You are on page 1of 15

SEMINAR DOGMATIKA

KEKUDUSAN
“ Suatu Kajian Dogmatis Terhadap Pandangan Kekudusan Dalam Wesleyan di GMI
Kanaan Sumber Mulyo dan Calvinis di GBKP Pardomuan Nauli”
Oleh:
Devi Kristi Rahmadani
NIM: 1810022
Dosen Pengampu:
Pdt. Manimpan Hutasoit, M.Th

Sekolah Tinggi Teologi Gereja Methodist Indonesia


Bandar Baru
2021

I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini banyak gereja yang lahir dari berbagai aliran. Dari setiap aliran gereja
pasti memiliki pengajaran atau biasa disebut dogma, baik ajaran tentang keselamatan,

1
Trinitas, bahkan kekudusan. Setiap aliran gereja pastinya memiliki pandangan yang berbeda
pula dari yang lain, hal itu terjadi karena adanya pemikiran dari ahli telog atau bapa gereja.
Dari pemikiran tersebut gereja menerapkan dan mengajarkan kepada jemaat, sehingga
jemaat dapat mengerti dan melakukannya dalam kehidupannya. Maka dalam makalah ini
saya akan memaparkan suatu kajian dogmatis terhadap pandangan kekudusan dalam
Wesleyan di GMI Kanaan Sumber Mulyo dan Calvinis di GBKP Pardomuan Nauli.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk itu melalui hal tersebut penulis mencoba merumuskan beberapa rumusan masalah
yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan kekudusan?
2. Bagaimana doktrin kekudusan Wesleyan?
3. Bagiamana doktrin kekudusan Calvinis?
4. Apa perbedaan pandangan antara doktrin Wesleyan dan Calvin?

II. Pembahasan
2.1 Pengertian Kekudusan
Menurut kamus Alkitab kata Kekudusan berasal dari kata “Kudus”: suci, murni. Jadi
kekudusan berarti sesuatu hal yang suci, bersih atau tidak bernoda dan murni 1. Menurut
KBBI Kekudusan ialah segala sesuatu yang terpisahan dari kebiasaan atau hal-hal yang
duniawi2.
2.2 Doktrin Jhon Wesley Tentang Kekudusan
Robert L. Tobing mengatakan bahwa satu unsur penting dalam pengajaran John Wesley
ialah tentang kekudusan (holiness) yang baginya, kekudusan hidup itu bukanlah dari usaha
manusia saja (seperti mentaati hukum Tuhan, ibadah dengan teratur) memang hal ini penting
sebagai orang kristen, tetapi yang mau ditekankan John Wesley disini adalah “buah dari iman
tersebut”. Dalam hal ini John Wesley ingin menegaskan bahwa apabila seseorang mengakui
dosa-dosanya dan menerima Yesus Kristus, maka orang itu akan menerima pengampunan
dosa serta dilahirkan baru oleh Roh Kudus dan dengan keadaan yang demikian ia telah
dibenarkan karena iman (Justified Grace). Pada saat itu juga Roh Kudus mulai bekerja di
dalam dirinya dan muncullah kesadaran bahwa ada penyucian (Sanctified Grace) dan mampu
menyebut Tuhan Allah sebagai Aba.3
1
W. R. F. Browning, Kamus Alkitab, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hal. 230.
2
KBBI, “Kudus” Balai Pustaka, hal. 471
3
Robert L. Tobing, John Wesley dan Pokok-Pokok Penting Dari Pengajarannya, (Medan: Cipta Sarana Mandiri,
2005), hal. 145-146

