You are on page 1of 87

PEMBERIAN BIOKANAT TERHADAP KETERSEDIAAN

UNSUR HARA MAKRO (N, P, K), REDUKSI Hg DAN


PERTUMBUHAN TANAMAN PADI PADA TANAH BEKAS
TAMBANG EMAS PASCA REMEDIASI TETADI

SKRIPSI

OLEH :

ALDO ADITYA
1710231011

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
PEMBERIAN BIOKANAT TERHADAP KETERSEDIAAN
UNSUR HARA MAKRO (N, P, K), REDUKSI Hg DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN PADI PADA TANAH BEKAS
TAMBANG EMAS PASCA REMEDIASI TETADI

OLEH :

ALDO ADITYA
1710231011

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar


Sarjana Pertanian

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya mahasiswa Universitas Andalas yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Lengkap : Aldo Aditya

No. BP/NIM/NIDN : 1710231011

Program Studi : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

Fakultas : Pertanian

Jenis Tugas Akhir : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Andalas hak atas publikasi online Tugas Akhir saya yang berjudul :

“Pemberian Biokanat terhadap Ketersediaan Unsur Hara Makro (N, P, K),


Reduksi Hg dan Pertumbuhan Tanaman Padi pada Tanah Bekas Tambang
Emas Pasca Remediasi Tetadi ”.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Universitas Andalas juga berhak
untuk menyimpan, mengalih media formatkan, mengelola, merawat, dan
mempublikasikan karya saya tersebut di atas selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis, pencipta, dan sebagai pemilik hak cipta. Demikian
pernyataan ini saya buat sebenarnya.

Dibuat di Padang
Pada tanggal 02 September 2022
Yang Menyatakan

(Aldo Aditya)
”Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia
menguasai ilmu, dan barang siapa menginginkan akhirat hendaklah menguasai
ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat)
hendaklah dengan ilmu .”

-Hadist Riwayat Ahmad-

lhamdulillahi Rabbil`alamin, segala puji bagi Allah Subhanahu wa

A Taala yang telah diberinya berbagai nikmat kepada kita. Shalawat dan
salam dihadiahkan kepada pucuk pimpinan umat sedunia nabi
Muhammad Shalallahu `Alaihi wa Sallam yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyah hingga zaman yang dipenuhi pengetahuan IPTEK seperti
yang dirasakan saat ini.
Terima kasih yang setulusnya dan segenap rasa cinta, kupersembahkan
karya sederhana ini untuk ama, apa, ayah dan ibuk yang selalu mengusahakan
segalanya baik arahan, motivasi serta materil hingga Aldo telah dapat
menyelesaikan studi ini serta menyandang gelar. Rasa terima kasih yang sama
Aldo ucapkan kepada kakakku yang cantik dan adekku yang selalu menjalankan
kehidupan secara bersama-sama waktu demi waktu yang memberikan
dukungannya serta kerabat keluarga yang ikut mengingatkan studi aldo. Semoga
kita diberikan kesehatan dan rejeki oleh Allah SWT.
Teristimewa kepada orang tua ku dikampus, tiada kata yang pantas aldo
ucapkan, namun ucapan terima kasih yang dapat kusampaikan kepada, Bapak
Dr.rer.nat.Ir. Syafrimen Yasin, MS., MSc dan Ibu Dr. Ir. Gusmini, SP., MP selaku
pembimbing yang telah sabar memberikan arahan, bimbingan dan motivasi dalam
proses penelitian hingga penyelesaian masa studi ini. Terima kasih kepada
Bapak/Ibu Dr. Ir. Adrinal, MS., Ir. Irwan Darfis, MP., Dr. Mimien Harianti, SP,
MP penguji yang telah memberikan saran, masukan, dan kebaikannya dalam
menyelesaikan studi saya. Ucapan terima kasih ku hantarkan kepada seluruh
dosen Fakultas Pertanian Unand yang ihklas dalam membagi ilmunya selama
perkuliahan, semoga apa yang Bapak/Ibu berikan diijabah oleh ALLAH SWT dan
senantiasa diberikan kesehatan, Amieeen. Seluruh civitas akademika Unand Aldo
ucapkan terimakasih atas bantuannya selama ini. Mohon maaf apabila dalam masa
studi terdapat kesalahan sikap, perbuatan dan ucapan baik disengaja maupun tidak
disengaja.
Terima kasih banyak saya ucapkan kepada teman-teman, sahabat, serta
orang yang berada disekitar yang selalu to cheer up setiap episode kehidupan
saya. Tidak dapat saya sebutkan satu persatu nama yang ada dikehidupan saya,
semoga kita generasi muda yang sukses. Terima kasih buat semua momen yang
membekas dan tersimpan di memori yang akan menjadi cerita lama saat bertemu
di waktu tua nantinya. Semoga silaturahmi kita tetap berjalan dan kita slalu
dikelilingi orang baik. Semoga Allah SWT mempermudah urusan kita
kedepannya, Aamiin yarabbal ‘alamin..
BIODATA

Penulis dilahirkan di Kota Padang, Sumatera Barat pada tanggal 14


November 1998 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak
Ruszahery dan Ibu Rita Martini. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh di SD
N 10 Lubuk Begalung (2005-2011). Pendidikan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di SMP N 27 Padang (2011-2014). Sekolah Menengah Atas (SMA)
penulis di SMA N 5 Padang dengan melaksanakan pendidikan dari tahun 2014
hingga 2017. Pada Tahun 2017 penulis diterima di jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Andalas melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN). Semasa menempuh Pendidikan di Fakultas Pertanian
Universitas Andalas, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan kampus. Kegiatan
yang penulis ikuti seperti pramuka.

Padang, September 2022

A.A
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah yang menberikan rahmat dan karunia
menyelesaikan penelitian. Salawat dan salam bagi Rasullah Muhammad SAW
sebagai suri tauladan dalam kehidupan.
Dengan mengucapkan rasa terima kasih yang saya ucapkan kepada bapak
Dr.rer.nat.Ir. Syafrimen Yasin, MS., MSc dan ibu Dr. Ir. Gusmini, SP., MP selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan
penulisan penelitian ini. Skripsi ini ditulis berjudul “Pemberian Biokanat
terhadap Ketersediaan Unsur Hara Makro (N,P,K), Reduksi Hg dan
Pertumbuhan Tanaman Padi pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca
Remediasi Tetadi”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat dalam penulisan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis
menerima segala saran dan kritik, dengan harapan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat menjadi
pedoman dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya.

Padang, September 2022

A.A

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii
DAFTAR TABEL……………………………………………………...... iii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..... iv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………..……………… v
ABSTRAK……………………………………………………………..... vi
ABSTRACT……………………………………………………………..... vii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang…………………………………………………..... 1
B. Tujuan Penelitian…………………………………………………. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….. 4
A. Karakteristik Tanah Bekas Tambang Emas……………………... 4
B. Bahan Amelioran Biochar Sekam, Pupuk Kandang, Sampah
Kota dan Liat (Biokanat) sebagai Pembenah Tanah Bekas
Tambang Emas………………………………………….……...... 4
C. Karakteristik Tanah Sawah dan Syarat Tumbuh Tanaman
Padi……………………………………………………….…....... 7
BAB III BAHAN DAN METODA.………………………………..…… 9
A. Waktu dan Tempat………………………………………….…….. 9
B. Alat dan Bahan……………………………………………………. 9
C. Metode Penelitian………………………………………………… 9
D. Pelaksanaan Penelitian………………………………………….... 10
E. Pengamatan…………………………………………………..…… 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………...……... 13
A. Analisis Pupuk Granul Biokanat……………………….………… 13
B. Karakteristik Tanah Tambang Emas Setelah Satu Tahun
Pemberian Tetadi……………………………………...……….... 15
C. Hasil Analisis Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi
dengan Tetadi Setelah Pemberian Perlakuan Biokanat………..... 17
D. Pengamatan Tanaman………………………………………........ 26
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………………………….….... 35
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 35
B. Saran……………………………………………………………… 35
RINGKASAN…………………………………………..……………….. 36
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….……...... 40
LAMPIRAN…………………………………………….……………...... 46

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Hasil Analisis Karakteristik Kimia Pupuk Granul Biokanat…. 13
2. Hasil Analisis Tanah Tambang Emas Efek Sisa Tetadi Setelah
Pemberian Satu Tahun…………………………….................. 15
3. Hasil Analisis pH H2O Setelah Pemberian Perlakuan Granul
Biokanat Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi
Dengan Tetadi……...…..………………................................ 18
4. Hasil Analisis C-Organik, Bahan Organik, N-Total Dan C/N
Setelah Pemberian Perlakuan Granul Biokanat Pada Tanah
Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi Dengan
Tetadi…..……........................................................................... 19
5. Hasil Analisis Kapasitas Tukar Kation Dan Basa-Basa
Setelah Pemberian Perlakuan Granul Biokanat Pada Tanah
Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi Dengan
Tetadi......................................................................................... 22
6. Hasil Analisis P-Tersedia Setelah Pemberian Perlakuan
Granul Biokanat Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca
Remediasi Dengan Tetadi..…………………………………… 24
7. Hasil Analisis Hg Setelah Pemberian Perlakuan Granul
Biokanat Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi
Dengan Tetadi……………………………………...………… 25
8. Pengaruh Pemberian Granul Biokanat Terhadap Tinggi
Tanaman Padi Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca
Remediasi Dengan Tetadi ….................................................... 26
9. Pengaruh Pemberian Granul Biokanat Terhadap N, P, K
Tanaman Padi Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca
Remediasi Dengan Tetadi……............................................. 28
10. Pengaruh Pemberian Granul Biokanat Terhadap Mercuri (Hg)
Tanaman Padi Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca
Remediasi Dengan Tetadi ...………………………………….. 31
11. Pengaruh Pemberian Granul Biokanat Terhadap Panjang
Akar Tanaman Padi Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca
Remediasi Dengan Tetadi……………………………………. 32
12. Pengaruh Pemberian Granul Biokanat Terhadap Jumlah
Anakan Tanaman Padi Pada Tanah Bekas Tambang Emas
Pasca Remediasi Dengan Tetadi……………………...………. 33

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Kimia Karbon Aktif ........................................................ 5


2. Mekanisme Penjerapan Logam Berat oleh Biochar ...................... 6

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Jadwal Kegiatan Penelitian ........................................................... 46


