You are on page 1of 13

Negara dan Sistem

pemerintahan

Modul 3
Tatap Muka

Fakultas: MKCU
Program Studi: Semua Prodi
03 Kode Mata Kuliah
Disusun/Dirangkum Oleh:
:

D. Machdum Fuady, S.H. M.H.

Abstract Kompetensi
Dalam modul ini Anda akan mempelajari Mahasiswa dapat menjelaskan dan menguraikan mengenai
tentang negara, dan system pemerintah latar belakang diperlukannya negara, pengertian dan unsur-
dari berbagai aspek, unsur-unsur yang unsur, bentuk negara, sifat organisasi, klasifikasi dan
menbentuk negara, klasifikasi dan bentuk negara, fungsi dan elemen negara, serta hubungan
warga negara dengan negara dan sistem pemerintahan.
bentuk negara, fungsi dan elemen
negara, serta diskusi tentang hubungan
warga negara dengan negara dan
sistem pemerintahan.
Negara dan Sistem Pemerintahan

A. Latar Belakang Perlunya Negara

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, ia dianugrahi akal untuk berpikir,
dan mengambil keputusan dalam hidup dan kehidupannya, apa dan mana yang harus dilakukan,
apa dan mana yang harus ditinggalkan. Dengan anugrah akal inilah melekat tanggung jawab
pada diri manusia terhadap penciptanya. Tuhan menciptakan manusia sesuai dengan tujuan
penciptaannya, yaitu untuk mengabdi kepadanya. Dalam kenyataan itu manusia diciptakan dalam
dua jenis (laki-laki dan perempuan), dengan berbagai suku dan bangsa untuk dapat saling
mengenal dan bekerjasama dalam pengabdian kepada Tuhan penciptanya.
Adanya aneka suku bangsa di dunia, memberikan isyarat bahwa pada hakekatnya manusia
tidak dapat hidup sendirian, artinya ia tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri
tanpa adanya kehadiran orang lain. Hidup bersama dan berdampingan dengan manusia lain
bukan sebuah pilihan, melainkan sebagai keniscayaan. Oleh karena itu, pengenalan manusia
yang satu dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tumbuh dan berkembang
dalam bentuk komunitas terkecil yang disebut keluarga, kemudian menjadi kelompok dan
masyarakat secara umum. Pada saat sudah terbentuk kelompok, muncul kebutuhan akan
pengaturan anggota kelompok, yang kemudian disebut organisasi. Dan dari sinilah lahirnya cikal
bakal organisasi yang disebut negara.
Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai sifat tidak bisa hidup sendiri, bahkan ia juga
sebagai makhluk politik memiliki naluri untuk berkuasa. Oleh karena itu, menurut Thomas
Hobbes, keberadaan negara sangat diperlukan sebagai tempat berlindung bagi individu,
kelompok, dan masyarakat yang lemah dari tindakan individu, kelompok, dan masyarakat,
maupun penguasa yang kuat (otoriter), karena menurutnya, manusia dengan manusia lainnya
memiliki sifat seperti srigala (homo homini lupus). Dalam teori zoon politicon sebagaimana
dikemukakan oleh Aristoteles, menyatakan bahwa manusia itu adalah makhluk sosial. Teori ini
merupakan suatu pandangan atau asumsi bahwa manusia itu tidak bisa lepas dari masyarakat, ia
tidak bisa melepaskan diri dari masyarakatnya karena ia memiliki ketergantungan terhadap
kelompoknya. Selain dari itu, manusia juga merupakan makhluk berpolitik yang artinya bahwa
manusia mempunyai tujuan dan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Mengingat jumlah
manusia bertambah banyak dan saling berusaha dengan masing-masing kepentingan yang
berbeda, maka diperlukan wadah dan pengaturan dalam bentuk organisasi dalam bentuk negara

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 D. Machdum Fuady, S.H. M.H. http://www.undira.ac.id
Keberadaan negara sebagaimana diuraikan di atas, menimbulkan kesadaran kepada
masyarakat untuk menciptakan mekanisme pembentukan negara yang mendapat pengakuan
(legitimasi) dari seluruh masyarakat secara bersama. Bagaimana mekanisme pembentukan
organisasi sebuah negara ? Ada banyak mekanisme untuk membentuk sebuah organisasi yang
bernama negara, di antaranya dengan revolusi (perjuangan/peperangan) seperti Indonesia,
pemisahan, penyatuan, bahkan dengan pemberian. Sedangkan mekanisme pembentukan negara
yang dikemukakan di bawah ini adalah pembentukan negara yang demokratis dan berlaku secara
universal, yaitu melalui mekanisme pemilihan umum. Karena pemilihan umum menjadi wahana
untuk melakukan kontrak sosial dengan cara memberikan suara kepada orang yang dipilihnya
guna melindungi kepentingan seluruh rakyat dalam suatu negara.

