewarisan
warisan itu dan kemudian pada gilirannya itu juga mengalami kekaburan, karena masing-
mewariskan pula kepada ahli warisnya, sehingga masing individu dalam suku yang sama dalam hal
tidak mudah lagi mengadakan kesepakatan untuk ini adalah sekaum, mereka semua merasa berhak
pengelolaannya, maka statusnya telah dipandang dalam menyandang gelar adat tersebut. Sehingga
sebagai pusaka tinggi (Navis, 1984:163). dengan demikian muncul perselisihan yang
Harta pusaka tinggi ialah segala harta menyebabkan terjadinya kon lik. Dalam aturan
pusaka yang diwarisi secara turun temurun adat Minangkabau disaat sako sudah dipegang
dari mamak kepada kemenakan yang ada dalam oleh seseorang, maka harta pusako juga secara
satu suku. Ketentuan adat Minangkabau tentang langsung menjadi hak individu yang mewarisi
pewarisan harta pusaka tinggi ini berbunyi sako tersebut (Fitlayeni, 2009.6).
sebagai berikut: Di Sumatera Barat, khusus yang terkait
Biriek biriek tabang kasasak dengan persoalan adat istiadat atau yang
Dari sasak turun ka halaman lebih dikenal dengan harato pusako, termasuk
Dari niniek turun ka mamak
jenis sengketa yang paling banyak diajukan
Dari mamak turun ka kamanakan
di pengadilan. Persentasenya diperkirakan
mencapai 90% (KPI Sumbar: 2006). Selain dari
Ketentuan adat Minangkabau tentang
segi jumlah yang tergolong besar, kasus yang
pewarisan ini, dimana ahli warisnya (penerima
berdimensi adat ini, juga tergolong kasus yang
warisan) itu adalah kemenakan (Amir, 2011:20).
memiliki tingkat kerumitan yang tinggi. Biasanya
Proses pemindahan kekuasaan atas harta
disebabkan oleh rumitnya memahami dan
pusaka tinggi dari mamak kepada kemenakan
dalam istilah adat disebut juga dengan “pusako
1. Niniak Mamak dalam struktur adat Minangkabau adalah pimpinan adat.
54
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Nomor 2, Volume I, Tahun 2014
Yuhelna, Resolusi Konflik Berbasis Adat
mengurai struktur adat, terutama bagi hakim- kesejahteraan anggota keluarga, namun disisi
hakim yang tidak memahami adat dan budaya lain ia juga berperan sebagai kepala keluarga
Minangkabau. (sumando). Dengan demikian terjadi peralihan
Kon lik harta pusaka merupakan salah fungsi kepemimpinan dari mamak ke sumando,
satu bentuk kon lik dalam konteks lokal, sehingga tentu saja merubah fungsi dan tanggung jawab
dalam penyelesaiannya juga dibutuhkan pada memiliki pengaruh dalam kehidupan dalam
sumber-sumber lokal juga. Kerapatan Adat Nagari masyarakat. Perubahan yang dirasakan oleh
(KAN) merupakan sebuah lembaga pemerintahan masyarakat sekarang ini lebih cendrung menuju
nagari yang anggota-anggotanya terdiri dari pada terjadinya proses individualisme. Akibatnya
unsur ninik mamak sebagai pemangku adat yang banyak ditemukan praktek penyimpangan
mewakili kaum dan sukunya. Keberadaan KAN terhadap harta pusaka tinggi oleh mamak.
potensial untuk berperan dalam penyelesaian Penelitian lainnya dilakukan oleh Eldawati
sengketa kon lik harta pusaka di Minangkabau. (2004). Penelitian Eldawati menemukan bahwa
Peranan KAN merupakan salah satu bentuk eksistensi harta pusaka tinggi apabila digadaikan
penyelesaian yang dilakukan secara lokal. menurut ketentuan yang diperbolehkan oleh
Penyelesaian kon lik harta pusaka di hukum adat Minangkabau adalah jika terjadi
Minangkabau yang dilakukan oleh lembaga adat kasus rumah gadang katirisan(rumah gadang
sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh ketirisan) yaitu biaya memperbaiki rumah
penyelesaian yang dilakukan oleh pengadilan. gadang yang telah rusak, gadih gadang alun
Dalam kasus kon lik tidak semua bisa diselesaikan balaki(gadis dewasa belum bersuami), yaitu biaya
dengan hukum positif, karena kon lik harta persiapan dan pelaksanaan perkawinan seorang
pusaka membutuhakan pengetahuan tentang gadis yang biasaanya mahal karena penjamuan
silsilah dari harta pusaka yang disengketakan. yang berlarut-larut., mayat tabujuah diateh
Oleh karena itu peran KAN sebagai lembaga rumah.(mayat terbujur di atas rumah). Upacara
adat yang ada di Minangkabau sangat memilki kematian seorang kaum yang dihormati harus
arti penting. Penyelesaian dengan menggunakan sama agungnya dengan upacara perkawinan
lembaga KAN sebagai tempat penyelesaian atau penobatan penghulu. Upacara berlangsung
merupakan bentuk penyelesaian kon lik dengan bertahap-tahap, seperti pada waktu tiga hari,
menggunakan hukum adat. Dengan demikian tujuh hari, tiga kali tujuh hari, empat puluh hari,
peradilan adat ini masih eksis karena masyarakat seratus hari dan akhirnya tiga kali seratus hari.