2
Wesley menganggap pembenaran dan kelahiran baru sebagai dua doktrin Kristen yang
fundamental saling memiliki.4 Butir pertama (keselamatan) berkaitan dengan karya besar
yang Allah lakukan bagi kita. Butir kedua (kelahiran baru) berkaitan dengan karya yang
Allah lakukan dalam diri kita, memperbaharui sifat yang sudah jatuh. Saat kita diselamatkan
melalui kasih karunia Allah melalui penebusan didalam Yesus, saat itu juga kita dilahirkan
dari Roh. Namun, menurut urutan pemikiran, pembenaran, atau keselamatan, mendahului
kelahiran baru.
Menurut Yan Iskandar, Kelahiran baru adalah pintu gerbang pengudusan dan
kelahiran baru melalui kuasa Roh Kudus menghasilkan perubahan total dalam jiwa 5.
Ajaran kekudusan Wesley mengacu pada Alkitab, “Sebab tanpa kekudusan tak seorang pun
dapat melihat Allah” (Ibr. 12:14) dan pemahaman John Wesley tentang kesucian hati dan
kehidupan didasarkan pada Injil “Berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka
akan melihat Allah” (Mat. 5:8). Bagi John Wesley, apa saja yang kita miliki, kita lakukan,
bahkan kesediaan untuk menderita sekalipun bila tanpa kasih maka ia tidak bernilai atau
berharga di hadapan Tuhan, itulah sebabnya kita harus memastikan bahwa kasih kita kepada
sesama harus dibangun di atas kasih kita kepada Allah. “Kita mengasihi sesama karena Allah
telah terlebih dahulu mengasihi kita” (1 Yohanes 4:19) dan hanya kasih Tuhan sajalah dasar
yang membuat kita suci dalam hati dan kehidupan.6
John Wesley yang telah mengalami kelahiran baru dan sangat prihatin melihat
kemelaratan yang ada di sekelilingnya pada abad ke-18 di Inggris. Melihat kemiskinan
bahkan kelaparan yang ada pada masa itu membuat John Wesley menyadari perlunya
transformasi sosial. John Wesley berjuang untuk mengaktualisasikan kesucian dalam
masyarakat (menunjuk pada kejahatan-kejahatan yang merajalela pada waktu itu di Inggris).
Artinya, John Wesley tidak seperti kaum pietist yang hanya menekankan kesucian hidup
secara pribadi, yang mengkotakkan agama hanya pada kehidupan pribadi. Baginya, selain
kesucian pribadi harus juga ada kesucian masyarakat (Social Holiness). Wesley berbeda
dengan Pietisme dan Mistisme yang menekankan kekudusan-kesucian pribadi dengan cara
menarik diri dari dunia, karena bagi Wesley kesucian hidup pribadi itu harus nyata yaitu
sebagai hasil pertobatan melalui iman dan harus mempraktekkan kesucian dan kesalehan

4
Sih Budidoyo, John Wesley (Manusia dibenarkan, dikuduskan dan disempurnakan), (Yogyakarta: ANDI,2014),
hal. 135-134
5
Yan Iskandar (Ed.),The Holy Spirit and Power,(Yogyakarta:ANDI,2010), hal. 76
6
Sih Budidoyo, Kesalehan Sosial (Transformasi Rohani Menuju Transformasi Sosial dalam Gerakan Methodist),
hal. 48-49

3
hidup di masyarakat.7 Melalui hal ini, kita dapat melihat bahwa gerakan Methodist menuntut
moralitas yang tinggi sebagai persyaratan utama.
Tujuan utama wesley selalu pada penginjilan bukan pembaharuan. Namun dalam satu
abad yang sangat mencolok antara yang kaya dan yang miskin dia berhasil menyadarkan
bangsanya untuk memberikan perhatian kepada banyak aspek kehidupan manusia baik dalam
bidang ekonomi, sosial maupun politik.
Budidoyo dalam bukunya “Kesalehan Sosial” kemudian mengutip beberapa komentar
para ahli tentang gerakan Methodist yang dipelopori oleh Wesley:
1. Robert E. Chiles mengatakan bahwa penekanan ajaran Wesley akan kekudusan dan
kesempurnaan memberikan Methodist tempat dan berpengaruh besar secara khusus di
antara Protestanisme yang utama.
2. C.W. Barnes mengatakan bahwa kekudusan yang baru melibatkan penebusan
masyarakat, pembersihan tatanan sosial dari dosa yaitu mementingkan diri sendiri,
ketidakadilan dan kesalahan. Kekudusan yang baru inilah yang sedang didoakan dan
dirindukan oleh masyarakat modern. 8
Dalam teologinya John Wesley juga memberikan pengajaran tentang dosa dan hakikat
manusia berdosa, antara lain:
1. Prevenient Grace adalah prakarsa awal yang mendorong manusia untuk menyadari
dirinya sebagai manusia berdosa, yang memungkinkan manusia mengetahui perbedaan
antara yang baik dan yang jahat, dan menyanggupkan manusia menyambut anugerah
keselamatan yaitu pengampunan yang ditawarkan Allah.
2. Justifying Grace adalah tahap kedua dari anugerah keselamatan. Anugerah pembenaran
adalah tindakan Allah melalui Yesus Kristus untuk mengampuni manusia karena iman,
memulihkan hubungan manusia yang terputus karena dosa dengan Allah. John Wesley
menegaskan bahwa pada saat Allah bertindak mengampuni dosa-dosa manusia melalui
pembenaran oleh iman, pada waktu itu jugalah Dia menciptakan manusia sebagai ciptaan
baru.
3. Sanctifying Grace, bagi John Wesley hal ini bukan berarti manusia bebas dari
ketidaktahuan, dari kesalahan, dari kelemahan dan dari pencobaan. Karena itu tidak ada