B. Pengertian dan Definisi Negara


Secara kebahasaan bahwa perkataan negara berasal terjemahan State (Inggris), Staat
(Belanda dan Jerman), dan Etat (Perancis). Istilah-istilah tersebut berasal dari bahasa Latin
Status atau Statum, yang berarti keadaan yang tegak dan tetap, atau suatu yang memiliki sifat-
sifat yang tegak dan tetap.
Kata status atau statum lazim diartikan sebagai standing atau station (kedudukan). Istilah ini
dihubungkan dengan kedudukan persekutuan hidup manusia, yang sama juga dengan istilah
status civitatis atau status republica. Berdasarkan pengertian-pengertian inilah istilah status pada
abad keenam belas dikaitkan dengan kata negara.
1. Definisi istilah negara menurut beberapa ahli dapat dikemukakan sebagai berikut: Negara
menurut John Locke (1632-1704) dan Rousseau (1712-1778) dalam buku Ilmu Negara
(1993), adalah suatu badan atau organisasi hasil dari pada perjanjian masyarakat.
2. Negara menurut Max Weber dalam buku Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani (2000),
adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik
secara sah dalam suatu wilayah.
3. Negara menurut Roger F. Soltau dalam buku Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani
(2000), adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan
persoalan-persoalan bersama, atas nama masyarakat.
4. Negara menurut Mac Iver dalam buku Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani (2000),
adalah suatu negara harus memiliki tiga unsur pokok, yaitu pemerintahan, komunitas atau
rakyat, dan wilayah tertentu.
5. Menurut Logemaan, negara adalah organisasi kekuasaan yang bertujuan mengatur
masyarakat dengan kekuasaan itu.