adat tetap mempertahankannya serta mematuhi Setiap upacara senantiasa mengadakan kenduri
keputusan peradilan adat tersebut. makan minum. Sedangkan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya penyimpangan gadai
terhadap harta pusaka tinggi adalah karena
Tinjauan Pustaka bermacam-macam kebutuhan mendesak seperti
Penelitian yang pernah dilakukan untuk modal usaha, kebutuhan hidup sehari-hari
dan sekaligus memberikan inspirasi tulisan dan kebutuhan lainnya.
ini antara lain pernah dilakukan oleh Rinel Penelitian lainnya pernah dilakukan
Fitlayeni (2010). Dalam penelitiannya, Fitlayeni oleh Salahuddin (2002).Penelitian Salahuddin
menemukan bahwa terjadinya penyimpangan m e nye b u t ka n b a hwa S e ta w a r S e d i n g i n
harta pusaka tinggi dipengaruhi perubahan merupakan sebuah model resolusi kon lik
struktur keluarga dimana peran mamak dalam yang memiliki mekanisme kerja hampir sama
memimpin kehidupan keluarga saparuik adalah dengan konsiliasi yang umum dikenal dalam
sebagai kepala suku yang menjadi sumber bagi literatur kon lik.Setawar Sedingin sebagai sebuah
55
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Nomor 2, Volume I, Tahun 2014
Yuhelna, Resolusi Konflik Berbasis Adat
model resolusi kon lik menunjukkan bahwa tinggi karena tingkat permusuhan dengan
keberhasilan sebuah model resolusi kon lik lokal kelompok – luar bertambah besar, kekompakan
untuk tereproduksi dan ditarik pada tingkat yang semakin tinggi dari satu kelompok yang
kon lik etnik.Rasa kemanusiaan ternyata telah terlibat dalam kon lik membantu memperkuat
menjadi faktor penentu dari lahirnya kesatuan batas antara kelompok yang satu dengan
pandangan dalam menerima Setawar Sedingin kelompok lainnya dalam lingkungan tersebut dan
sebagai sebuah model resolusi kon lik.Persamaan mereka tidak peduli apakah penyebab kon lik itu
penelitian ini dengan tulisan hasil penelitian realistis atau tidak (Johnson, 1990: 197).
ini adalah sama-sama melihat resolusi kon lik Kon lik dapat merupakan proses yang
dengan menggunakan mekaisme adat dan yang bersifat instrumental dalam pembentukan,
menjadi perbedaan dari penelitian ini adalah penyatuan, dan pemeliharaan struktur sosial.
objeknya adalah masyarakat yang terlibat dalam Kon lik dapat menetapkan dan menjaga garis
kon lik harta pusaka tinggi di Minangkabau. batas antara dua atau lebih kelompok.Katup
Selain tinjauan pustaka di atas, dalam penyelamat (safety-valve) ialah salah satu
tulisan ini penulis juga menggunakan pendekatan mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk
fungsionalisme kon lik Coser untuk melakukan mencegah kon lik soaial.Katup penyelamat
analisis, dimana kon lik memiliki fungsi positif membiarkan luapan permusuhan tersalur
terhadap pihak-pihak yang berkon lik.Coser tanpa menghancurkan seluruh struktur, kon lik
melihat kon lik sebagai mekanisme perubahan membantu “membersihkan suasana” dalam
sosial dan penyesuaian, dapat memberi peran kelompok yang sedang kacau. Coser melihat
positif, atau fungsi positif dalam masyarakat. katup penyelamat demikian berfungsi sebagai
Sehingga dalam suatu hubungan sosial tertentu, “jalan keluar yang meredakan permusuhan”, yang
kon lik yang disembunyikan tidak akan memberi tanpa itu hubungan-hubungan di antara pihak-
efek positif (Novri, 2009:54). pihak yang bertentangan akan semakin tajam.