7
Sih Budidoyo, Kesalehan Sosial (Transformasi Rohani Menuju Transformasi Sosial dalam Gerakan Methodist),
hal. 33
8
Sih Budidoyo, Kesalehan Sosial (Transformasi Rohani Menuju Transformasi Sosial dalam Gerakan Methodist),
(Yogyakarta: Kanisius, 2013), hal.44

4
kesempurnaan yang absolut, semua orang masih mengalami suatu proses sampai
pencapaian akhirnya. 9

2.3 Sumber utama Teologi John Wesley tentang Sunctifying Grace: Anugerah
pengudusan
Sebagai seorang pendeta anglikan, Wesley mendasarkan teologinya pada penggunaan
trilateral yaitu,
1. Alkitab, theology John Wesley adalah theology Alkitabiah. John Wesley mengikuti
apa yang secara tepat dicetuskan oleh pembaharu protestan terkemuka, Martin Luther,
lebih dua ratus tahun sebelum John Wesley, yaitu prinsip Sola Scriptura (hanya
Alkitab). Maka dia sendiri sebagai manusia satu buku (Alkitab) karena kitab suci
itulah yang menjadi dasar theologinya dan semua kotbah-kotbahnya.
2. Tradisi, John Wesley sangat menghargai tradisi, termasuk praktek dan pengajaran
gereja sepanjang zaman dan tulisan-tulisan tokoh-tokoh dan para pemimpin gereja
abad permulaan sejarah Kekristenan. Itu semua telah dipelajarinya secara seksama. Di
dalam pengertian Wesley, tradisi terutama berarti bahan-bahan literature yang
berisikan pemikiran gereja pada abad-abad permulaan, tetapi bukan berarti
mengesampingkan pengajaran-pengajaran gereja abad-abad berikutnya. Menghargai
tulisan-tulisan yang turun dari para pendahulu dalam iman Kristen bukanlah berarti
membatalkan prinsip satu buku yang dianut Wesley karena tradisi yang dimaksud
adalah juga yang Alkitabiah. Jadi memegang dan menghayati tradisi adalah prinsip
kedua Wesley.
3. Akal Budi (Ratio), kemudian kita juga mengetahui, kalau kita meneliti pemikiran
Wesley dari tulisan-tulisannya dan kotbah-kotbahnya yang eksist sampai sekarang,
ternyata dia juga menghargai Ratio (akal budi). Dia berpendapat bahwa ratio atau akal
budi itu berguna untuk iman. Ratio menolong manusia untuk membentuk pengertian
tentang segala sesuatu yang perlu dimengerti.10
4. Pengalaman, Dia berpendapat bahwa pengalaman juga berguna untuk iman. Melalui
pengalaman seseorang dapat merasakan kasih Tuhan.
Ada 27 aturan (Rules) John Wesley agar orang-orang Methodist bertindak dalam hidup
sehari-hari untuk menuju hidup yang lebih suci dan sempurna, yang dibagi atas tiga bagian