2. Bahan yang Digunakan Selama Penelitian .................................... 47
3. Alat yang Digunakan Selama Penelitian ....................................... 48
4. Denah Penempatan Satuan Percobaan .......................................... 49
5. Perhitungan Dosis Biokanat yang Digunakan sebagai Perlakuan. 50
6. Penetapan Koreksi Kadar Air ...................................................... 51
7. Perhitungan Pupuk Dasar .............................................................. 53
8. Prosedur Analisis Tanah di Laboratorium. ................................... 54
9. Prosedur Analisis Tanah di Laboratorium. ................................... 56
10. Prosedur Analisis Tanaman (Balai penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian, 2009 ). ...................................... 62
11. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah. ........................................... 66
12. Persyaratan Mutu Pupuk Organik Padat Menurut SNI 7763:2018. 67
13. Analisis Sidik Ragam. ................................................................... 68
14. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cisokan. .................................. 69

v
Pemberian Biokanat terhadap Ketersediaan Unsur Hara Makro (N, P, K),
Reduksi Hg dan Pertumbuhan Tanaman Padi pada Tanah Bekas Tambang
Emas Pasca Remediasi Tetadi

Abstrak

Aplikasi tetadi pada tanah bekas tambang emas sebagai upaya pemulihan
lahan bekas tambang masih memberikan hasil kandungan hara yang rendah dan
kandungan mercuri (Hg) dalam konsentrasi tercemar, sehingga perlu dilakukan
penambahan amelioran, salah satunya adalah biokanat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peran aplikasi biokanat terhadap perbaikan kandungan hara
makro (N,P,K) dan reduksi Hg pada tanah bekas tambang emas pasca remediasi
tetadi. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas
Andalas, Padang, yang terdiri dari 3 perlakuan efek sisa dengan tetadi yaitu (0
ton/ha, 10 ton/ha, 20 ton/ha) dan 3 perlakuan efek sisa yang ditambah biokanat
sebanyak 10 ton/ha dengan 3 ulangan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Hasil penelitian menunjukkan pemberian 10 ton/ha biokanat pada tanah
bekas tambang emas pasca remediasi dengan tetadi mampu memperbaiki sifat
kimia tanah. Perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat meningkatkan pH
tanah sebanyak (1,24 unit), N-total 0,24 %, kandungan C-organik 0,68 %, P-
tersedia 30,31 ppm, KTK tanah 23,99 cmol/kg, Ca-dd 2,09 cmol /kg, Mg-dd 0,73
cmol/kg, K-dd 0,23 cmol /kg, dan Na-dd 0,21 cmol /kg jika dibandingkan dengan
kontrol. Perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton biokanat mampu meningkatkan
pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L.) 26,6 cm, angkutan hara N 3,19 %, P
0,21 %, K 8,99 %, dan jumlah anakan menjadi 13 batang jika dibandingkan
kontrol. Pemberian 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat pada tanah bekas
tambang emas mampu mengurangi Hg didalam tanah sebesar 0,15 ppm dan
tanaman sebesar 0.92 ppm.

Kata kunci : Biokanat, Mercuri, Tanah Bekas Tambang Emas, Tanaman Padi,
Unsur Hara

vi
The Effect of Biokanat on Macronutrient Availability (N, P, K), Hg
Reduction, and Rice Growth in Ex-Gold Mine Soil After Tetadi Remediation

Abstract

The application of tetadi on ex-gold mine soil to reclaime ex-mining land


was not able yet to improve the soil properties. Therefore, it was necessary to add
ameliorant, one of which is biokanat. The purpose of this study was to determine
the role of biokanat application in improving macronutrient (N, P, K) content and
decreasing Hg in the of ex-gold mine soil after tetadi remediation. This study was
conducted at the glasshouse, Faculty of Agriculture, Andalas University, Padang.
The soil used was derived from ex-gold mine land after being remediated with 3
dosages of tetadi (0 tons/ha, 10 tons/ha, and 20 tons/ha tetadi) then, the soil was
applied with 10 tons/ha of biokanat with three replicates. The treatment unit (6
units) were allocated based on Completely Randomized Design (CRD). The
results showed that applying 10 tons/ha of biokanat improved the chemical
properties of the soil. If compared to the control, the treatment of 20 tons/ha tetadi
+ 10 tons/ha biokanat increased the soil pH by 1.24 units, N-total by 0.24%,
organic-C content by 0.68%, P-available by 30.31 ppm, CEC by 23.99 cmol/kg,
Ca-dd by 2.09 cmol/kg, Mg-dd by 0.73 cmol/kg, K-dd by 0.23 cmol/kg. Then, the
treatment of 20 tons tetadi /ha plus 10 tons of biokanat/ha increased crop (Oryza
sativa L.) height by 26.6 cm, nutrient uptake especially N by 3.19%, P by 0.21%,
K by 8.99% compared to the control. Then, it also increased the tiller into 13 if
compared to the control. The addition of 20 tons/ha of tetadi plus 10 tons/ha of
biokanat to ex-gold mine soil was able to reduce Hg in soil by 0.15 ppm and in the
crops by 0.92 ppm.

Keywords: Biokanat, ex- Gold Mine soil, Mercury, Nutrients, Rice Plants

vii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam. Salah
satu kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia adalah berupa emas.
Emas merupakan logam mulia yang didapatkan dengan cara penambangan.
Penambangan emas dapat meningkatkan devisa bagi negara, dan perekonomian
masyarakat, namun aktivitas tambang emas dapat merusak lingkungan. Kerusakan
lingkungan yang terjadi akibat penambangan emas dapat berupa penurunan
kualitas air sungai, rendahnya produktivitas tanah sehingga dapat menyebabkan
erosi. Selain kerusakan lingkungan, dampak lain yang dapat ditimbulkan dari
penambangan emas adalah hilangnya bagian atas tanah (top soil) yang
mengandung bahan organik. Hilangnya bahan organik membuat tanah menjadi
miskin terhadap bahan organik. Tanah yang miskin akan bahan organik tidak akan
mampu mengikat pupuk yang diberikan, dikarenakan bahan organik sebagai
koloid organik tanah yang dapat membentuk agregat tanah.
Menurut laporan dinas pertambangan dan energi provinsi Sumatera Barat
(2014) cit Novianis, et al., (2020) Sumatera Barat merupakan provinsi yang cukup
banyak terdapat cadangan emas. Salah satu wilayah yang terdapat di Sumatera
Barat yang memiliki cadangan emas yaitu di Kabupaten Sijunjung khususnya
pada Nagari Padang Sibusuk. Masyarakat Kabupaten Sijunjung melakukan
penambangan emas secara illegal tanpa mempunyai surat izin dari yang
berwenang. Penambangan secara illegal dikenal dengan istilah PETI
(Penambangan Emas Tanpa Izin). Penambangan emas tanpa izin (PETI)
dilakukan dilahan petanian berupa sawah, sehingga lahan pertanian menjadi
berkurang. Data BPS (2020) menunjukkan bahwa pada tahun 2018 lahan sawah
produktif memiliki luas 331.04 ha pada tahun 2015 terjadi penurunan luas sawah
menjadi 295.67 ha. Sawah yang dimiliki masyarakat digali agar mendapatkan
cadangan emas, setelah didapatkan masyarakat meninggalkan begitu saja sehingga
tanah tersebut dinamakan dengan tanah bekas tambang emas.
Penambangan emas tanpa izin (PETI) yang dilakukan di lahan sawah
produktif oleh masyarakat yang berada di jorong ladang kapeh Nagari Padang
2

Sibusuk Kecamatan Kupitan Kabupaten Sijunjung. Kegiatan penambangan itu


terjadi pada tahun 2004 sampai tahun 2016. Tahun 2017 terhentinya kegiatan
penambangan, sehingga sawah tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan yang
terjadi telah direklamasi sederhana oleh masyarakat dengan pemberian liat agar
sawah tersebut bisa digenangi kembali (Putri, 2021).
Tanah bekas tambang yang telah diremediasi pada tahap pertama melalui
aplikasi terra preta biochar sekam padi (tetadi) terdapat kandungan mercuri (Hg)
1.93 (ppm), pH 5,13, C-organik 3,47%, P-tersedia 6,19 ppm (Putri, 2021;
Gusmini, et al., 2021). Tetadi yang diaplikasikan ketanah bekas tambang emas
dapat mengikat merkuri (Hg) Tetapi, belum maksimal serta kesuburan haranya
masih rendah. Oleh karena itu, peneliti mengasumsi inovasi teknologi pada tahap
2 dengan pemberian yang terdiri dari biochar sekam padi, kompos dan liat yang
dikenal dengan biokanat.
Biokanat merupakan bahan organik yang terdiri dari (bahan baku biochar
sekam padi, sampah kota, pupuk kandang) dan liat yang dapat meningkatkan
produktivitas lahan bekas tambang emas. Berdasarkan penelitian Wawo, et al.,
(2017); Afandi, et al., (2015) menyatakan bahwa fungsi bahan organik sebagai
pengikat kandungan merkuri (Hg) dalam tanah, serta meningkatkan kandungan
hara tanah dan liat sebagai koloid anorganik yang dapat menghasilkan muatan
negatif. Liat dapat digunakan untuk pembentuk lapisan padas pada tanah sawah.
Sekam padi merupakan limbah pertanian organik yang berasal dari sisa
pengilingan padi. Sekam padi mempunyai kandungan lignin yang tinggi, sehingga
jika diberikan secara langsung sulit terjadi pelapukan. Agar mudahnya sekam padi
dalam mengalami pelapukan, sekam padi dapat digunakan sebagai biochar atau
arang hayati dengan melalui proses pirolisis. Piaman, et al., (2019) menyatakan
bahwa pemanfaatan biochar sekam padi dapat mengadsorpsi logam berat seperti
merkuri (Hg), sehingga dapat mereduksi logam Hg, pada lahan bekas tambang
emas.
Biochar yang digunakan berupa biochar sekam padi. Biochar sekam padi
merupakan hasil dari pembakaran sekam padi yang dilakukan dengan metode
pirolisis. Biochar sekam padi berpotensi dalam menambah unsur hara, sesuai
menurut Rachman, et al., (2015) biochar sekam padi menghasilkan kandungan
3