Secara umum, kon lik dapat diartikan Dengan demikian praktek-praktek atau institusi
sebagai sebuah kondisi dimana terjadi katup penyelemat memungkinkan pengungkapan
ketegangan sebagai akibat dari kepentingan rasa tidak puas terhadap struktur (Poloma,
yang saling bertentangan atau berbeda.Dalam 2010:107-108).
tataran sosiologi, kon lik dapat terjadi baik antara Sebagaimana yang dikatakan oleh
individu ataupun kelompok. Menurut Coser, Coser (Poloma, 2010), lewat katup penyelamat
kon lik dipandang dan diperlukan sebagai sesuatu (safety-valve) itu permusuhan dihambat agar
yang mengacaukan atau disfungsional terhadap tidak berpaling melawan obyek aslinya. Tetapi
keseimbangan sistem secara keseluruhan. Kon lik penggantian yang demikian mencakup juga biaya
tidak seharusnya merusak atau disfungsional bagi sistem sosial maupun individu: mengurangi
untuk sistem dimana kon lik itu terjadi dan tekanan untuk menyempurnakan sistem untuk
kon lik juga memiliki konsekuensi-konsekuensi memenuhi kondisi-kondisi yang sedang berubah
positif atau mengutamakan dalam sistem maupun membendung ketegangan dalam diri
tersebut (Johnson, 1990: 195) individu, menciptakan kemungkinan tumbuhnya
Fungsi positif kon lik menurut Coser, yang ledakan-ledakan destruktif.
paling jelas dalam dinamika kelompok - dalam Peran dari safety valve yang dikemungkan
(in-group) versus hubungan kelompok – luar oleh Coser (Poloma, 2010) sebagai salah satu
(out-group). Kekuatan solidaritas internal dan mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk
integrasi kelompok – dalam dapat bertambah mencegah kon lik sosial.Katup penyelamat
56
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Nomor 2, Volume I, Tahun 2014
Yuhelna, Resolusi Konflik Berbasis Adat
membiarkan luapan permusuhan tersalur Dalam proses resolusi kon lik, selain sebagai
tanpa menghancurkan seluruh struktur, kon lik mediator, ninik mamak juga mencari informasi
membantu “membersihkan suasana” dalam terkait dengan harta pusaka yang menyebabkan
kelompok yang sedang kacau.Hal ini yang bisa terjadinya kon lik. Tiga tahap resolusi kon lik
kita lihat dari peran KAN dalam masyarakat harta pusaka tinggi yang ada di nagari Gantuang
Minangkabau sebagai sebuah lembaga yang Ciri berdasarkan pengalaman masyarakat
membatu menyelesaiakan kon lik harta pusaka yang pernah mengalami kon lik adalah sebagai
tinggi yang sering terjadi. berikut:
57
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Nomor 2, Volume I, Tahun 2014
Yuhelna, Resolusi Konflik Berbasis Adat
mamak dalam suku untuk menyelesaikan apa sudut pandang dari anggota suku yang
kon lik tersebut, maka secara resmi pihak mengetahui kasus tersebut. Hal ini bertujuan
ninik mamak meminta kepada pihak yang sebagai pedoman bagi ninik mamak dalam
menggugat mengirim surat kepada ninik mencari resolusi kon lik tersebut.Setelah
mamak dalam suku. Surat ini bertujuan untuk itu ninik mamak juga mencari ranji (silsilah)
memberitahukan kepada KAN dan Wali yang berkaiatan dengan sako atau gelar adat
Nagari bahwa ada kasus yang akan mereka yang menjadi penyebab kon lik.
selesaikan di dalam suku mereka. Waktu satu tahun penyelesain kon lik
Disaat surat diterima oleh ninik di dalam suku merupakan waktu maksimal.
mamak dalam suku, langkah selanjutnya Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
adalah merundingkan kasus yang diajukan tersebut, belum juga ada keputusan yang
oleh anggota sukunya tersebut apakah diberikan oleh ninik mamak dalam suku,
layak untuk diproses atau tidak. Setelah maka secara otomatis dilimpahka kepada
ada keputusan dari ninik mamak, barulah tahap selanjutnya yaitu 3 suku atau 4
mamak tungganai dipanggil kembali untuk suku.Resolusi yang dilakukan dalam suku
menyampaikan keputusan dari ninik mamak merupakan tahap resolusi yang paling sulit
bahwa kasus tersebut bisa mereka proses karena harus mencari asal usul dari harta
karena alasan yang disampaikan oleh pihak pusaka yang dikon likkan.