9
Charles Sihombing, Satuan Acara Perkuliah Sejarah Gereja Methodist (Diktat), (tt: tp, 2016), hal. 25
10
Robert L. Tobing, John Wesley dan Pokok-pokok penting dari pengajarannya, (Medan: Cv Cipta Sarana
Mandiri, 2005), hal. 75-76

5
besar: Bagian yang pertama memuat larangan, bagian yang kedua Anjuran, dan bagian yang
ketiga tentang kesalehan dengan mematuhi semua printah Allah.
Bagian yang pertama berisi 15 larangan untuk:
a. Mempergunakan nama Allah dengan sia-sia.
b. menajiskan hari Tuhan.
c. mabuk, membeli atau menjual minuman keras.
d. memiliki hamba, atau memperjualbelikan.
e. berkelahi, bertengkar dan berperkara.
f. membeli atau menjual barang-barang yang belum dikenakan pajak.
g. membungakan uang dengan tidak mengikut ukuran negara.
h. menjelek-jelekkan nama orang lain, terutama atasan atau pemerintah.
i. berbuat kepada orang lain apa yang kita inginkan diperbuat orang kepada kita.
j. melaksanakan sesuatu yang tidak memuliakan Tuhan, seperti: menghiasi diri dengan
emas atau pakaian yang mahal.
k. menghibur diri dengan cara yang tidak dipergunakan dalam nama Tuhan Yesus
kristus.
l. menyanyikan nyanyian dan membacakan buku yang tidak memimpin kepada
pengetahuan tentang kasih Allah yang semakin dalam.
m. memanjakan diri dengan mengikuti hawa nafsu.
n. mengumpulkan harta duniawi.
o. meminjam uang tanpa kemungkinan membayar kembali.
Bagian yang kedua berisi 6 buah perintah positif, yakni:
a. berbuat baik dan berbelas kasihan kepada semua orang sesuai dengan kemampuan.
b. memberi makan orang yang lapar dan pakaian kepada orang yang telanjang dan
mengunjungi orang sakit.
c. menolong orang secara rohani dengan mengajar, menasehati dan menegur semua
orang yang kita jumpai.
d. berbuat baik kepada orang percaya dan orang yang ingin percaya dengan memberi
pekerjaan kepada pengangguran, saling membantu, karena orang-orang duniawi
hanya mengasihi sesama.
e. berusaha sekuat tenaga agar injil tidak dicelakan,
f. berlari-lari pada tujuan, menyangkal diri, memikul salib, bersedia disalahkan oleh
sebab kristus, untuk dianggap sebagai sampaj oleh orang-orang duniawi.
Bagian yang ketiga terdiri dari enam anjuran untuk menaati perintah Tuhan, yaitu:

6
a. menghadiri kebaktian umum.
b. bersekutu dengan firman Tuhan, baik melalui pembacaan atau melalui kotbah.
c. menghadiri perjamuan kudus.
d. mengadakan kebaktian keluarga dan doa pribadi.
e. menelaah firman Tuhan, dan
f. berpuasa dan menahan diri.11
Bagi penulis sendiri menganggap bahwa John Wesley adalah seorang pemimpin yang
mempunyai energi yang luar biasa untuk mengubah kehidupan masyarakat. Karena bagi
Wesley relasi antara iman dan kehidupan umat manusia adalah hal yang tidak dapat
dipisahkan.