0,05% Nitrogen (N), 30,76% karbon (C), 0,06% kalium (K), 0,23% fospor (P)
serta menghasilkan derajat keasaman (pH) 8,3.
Pupuk kandang dan sampah kota merupakan pupuk organik. Pupuk kandang
yang digunakan berupa pupuk kandang sapi. Tingginya kandungan N, P, dan K
pada pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan
efisiensi penggunaan pupuk anorganik sehingga dapat mempercepat pertumbuhan
tanaman. Sampah kota berupa sampah yang berasal dari sampah pasar. Sampah
kota yang digunakan berupa sampah kota yang mudah dalam mengalami
pelapukan. Disamping itu, melimpahnya sampah kota dapat dimanfaatkan, dan
secara tidak langsung dapat membantu kelestarian lingkungan.
Penggunaan biochar sekam padi, pupuk kandang, sampah kota dan liat
(biokanat) dalam bentuk granul dapat diaplikasikan dengan mudah ke tanah
sawah bekas tambang emas. Sawah merupakan tempat budidaya padi dalam
bentuk tergenang oleh air. Padi merupakan tanaman pangan yang dijadikan
sebagai makanan pokok oleh sebagian masyarakat di dunia. Di Indondesia, padi
merupakan komoditas utama dalam kelangsungan hidup masyarakat. Indonesia
merupakan negara yang memiliki jumlah peduduk yang besar dalam menghadapi
tantangan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Oleh karena itu,
kebijakan ketahanan pangan menjadi fokus utama dalam pembangunan pertanian.
Berdasarkan uraian di atas, penulis telah melakukan penelitian dengan judul
“Pemberian Biokanat terhadap Ketersediaan Unsur Hara Makro (N,P,K),
Reduksi Hg dan Pertumbuhan Tanaman Padi pada Tanah Bekas Tambang
Emas Pasca Remediasi tetadi”
B. Tujuan Penelitian
Tujuan kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran aplikasi
biokanat terhadap perbaikan kandungan hara makro (N,P,K) dan reduksi merkuri
(Hg) pada lahan bekas tambang emas pasca remediasi dengan tetadi pada tanaman
padi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Karateristik Tanah Bekas Tambang Emas


Tanah bekas tambang emas merupakan tanah yang sudah terganggu, dengan
horizon tanah yang sudah tidak teratur akibat dari pembolak balikan tanah, tanah
bagian atas (top soil) menjadi tanah bagian bawah (sub soil) dan sebaliknya.
Tanah bagian atas yang digantikan oleh tanah dari lapisan bawah sehingga tanah
menjadi kurang subur (Oktabriana, et al., 2017). Hal ini dapat dilihat vegetasi
yang mampu hidup pada lahan bekas tambang terdiri dari rerumputan, paku-
pakuan dan perdu (Putri, 2021). Karakteristik tanah bekas tambang berupa
hilangnya profil lapisan tanah, rendahnya pH tanah, Kandungan hara tanah
rendah, pencemaran logam berat pada lahan bekas tambang (trailing), serta
penurunan populasi mikroba tanah (Wasis dan Fathia 2011).
Tanah bekas tambang akan terjadi perubahan kondisi kimia tanah. Sifat
kimia tanah berkaitan dengan keberadaan hara makro seperti (N, P dan K) yang
dibutuhkan dalam jumlah banyak untuk pertumbuhan tanaman dan sifat kimia
lainnya termasuk pH, KTK, C-organik dan rasio C/N. Berdasarkan penelitian
Aryanti, et al., 2019 tanah bekas tanah tambang emas mempunyai kandungan
asam (pH) 3,99, kapasitas tukar kation 0,923 g Cmol-1, nitrogen (N) 0,027%, P2O5
15,28 ppm, kalium (k) 0,027 cmol/kg-1, C-organik 0,570%, rasio C/N 19,767.
Aktivitas penambangan emas akan mengalami pencemaran Merkuri (Hg).
Mercuri akan dijumpai dalam berbagai bentuk diantaranya Hg0, Hg2+ Hg22+, Hg
organik, dan metil merkuri yang tingkat bahayanya 50 kali lebih tinggi dari bentuk
lainnya (Hidayati, 2020). Penambangan emas akan melepas mercuri (Hg) dalam
bentuk unsur (Hg0) di udara, sedangkan di tanah dalam bentuk (Hg2+) yang
menyebabkan pencemaran tanah. Hg2+ yang berdekatan dengan perairan akan
menjadi Metilasi merkuri (MeHg) dalam air yang disebabkan oleh bakteri
pereduksi sulfat dengan dinamakan biotransformasi (Mosguera, et al., 2020).
B. Bahan Amelioran Biochar Sekam Padi, Pupuk Kandang, Sampah Kota
dan Liat (Biokanat) sebagai Pengikat Logam Berat dan Pembenah
Tanah Bekas Tambang Emas
Pemberian bahan organik merupakan suatu upaya untuk meningkatkan
unsur hara dan mengikat merkuri pada lahan bekas tambang. Pemilihan bahan
5

organik yang digunakan didasarkan pada sisa tanam melimpah dan kurang
termanfaatkan. Bahan organik yang digunakan dalam pembuatan biokanat adalah
biochar sekam padi, pupuk kandang, sampah kota dengan cara pengomposan.
Pengomposan dilakukan berguna untuk dekomposisi bahan organik menjadi
halus. Pengomposan dilakukan dengan proses anaerob dan pemberian aktivator.
Proses perombakan bahan organik dapat terjadi secara fisiko-kimia. Menurut
Setyorini et al., (2006) bahwa kompos yang telah matang dengan proses anaerob
akan menghasil metana, hara dan humus. Kompos yang telah matang akan
dikemas dalam bentuk granul yang dinamakan dengan granul biokanat. Granul
biokanat yang telah terbentuk dilakukan analisis kimia, guna untuk melihat
kandungan hara yang ada pada kompos. Selain itu, kandungan yang terdapat pada
kompos dapat dijadikan referensi dalam perlakuan yang diberikan ke tanah dalam
pertumbuhan tanaman.
Biochar merupakan arang hitam dari hasil pembakaran dalam keadaan
oksigen yang rendah dengan metode pirolisis (Verdiana, et al., 2016). Biochar
dapat dikatakan sebagai karbon aktif karena berbentuk kristal makro karbon yang
pori porinya dapat mengadsorpsi anion, kation, dan molekul dalam bentuk
senyawa organik dan anorganik. Karbon aktif mempunyai gugus fungsi seperti
gugus karboksilat, gugus hidroksifenol, dan berbagai macam gugus lainnya
seperti Gambar 1.

Gambar 1. Struktur kimia karbon aktif (Sudibandriyo, 2003 cit Syamsudin, 2017)
6

Biochar dapat menurunkan secara nyata pencemaran logam berat pada


tanah. Penerapan biochar dapat melibatkan sejumlah mekanisme yang akan
diilustrasikan pada gambar 2.

Gambar 2. Mekanisme penjerapan logam berat oleh biochar ( Lu, et al., 2012 cit
Hidayat 2015)

Mekanisme penyerapan Pb2+ oleh biochar dapat terjadi pada tanah yang
tercemar logam akan diikat dari biochar. Setelah itu, gugus fungsional yang
berbeda dengan mineral oksida hidroksil bebas dan akan mengendap pada
permukaan lainnya. Lalu, fisik adsorpsi innersphere dan presipitasi permukaan
yang berkontribusi terhadap stabilitasi Pb2+ (Hidayat 2015).
Bahan organik yang digunakan selain biochar yaitu pupuk kandang dan
sampah kota. Pupuk kandang ialah pupuk organik yang berasal dari kotoran
hewan yang berasal dari sapi. Zat hara yang dikandung pupuk kandang tergantung
dari sumber kotoran bahan bakunya (Neltriana, 2019 ). Pupuk kandang sapi
memiliki kandungan hara karbon (C) 24,57%, nitrogen (N) 1,63%, fosfor (P)
0,26%, kalium (K) 2.80% (Sudarsono, et al., 2013). Sedangkan sampah kota
didapatkan dari sampah pasar dan sampah rumah tangga yang mudah memgalami
pelapukan.
7

Penggunaan pupuk kandang dan sampah kota dapat memperbaiki sifat


kimia, dan fisika, tanah. Salah satu sifat kimia yang dapat diperbaiki berupa dapat
meningkatkan kemampuan tanah dalam tukar kation dan meningkatkan
ketersedian hara bagi tanaman. Sifat fisik yang dapat diperbaiki diantaranya
meningkatnya kemampuan menahan air, memantapkan agregat tanah serta
memperbaiki aerasi dan drainase tanah (Zainal, et al., 2014; Syawal, et al., 2017).
Biokanat agar dapat dijadikan granul maka akan diberikan liat yang berasal dari
ultisol.

C. Karakteristik Tanah Sawah dan Syarat Tumbuh Tanaman Padi Sawah


Tanah sawah bukan merupakan istilah dari taksonomi, tetapi merupakan
istilah umum seperti halnnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian dan
sebagainya. Sawah dapat terbagi atas sawah irigasi, sawah tadah hujan, sawah
lebak dan sawah surut. Sawah irigasi adalah sawah yang airnya berasal dari air
irigasi sedangkan sawah tadah hujan adalah sawah yang menerima langsung dari
air hujan. Pada sawah lebak dapat ditemukan daerah rawa sedangkan sawah surut
dapat ditemukan didaerah pasang surut (Palembang, et al., 2013).
Tanah sawah mempunyai sifat kimia tanah. sifat kimia tanah yang dimiliki
berupa pH tanah, potensial redoks, C-organik, basa-basa yang dapat ditukarkan.
pH pada tanah yang disawahkan mempunyai pH yang netral berkisar antara 6,16-
7,5, potensial redoks merupakan perpindahan elektron dalam tanah berkisar antara
200-300 mV, C-organik tergantung pada bahan organik yang ditambahkan,
berkisaran 1,38-3,36% sedangkan basa-basa yang dapat ditukarkan lebih tinggi
53,29-100% dibandingkan pada tanah sawah daripada tanah kering (Rahayu, et
al., 2014).
Penggenangan pada tanah sawah sangat mempengaruhi dinamika hara
didalam tanah. keadaan reduksi pada saat penggenangan akan mengubah
transformasi mikroba tanah. Mikroba tanah sangat berperan dalam perubahan
kimia tanah. mikroba aerob akan digantikan dengan mikroba anaerob yang
menggunakan sumber energi teroksidasi yang mudah dalam reduksi seperti NO3-,
SO43-, Fe3+ dan Mn 4+ (Setyorini dan Abdulrachman 2019).
Tanah sawah umumnya tanaman yang dibudidayakan adalah padi meskipun
kadang diganti dengan tanaman lain seperti palawija, hortikultura dan tanaman
8