penggugat bisa diterima oleh ninik mamak Resolusi yang dilakukan dalam suku
yang ada di dalam suku. tidak hanya berjalan sendiri saja seperti apa
Waktu yang sudah disepakati untuk yang diinginkan oleh ninik mamak, tetapi
resolusi kon lik di dalam suku adalah 1 tahun juga ada pengawasan yang dilakukan oleh
(12 bulan). Waktu 12 bulan merupakan KAN sebagai lembaga adat yang ada dalam
standar maksimal yang sudah disepakati nagari. Fungsi KAN sekaligus untuk melihat
oleh pengurus KAN. Resolusi kon lik yang sejauh mana perkembangan dari resolusi
dilakukan di dalam suku memiliki waktu kon lik yang sedang mereka lakukan.Disaat
yang lama karena KAN mengharapkan KAN mengetahui ninik mamak yang ada
pengoptimalan resolusi kon lik tersebut dalam suku tidak menjadikan hal ini sebagai
di dalam suku. Hal ini disebabkan karena prioritas karena kasibukan yang mereka
pihak yang paling paham dengan kon lik miliki, KAN akan menegur dengan cara
yang terjadi tersebut adalah ninik mamak mengirim surat kepada ninik mamak yang
dari individu yang berkon lik, sehingga jalan isinya adalah untuk segera menyelesaiakan
resolusi yang akan diambil juga memiliki kon lik yang sedang dialami oleh anggota
pertimbangan untuk kelangsungan hidup sukunya. Setelah ada keputusan yang
bermasyarakat bagi individu yang berkon lik diberikan oleh ninik mamak yang ada di
itu nantinya. dalam suku terkait kon lik yang menimpa
Proses yang dilakukan oleh ninik anggota sukunya, pihak yang berkon lik bisa
mamak yang ada di dalam suku adalah menerima keputusan tersebut atau tidak
memanggil pihak yang berkon lik untuk menerima keputusan tersebut.Bagi pihak
menanyakan tentang kon lik yang sedang yang tidak bisa menerima keputusan tersebut
mereka alami. Selain itu ninik mamak juga bisa melanjutkan kembali resolusinya ke
mencari informasi-informasi lain dari tahap selanjutnya dengan alasan-alasan yang
anggota suku yang mengetahui kon lik seperti bisa di terima oleh pihak tersebut.
58
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Nomor 2, Volume I, Tahun 2014
Yuhelna, Resolusi Konflik Berbasis Adat
2. Resolusi Konflik di Tigo Niniak6 atau ninik mamak yang ada dalam Tigo Niniak
Ampek Niniak7 atau Ampek Niniak akan memusyawarahkan
Proses resolusi kon lik di Tigo Niniak terlebih dahulu alasan yang disampaikan
atau Ampek Niniak merupakan proses yang oleh pihak yang tidak puas dengan hasil
kedua dari tingkatan resolusi kon lik di keputusan ninik mamak yang ada di dalam
nagari Gantuang Ciri. Resolusi di tingkat suku. Karena butuh pembahasan yang
ini baru bisa dilakukan apabila sudah mendalam untuk menerima permintaan
ada keputusan dari ninik mamak yang di pihak yang tidak bisa menerima keputusan
dalam suku, tapi salah satu pihak tidak bisa ninik mamak yang ada di dalam suku tersebut.
menerima dari keputusan tersebut maka ia Di Nagari Gantuang Ciri resolusi
berhak melanjutkan ke tingkat Tigo Niniak kon lik harta pusaka tinggi jarang yang ada
atau Ampek Niniak dengan catatan alasan dilakukan di Tigo Niniak atau Ampek Niniak.