2.4 Doktrin Kekudusan Menurut Calvinis


Yohanes Calvin adalah seorang ahli hukum yang kemudian menjadi seorang teolog
reformasi dan pemimpin gereja. Dasar-dasar keahliannya di bidang hukum menjadi latar
belakang yang sangat penting dalam berteologi dan menjawab panggilan iman dalam
kehidupan bergereja.12 Menurut Calvin pengudusan mempunyai peranan penting dalam
menyatakan buah-buah keselamatan dalam Kristus. Pengudusan adalah jawaban terhadap
pembenaran oleh iman. Pengudusan meminta dari orang percaya. Dibenarkan dengan tidak
sendirinya dicapai oleh orang percaya. Dibenarkan juga tidak melalui keberagamaan.
Pembenaran oleh iman menantang dan meminta jawaban manusia, jawaban itu adalah
manifestasi pengudusan. Pengudusan bukanlah semata-mata hadiah yang diterima, melainkan
juga tuntutan yang dibebankan kepada kita. Tuntutan itu (pengudusan) menuntut
pengorbanan hidup untuk Tuhan supaya hidup sesuai dengan iman di dalam kematian dan
kebangkitan kristus, menjauhkan nafsu duniawi dan dosa. 13
Hidup dalam roh dan pengudusan bukanlah upaya manusia seperti yang diklaim oleh
gereja katolik roma dan anabaptis, melainkan kasih karunia Allah yang diberikan kepada
orang-orang yang telah ditentukan dari semula, orang-orang pilihan-Nya. Calvin
mengkombinasikan predistinasi, pengudusan dan panggilan iman dalam ruang lingkup
perbuatan kasih karunia Allah. secara konstan ditemukan dalam prinsip ini, yaitu Dia telah

11
Richard M. Daulay, Sejarah Gereja Methodist Indonesia, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2014), hal. 129-130

12
H.W.B. Sumakul, Panggilan Iman dalam Teologi Luther dan Calvin, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hal.
87

13
Ibid, hal. 117

7
memilih kita sebelum dunia ini diciptakan, semua kekudusan dan kemurnian hidup kita
mengalir dari pemilihan Allah. Pengudusan membutuhkan “kelahiran baru untuk melayani
Allah dan berjalan dalam ketegaran dan ketulusan hidup.14
Pertama-tama Calvin menekankan bahwa kemuliaan Allah (Gloria Dei) adalah tujuan
utama dari segala-galanya baik untuk Allah, maupun untuk kemanusiaan. Allah menciptakan
dunia dan manusia adalah untuk kemuliaan-Nya dan manusia tidak mempunyai tugas lain
dari kemuliaan Allah, berhubungan dengan penekanan pada kemuliaan Allah, Calvin sangat
mementingkan kelahiran baru (regeneratio) atau pengudusan (sanctificatio) yang harus
menyertai pembenaran orang berdosa (justificatio).15 Jhon Calvin mengatakan bahwa
manusia hanya dikuduskan oleh Allah saja. Peran Allah seratus persen sedangkan manusia
tidak punya peran apa-apa. Jelas sekali pernyataan iman Calvin ini merupakan pengagungan
keabsolutan kekuasaan Allah tanpa ada pretensi dari tawaran manusia. Bagi calvin, bagian
orang percaya adalah untuk mengagungkan dan memuliakan Tuhan Allah (Soli deo gloria).
Bagi calvin, predistinasi adalah dekret kekekalan Allah didasarkan atas pengasihan Allah dan
pengangkatan Allah atas anak-anak-Nya.16

2.5 Perbedaan Pandangan Antara Wesleyan dan Calvinis


Menurut Jhon Wesley, dengan pertolongan Roh Kudus manusia dapat memperoleh
kekudusan. Dalam hal ini sekalian menjelaskan “bagaimana kekudusan dapat dialami oleh
manusia” Jhon Wesley mengatakan bahwa kekudusan dapat dialami manusia dimungkinkan
oleh peran Sang Ilahi (Divine) seratus persen dan kerja manusia (Human cooperation) seratus
persen. Pandangan ini sangat berbeda khususnya dengan Jhon Calvin mengatakan bahwa
manusia hanya dikuduskan oleh Allah saja. Peran Allah seratus persen sedang manusia tidak
punya peran apa-apa. Perbedaan pandangan ini bertitik awal pada perbedaan pemahaman
Jhon Wesley dengan Calvin pada kerusakan kodrad manusia pada waktu kejatuhan dalam
dosa. Calvin mengatakan pada waktu kejatuhan manusia kedalam dosa gambar Allah dalam
diri manusia telah rusak total, sedikitpun tidak ada yang tersisa kebaikan pada dirinya.
Sementara menurut Jhon Wesley, kerusakan kodrat manusia saat jatuh tidak rusak total,
kecuali gambar moral, sedang gambar alami diantaranya kehendak bebas manusia hilang.
Kerusakan total yang dipahami Calvin membuatnya menekankan kedaulatan (sovereignty)
Allah. Walaupun Wesley memegang konsep bahwa kuasa yang mendorong seseorang untuk