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 D. Machdum Fuady, S.H. M.H. http://www.undira.ac.id
Menurut Kansil dan Christine S.T.Kansil (2011:43), pidato Prof. Dr. Soepomo dalam rapat
BPUPKI pada tanggal 13 Mei 1945, mengemukakan tiga aliran pikiran atau teori tentang
pengertian Negara, yaitu: (1) teori pereorangan atau teori individualistic, (2) teori golongan atau
teori kelas (class theory), dan (3) teori persatuan.
 Teori Perseorangan atau Teori Individualistic.
Teori ini dipelopori oleh Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704), Jean
Jacques Rousseau (1712-1779), Herbert Spencer (1820-1903), dan Harold Joseph Laski
(1893-1950). Teori Indivudualistic mengajarkan bahwa Negara adalah masyarakat hokum
(legal society) yang disusun atas kontrak antara seluruh perorangan dalam masyarakat itu
(contract social). Teori ini banyak diterapkan di Negara-negara Eropa Barat dan Amerika
 Teori Golongan atau Teori Kelas.
Tokoh utama teori ini adalah Karl Marx (1818-1883), Friedrich Engeles (1820-1895), Lenin
(1870-19240. Teori golongan atau kelas ini menganggap bahwa Negara adalah alat dari
suatu golongan (kelas) untuk menindas kelas lain. Kelas atau golongan ekonomi kuat
menindas ekonomi lemah. Kaum borjuis menindas kaum proletar (buruh). Marx
menganjurkan revolusi politik dari kaum buruh untuk merebut kekuasaan Negara agar pada
suatu saat kaum buruh menindas kaum borjuis. Teori golongan (kelas) ini banyak
dipraktekkan ni Negara-negara komunis dalam bentuk dictator proletariat.
 Teori Persatuan.
Teori ini didengungkan oleh Benedict de Spinoza (1632-1677), Adam Heinric Muller (1779-
1829), George Friedrich Wilhelm Hegel (1770-1831), dan beberapa tokoh lainnya. Teori
persatuan ini mengajarkan bahwa Negara adalah suatu susunan masyarakat yang integral;
segala golongan, segala bagian, segala anggotanya berhubungan erat satu sama lain dan
merupakan persatuan masyarakat yang organis. Teori menekankan pikiran persatuan yang
tidak memihak kepada satu golongan yang paling kuat, atau paling besar, tidak menganggap
kepentingan seseorang menjadi pusat, tetapi menjamin keselamatan hidup bangsa
seluruhnya sebagai persatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang terpenting adalah
penghidupan bangsa seluruhnya.
Teori persatuan yang digagas oleh beberapa tokoh terkemuka di atas, selanjutnya menjadi
inspirasi bagi Soepomo dalam mengemukakan teori Persatuan (versi Soepomo). Menurutnya,
teori persatuan mengupayakan terbentuknya keseimbangan lahir dan batin dari semua unsur-
unsur tersebut. Semangat kekeluargaan dan gotong royong, tolong-menolong dalam
masyarakat Indonesia mencerminkan berkembangnya pandangan persatuan dalam
masyarakat Indonesia. Hal ini pada dasarnya sejalan dengan cara hidup dan kehidupan
bangsa Indonesia sejak dulu kala.
2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 D. Machdum Fuady, S.H. M.H. http://www.undira.ac.id
C. Unsur-unsur Negara
Terbentuknya suatu negara dapat terjadi karena adanya beberapa unsur. Unsur yang paling
awal terbentuknya suatu negara adalah adanya wilayah tertentu. Akan tetapi para ahli
mengemukakan bahwa terbentuknya negara selalu diwali dengan unsur rakyat atau penduduk,
kemudian wilayah dan yang terakhir pemerintah atau penguasa. Alasan yang mengemukakan
bahwa unsur pertama harus ada wilayah, mengingat unsur ini begitu mendasar untuk melahirkan
unsur kedua, ketiga dan unsur yang lainnya.
Unsur-unsur pembentukan negara tersebut adalah sebagai berikut:
1. Wilayah.
Wilayah negara adalah wilayah yang menunjukann batas-batas di mana negara itu secara
sungguh-sungguh dapat melaksanakan kedaulatannya baik di wilayah darat, laut dan wilayah
udara yang ada di atasnya. Wilayah kedaulatan negara Indonesia berada pada posisi di
antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia, dan dua samudra, yaitu samudra Hindia
dan samudra Pasifik. Letak Indonesia ini berada pada posisi strategis yang menjadi jalur lalu-
lintas transportasi dunia. Selain dari itu bahwa wilayah udara Indonesia berada pada posisi
GSO (Geo Stationery Orbit). Posisi ini strategis untuk menempatkan satelit. Posisi silang ini
menguntungkan Indonesia karena terletak di wilayah bisnis (perdagangan) dunia.
2. Penduduk.
Penduduk adalah setiap orang yang bertempat tinggal atau berdomosili di dalam wilayah
suatu negara dan menyatakan kesepakatan diri ingin bersatu. Yang dimaksud dengan setiap
atau semua orang adalah penduduk Indonesia dan warga negara asing yang berdomisili di
wilayah Indonesia karena berbagai kepentingan sehingga mengharuskan yang bersangkutan
bertempat tinggal di Indonesia dalam batas waktu tertentu.
3. Pemerintah yang berdaulat.
Pemerintah dalam arti luas adalah gabungan semua lembaga kenegaraan atau gabungan
dari semua alat kelengkapan negara, seperti eksekutif, legislatif dan yudikatif. Sedangkan
pemerintahan dalam arti sempit adalah eksekutif.
Sistem pemerintahan yang dianut oleh Indonesia adalah sistem pemerintahan presidensial.
Dalam sistem ini, presiden memiliki hak prerogatif untuk memimilih dan mengangkat serta
memberhentikan para menteri sebagai pembantunya. Dalam implementasinya pemerintahan
Indonesia menerapkan sistem desentralisasi yang berintikan pada pemberian otonomi
kepada daerah tingkat I, kabupaten/kota untuk mengelola dan mengeksplorasi sumber daya
alam maupun manusia yang ada di daerah guna kesejahteraan dan kemakmuran rakyat di
2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 D. Machdum Fuady, S.H. M.H. http://www.undira.ac.id
daerahnya secara optimal. Otonomi ini termasuk juga menyelenggarakan pemilihan Kepala
Daerah (Pilkada) di daerah masing-masing.
Sedangkan posisi pemerintah pusat pada saat ini, hanya memiliki kekuasaan pada bidang
politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, yustisi (hukum), moneter dan fiskal nasional,
serta agama. Kepala pemerintahan Indonesia dipilih secara langsung oleh rakyat melalui
pemili presiden dan wakil presiden.
4. Pengakuan (syarat ini tidak mutlak);
Pengakuan dari negara lain ada dua macam.
a Pengakuan de facto, yaitu pengakuan terhadap suatu negara berdasarkan kenyataan
adanya negara;
b Pengakuan de jure, yaitu pengakuan terhadap sahnya suatu negara berdasarkan
pertimbangan menurut hukum.
Unsur-unsur pembentukan negara sebagaimana diuraikan di atas, bahwa unsur
pembentukan yang pertama dan yang kedua merupakan unsur pokok (konstitutif),
sedangkan unsur ketiga dan keempat merupakan unsur tambahan atau dikenal dengan
istilah deklaratif. Akan tetapi menurut pendapat yang lain bahwa pembentukan negara yang
terdiri dari unsur wilayah, penduduk dan penguasa menjadi unsur penting untuk dapat
terpenuhi.