yang mereka sampaikan kepada pihak Tigo Hal ini diungkapkan oleh ketua KAN Jasril
Niniak atau Ampek Niniak bisa diterima. Bila Sati pada tanggal 21 November 2011 jam
Untuk syarat lain yang harus dipenuhi juga 07:30 Wib di Gantuang Ciri:
sama dengan resolusidi dalam suku. “kon lik harta pusaka tinggi yang terjadi di
nagari gantuang ciri sangat jarang sekali
Proses resolusi kon lik harta pusaka diselesaiakan melalui Tigo Niniak atau
tinggi melalui Tigo Niniak atau Ampek Niniak Ampek Niniak, selama saya menjadi ketua
juga memiliki syarat-syarat yang tidak KAN malahan belum ada satupun kon lik
yang diselesaiakan di Tigo Niniak atau Ampek
jauh berbeda dengan proses resolusi yang Niniak”
dilakukan di dalam suku. Hal yang pertama
dilakukan adalah menyampaikan niatannya Walaupun demikian tetap saja ada
kepada mamaktungganai bahwa ia merasa prosedur yang dibuat oleh KAN untuk
tidak puas dengan hasil keputusan yang melanjutkan resolusi kon lik melalui Tigo
disepakati oleh ninik mamak yang ada dalam Niniak atau Ampek Niniak. Diantaranya
suku, sehingga ia ingin melanjutkan proses adalah memberikan uang adat sebanyak 1
resolusinya melalui Tigo Niniak atau Ampek emas (2,5 gram) kepada pihak Tigo Niniak
Niniak. Dengan demikian Mamak tungganai atau Ampek Niniak. Uang adat digunakan
akan menyampaikan kepada pihak Tigo oleh pihak Tigo Niniak atau Ampek Niniak
Niniak atau Ampek Niniak tentang maksud sebagai pembeli kopi dan juga untuk biaya
dan tujuannya tersebut. transportasi.Selain itu juga menyerahkan
Pihak Tigo Niniak atau Ampek Niniak sirih dan carano (tempat yang digunakan
akan menanyakan terlebih dahulu alasan untuk menarok sirih).Hal memiliki arti
yang membuat mereka tidak bisa menerima bahwa bentuk penghormatan kepada ninik
keputusan dari ninik mamak dalam suku. mamak yang ada di dalam suku.Waktu yang
Hal ini akan menjadikan pertimbangan sudah disepakati untuk lamanya resolusi
oleh pihak Tigo Niniak atau Ampek Niniak kon lik tersebut adalah selama 6 bulan
untuk bisa menyelesaikan kon lik tersebut. sebagai waktu maksimal untuk masalah itu
Setelah alasan yang dikemungkakan, maka bisa diselesaiakan.Pihak yang terlibat dalam
resolusi masalah tersebut juga mencari
6. Istilah Tigo Niniak adalah istilah untuk menyebut tiga buah suku yang
informasi dari berbagai sumber yang bisa
ada di nagari gantuang Ciri. Tiga suku tersebut adalah suku Piliang, suku dijadikan sebagai bahan rujukan dalam
Caniago, suku Jambak
7. Istilah Ampek Niniak adalah istilah untuk menyebut empat buah suku yang resolusi kon lik tersebut.
ada di nagari gantuang Ciri. Empat suku tersebut adalah sukuTanjuang,
suku Guci, suku Bendang, suku Melayu
59
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Nomor 2, Volume I, Tahun 2014
Yuhelna, Resolusi Konflik Berbasis Adat
60
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Nomor 2, Volume I, Tahun 2014
Yuhelna, Resolusi Konflik Berbasis Adat
itu tidak boleh secara langsung tapi harus yang berkon lik. Oleh sebab itu KAN selalu
dengan bahasa lain. Menyerahkan sirih dan memusyawarahkan kembali hasil yang sudah
caro juga memiliki fungsi sebagai tanda didapatkan oleh tim. Setelah musyawarah
penghormatan kepada KAN sebagai sebuah barulah hasilnya disampaikan kepada pihak
lembaga adat yang ada dalam nagari. berkon lik.