semusim lainnya. Lahan dengan pola tanam padi terjadi penurunan kesuburan
tanah yang disebabkan pengangkutan bahan organik tanpa pengembalian kembali
kedalam tanah. Rotasi tanaman padi dengan tanaman semusim lainnya pada tanah
sawah dapat membantu memperbaiki tanah dan menambah bahan organik tanah
(Palembang, et al., 2013).
Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang banyak dibudidayakan di
Indonesia. Taksonomi tanaman padi secara lengkap adalah sebagai berikut :
Divisio: Spermatophyta, Sub Divisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae
Ordo: Poales, Famili: Graminae, Genus: Oryza, Spesies: Oryza sativa.
Pertumbuhan tanaman padi dibedakan menjadi tiga fase, yaitu fase vegetatif, fase
generatif (reproduksi) dan fase pemasakan. Fase vegetatif dimulai dari saat
berkecambah sampai anakan aktif yaitu anakan maksimal, bertambahnya tinggi
tanaman dan tumbuh secara teratur. Fase reproduktif dimulai dari inisiasi
primordia malai dengan memanjangnya ruas batang, berkurangnya jumlah
anakan, munculnya daun bendera, bunting dan pembungaan. Fase pemasakan
dimulai dari berbunga sampai panen, yang ditandai, masak kuning dan masak
fisiologis (Supramudho, 2008). Tanaman padi membutuhkan curah hujan berkisar
200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. (AKK, 1990 cit
Saputra, 2013). Menurut Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh (2009), suhu
yang optimum untuk pertumbuhan tanaman padi adalah berkisar 24-29° C.
BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Oktober 2021 sampai dengan
Februari 2022 yang bertempat di Rumah Kaca. Analisis tanah dan tanaman
dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Padang, Sumatera Barat. Jadwal penelitian selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran.1

B. Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanah bekas tambang
pasca remediasi dan benih padi. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian
lebih detail di sajikan pada lampiran 2 dan 3.

C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian Putri, (2021) dengan
beberapa perlakuan dosis tetadi sebagai penelitian tahap I dan dilanjutkan
dengan tahap 2. Penelitian tahap 2 menggunakan percobaan rancangan acak
lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dengan aplikasi biokanat dosis
maksimal 10 ton/ha, dengan 3 ulangan sehingga diperoleh 18 satuan. Satuan
percobaan sebagai berikut.
Perlakuan
A = (Kontrol)
B = 10 ton/ha tetadi dan 0 ton/ha biokanat
C = 20 ton/ha tetadi dan 0 ton/ha biokanat
D = 0 ton/ha tetadi dan 10 ton/ha biokanat
E = 10 ton/ha tetadi dan 10 ton/ha biokanat
F = 20 ton/ha tetadi dan 10 ton/ha biokanat
Data hasil penelitian diolah secara statistik dengan uji F pada taraf nyata
5%. Data hasil penelitian yang menunjukkan perbedaan yang nyata dilanjutkan
dengan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
10

D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan dalam pembuatan Biochar Sekam Padi serta
pengomposan.
Biochar sekam padi yang dibuat dengan metode pirolisis dengan cara
dibakar selama 4 jam dengan suhu 500oC untuk menjadi arang
(Verdiana, et al., 2016). Setelah terjadinya biochar, bahan tersebut dicampur
dengan pupuk kandang dan sampah kota dengan perbandingan 2:2:1 dalam satuan
kg untuk dijadikan kompos. Kotoran sapi yang sudah kering angin dan sampah
kota dicacah menggunakan mesin pencacah. Bahan dasar ditumpuk secara merata,
selanjutnya dilakukan penambahan kapur dolomit sebanyak 1/20 dari berat
kotoran sapi, ditambahkan bioaktivator Tricodherma sp. secara merata.
Selanjutnya bahan tersebut diaduk secara merata menggunakan mesin pengaduk.
Setelah itu, dilakukan fermentasi selama ≥ 4 minggu. Kompos yang telah matang
ditandai dengan warnanya telah berubah menyerupai tanah, suhu mendekati suhu
ruangan 25-300C dan C/N < 15.10
2. Pembuatan granul Biokanat
Setelah kompos matang, selanjutnya kompos dikering anginkan dan
diayak dengan ukuran 0,05 mm. Setelah itu, ditambahkan bahan perekat tanah liat
dengan perbandingan kompos dan perekat tanah liat sebesar 1:1 dalam satuan kg.
Bahan tersebut diaduk secara merata, selanjutnya dimasukkan ke dalam pan
granulator sesuai kapasitas alat. Tahapan berikutnya dihidupkan mesin pan
granulator dan dibiarkan berputar, sementara itu disemprotkan larutan molase
(larutan gula merah dan air 1:1 secara merata. Granul yang telah terbentuk
selanjutnya dikering anginkan.
3. Persiapan Tanah
Tanah yang digunakan berupa tanah bekas tambang emas pasca
remediasi seberat 8 kg/pot setara dengan berat kering mutlak. Tanah tersebut
dipindahkan ke dalam ember dan diberi penomoran pada setiap perlakuan.
Sampel tanah tersebut diambil dan dilakukan analisis kimia tanah sebagai
analisis tanah awal. selain analisis kimia tanah, tanah tersebut akan dihitung
kadar air tanah kering angin ditetapkan prosedurnya pada lampiran 6.
11

4. Pemberian perlakuan
Tanah bekas tambang emas pasca remediasi dicampurkan dengan
amelioran yang sesuai dengan dosis perlakuan. Kemudian diaduk rata, dan
ditambahkan dengan air hingga tanah dalam keadaan kapasitas lapang. Sampel
tanah diinkubasi selama 15 hari. Kemudian sampel tanah diambil dimasing-
masing ember dan kemudian dilakukan analisis kimia tanah sebagai analisis
tanah akhir.
5. Proses Penyemaian Benih Padi
Benih dibilas dalam air bersih sebanyak 1 kg kemudian direndam dalam
air selama 2 x 24 jam. Setelah itu, benih diperam selama 1 x 24 ditempat yang
gelap dan ditutup, selanjutnya dibuat media persemaian. Pembuatan media
persemaian dengan tanah lumpur. Setelah itu, benih yang direndam dimasukkan
ke dalam media dan disimpan ditempat yang aman selama dua minggu. Air diberi
tiap hari agar kelembapannya terjaga.
6. Proses penanaman Padi
Bibit yang ditanam yang berumur muda yaitu kurang dari 12 hari setelah
semai yang mempunyai 2 helai daun. Bibit padi ditanam tunggal yaitu satu bibit
perlubang. Penanaman yang dilakukan dengan dangkal atau kedalaman 1-1,5 cm,
setelah itu tanah digenangi dengan ketinggian air maksimal 2 cm.
7. Pemupukan
Agar tanaman dapat tumbuh maksimal, maka dilakukan pemberian
pupuk tanaman padi. Pupuk yang diberikan adalah 1,7 g Urea, 1,3 g Sp-36,
dan 1,1 g KCl. Perhitungan pupuk akan dilihat pada lampiran 7.
8. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari sesuai dengan kebutuhan tanaman
dengan cara menggunakan ember atau gembor. Penjagaan air pada tanah sawah
dengan ketinggian maksimal 2 cm.
b. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan dengan cara manual yaitu dengan
mencabut gulma yang tumbuh pada media dalam ember. Penyiangan dilakukan
sebulan sekali karena gulma yang tumbuh tidak terlalu banyak.
12

c. Pengendalian hama dan penyakit


Pada umur 2 MST terjadi adanya hama ulat bulu (Vanessa cardui) yang
menyerang, penanggulangan yang terjadi dilakukan adalah secara manual yaitu
membunuh ulat bulu yang berada di sekitar tanaman. Umur 12 MST (Minggu
Setelah Tanam) tanaman padi terjadi penyerangan hama berupa wereng coklat,
pengendalian yang dilakukan adalah dengan melakukan penyemprotan pestisida
Plenum dengan dosis 1,4 g/L.

E. Pengamatan
1. Analisis Granul Biokanat
Analisis yang dilakukan pada granul biokanat di laboratorium yang terdiri
dari pH, C-organik, kapasitas tukar kation (KTK), P-total, N-total, K-total, Mg-
total, Ca-total.
2. Analisis Tanah Awal
Analisis tanah awal berupa tanah pasca remediasi dengan perlakuan 0
ton/ha, 10 ton/ha, 20 ton/ha yang ulangan pada setiap perlakuan dikompositkan
sehingga diambil 1 sampel dari masing-masing perlakuan dan dilakukan analisis.
Analisis dilakukan di Laboratorium yang terdiri dari C-organik dengan metode
Walkley and Black, analisis pH dengan metode Elektrometrik, N total dengan
metode kjeldahl, P tersedia metode Bray I diukur dengan spektrofotometer, KTK
dengan metode leaching, K-dd dengan metode pencucian Ammonium Asetat
(NH4OAc) 1 N pH 7 diukur dengan AAS, Hg dengan metode uap dingin.
Prosedur analisis selengkapnya disajikan pada lampiran 8.
3. Analisis Tanah Setelah Perlakuan
Tanah yang telah diberi perlakuan dilakukan analisis tanah yang berupa
sifat kimia tanah. Parameter yang diuji adalah pH tanah, N-total, P-tersedia, K-dd,
Mg-dd, Ca-dd, Na-dd C-organik, KTK, dan Hg tanah.
4. Tanaman
Pengamatan pada tanaman yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang
akar, Hg tanaman dan N, P, K pada tanaman. Prosedur analisis disajikan pada
lampiran 9.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Pupuk Granul Biokanat


