Professional Documents
Culture Documents
Materi Inisiasi 1 Pengenalan Logika
Materi Inisiasi 1 Pengenalan Logika
Pengenalan Logika
Pengertian Logika
Secara etimologi, berasal dari kata Yunani Kuno λόγος (logos) yang digunakan dalam
beberapa arti, seperti: ucapan, bahasa, kata, pengertian, pikiran, akal budi, dan ilmu.
Secara definisi, menurut Irving M. Copi, logika sebagai suatu studi tentang metode-
metode dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam membedakan penalaran yang
tepat dari penalaran yang keliru. (Irving M. Copi, Introduction to logic, (second
edition) New York: The Macmillan Company, 1976, hlm.3)
Secara konseptual kita berangkat dari definisi terminologis bahwa logika adalah
“sistem penalaran tentang penyimpulan yang sah” (Bakry, 2016: 1.3)
Yang perlu diperhatikan dari definisi tersebut, yaitu sistem penalaran dan
penyimpulan yang sah. Untuk memahami tentang penalaran dan penyimpulan, kita
perlu mengenal LOGIKA DEDUKTIF dan LOGIKA INDUKTIF.
Deduktif dan Induktif dapat dibedakan dengan melihat sifat kesimpulan yang
dihasilkannya. Logika deduktif, kesimpulannya bersifat PASTI; Logika induktif,
kesimpulannya bersifat MUNGKIN. Deduktif dan induktif dapat dibedakan dengan
melihat BENTUK atau ISI pernyataan yang digunakan.
Soekarno mati, Fatmawati mati, Soeharto mati, Tien mati, Budi mati, dan Tuti mati.
Jadi, semua manusia pasti mati
secara bentuk (perhatikan rumus dalam tanda kurung contoh logika deduktif!).
Sedangkan isi dari premis, mengenai manusia, mengenai mati, mengenai soekarno
itu berasal dari kesimpulan yang diperoleh secara induktif.
Bahasa terbagi menjadi kata-kata atau istilah-istilah dan sintaksis yang membentuk
kalimat. Kalimat terdiri dari kalimat bermakna dan kalimat tidak bermakna. Kalimat
bermakna terbagi menjadi kalimat berita dan kalimat bukan berita. Kalimat bukan
berita terbagi menjadi kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat seru, dam kalimat
harapan. Kalimat berita adalah kalimat yang dapat dinilai benar atau salah. Bahasa
ilmiah adalah kalimat berita yang berupa suatu pernyataan-pernyataan atau
pendapat-pendapat. Untuk menelaah bahasa ilmiah perlu dijelaskan tentang
penggolongan Bahasa.
Bahasa tergolong menjadi dua, yaitu bahasa alami dan bahasa buatan. Bahasa alami
terdiri dari bahasa isyarat dan bahasa biasa. Bahasa buatan terdiri dari bahasa istilah
dan bahasa artifisial.
Semantara fungsi bahasa ada tiga, yaitu fungsi ekspresif, fungsi afektif, dan fungsi
simbolik. Fungsi eksresif berupa pencurahan rasa. Fungsi afektif menimbulkan efek
psikologis terhadap orang lain. Fungsi simbolik dinyatakan dalam symbol-simbol
dan fakta yang meliputi fungsi logis dan komunikatif. Di antara tiga fungsi tersebut,
untuk logika dan bahasa ilmiah harus memperhatikan fungsi simbolik, karena
komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa
pengetahuan.
Kalimat terbagi menjadi kalimat bermakna dan kalimat tidak bermakna. Kalimat
bermakna terbagi menjadi kalimat deklaratif dan bukan kalimat deklaratif. Kalimat
deklaratif menunjukkan benar atau salah. Kalimat deklaratif melahirkan pernyataan
atau proposisi yang terbagi menjadi: proposisi tunggal, proposisi kategori, dan
proposisi majemuk. Proposisi ada yang bersifat analitik dan ada juga yang bersifat
sintetik.
Konsepsi logika tidak lepas dari sejarah yang membentuknya. Secara historis ada
dua zaman yang membentuk logika, yakni: zaman Yunani dan zaman Modern.
Pada zaman Yunani, Aristoteles menjelaskan bahwa “logika adalah ilmu yang
mengkaji hukum-hukum berpikir untuk memelihara proses penalaran dari
kesalahan” (Bakry: 2016: 1.30). Logika zaman Yunani ini dikenal dengan logika
Tradisional atau logika Aristoteles yang berpusat pada karyanya Organon. Buku
Organon berisi tentang Categoriae, De Interpretatione, Analytica Priora, Analytica
Posteriora, Topica dan Sophistici Elenchi. Pada zamannya, konsepsi logika menurut
Aristoteles diikuti oleh Theoprastus, kaum Stoik, Megaria Porphyrius, dan
berkembang pada empat wilayah, yaitu: Athena, Iskandariah, Antiokia, dan Roma.
Logika zaman Yunani berakhir pada masa Boethius di Roma. Akhir logika
tradisional dikenal dengan zaman gelap (dark ages).
Pada abad XII atau zaman Modern, di wilayah Eropa Peter Abelard menghidupkan
kembali logika pada pendidikan tinggi di Kota Paris. Hidup kembali logika dengan
ditemukannya naskah-naskah kuno oleh Abelard tentang Topica karya Cicero,
tentang Perihermenias komentar Apuleus, tentang De Syllogimo Hypothetico dan De
Syllogismo Categorico komentar Boethius dan komentar tentang De Interpretatione.
Masa ini disebut dengan Ars Vetus atau Logika Tua. Kemudian, berkembang pada
Ars Nova atau Logika Baru, Logika kaum Scholastik, logika golongan Port Royal
hingga logika simbolik. Logika SIMBOLIK pada abad IX dipelopori oleh Leibniz
dengan idenya tentang ars combinatoria. Logika simbolik ditujukan untuk
menjelaskan logika sebagai ilmu pasti. Setiap pengertian, pernyataan, dan hubungan
digantikan dengan simbol-simbol. Logika simbolik dikembangkan pertama oleh
George Boole dan Augustus de Morgan dalam bukunya The Mathematical Analysis of
Logic (1847) tentang logika formal. Kemudian, John Venn menulis tentang Symbolic
Logic (1881). Dalam perkembangannya logika terus berkembang pada pembahasan
logika simbolik.
Sumber Referensi
Sumber bacaan: Noor Muhsin Bakri dan Sonjoruri Budiani Trisakti. Logika. Ed.2.
Jakarta: Universitas Terbuka, 2016, hal. 1.1-1.60