Setelah pihak yang menggugat tersebut Proses resolusi kon lik di KAN tidak
mememenuhi syarat-syarat tersebut barulah terlalu banyak terjadi karena pihak KAN lebih
KAN mulai memproses kon lik tersebut. mengutamakan resolusi yang dilakukan di
Dalam resolusi kon lik harta pusaka tinggi, dalam suku. Hal juga yang disampaikan oleh
KAN membentuk tim resolusi kon lik harta ketua KAN Jasril Bila Sati tanggal 1 Desember
pusaka tinggi yang jumlahnya disesuiakan 2011 jam 20.00 Wib di Gantuang Ciri:
dengan jenis kon lik yang diajukan. Jumlah “di nagari gantuang ciri kami lebih
anggota tim yang dibentuk jumlahnya ganjil mengutamakan resolusi dalam suku karena
bagaimanapun juga mereka yang di dalam
mulai dari 5, 7 dan 9 orang. Tim yang dipilih sukulah yang paling tahu dengan masalah
berasal dari ninik mamak berasal dari suku yang mereka hadapi dan bagaimana jalan
keluar yang baik, kami di KAN hanya
yang berbeda dari pihak yang menggugat,
memantau bagaimana jalannya proses
sehingga bisa diharapkan mereka bisa resolusinya”
memberikan penilain yang objektif dalam
melakukan proses resolusi tersebut. Jumlah Kon lik yang saat ini yang diselesaikan
tim yang berbeda tersebut tergantung kepada oleh KAN Nagari Gantuang Ciri adalan
besar atau kecil kon liknya. kon lik-kon lik yang masih ada di KAN
Waktu yang diberikan oleh pihak KAN waktu kepengurusan KAN sebelumnya,
untuk resolusi kon lik tersebut adalah selama sehingga secara langsung pengurus KAN
6 bulan batas waktu maksimal.Tim yang yang menjabat sekarang yang memiliki
sudah dibentuk harus bisa menyelesaikan tugas untuk menyelesaikan kon lik yang
kon lik tersebut dengan waktu yang sudah masih belum ada resolusinya tersebut. Hal
ditentukan oleh KAN. Dalam proses resolusi ini terjadi karena tidak optimalnya peranan
tersebut KAN juga melakukan pemantauan, dari penguruskan yang sebelumnya sehingga
karena KAN juga harus tahu bagaimana masih banyak kasus kon lik harta pusaka
perkembangan dari resolusiya tersebut. tingggi dan juga gelaran adat yang belum
Setelah proses resolusi kon lik tersebut diselesaikan.
mendapatkan hasil dari tim resolusi kon lik, Salah satu kon lik harta pusaka tinggi
maka hasil tersebut juga dimusyawarahkan yang diselesaikan oleh KAN adalah kon lik
kembali oleh seluruh anggota KAN. harta pusaka tinggi yang terjadi di suku
Musyawarah yang dilakukan di piliang dengan suku melayu. Perebutan atas
KAN bertujuan untuk melihat apakah ada kepemilikan sawah yang dikuasai oleh suku
kecurangan-kecurangan yang terjadi dalam piliang, tetapi suku melayu mengatakan
proses resolusi tersebut. Berkemungkinan bahwa sawah tersebut sebenarnya adalah
ada peluang untuk munculnya suap terhadap milik suku melayu dan mereka miliki bukti-
tim yang resolusi kon lik harta pusaka tinggi bukti kepemiliki sawah tersebut sedangkan
yang sudah dibentuk, karena tim yang di suku piliang juga mengatakan mereka
bentuk dalam penyelesain kon lik tersebut memiliki bukti atas kepemiliki sawah
berasal dari suku yang berbeda dari individu tersebut.Kekaburan terhadap asal usul harta
pusaka tinggi membuat masing suku seperti
61
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Nomor 2, Volume I, Tahun 2014
Yuhelna, Resolusi Konflik Berbasis Adat
62
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Nomor 2, Volume I, Tahun 2014
Yuhelna, Resolusi Konflik Berbasis Adat
Selebihnya, dalam kasus kon lik antara Dengan adanya resolusi kon lik harta
mamak dan kemenakandalam kasus mamak pusaka tinggi berbasis adat memiliki kelebihan
menggadaikan harta pusaka tinggi tanpa dan kelemahan. Dari 5 kasus kon lik harta pusaka
persetujuan kemenakan, Ninik mamak lah tinggi yang terjadi di Nagari Gantuang Ciri hanya
yang menjadi perantara dalam proses resolusi 1 kasus yang sampai ke pengadilannegeri.
tersebut.KAN menolak untuk menyelesaiakan Beberapa kelebihan yang dirasakan oleh individu
kon lik tersebut dan lebih menyarankan untuk yang mengalami kon lik adalah:
diselesaikan di keluarga. Dalam hal ini KAN
mengacu pada pepatah minangkabau yang 1. Biaya murah
berbunyi kusuik kusuik bulu ayam paruaih juo Proses resolusi kon lik harta pusaka tinggi
nan ka manyalasaikan(kusut-kusut bulu ayam, berbasis adat lebih sedikit mengeluarkan
paruh yang menyelesaiakan) yang berarti apapun biaya dibandingkan dengan pengadilan negeri.