D. Klasifikasi dan Bentuk Negara


Klasifikasi negara sebagaimana dikemukakan oleh Srijanti et all, dapat dilihat berdasarkan
beberapa indikator, seperti jumlah orang yang berkuasa, bentuk negara, dan asas pemerintahan.
1. Jumlah orang yang berkuasa dan orientasi kekuasaan.
Jumlah orang yang berkuasa dapat berjumlah satu orang, sekelompok orang, atau banyak
orang. Orientasi kekuasaan juga ada dua yaitu bila penyelenggaraannya berorientasi kepada
kepentingan pihak yang berkuasa disebut bentuk negatif, dan apabila berorientasi demi
kepentingan umum (rakyat) disebut bentuk positif.
Berdasarkan jumlah orang yang berkuasa dan orientasi kekuasaan terdapat enam bentuk
klasifikasi negara, yaitu:

Jumlah Penguasa Bentuk Positif Bentuk Negatif


Satu Orang Monarchi Tirani
Sekelompok Orang Aristokrasi Oligarchi
Banyak Orang Demokrasi Mobokrasi
2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 D. Machdum Fuady, S.H. M.H. http://www.undira.ac.id
Monarchi adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang raja untuk kepentingan
seluruh rakyat (ini bentuk positif). Sedangkan Tirani adalah bentuk pemerintahan yang
dipimpin oleh satu orang untuk kepentingan satu orang atau penguasa saja (ini bentuk
negatif).
Aristokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh beberapa orang untuk
kepentingan seluruh rakyat (bentuk positif). Sedangkan dalam bentuk Oligarchi adalah
negatif, karena pemerintahannya dipimpin oleh beberapa orang untuk kepentingan
kelompoknya atau beberapa orang saja.
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh banyak orang untuk kepentingan
seluruh rakyat (ini bentuk positifnya). Sedangkan dalam bentuk negatifnya adalah di mana
pemerintahan dipimpin oleh banyak orang, namun untuk kepentingan penguasa saja.
2. Bentuk negara ditinjau dari sisi konsep dan teori modern terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Negara Kesatuan.
Negara kesatuan adalah negara yang merdeka dan berdaulat, dengan satu
pemerintahan pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Makna kesatuan
dalam bentuk negara bukan berarti seragam tetapi satu dalam keanekaragaman.
Dalam pelaksanaannya, negara kesatuan terbagi dua, yaitu:
 Negara kesatuan dengan sistem sentralisai.
Negara dengan sistem di mana seluruh persoalan yang berkaitan dengan negara
langsung diatur dan diurus oleh pemerintah pusat.
 Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi.
Negara dengan sistem, di mana kepala daerah diberikan kewenangan dan
kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri, atau dikenal dengan otonomi
daerah atau swatantra. Hakikat desentralisasi tersebut adalah guna menghormati
adanya keanekaragaman. Contoh bentuk negara kesatuan ini adalah Indonesia.
b. Negara Serikat (Federasi).
Negara serikat adalah bentuk negara yang merupakan gabungan dari beberapa negara
bagian dari negara serikat. Kekuasaan asli dalam negara federasi merupakan negara
bagian, karena ia berhubungan langsung dengan rakyatnya. Sementara negara federasi
bertugas untuk menjalankan hubungan luar negeri, pertahanan negara, keuangan, dan
urusan pos.
3. Asas penyelenggaraan kekuasaan, yaitu berbagai tipe negara menurut kondisinya, yaitu:
a. Menurut Ekonomi.