Biokanat merupakan sebuah pupuk organik yang dibuat dari berbagai
formulasi yang berbahan dasar biochar sekam padi, pupuk kandang, sampah kota
dan liat. Berdasarkan pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa pupuk granul biokanat,
sesuai memenuhi persyaratan kriteria menurut SNI 7763-2018 yang mana
kandungan minimum C-organik minimal 15%, C/N maksimal 25, unsur hara
makro (N-total + P-total + K-total) minimal 2% dan pH 4-9, sedangkan
magnesium total minimal 0,6%, kalsium total minimal 25,50 % menurut SNI 19-
7030-2004 Kandungan yang terdapat pada pupuk granul biokanat dapat dijadikan
referensi dalam perlakuan yang diberikan ke tanah untuk pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan hasil analisis pupuk granul biokanat karakteristik kimia granul
biokanat yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Analisis Karakteristik Kimia Pupuk Granul Biokanat
Parameter Nilai Kriteria
pH 7,08 Sesuai SNI
C-Total (%) 31,92 Sesuai SNI
N-Total (%) 2,12 Sesuai SNI
P-Total (%) 0,76 Sesuai SNI
K-Total (%) 4,06 Sesuai SNI
C/N 15,06 Sesuai SNI
Mg-Total (%) 0,64 Sesuai SNI
Ca- total (%) 2,60 Sesuai SNI

Berdasasarkan Tabel 1 pupuk organik granul biokanat mempunyai nilai pH


sebesar 7,08 dan bersifat netral. Menurut Tantri, et al., (2016) kondisi pH yang
netral pupuk granul biokanat terjadi karena pada pengomposan terjadinya aktivitas
mikroorganisme yang berjalan dengan sempurna dalam penguraian bahan organik,
sehingga pH menjadi netral dan unsur hara yang dilepaskannya juga semakin
banyak. Selain itu, pH yang meningkat dapat disebabkan oleh jumlah kation yang
meningkat seperti magnesium, kalium dan kalsium serta protein yang telah
mengalami penghancuran serta adanya pelepasan amoniak (Haryanti, et al., 2018).
Kandungan karbon pupuk organik granul biokanat pada Tabel 1 sebesar
14

31,92 %. Perombakan bahan organik akan dibantu oleh mikroorganisme, semakin


banyak mikroorganisme dalam pengomposan maka semakin cepat dalam proses
penguraian bahan organik (Irvan, et al., 2014). Mikroorganisme dalam proses
perombakan bahan organik akan menghasilkan C-organik (Kurniawati, et al.,
2021). C-organik akan dimanfaatkan oleh mikrooganisme sebagai sumber energi
selama dalam proses pengomposan (Wati, 2018). Hal ini menyebabkan unsur C-
organik dalam pupuk organik granul biokanat akan mengalami penurunan (Syafria
dan Farizaldi, 2022).
Berdasarkan Tabel 1 hasil analisis nitrogen pada pupuk organik granul
biokanat sebesar 2,12%. Kandungan nitrogen pada pupuk granul biokanat terjadi
karena adanya proses pelapukan dari bahan organik. Pelapukan bahan organik
yang dibantu oleh mikrooganisme akan menghasilkan ammonia (NH3+)
(Kurniawati, et al., 2021). Ammonia (NH3+) yang dihasilkan akan diikat oleh
gugus fungsional dari biochar pada waktu pengomposan, sehingga ammonia
(NH3+) tidak mengalami proses volatilisasi (penguapan) (Dias, et al., 2010).
Kandungan rasio C/N pupuk organik granul biokanat pada Tabel 1 sebesar
15,06. Kompos yang matang mempunyai rasio C/N berkisar 10 - 20 (Trivana, et
al., 2017). Semakin lama waktu pengomposan kandungan rasio C/N mengalami
penurunan, hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya aktivitas
mikroorganisme dalam melakukan perombakan bahan organik (Irvan, et al.,
2014). Disamping itu, bahwa ketersediaan unsur hara dapat dipengaruhi oleh rasio
C/N, jika rasio C/N tinggi maka ketersedian hara sedikit tersedia bagi tanaman,
sebaliknya jika rasio C/N rendah maka ketersediaan hara tinggi dan tersedia bagi
tanaman (Tantri, et al., 2016).
Berdasarkan pada Tabel 1 kandungan fosfor pada granul biokanat sebesar
0,76 % dengan kriteria sesuai dijadikan sebagai pupuk organik yang berdasarkan
SNI 19-7030-2004 dengan kadar minimal sebesar 0,1 %. Fosfor pada pupuk
organik granul biokanat dapat dihasilkan dari dekomposisi bahan organik yang
dibantu oleh enzim fosfatase dari organisme (Wulandari, et al., 2016). Bahan
organik yang telah terdekomposisi oleh organisme akan menghasilkan fosfot
tersedia dalam bentuk PO42- yang mudah diserap oleh tanaman (Kurniawati, et
al.,2021).
15

Kandungan kalium, magnesium, dan kalsium pupuk organik granul biokanat


pada Tabel 1 sebesar 4,06%, 0,64%, 2,602%. Bahan organik telah dekomposisi
dapat meningkatkan kapasitas tukar kation, hal ini berhubungan dengan muatan-
muatan negatif yang berasal dari gugus karboksil dan fenolat, muatan negatif akan
berpotensi dalam mengikat kation – kation yang bermuatan positif seperti kalium,
magnesium dan kalsium yang diikat (Indrawan, et al., 2016). Disamping itu
kandungan kalium, magnesium dan kalsium juga berasal dari liat dan kapur yang
diberikan pada pupuk organik granul biokanat. Pelapukan bahan anorganik (liat)
akan menghasilkan mineral yang mengandung kalium dan magnesium, sedangkan
kalsium dapat meningkat karena dari hasil pengapuran (Tehubijuluw, 2014).

B. Karakteristik tanah tambang emas setelah satu tahun pemberian tetadi


Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah bekas tambang emas
pasca remediasi dengan tetadi. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 2, sebagai
berikut :
Tabel 2. Karakteristik tanah tambang emas setelah satu tahun pemberian tetadi.
Pemberian Tetadi
No Parameter 0 10 20
………. ton/ha……….
1 pH H20 4,64 m 5,38 m 5,47 m
2 N-total (%) 0,08 sr 0,19 r 0,28 s
3 C-Organik (%) 1,48 r 1,71 r 1,99 r
4 C/N 18,03 t 8,96 r 7,13 r
5 Bahan Organik 2,56 r 2,95 r 3,43 r
6 P-tersedia (ppm) 6,03 r 14,98 s 31,55 st
7 KTK (cmol/kg) 16,45 r 29,59 t 37,25 t
8 Ca-dd (cmol/kg) 0,85 sr 1,70 sr 2,78 r
9 Mg-dd (cmol/kg) 0,41 r 0,68 r 0,83 r
10 K-dd (cmol/kg) 0,19 r 0,28 r 0,41 s
11 Na-dd (cmol/kg) 0,16 r 0,30 r 0,32 r
12 Hg (ppm) 0,26 - 0,22 - 0,16 -
Keterangan : m = masam, sr = sangat rendah, r= rendah, t = tinggi, st = sangat
tinggi
16

Berdasarkan hasil analisis yang didapatkan bahwa tanah yang telah


diremediasi oleh tetadi memiliki tingkat kesuburan yang tergolong masih rendah.
Berdasarkan Tabel 2 efek sisa tetadi memberikan peningkatan terhadap pH (H2O)
tanah bekas tambang emas. Nilai pH (H2O) tertinggi terdapat pada perlakuan 20
ton/ha tetadi sebesar 0,81 Unit dibandingkan dengan 0 ton/ha tetadi.
Meningkatnya pH (H2O) dapat disebabkan oleh dosis tetadi yang diberikan.
Menurut Haynes dan Mokolobate, (2001) proses dekomposisi efek sisa tetadi
akan meningkatkan kalsium, magnesium, kalsium dan menghasilkan asam-asam
organik sehingga dapat menurunkan Al-dd dalam tanah. Asam-asam organik
berupa fenolat (OH-) yang berasal dari residu efek sisa tetadi mampu mengikat Al
serta konsentrasinya menurun (Novak, et al., 2009).
Efek sisa tetadi memberikan peningkatan kandungan nitrogen tanah. Pada
Tabel 2 dapat dilihat bahwa kandungan nitrogen efek sisa tetadi bernilai 0.08
hingga 0.28 % dengan kriteria dari sangat rendah hingga sedang. Efek sisa tetadi
pada perlakuan 20 ton/ha mampu meningkat nitrogen sebesar 0,2 % jika
dibandingkan dengan perlakuan 0 ton/ha tetadi. Hal ini disebabkan karena tetadi
yang tertinggal didalam tanah akan mengalami dekomposisi sehingga melepaskan
hara seperti nitrogen (Andri dan Timung 2018).
Pada Tabel 2, juga terlihat C-organik yang dimiliki pada efek sisa tetadi
kriteria rendah pada setiap perlakuan, dengan nilai berkisar dari 1,48 % sampai
1,99 %. Peningkatan C-organik di dalam tanah dapat disebabkan oleh kandungan
efek sisa bahan organik berupa tetadi yang ada diberikan ke dalam tanah
(Hasibuan, 2015). Selain itu, faktor penyebab meningkatnya nilai C-organik pada
setiap perlakuan dipengaruhi oleh perbedaan dosis yang diberikan ke dalam tanah,
sehingga menyebabkan daya serap air tanah meningkat, dan tanah menjadi
lembab, akibatnya aktivitas mikroorganisme juga meningkat. Mikroorganisme
berfungsi dalam merombak bahan organik didalam tanah sehingga ketersediaan
hara menjadi meningkat (Hartatik et al., 2015).
Bahan organik pada Tabel 2 pada efek sisa tetadi berkisar antara 2,56%-
3.43% dengan kriteria rendah. Bahan organik pada efek sisa 20 ton/ha mampu
meningkatkan sebesar 0,91 % jika dibandingkan dengan kontrol. Meningkatnya
bahan organik sejalan dengan perlakuan yang diberikan didalam tanah. semakin
17

banyak perlakuan yang diberikan kedalam tanah, semakin banyak sisa kandungan
bahan organik yang ada di dalam tanah.
Berdasarkan Tabel 2 kandungan P-tersedia pada efek sisa tetadi dengan
kriteria rendah hingga sangat tinggi dengan nilai tanah sebesar 6,03 hingga 31,55.
P-tersedia di tanah sangat erat kaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah.
Menurut Wulandari, (2001) bakteri pelarut fosfat di tanah dapat menyediakan P-
tersedia tanah serta membantu dalam proses pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan serapan hara. Selain itu, peningkatan P-tersedia dikarenakan
adanya residu pupuk P. Menurut Ismon dan Siska (2018) pupuk P yang diberikan
pada tanah sebagian kecil diambil oleh tanaman, sisanya dijerap dan tertinggal
didalam tanah.
Kapasitas tukar kation pada efek sisa tetadi berkisar rendah hingga tinggi
dengan nilai dari 16.45 hingga 37.25 yang dapat dilihat pada Tabel. Peningkatan
Kapasitas tukar kation tanah meningkat pada perlakuan 20 ton/ha tetadi sebesar
20,80 cmol/kg jika dibandingkan dengan perlakuan 0 ton/ha tetadi. Meningkatnya
KTK tanah disebabkan oleh gugus fungsional pada efek sisa tetadi yang akan
menyumbang muatan negatif sehingga banyak kation basa yang dapat diserap
(Liang, et al., 2008). Meningkatnya kandungan basa-basa pada tanah bekas
tambang emas disebabkan oleh peningkatan KTK tanah yang terjadi
mengakibatkan semakin banyak kation basa yang dapat dijerap oleh tanah seperti
Ca, Mg, K, dan Na . Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kandungan basa tertinggi
pada perlakuan 20 ton tetadi.