masalah yang terjadi dalam sebuah keluarga Biaya yang dikeluarkan hanya membayar uang
tetap resolusiya dari keluarga tersebut. Hal ini adat senilai 1 emas (2,5 gram) kepada pihak
diungkapkan oleh ketua KAN Nagari Gantuang yang terlibat dalam resolusi kon lik tidak
Ciri Jasril Bila Sati: sebanyak yang di pengadilan negeri. Hal
“kon lik yang terjadi antara mamak dan ini di umgkapkan oleh datuak basa “bahwa
kemenakan diselesaiakan di dalam suku karena biaya penyelesasian yang di lakukan di
hal tersebut merupakan aib dari sebuah keluarga
pengadilan lebih mahal karena banyak dana
sehingga kami dari KAN tidak mau untuk
menyelesaiakan masalah tersebut dan lebih yang dikeluarkan seperti uang transportasi ke
menyarankan diselesaikan secara kekeluargaan” pengadilan dan sewa pengacara”
Konsep resolusi kon lik harta pusaka 2. Peluang terjadinya korupsi, kolusi dan
tinggi di Gantuang Ciri tetap berpegang pada nepotisme kecil
pola awak samo awak, yang artinya bahwa Peluang terjadi KKN sangat kecil karena
yang bersengketa adalah saudara sendiri. Oleh resolusi yang dilakukan melalui tahapan
karena itu, kebijaksanaan bertolak pada usaha manapun selalu dilakukan kontrol oleh anggota
bagai maelo rambuik dalam tapuang, rambuik KAN terhadap resolusi kon lik tersebut.Aktor
ndak putuih, tapuang ndak taserak (mennarik yang terlibat dalam penyelesaian kon lik
rambut dari tepung, rambut tidak putus, tepung tidak terlalu banyak sehingga mudah melacak
tidak tumpah). Maksudnya, bila keputusan apabila terjadinya suap kepada ninik mamak
yang diambil, diharapkan persengketaan baru yang terlibat dalam penyelesaian kon lik.
tidak sampai tumbuh, atau keputusan yang
diambil diharapakan tidak sampai menimbulkan 3. Resolusi konflik dilakukan dengan
kesengsaraan (Navis,1984:116). Resolusi yang sistem musyawarah.
dilakukan di dalam suku merupakan bagian dari Resolusi kon lik lebih mengutamakan sistem
mekanisme untuk menyelematakan kelompok musyawarah karena dalam resolusi kon lik
masyarakat Gantuang Ciri dari dari kon lik sosial. tersebut ninik mamak tidak ingin merugikan
Hal ini merupakan bagian dari peran dan fungsi salah satu dari pihak yang berkon lik dan juga
KAN sebagai katup penyelamat karena ninik tidak menggunakan konsep menang kalah
mamak yang ada di dalam suku juga merupakan seperti yang ada di pengadilan negeri.
bagian dari anggota KAN. Ninik mamak yang
ada di dalam suku merupakan perwakilan dari Kelemahan yang dirasakan adalah
masing-masing suku yang ada di Nagari Gantuang kurangnya SDM dari ninik mamak dari segi
Ciri. kualitas seperti kurangnya pengetahuan tentang
63
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Nomor 2, Volume I, Tahun 2014
Yuhelna, Resolusi Konflik Berbasis Adat
adat dan rendahnya tingkat pendidikan seperti SD Oleh karena kemampuan dan efekti itas
dan SMP membuat kurangnya rasa kepercayaan KAN dalam penyelesaian kon lik pusaka tinggi,
dari masyarakat akan kemampuan mereka dalam perlu bagi pemerintah untuk mengoptimalkan
resolusi kon lik tersebut, tidak adanya perhatian potensi yang sudah ada tersebut dengan
pemerintah seperti pemberian gaji kepada ninik meningkatkan sumber daya manusia
mamak yang ada di KAN dan belum adanya ninik mamak yang ada di Minangkabau.Lembaga
dukungan resmi dari pemerintah seperti perda Kerapatan Adat Minangkabau (LKAM) sebagai
terhadap resolusi kon lik yang berbasis adat. lembaga induk juga diharapkan memberikan
himbauan kepada semua KAN yang ada disemua
Kesimpulan nagari di Sumatera Barat untuk melakukan
pendampingan dengan optimal yang sifatnya
Resolusi kon lik harta pusaka tinggi bisa berkelanjutan.Di level kebijakan, hendaknya
berjalan efektif dalam kehidupan masyarakat pemerintah provinsi melahirkan peraturan
Minangkabau apabila ada dukungan penuh yang daerah yang mengatur penyesaian kon lik
diberikan oleh pemerintah terhadap KAN sebagai harta pusaka tinggi di Sumatera Barat dengan
lembaga yang dipercaya untuk menyelesaikan mengarusutamakan peran KAN.