14
Ibid, hal. 119
15
Christiaan de Jonge, Apa itu Calvinisme, (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1998), hal. 54
16
H.W.B. Samakul, hal. 107

8
datang kepada Allah adalah pemberian Allah sendiri berdasar kedaulatan Allah, tetapi
Wesley juga memegang pandangan kehendak bebas (Free will) manusia untuk menerima
keselamatan. Bagi Wesley iman bukanlah merupakan konsep statis, melainkan sesuatu yang
dinamis. Pekerjaan dan usaha manusia tidak dapat menyelamatkan, tetapi pekerjaan dan
usaha ini tidak dapat dipisahkan dari iman yang menyelamatkan.
Menurut Wesley, ajaran kekudusan merupakan ajaran Alkitab yang sangat penting,
ajaran mengenai kekudusan inilah salah satu yang membedakan Wesley misalnya dengan
Luther dan Calvin. Bila luther dan calvin berhenti pada penjelasan tentang pembenaran oleh
iman sebagai suatu anugerah (Justification by faith of grace), maka Jhon Wesley
melanjutkan bahwa pembenaran oleh iman adalah permulaan untuk hidup kudus yang telah
dimulai melalui “pertobatan dan kelahiran kembali”. Pembenaran oleh iman harus memimpin
kita kepada hidup kudus. Dalam hal ini juga, Jhon Wesley menyanggah pandangan sebagian
rohaniawan Gereja Inggris yang menganggap bahwa pembenaran seolah-olah sama dengan
pengudusan, atau pembenaran seolah-olah hanya dapat diterima sesudah pengudusan. Bagi
Wesley, pembenaran itu sungguh-sungguh berbeda dari pengudusan yang selalu harus
mendahuluinya. Kekudusan dan pembenaran diikat dengan ketat didalam konsep Wesleyan17.

2.6 Pandangan Kekudusan Dalam Wesleyan di GMI Kanaan Sumber Mulyo dan
Calvinis di GBKP Pardomuan Nauli
A. Pandangan Wesleyan tentang Kekudusan di GMI Kanaan Sumber Mulyo
GMI Kanaan Sumber Mulyo menganggap kekudusan adalah didasarkan pada
pengetahuan sebelumnya dari Allah bukan pada penetapan sebelumnya atau decree absolut
dari Allah. Wesley juga menyatakan kekudusan ini pada Roma 8: 29-30, bahwa didalam
pengetahuan Allah dalam kekekalan Allah sudah melihat siapa yang percaya dan tidak
percaya kepada Kristus, dan berdasarkan pengetahuan-Nya itu Allah memilih dan
menentukan orang-orang percaya untuk menerima anugerah keselamatan, mereka dipanggil,
dibenarkan, disucikan, dan akhirnya mendapatkan pemulihan. Jadi GMI Kanaan Sumber
Mulyo memahami bahwa kekudusan adalah untuk orang-orang yang akan menerima hidup
kekal (predestination for life) berdasarkan pengetahuan sebelumnya (foreknowledge) bukan
penetapan yang absolut.
GMI Kanaan Sumber Mulyo juga membuat kekudusan berdasarkan pada motif, tujuan,
manfaat dari karya keselamatan Kristus didalam dunia ini. Kekudusan itu akan menjadi nyata

17
Tesis Pdt. Manimpan Hutasoit, M.Th Dampak Doktrin Jhon Wesley tentang kekudusan terhadap transformasi
sosial.(Bandar Baru: 2001 ), hal. 57-58