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 D. Machdum Fuady, S.H. M.H. http://www.undira.ac.id
Tipe negara menurut kondisi ekonominya, ada negara agraris, negara industri, negara
berkembang, dan negara belum berkembang. Selain itu dikenal juga negara-negara
utara, nama lain dari negara-negara yang sudah maju. Sedangkan negara-negara
selatan sebutan lain bagi negara-negara yang masih berkembang atau baru lepas dari
penjajahan, bahkan termasuk di dalamnya adalah negara dengan kategori miskin.
b. Menurut Politik.
Tipe negara menurut kondisi politiknya, yaitu negara demokrasi, negara otoriter, negara
totaliter, negara satu partai, negara multipartai, dan sebagainya.
c. Menurut Pemerintahan.
Tipe negara menurut kondisi pemerintahannya, yaitu negara dengan sistem
pemerintahan presidensial, parlementer, junta militer, dan yang sejenis dengan ini
d. Menurut Idiologi Bangsa.
Tipe negara menurut kondisi idiologi bangsa, yaitu negara sosialis, negara liberal, negara
komunis, negara fasis, negara agama dan sebagainya.

E. Sifat Organisasi Negara


Sifat organisasi negara berbeda dengan organisasi lainnya, yakni:
1. Sifat Memaksa.
Setiap negara dapat memaksakan kehendak dan kekuasaannya, baik melalui jalur hukum,
maupun jalur kekuasaan untuk menggunakan kekerasan fisik secara legal .
2. Sifat Monopoli.
Setiap negara menguasai hal-hal tertentu, demi tujuan negara tanpa ada saingan, yaitu
terhadap kegiatan-kegiatan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
3. Sifat Totalitas.
Semua hal tanpa kecuali mencakup kewenangan negara dengan mengeluarkan berbagai
peraturan perundang-undangan, misalnya semua orang harus membayar pajak, semua
orang wajib membela negara, semua orang sama di hadapan hukum/berdasarkan atas
hukum tanpa ada kecuali, dan sebagainya.
Negara merupakan wadah yang memungkinkan seseorang dapat mengembangkan bakat dan
potensi. Negara dapat memungkinkan rakyatnya maju berkembang serta dalam
menyelenggarakan daya cipta atau kreatifitasnya dengan bebas, bahkan negara melakukan
pembinaan.

F. Fungsi Negara
Secara umum setiap negara memiliki empat fungsi utama bagi bangsanya, yaitu:
2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 D. Machdum Fuady, S.H. M.H. http://www.undira.ac.id
1. Fungsi pertahanan dan Keamanan.
Negara melindungi rakyat, wilayah dan pemerintahan dari ancaman, tantangan, hambatan,
dan gangguan, baik dari dalam maupun dari luar yang dapat mengganggu pertahanan dan
keamanan negara.
2. Fungsi Pengaturan dan Ketertiban.
Negara menciptakan undang-undang (UU) dan peraturan pemerintah (PP), serta
menjalankannya demi terwujudnya tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Contoh dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu Undang-undang
Pendidikan Nasional, Undang-undang Pemilihan Umum, Undang-undang tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-undang tentang Kesehatan dan sebagainya.
3. Fungsi Kesejahteraan dan Kemakmuran.
Negara melakukan upaya eksplorasi sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya
manusia (SDM) untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, sehingga terwujud
kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat. Contohnya sumber daya alam yang
menguasai hajat hidup orang banyak, seperti air, listrik, bahan pangan dan sebagainya.
4. Fungsi Keadilan Menurut Hak dan Kewajiban.
Negara menciptakan dan menegakkan hukum secara tegas tanpa pilih kasih menurut hak
dan kewajiban yang telah dikonstribusikan kepada bangsa dan negara. Contohnya, negara
menegakkan sistem hukum melalui lembaga peradilan.
Sejauhmana fungsi-fungsi negara itu terlaksana sangat tergantung pada partisipasi politik semua
warga negaradan mobilisasi sumber daya kekuatan negara.