C. Hasil Analisis Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi dengan


Tetadi Setelah Pemberian Perlakuan Biokanat.
Analisis beberapa sifat kimia tanah setelah inkubasi selama 2 minggu
pemberian biokanat diantaranya meliputi: pH H20, P-tersedia (ppm), C-organik
(%), N-total (%), KTK (me/100g), K-dd (me/100g), Ca-dd (me/100g), Mg-dd
(me/100g), Na-dd (me/100g) dan Hg (ppm). Hasil analisis hasil beberapa sifat
kimia tanah dapat disajikan sebagai berikut.
1. Nilai pH (H2O)
Hasil pengukuran pH tanah setelah pemberian granul biokanat dapat
disajikan pada Tabel 3, dengan sidik ragam pada Lampiran 13. Pada Tabel 3 dapat
18

dilihat bahan efek sisa pada tetadi serta pemberian bahan organik berupa granul
biokanat memiliki hasil yang berbeda. Berdasarkan hasil statistik menunjukkan
bahwa efek sisa tetadi serta pemberian granul biokanat memberikan pengaruh
berbeda sangat nyata antar perlakuan.
Tabel 3. Hasil Analisis pH H2O Setelah Pemberian Perlakuan Granul Biokanat
pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi dengan Tetadi.
Perlakuan pH (H2O)
0 ton/ha tetadi (Kontrol) 5,28 f
10 ton/ha tetadi 5,83 d
20 ton/ha tetadi 6,29 b

0 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 5,66 e


10 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 6,05 c
20 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 6,52 a
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang berbeda nyata pada
taraf 5% menurut DNMRT.

Berdasarkan Tabel 3, nilai pH (H2O) pada perlakuan berkisar antara 5.28


sampai 6.52 unit. Nilai pH (H2O) tertinggi pada perlakuan efek sisa tetadi
didapatkan pada perlakuan 20 ton/ha tetadi yaitu 6.29 unit. nilai pH (H2O)
terendah pada perlakuan efek sisa tetadi didapatkan pada perlakuan 0 ton/ha tetadi
yaitu 5.28 unit. Pemberian 10 ton/ha pupuk granul biokanat pada efek sisa tetadi
mengalami peningkatan nilai pH (H2O). Nilai pH (H2O) tertinggi didapatkan pada
perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat sebesar 6.52 unit. Nilai
pH (H2O) terendah didapatkan pada perlakuan 20 ton/ha tetadi sebesar 5.66 unit.
Berdasarkan uji statistik bahwa nilai pH (H2O) pada perlakuan 0 ton/ha tetadi
(kontrol) berbeda sangat nyata terhadap perlakuan 10 ton/ha tetadi dengan 20
ton/ha tetadi, dan perlakuan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat berbeda sangat
nyata terhadap perlakuan 10 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat dengan 20 ton.
Peningkatan nilai pH tanah pada perlakuan efek sisa tetadi dapat disebabkan
karena adanya pengaruh residu aplikasi biochar sekam padi. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Sasmita, et al., (2021) menyatakan bahwa setiap peningkatan
dosis biochar pada pupuk organik yang diberikan ke tanah akan meningkatkan pH
tanah. Aplikasi granul biokanat pada efek sisa tetadi juga meningkatkan nilai pH
19

tanah. Granul biokanat merupakan formula dari biochar sekam padi, pupuk
kandang dan sampah kota yang dikomposkan. Menurut Saidy (2018) peningkatan
pH tanah terjadi karena adanya proses kompleksasi proton oleh asam-asam
organik dengan mekanisme yang terjadi ketika granul biokanat akan mengalami
dekomposisi yang berada didalam tanah, asam–asam organik yang berada didalam
tanah akan mengikat ion H+, sehingga ion H+ di dalam tanah akan berkurang.
Selain itu, tanah liat yang telah dikapur yang digunakan dalam penggranulan
biokanat dapat meningkatkan pH tanah karena kapur yang telah terhidrolisis akan
menghasilkan muatan negatif. Peningkatan kemasaman tanah tidak hanya dengan
penambahan bahan organik. Namun, peningkatan kemasaman tanah dapat
dilakukan dengan penggenangan. Rusman, et al., (2018) mengatakan salah satu
teknik yang efektif dalam meningkatkan pH tanah dengan cara penggenangan.

2. Nilai C-organik, Bahan Organik, N-Total dan C/N pada Tanah


Analisis kandungan C-organik, bahan organik, N-Total dan C/N Tanah
dapat dilihat pada Tabel 4 dengan sidik ragam pada Lampiran 13.
Tabel 4. Hasil Analisis C-organik, Bahan Organik, N-Total dan C/N Setelah
Pemberian Perlakuan Granul Biokanat pada Tanah Bekas Tambang
Emas Pasca Remediasi dengan Tetadi.
C- C/N Bahan
N-Total
Perlakuan Organik Organik
.......%……. ...%…
0 ton/ha tetadi (Kontrol) 1,51 e 0,10 e 15,10 a 2,59 e
10 ton/ha tetadi 1,79 cd 0,22 c 8,33 b 3,09 cd
20 ton/ha tetadi 2,05 ab 0,30 b 6,90 bc 3,54 ab

0 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 1,67 d 0,16 d 10,53 b 2,88 d


10 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 1,93 bc 0,27 b 7,27 bc 3,33 bc
20 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 2,19 a 0,34 a 4,28 c 3,76 a
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang berbeda nyata pada
taraf 5% menurut DNMRT.
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa perlakuan efek sisa tetadi dan
pemberian 10 ton/ha biokanat mampu meningkatkan kandungan karbon organik
berbeda sangat nyata jika dibandingkan dengan kontrol. Kandungan karbon
organik tertinggi pada efek sisa tetadi tetadi pada perlakuan 20 ton/ha tetadi yaitu
2,05 %. Kandungan bahan organik terendah pada efek sisa tetadi tetadi pada
20

perlakuan 0 ton/ha tetadi yaitu 1,51 %. Pemberian 10 ton/ha pupuk granul


biokanat pada efek sisa tetadi nilai kandungan bahan organik tertinggi didapatkan
pada perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat yaitu 2,19 %. Nilai
terendah didapatkan pada perlakuan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha tetadi yaitu 1,67
%. Meningkatnya karbon organik pada perlakuan tetadi tanah dapat disebabkan
dengan peningkatan dosis tetadi yang diberikan. Hal ini disebabkan biochar dapat
menyumbangkan karbon sebesar 30,76 % (Rachman, et al., 2015). Aplikasi
granul biokanat pada efek sisa tetadi juga meningkatkan kandungan karbon
organik tanah. Sejalan dengan penelitian Utami dan Racmawati (2016) bahwa
penambahan bahan organik berhubungan positif terhadap kandungan karbon
organik tanah, karena bahan organik mempunyai kandungan karbon terbesar.
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa efek sisa tetadi dan pemberian 10
ton/ha granul biokanat mampu meningkatkan kandungan N-total berbeda sangat
nyata jika dibandingkan dengan kontrol. Meningkatnya kandungan N-total
tertinggi sebesar 0,94 pada perlakuan 20 ton tetadi jika dibandingkan dengan
kontrol. Pada perlakuan tetadi yang diberi biokanat mampu meningkatkan
kandungan C-organik tanah sebesar 0,18 pada perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10
ton/ha granul biokanat dibandingkan dengan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul
biokanat. Meningkatnya kandungan N-total tanah disebabkan karena pengaruh
dosis pemberian bahan organik ke tanah. Hal ini dapat terjadi karena dekomposisi
pupuk granul biokanat dan tetadi yang dibantu oleh mikrooganisme akan
menghasilkan nitrogen sehingga kandungan nitrogen dalam tanah akan meningkat
(Nurhidayati, 2016).
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa efek sisa tetadi dan pemberian 10
ton/ha biokanat mengalami penurunan rasio C/N berbeda sangat nyata jika
dibandingkan dengan kontrol. Menurunnya rasio C/N tertinggi sebesar 8,23 pada
perlakuan 20 ton tetadi jika dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan tetadi
yang diberi granul biokanat mampu menurunnya rasio C/N tertinggi sebesar 6,25
tanah pada perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat dibandingkan
dengan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat. Hal ini disebabkan adanya
penguraian dari bahan organik berupa tetadi dan granul granul biokanat yang
ditandai dengan C/N yang rendah (Stevenson, 1994).
21

Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa perlakuan efek sisa tetadi dan pemberian
10 ton/ha granul biokanat mampu meningkatkan kandungan bahan organik
berbeda sangat nyata jika dibandingkan dengan kontrol. Kandungan bahan
organik tertinggi pada efek sisa tetadi pada perlakuan 20 ton/ha tetadi yaitu 3.54
%. Kandungan bahan organik terendah pada efek sisa tetadi tetadi pada perlakuan
0 ton/ha tetadi yaitu 2.59 %. Pemberian 10 ton/ha pupuk granul biokanat pada
efek sisa tetadi nilai kandungan bahan organik tertinggi didapatkan pada
perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat yaitu 3,76 %. Nilai
terendah didapatkan pada perlakuan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha tetadi yaitu 2,88
%. Hal ini disebabkan dosis tetadi dan granul biokanat yang diberikan ke tanah
meningkat.