9
dan mudah dipahami jikalau didasarkan pada Kristus, dalam Kristus, dan untuk Kristus.
Mereka juga menganggap bahwa kekudusan itu tentang siapa yang dipilih yaitu mereka yang
percaya kepada Kristus; yang tidak percaya kepada Kristus bukan ditolak atau tidak dipilih
tetapi memilih untuk binasa. Jikalau kita beriman oleh karena kristus memberi anugerah-Nya,
kita akan tetap tinggal dalam kristus, dan kita hidup untuk Kristus, dan hidup untuk Kristus
maka kitalah orang yang dipilih, dipanggil, ditebus, disucikan, dan menerima kemuliaan
Kristus.18
B. Pandangan Calvinis tentang Kekudusan di GBKP Pardomuan Nauli
GBKP Pardomuan Nauli menganggap bahwa kekudusan menurut Calvin adalah
kehidupan yang dijalani dalam sebuah keselarasan dan kesesuaian antara kebenaran Allah
dan juga ketaatan kepada Allah itu sendiri. Kekudusan bukan berarti upaya manusia tetapi itu
semua merupakan anugerah (pemberian) Allah melalui pengampunan dosa. Itulah sebabnya
manusia harus menjaga dan bahkan juga harus memelihara kekudusan melalui sikap hidup
yang taat dalam kebenaran Allah.19

III. Kajian Teologis


Kekudusan Allah memberikan pemahaman yang benar bagi manusia untuk hidup
melakukan yang berkenan dan sesuai dengan kehendak Allah. sebab Allah Kudus maka
kudus jugalah setiap orang yang hidup, menyembah dan melakukan perintah-perintahNya.
Tanpa kekudusan mustahil manusia berkenan kepada Allah, sebab itu sudah selayaknya
manusia harus menjaga hidup kudus dari dalam hatinya.
Di dalam Alkitab banyak sekali menyinggung tentang kekudusan, salah satunya yang
terdapat dalam 2 Korintus 7:1 “Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang
memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani
dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan
Allah.” Dari nats tersebut maka saya menyampaikan pemikiran saya mengenai kekudusan.
Manusia memiliki peranan dalam mendapatkan kekudusan, memang kekudusan itu berasal
dari Allah, namun manusia harus bertindak juga, artinya manusia harus melakukan hal yang
berkenan kepada Allah, sebab kita adalah manusia yang penuh dosa, bukan hanya diam saja
untuk menerima kekudusan itu.

18
Wawancara kepada bapak Pdt. Dubbes Sagala, M. Th, pada hari Rabu 25 September 2021. Pkl 19:04-20:25
Wib.
19
Wawancara kepada Bapak Maika Ginting, pada tanggal 28 September 2021; pkl 16:07-17:35 Wib.

10
Kekudusan membuktikan bahwa kita adalah anak Allah yang hidup sesuai dengan
kehendak-Nya, untuk memperoleh kekudusan tersebut kita tidak hanya diam saja, kita harus
keluar dari belenggu dosa dan menjauh dari dunia, artinya tidak mengikuti kemauan duniawi,
sebab itu akan membawa kita kepada dosa, sehingga kita sulit untuk memperoleh kekudusan
dan sulit untuk mempertahankan kekudusan tersebut.

IV. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas maka saya dapat menyimpulkan bahwa setiap aliran gereja
memiliki pemikiran atau ajarannya masing-masing, sehingga pengajaran gereja-gereja bisa
saja berbeda. Ajaran-ajaran tersebut muncul karena adanya pemikiran-pemikiran dari bapa
gereja sehingga gereja menerapkan dan mengajarkannya kepada jemaat, terkhususnya
pemikiran mengenai kekudusan. Dalam hal ini sekalian menjelaskan “bagaimana kekudusan
dapat dialami oleh manusia” Jhon Wesley mengatakan bahwa kekudusan dapat dialami
manusia dimungkinkan oleh peran Sang Ilahi (Divine) seratus persen dan kerja manusia
(Human cooperation) seratus persen. Pandangan ini sangat berbeda khususnya dengan Jhon
Calvin mengatakan bahwa manusia hanya dikuduskan oleh Allah saja. Peran Allah seratus
persen sedang manusia tidak punya peran apa-apa.
Dari pemikiran tersebut maka GMI Kanaan Sumber Mulyo menganggap kekudusan
adalah didasarkan pada pengetahuan sebelumnya dari Allah bukan pada penetapan
sebelumnya atau decree absolut dari Allah. Sedangkan GBKP Pardomuan Nauli menganggap
bahwa kekudusan menurut Calvin adalah kehidupan yang dijalani dalam sebuah keselarasan
dan kesesuaian antara kebenaran Allah dan juga ketaatan kepada Allah itu sendiri. Sebagai
ciptaan Allah, kita manusia haruslah mampu hidup sesuai dengan kehendak Allah, hidup
yang berkenan kepada Allah, hidup untuk menyenangkan Tuhan, agar kita dapat memperoleh
kekudusan dan mempertahankan kekudusan itu.