G. Elemen Kekuatan Negara


Kekuatan suatu negara tergantung pada beberapa elemen, seperti sumber daya manusia,
sumber daya alam, kekuatan militer dan teritorial negara tersebut. Beberapa elemen kekuatan
negara adalah sebagai berikut:
1. Sumber Daya Manusia.
Kekuatan negara tergantung pada jumlah penduduk, tingkat pendidikan warga, nilai budaya
masyarakat, dan kondisi kesehatan masyarakat. Semakin banyak jumlah penduduk, semakin
berkualitas SDM, dan semakin tinggi tingkat kesehatan, maka negara akan semakin maju
dan kuat.
2. Teritorial Negara.

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 D. Machdum Fuady, S.H. M.H. http://www.undira.ac.id
Kekutan negara juga tergantung seberapa luas wilayah negara, yang terdiri atas daratan,
lautan dan udara, letak geografis dan situasi negara tetangga. Semakin luas dan strategis,
maka negara tersebut akan semaikin kuat.
3. Sumber Daya Alam.
Kekuatan negara tergantung kepada kondisi alam atau material buminya, berupa kandungan
mineral, kesuburan, kekayaan laut, dan hutan. Semakin tinggi kekayaan alamnya, maka
negara tersebut semaik kuat, negara yang kaya akan minyak, agroindustri, dan manufaktur
akan menjadi negara yang tangguh.
4. Kapasitas Pertanian dan Industri.
Sektor pertanian memengaruhi kekuatan negara, karena sektor pertanian memasok
kebutuhan pokok seperti beras, sayur mayur, dan lauk pauk. Tingkat budaya, usaha warga
negara dalam bidang pertanian, industri dan perdagangan yang maju, menjamin kecukupan
pangan atau swasembada pangan, sehingga negara menjadi kuat.
5. Kekuatan Militer dan Mobilitasnya.
Kekuatan militer dan mobilitasnya sangat menentukan kekuatan negara, negara yang
mempunyai jumlah anggota militer, dan kualitas personel dan peralatan yang baik akan
meningkatkan kemampuan militer dalam mempertahankan kedaulatan negara.
6. Elemen Kekuatan yang Tidak Berwujud.
Segala faktor yang mendukung kedaulatan negara, berupa kepribadian dan kepemimpinan,
efisiensi birokrasi, persatuan bangsa, dukungan internasional, reputasi bangsa
(nasionalisme) dan sebagainya.

H. Hubungan Negara dengan Warga Negara


Negara sebagai lembaga dan warga negara sebagai penghuni lembaga, harus mempunyai
hubungan yang baik. Negara berkewajiban melindungi kepentingan seluruh rakyatnya tanpa
kecuali. Dalam UUD 1945, kewajiban negara terhadap warga negara adalah meliputi pemberian
jaminan dalam menjalankan agama, memberikan pendidikan, memajukan kebudayaan nasional,
kesejahteraan sosial, memelihara fakir miskin dan anak terlantar, serta menyelenggarakan
pertahanan negara. Kewajiban negara itu tidak akan mampu dipenuhi sepenuhnya. Oleh karena
itu, warga negara juga harus memberikan kontribusi ide dan pemikiran secara nyata bagi
kelangsungan kehidupan negara dalam segala aspek. Karena secara hakiki, warga negara itulah
yang paling memahami dan mengetahui apa yang dibutuhkannya. Sebagaimana ucapan mantan
Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, yaitu: “Jangan tanyakan apa yang bisa negara
berikan kepadamu, tetapi tanyakan apa yang bisa kamu berikan kepada negaramu”.