kon lik yang terjadi dalam Nagari. Mengutip
dari apa yang disebutkan oleh Lewis Coser
(Poloma, 2010) tentang safety valve,maka fungsi Daftar Pustaka
KAN sebagai katup penyelemat dalam resolusi Amir, M.S, 2003. Adat Minangkabau Pola dan
kon lik merupakan sebuah mekanisme yang Tujuan Hidup Orang Minangkabau. PT.
bisa mempertahakan kehidupan masyarakat Mutiara Sumber Widya: Jakarta.
dari kon lik yang berkelanjutan. Kon lik harta
pusaka tinggi di Minangkabau itu akan selalu ________,2011. Pewarisan Harta Pusaka Tinggi dan
ada disebabkan harta pusaka merupakan suatu Pencaharian. Citra Harta Prima: Jakarta
hal yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Davidson, S, Jamie, dkk, 2010. Adat Dalam Politik
Minangkabau. Keberadaan KAN akan berfungsi Indonesia, Yayasan Pustaka Obor Indonesia:
sebagai katup penyelemat ketika pemerintah Jakarta.
dan masyarakat benar-benar menerapkan
Eldawati, 2004. Eksistensi Harta Pusaka Tinggi
keberadaan KAN sebagai tonggak pengatur
Yang Digadaikan Menurut Hukum Adat
kon lik harta pusaka tinggi yang akan muncul.
Minangkabau (Sumatera Barat). Tesis
KAN dapat menjadi jalan keluar atau Program Studi Kenotariatan Hukum
solusi penyelesaian permusuhan yang timbul Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
akibat pertentangan antar individu karena harta
Firman, 1997. Adaptasi Fungsi Mamak Dalam
pusaka tinggi.Keberadaan KAN menjadi alternatif
Masyarakat Matrilineal Di Minangkabau
resolusi kon lik diluar struktur sosial yang
Dengan Semakin Menonjolnya Keluarga
berlaku, dalam hal ini seperti resolusi kon lik
Samande Dibandingkan Keluarga Saparuik.
melalui hukum positif yang ada di pengadilan
(Studi Pada Masyarakat Rao-rao Kecamatan
negeri.Resolusi kon lik harta pusaka tinggi
Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar).
merupakan bentuk kearifan lokal yang ada di
Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas
Minangkabau.Cara-cara yang dilakukan dalam
Airlangga. Surabaya.
resolusi kon lik mengandung nilai-nilai lokal
sehingga kearifan lokal ini memberikan manfaat Poloma, Margaret, 2010. Sosiologi Kontemporer,
pada pelestarian budaya adat Minangkabau. Jakarta.
64
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Nomor 2, Volume I, Tahun 2014
Yuhelna, Resolusi Konflik Berbasis Adat
Johnson, Doyle Paul, 1990. Teori Sosiologi Klasik Sengketa Harta Pusaka Tinggi di Nagari
dan Modern 2 .PT. Gramedia Pustaka Utama. Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar
Jakarta. Provinsi (Sumatera Barat). Tesis Program
Studi Kenotariatan Hukum Universitas
Maggis, M. Rasjid, 1982. Minangkabau; Sejarah
Diponegoro.
Ringkas Dan Adat. Jakarta: Mutiara.
Salahuddin, 1999. Setawar Sidingin: Sebuah
Navis, A.A. 1983. Alam Takambang Jadi Guru,
Model Resolusi Konϔlik Masyarakat Adat di
Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta:
Bengkulu. Tesis Jurusan Sosiologi UGM.
Gra itri Press.
Susan, Novri, 2009, Sosiologi Kon lik dan Isu-Isu
Fitlayeni, Rinel, 2009. Pengaruh Perubahan
Kon lik Kontemporer. Jakarta : Kencana
Struktur Keluarga Terhadap Penyimpangan
Harta Pusaka Tinggi di Minangkabau. Tesis Syarifuddin, Amir, 1984, Pelaksanaan Hukum
Jurusan Sosiologi UGM. Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat
Minangkabau. Jakarta: Gunung Agung,
Afadarma, Romi, 2010. Peranan Ketua Adat dan
Kerapatan Adat Nagari Dalam Penyelesaian
65
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Nomor 2, Volume I, Tahun 2014