11
DAFTAR PUSTAKA
 Browning, W. R. F
Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.
 KBBI, “Kudus” Balai Pustaka.
 Tobing, Robert L,
John Wesley dan Pokok-Pokok Penting Dari Pengajarannya, Medan:
Cipta Sarana Mandiri, 2005.
 Budidoyo, Sih,
John Wesley (Manusia dibenarkan, dikuduskan dan disempurnakan),
Yogyakarta:ANDI,2014.
 Iskandar (Ed.), Yan,
The Holy Spirit and Power, Yogyakarta:ANDI, 2010.
 Budidoyo, Sih,
Kesalehan Sosial (Transformasi Rohani Menuju Transformasi Sosial
dalam Gerakan Methodist), Yogyakarta: Kanisius, 2013.
 Sihombing, Charles,
Satuan Acara Perkuliah Sejarah Gereja Methodist (Diktat), (tt: tp,
2016).

 Daulay, Richard M,

Sejarah Gereja Methodist Indonesia, Jakarta:BPK-Gunung


Mulia,2014.

 Sumakul, H. W. B,

Panggilan Iman dalam Teologi Luther dan Calvin, Jakarta:BPK


Gunung Mulia, 2011.
 Jonge, Christiaan de,
Apa itu Calvinisme, Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1998.
 Tesis Pdt. Manimpan Hutasoit, M.Th,
Dampak Doktrin Jhon Wesley tentang kekudusan terhadap
transformasi sosial, Bandar Baru: 2001.
Sumber Lain:
 Wawancara kepada bapak Pdt. Dubbes Sagala, M. Th, pada hari Rabu 25 September
2021. Pkl 19:04-20:25 Wib.
 Wawancara kepada Bapak Maika Ginting, pada tanggal 28 September 2021; pkl
16:07-17:35 Wib.

12
SURAT KETERANGAN

Saya sebagai Narasumber:

Nama : Pdt Dubbes Sagala, M. Th.

Jabatan : Pimpinan Jemaat di GMI Kanaan Sumber Mulyo

Menerangkan bahwa nama di bawah ini:

Nama : Devi Kristi Rahmadani

Pendidikan : Mahasiswi Program Studi Teologi di STT GMI Bandar Baru

Dengan ini telah melakukan wawancara dengan saya pada tanggal 25 Agustus melalui media
telpon Whatsapp, guna menyelesaikan tugas mata kuliah Seminar Dogmatika yang berjudul
‘Pandangan Kekudusan dalam Wesleyan di GMI Kanaan Sumber Mulyo”

Demikianlah surat pernyataan wawancara ini dibuat untuk digunakan semestinya.

Sumber Mulyo, 25 Agustus 2021


Narasumber

Pdt.
Dubbes Sagala, M. Th

13
SURAT KETERANGAN

Saya sebagai Narasumber:

Nama : Bapak Maika Ginting

Jabatan : Pengurus di GBKP Pardomuan Nauli

Menerangkan bahwa nama di bawah ini:

Nama : Devi Kristi Rahmadani

Pendidikan : Mahasiswi Program Studi Teologi di STT GMI Bandar Baru

Dengan ini telah melakukan wawancara dengan saya pada tanggal 28 Agustus melalui media
telpon Whatsapp, guna menyelesaikan tugas mata kuliah Seminar Dogmatika yang berjudul
‘Pandangan Kekudusan dalam Calvinis di GBKP Pardomuan Nauli”

Demikianlah surat pernyataan wawancara ini dibuat untuk digunakan semestinya.

Sumber Mulyo, 28 Agustus 2021


Narasumber

Bapak Maika Ginting

14
15

You might also like