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 D. Machdum Fuady, S.H. M.H. http://www.undira.ac.id
I. Sistem Pemerintahan Negara
Berdasarkan UUD 1945 sistem ketatanegaraan Indonesia adalah bentuk negaranya kesatuan,
pemerintahan berbentuk republic, system pemerintahan presidensial, dan system politiknya
adalah demokrasi atau kedaulatan rakyat.
Sistem pemerintahan negara dalam arti luas (umum) adalah meliputi seluruh lembaga
pemerintahan negara yang ada, yaitu Badan Legislatif, Badan Eksekutif dan Badan Yudikatif.
Menurut teori Trias Politica, ketiga badan tersebutt memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Badan Legislatif.
Suatu badan yang berfungsi sebagai pembuat undang-undang. Di Indonesia, yang masuk
dalam kategori legislatif (sebagai badan pembuat undang-undang atau peraturan daerah)
adalah DPR dan DPRD. Sebuah undang-undang yang sudah mendapatkan persetujuan DPR
masih membutuhkan pengesahan Presiden dan suatu Peraturan Daerah yang sudah
memperoleh persetujuan DPRD masih memerlukan pengesahan dari Kepala Daerah. Badan
lain yang memiliki hubungan langsung dengan DPR adalah Badan Pemeriksa Keuangan.
Badan ini memiliki fungsi sebagai auditor (pemeriksa) keuangan negara, yang hasil
pemeriksaannya disampaikan secara berkala (setiap tiga bulan) kepada DPR sebagai bahan
masukan bagi DPR untuk mengawasi penggunaan keuangan negara.
2. Badan Eksekutif.
Adalah suatu badan yang berfungsi untuk menjalankan undang-undang. Di Indonesia,
lembaga ini meliputi presiden, wakil presiden, para menteri departemen/non departemen,
gubernur beserta muspida, bupati/walikota beserta muspida, camat lurah/desa.
3. Badan Yudikatif.
Adalah badan yang berfungsi mengawasi pelaksanaan atau penerapan undang-undang.
Lembaga ini di Indonesia meliputi Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi
Yudisial. Secara khusus, tugas dan fungsi ketiga lembaga tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mahkamah Agung berfungsi meberikan pertimbangan hukum kepada Presiden tentang
pemberian grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi yang merupakan hak prerogatif
presiden di bidang hukum. Di samping juga menjalankan tinjauan yudisia (Ydicial
Review), yaitu melakukan uji materil terhadap peraturan di bawah undang-undang,
misalnya menguji Peraturan Pemerintah.
b. Mahkamah Konstitusi berfungsi melakukan uji materil undang-undang terhadap UUD
1945, menyelesaikan konflik antarlembaga negara dan melakukan pembubaran Partai
Polotik bila terbukti melakukan pelanggaran terhadap UUD 1945.
c. Komisi Yudisial berwenang merekrut dan menyeleksi calon Hakim Agung. Lembaga ini
semula berfungsi melakukan pengawasan terhadap hakim mulai dari tingkat Pengadilan
2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 D. Machdum Fuady, S.H. M.H. http://www.undira.ac.id
Negeri, Hakim Mahkamah Agung dan Hakim di Mahkamah Konstitusi. Akan tetapi
sekarang fungsi pengawasan tersebut telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi,
sehingga pengawasan terhadap hakim-hakim dikembalikan ke Mahkamah Agung di
bawah tanggung jawab Wakil Ketua Mahkamah Agung bidang yudisial.
Badan atau lembaga penegak hukum yang berada langsung di bawah kendali
pemerintahan negara adalah Kepolisian Negara, Kejaksaan Agung dan Pengadilan.
Khusus tentang pengadilan pengendalian pemerintah bersifat dalam bidang administrasi,
tidak dalam tugas dan fungsinya.
Ketiga lembaga di atas (Kepolisian Negara, Kejaksaan dan Pengadilan memiliki tugas
dan fungsi yang saling terkait dan bersifat hierarkis hingga ke tingkat daerah
kabupaten/kota, khusus kepolisian berada hingga tingkat kelurahan dan/atau desa.

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 D. Machdum Fuady, S.H. M.H. http://www.undira.ac.id
Daftar Pustaka

Bahan Bacaan (daftar pustaka) pada Bab ini antara lain adalah:

1. Arwiyah, Yahya dan Runik Machfroh, 2014, Civic Education di Perguruan Tingga Indonesia, Bandung
Alfabeta.
2. Dwiyatmi, Sri Harini, (ed), 2012. Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
3. Ghazali, A. Muchtar dan Abdul Majid, 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung : Intres
Media Foundation.
4. Juliardi, Budi, 2014. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers.
5. Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2013. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Paradigma.
6. Taniredja, Tukiran, Muhammad Affandi dan El Miftah Faridli, 2012. Paradigma Baru Pendidikan Pancasila
untuk Mahasiswa. Bandung: Alfabeta.
7. Ubaedillah, A., dan Abdul Rozak, 2013. Pendidikan Kewarganegaraan, Civic Education. Jakarta: ICCE UIN
Syarif Hidayatullah dan Prenada Media Group.
8. Wahidin, Samsul. 2010. Pokok-Pokok Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
9. Winarno, 2013, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara.

2020 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pusat Bahan Ajar dan eLearning


13 D. Machdum Fuady, S.H. M.H. http://www.undira.ac.id

You might also like