3. Nilai Kapasitas Tukar Kation dan Kandungan Basa-Basa


Hasil analisis KTK dan basa-basa tanah pada efek sisa tetadi dan pemberian
granul biokanat dilihat pada Tabel 5 dengan sidik ragam pada Lampiran 13.
Tabel 5.Hasil Analisis Kapasitas Tukar Kation dan Basa-basa Setelah Pemberian
Perlakuan Granul Biokanat pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca
Remediasi dengan Tetadi.
Basa-Basa
KTK
Perlakuan Na-dd Ca- dd Mg-dd K-dd
………..(cmol/kg)……….
0 ton/ha tetadi (Kontrol) 16,59 d 0,20 c 0,87 c 0,48 c 0,23 c
10 ton/ha tetadi 29,74 b 0,31 ab 1,75 ab 0,71 b 0,32 b
20 ton/ha tetadi 37,33 a 0,34 ab 2,87 a 0,89 ab 0,42 a

0 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 21,82 c 0,26 b 1,19 b 0,61 b 0,29 b


10 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 31,88 b 0,37 ab 1,83 ab 0,80 b 0,40 a
20 ton/ha teatdi + 10 ton/ha biokanat 40,58 a 0,41 a 2,96 a 1,21 a 0,46 a
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang berbeda nyata pada
taraf 5% menurut DNMRT.

Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa perlakuan efek sisa tetadi dan
pemberian 10 ton/ha granul biokanat mampu meningkatkan KTK berbeda sangat
nyata jika dibandingkan dengan kontrol. Nilai kapasitas tukar kation pada
perlakuan efek sisa tetadi dan pemberian 10 ton/ha granul biokanat berkisar antara
22

16.59 cmol/kg sampai 40.58 cmol/kg. Nilai kapasitas tukar kation tertinggi pada
perlakuan tetadi didapatkan pada perlakuan 20 ton/ha tetadi yaitu 37.33 cmol/kg.
Nilai KTK terendah pada perlakuan efek sisa tetadi didapatkan pada perlakuan 0
ton/ha tetadi yaitu 16.59 cmol/kg. Pemberian 10 ton/ha pupuk granul biokanat
pada efek sisa tetadi nilai KTK tertinggi didapatkan pada perlakuan 20 ton/ha
tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat yaitu 40,58 cmol/kg. Nilai terendah
didapatkan pada perlakuan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat yaitu
21,82 cmol/kg.
Meningkatnya KTK tanah bersumber dari bahan organik tetadi. Hal ini
karena pupuk organik yang berasal biochar sekam padi, dan kompos. Menurut
Jiang, et al., (2019) biochar memiliki karakteristik unik seperti luas permukaan
yang tinggi, struktur pori yang banyak, memiliki kelompok fungsional dan
memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi. Biochar sekam padi dapat
meningkatkan muatan negatif dari waktu ke waktu (Asadi, et al., 2021).
Penambahan granul biokanat pada tanah bekas tambang emas pasca remediasi
dengan tetadi. Selain itu, granul biokanat menggunakan formulasi biochar sekam
padi, pupuk kandang sapi dan sampah sayur yang dikomposkan dan liat. Liat yang
telah diberi kapur sebelum perekat juga dapat meningkatkan nilai KTK tanah
karena pH tanah yang telah meningkat dan terjadinya subtitusi isomorfik maupun
patahan pinggiran kristalin dan menyumbangkan muatan negatif sehingga KTK
meningkat. Menurut Darlita, et al., (2017) bahwa mineral liat berperan dalam
meningkatkan KTK tanah yang bersumber dari koloid anorganik.
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa perlakuan efek sisa tetadi dan
pemberian 10 ton/ha biokanat mampu meningkatkan kandungan Na-dd berbeda
sangat nyata jika dibandingkan dengan kontrol. Efek sisa tetadi pada perlakuan
10 ton/ha tetadi dan 20 ton/ha tetadi meningkatkan kandungan Na-dd sebesar 0,11
cmol/kg dan 0,14 cmol/kg jika dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan 10
ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat dan 10 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha
granul biokanat meningkatkan kandungan sebesar 0,11 cmol/kg dan 0,25 cmol/kg
jika dibandingkan dengan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat. Hal ini
disebabkan meningkatnya ketersediaan Na-dd dipengaruhi oleh peningkatkan
dosis tetadi dan granul biokanat.
23

Pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa perlakuan efek sisa tetadi dan pemberian
10 ton/ha granul biokanat mampu meningkatkan kandungan Ca-dd berbeda nyata
jika dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan efek sisa 10 ton/ha tetadi dan 20
ton/ha tetadi mampu meningkatkan kandungan Na-dd sebesar 0,88 cmol/kg dan 2
cmol/kg jika dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan 10 ton/ha tetadi plus
10 ton/ha granul biokanat dan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat
meningkatkan kandungan sebesar 0,64 cmol/kg dan 1,77 cmol/kg jika
dibandingkan dengan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat. Hal ini
disebabkan karena tingginya dosis pemberian bahan organik berupa tetadi dan
granul biokanat akan mengalami dekomposisi sehingga meningkatkan kandungan
kalsium (Nurhayati, 2019).
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa perlakuan efek sisa tetadi dan
pemberian 10 ton/ha granul biokanat mampu meningkatkan kandungan Mg-dd
berbeda nyata jika dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan efek sisa 10 ton/ha
tetadi dan 20 ton/ha tetadi meningkatkan kandungan Mg-dd sebesar 0,41 cmol/kg
dan 0,23 cmol/kg jika dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan 10 ton/ha
tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat dan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul
biokanat meningkatkan kandungan sebesar 0,19 cmol/kg dan 0,6 cmol/kg jika
dibandingkan dengan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat. Hal ini
disebabkan semakin tinggi kandungan Mg-dd pada pupuk organik tetadi dan
granul biokanat, semakin banyak Mg yang disumbangkan ke tanah. Menurut
Saptiningsih dan Haryanti (2015), Pelapukan bahan organik akan menghasilkan
gugus fungsional seperti gugus karboksilat dan fenolat sehingga meningkatkan
kapasitas tukar kation tanah yang dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam
mengikat unsur hara seperti magnesium.
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa efek sisa tetadi dan pemberian 10
ton/ha granul biokanat mampu meningkatkan kandungan K-dd berbeda nyata jika
dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan 10 ton/ha tetadi dan 20 ton/ha tetadi
meningkatkan kandungan Mg-dd sebesar 0,09 cmol/kg dan 0,19 cmol/kg jika
dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan 10 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha
biokanat dan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat meningkatkan
kandungan sebesar 0,11 cmol/kg dan 0,17 cmol/kg jika dibandingkan dengan 0
24

ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat. Hal ini disebabkan karena tingginya
dosis pemberian bahan organik berupa tetadi dan granul biokanat akan mengalami
dekomposisi sehingga meningkatkan kandungan kalium (Syofiani dan Oktabrina,
2020).

4. Nilai P-Tersedia Tanah


Hasil analisis KTK dan kandungan basa-basa tanah pada efek sisa tetadi dan
pemberian granul biokanat dilihat pada Tabel 6 dengan sidik ragam pada
Lampiran 13.
Tabel 6. Hasil Analisis P-Tersedia Setelah Pemberian Perlakuan Granul
Biokanat pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi dengan
Tetadi.
Perlakuan P-tersedia (ppm)
0 ton/ha tetadi (Kontrol) 6,39 f
10 ton/ha tetadi 15,17 d
20 ton/ha tetadi 31,65 b

0 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 10,49 e


10 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 18,54 c
20 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 36,70 a
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang berbeda nyata pada
taraf 5% menurut DNMRT.

Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa perlakuan efek sisa tetadi dan
pemberian 10 ton/ha biokanat mampu meningkatkan kandungan P-tersedia
berbeda sangat nyata jika dibandingkan dengan kontrol. Nilai kapasitas tukar
kation pada perlakuan efek sisa tetadi dan pemberian 10 ton/ha granul biokanat
berkisar antara 6,39 ppm sampai 36,70 ppm. Kandungan P-tersedia tertinggi pada
efek sisa tetadi didapatkan pada perlakuan 20 ton/ha tetadi yaitu 31,65 ppm.
Kandungan P-tersedia terendah pada perlakuan efek sisa tetadi didapatkan pada
perlakuan 0 ton/ha tetadi yaitu 6.39 ppm. Pemberian 10 ton/ha pupuk granul
biokanat pada efek sisa tetadi, kandungan P-tersedia tertinggi didapatkan pada
perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat yaitu 36,70 ppm.
Kandungan P-tersedia terendah didapatkan pada perlakuan 0 ton/ha tetadi plus 10
ton/ha tetadi yaitu 10,49 ppm.
25

Meningkatnya kandungan P-tersedia disebabkan karena tetadi pemberian


bahan organik berupa tetadi. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan
ketersedian unsur P dalam tanah dikarenakan bahan organik yang mengandung P
cepat larut dibandingkan dengan pupuk anorganik (Nurhidayati, 2016). Menurut
Saidy (2018), peningkatan ketersedian fosfor dapat terjadi melalui mekanisme
perombakan bahan organik oleh mikroorganisme tanah menjadi ion-ion
orthoposfat (H2PO4- dan PO43-). Perombakan bahan organik melalui proses
humifikasi yang akan menghasilkan asam fenolat, asam humat, dan asam fulvat
yang menurunkan kemampuan dalam pembentukan ikatan hydrogen sehingga
unsur hara fosfor menjadi tersedia (Gusnidar, et al., 2010). Aplikasi granul
biokanat pada tetadi juga meningkatkan kandungan P-tersedia didalam tanah.
Biokanat yang dibuat dari formulasi biochar sekam padi, kotoran sapi dan sampah
sayur yang dikomposkan dan liat. Liat yang digunakan berasal dari Ultisol dapat
menyumbangkan P yang diikat oleh logam seperti Al3+ melalui pengapuran dapat
meningkatkan kejenuhan basa sehingga Al3+ dinetralkan oleh OH-, selanjutnya Ca
akan bereaksi dengan karbornat dan membentuk Ca(HCO3)2 yang dapat
meningkatkan pH dan P-tersedia.

5. Nilai Hg Tanah
Hasil analisis nilai Hg dan basa-basa tanah pada efek sisa tetadi dan
pemberian granul biokanat dilihat pada Tabel 7 dengan sidik ragam pada
Lampiran 13.
Tabel 7. Hasil Analisis Hg Setelah Pemberian Perlakuan Granul Biokanat pada
Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi dengan Tetadi.
Perlakuan Hg(ppm)
0 ton/ha tetadi (Kontrol) 0,26 a
10 ton/ha tetadi 0,22 b
20 ton/ha tetadi 0,16 c

0 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 0,24 ab


10 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 0,14 cd
20 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 0,11 d
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang berbeda nyata pada
taraf 5% menurut DNMRT.
26

Berdasarkan Tabel 7 bahwa perlakuan efek sisa tetadi dan pemberian 10


ton/ha biokanat mampu menurunkan kandungan merkuri berbeda sangat nyata
jika dibandingkan dengan kontrol. Kadar merkuri (Hg) tanah pada perlakuan 20
ton/ha tetadi mengalami penurunan merkuri sebesar 0.16 ppm jika dibandingkan
perlakuan 0 ton/ha tetadi (kontrol). Efek sisa tetadi pada perlakuan 10 ton/ha
mengalami penurunan merkuri sebesar 0.10 ppm jika dibandingkan perlakuan 0
ton/ha tetadi (kontrol). Pemberian 10 ton/ha granul biokanat pada efek sisa tetadi
juga dapat mengalami penurunan kandungan merkuri. Penurunan pada perlakuan
10 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat dan 20 ton/ha tetadi plus10 ton/ha
biokanat sebesar 0,1 ppm dan 0,13 ppm jika dibandingkan dengan perlakuan 0
ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat.
Penurunan merkuri disebabkan karena pada efek sisa tetadi yang mengalami
dekomposisi, sehingga akan menghasilkan muatan negatif. Pemberian granul
biokanat pada efek sisa tetadi juga memberikan muatan negatif ke tanah, sehingga
muatan negatif akan meningkat. Muatan negatif tersebut akan mengikat logam
berat ditanah sehingga kandungan mercuri menjadi rendah. Wang, et al., (2018)
menyatakan bahwa salah satu bahan yang digunakan dalam mengurangi jumlah
logam berat yang berada ditanah berupa biochar. Biochar mengandung gugus
fungsional dalam mejerap logam berat (Akbar, et al., 2018).

D. Pengamatan Tanaman
1. Tinggi Tanaman
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tinggi tanaman sampai vegetatife
maksimum didapatkan hasil pada Tabel 8 dengan sidik ragam pada Lampiran 13.
Tabel 8. Pengaruh Pemberian Granul Biokanat terhadap Tinggi Tanaman
PadiPada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi dengan
Tetadi.
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
0 ton/ha tetadi (Kontrol) 96,4 e
10 ton/ha tetadi 108 cd
20 ton/ha tetadi 118,3 ab
0 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 103.7 d
10 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 113 bc
20 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 123 a
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang berbeda nyata pada
taraf 5% menurut DNMRT.
27

Berdasarkan Tabel.8 diatas pada perlakuan efek sisa tetadi dan pemberian
10 ton/ha granul biokanat didapatkan hasilnya berbeda sangat nyata jika
dibandingkan dengan perlakuan 0 ton tetadi (kontrol). Pada Tabel 8. dapat dilihat,
bahwa efek sisa tetadi pada perlakuan 20 ton/ha tetadi mengalami peningkatan
sebesar 21,9 cm jika dibandingkan perlakuan 0 ton/ha tetadi (kontrol). Perlakuan
10 ton/ha tetadi mengalami peningkatan sebesar 11,6 jika dibandingkan perlakuan
0 ton/ha tetadi (kontrol). Efek sisa tetadi dengan pemberian 10 ton/ha biokanat
mampu meningkatan petumbuhan tanaman padi. Perlakuan 10 ton/ha tetadi plus
10 ton/ha biokanat memberikan peningkatan sebesar 9,3 cm jika dibandingkan 0
ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat. Perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10
ton/ha granul biokanat memberikan peningkatan sebesar 19,3 cm jika
dibandingkan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat.
Meningkatnya pertumbuhan tinggi tanaman berkaitan dengan kemampuan
efek sisa tetadi dan pemberian pupuk granul biokanat dapat meningkatkan
kesuburan tanah terutama dalam menyediakan unsur hara. Penambahan bahan
organik dapat menambah unsur hara essensial (Afandi, et al., 2015). Menurut
Nuro, et al., (2016) bahwa ketersedian hara pada tanah disebabkan oleh
pengaplikasian bahan organik berupa tetadi dan granul biokanat yang semakin
banyak pada tanah sehingga semakin banyak ketersedian unsur hara didalam
tanah. Menurut Kuncoro (2008) bahwa dalam menunjang pertambahan tinggi
tanaman pada masa pertumbuhan vegetatif dibutuhkan unsur nitrogen. Selain itu,
Kalium juga digunakan pada vegetatif pada tanaman padi. Kandungan kalium
ditanah dapat dilihat pada Tabel 5.ditentukan oleh kandungan bahan organik tanah
yang telah terdekomposi. Kandungan kalium tanah dapat dilihat pada Tabel 5,
Riyani dan Purnamawati (2019) mengatakan bahwa kalium dapat berfungsi
sebagai memperkuat tegakan batang dalam masa vegetatif.

2. Fosfor, Kalium dan Nitrogen Tanaman


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa efek sisa tetadi dan
pemberian 10 ton/ha pupuk granul biokanat, mampu meningkatkan angkutan hara
N, P, K pada tanaman padi dapat dilihat pada Tabel 9 dengan sidik ragam pada
Lampiran 13.
28

Tabel 9. Pengaruh Pemberian Granul Biokanat terhadap N,P,K Tanaman Padi


Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi dengan Tetadi.
N P K
Perlakuan
……….%..........
0 ton/ha tetadi (Kontrol) 2,32 e 0,34 e 1,45 f
10 ton/ha tetadi 3,63 c 0,39 cd 3,18 e
20 ton/ha tetadi 4,41 b 0,46 b 7,25 b

0 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 2,81 d 0,38 d 3,70 d


10 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 4,24 b 0,44 bc 5,46 c
20 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 5,51 a 0,55 a 10,44 a
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang berbeda nyata pada
taraf 5% menurut DNMRT.

Berdasakan Tabel 9 dapat dilihat perlakuan efek sisa tetadi dan pemberian
10 ton/ha granul biokanat terhadap nitrogen tanaman padi didapatkan hasilnya
berbeda sangat nyata jika dibandingkan dengan perlakuan 0 ton/ha tetadi
(kontrol). Peningkatakan pada perlakuan 20 ton/ha tetadi dan 10 ton/ha tetadi
sebesar 2.09 % dan 1.31 % jika dibandingkan dengan kontrol. Pemberian granul
biokanat pada efek sisa tetadi dapat meningkatkan kandungan nitrogen tanah
pada (Tabel 3) yang menyebabkan meningkatnya serapan hara tanaman.
Peningkatan kandungan hara pada pelakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul
biokanat sebesar 2,7 % jika dibandingkan dengan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha
granul biokanat. Peningkatan pada perlakuan 10 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha
granul biokanat sebesar 1,43 % jika dibandingkan dengan 0 ton/ha tetadi plus 10
ton granul biokanat.
Peningkatan nitrogen (N) tanaman dapat disebabkan karena adanya
peningkatan nitrogen (N) pada tanah yang disebakan oleh tetadi dan granul
biokanat. Granul biokanat dan tetadi merupakan salah satu pupuk yang termasuk
kedalam pupuk organik. Menurut Indrayati dan Umar (2011), penambahan bahan
organik yang relatif tinggi akan mengakibatkan penambahan unsur nitrogen.
Peningkatan nitrogen (N) tanah sehingga dapat meninggkatkan serapan nitrogen
(N) pada tanaman padi. Selain itu, bahan organik yang bermuatan negatif dapat
menyerap secara optimum dalam bentuk NH4+ (Bachtiar 2020).
29

Nitrogen (N) merupakan salah satu unsur yang sangat berperan dalam
pertumbuhan tanaman padi. Menurut Dobermann and Fairhust (2000), cit
Mawardiana (2016), nitrogen dapat berfungsi sebagai mempercepat pertumbuhan
tanaman seperti dapat menambah tinggi tanaman dan jumlah anakan, menambah
ukuran daun, memperbaiki kualitas tanaman dan gabah, serta membuat tanaman
menjadi lebih hijau yang terpenting dalam proses fotosintesis. Ketersedian nitogen
tanah tergantung dengan pH larutan tanah. Nitrogen (N) tersedia bagi tanaman
dengan pH diatas 5.5 (Patti, 2013).
Berdasarkan Tabel 9 diatas pada perlakuan efek sisa tetadi dan pemberian
10 ton/ha granul biokanat terhadap fosfor tanaman padi didapatkan hasil berbeda
sangat nyata jika dibandingkan dengan perlakuan 0 ton tetadi (kontrol). Perlakuan
20 ton/ha tetadi mengalami peningkatan sebesar 0,12 % jika dibandingkan
perlakuan 0 ton/ha tetadi (kontrol). Perlakuan 10 ton/ha tetadi mengalami
peningkatan sebesar 0,05 % jika dibandingkan perlakuan 0 ton/ha tetadi (kontrol)
Efek sisa tetadi dengan pemberian 10 ton/ha granul biokanat mampu
meningkatkan unsur hara fosfor (P) pada tanaman padi. Perlakuan 10 ton/ha tetadi
plus 10 ton/ha biokanat memberikan peningkatan sebesar 0,06 % jika
dibandingkan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat. Perlakuan 20 ton/ha
tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat memberikan peningkatan sebesar 0,17 % jika
dibandingkan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat.
Peningkatan fosfor pada efek sisa tetadi tanaman padi akibat pemberian
pupuk P dan bahan oganik berupa tetadi, sehingga pupuk tersebut akan
mengalami residu ditanah dan dapat meningkatkan kandungan fosfor di dalam
tanah yang dapat dilihat pada tabel 7. Menurut De Datta, et al., (1990) cit Ismon
dan Siska (2018), sebagian besar hara P yang diberikan ke tanah dapat diserap
tanaman sebesar 15-20 %, sisa dari pupuk yang tidak dapat diserap dapat
digunakan untuk tanaman berikutnya. Fosfor yang berada di tanah tidak mudah
dalam mengalami penguapan (Naibaho, et al., 2018). P-tersedia yang berada
ditanah akan diserap oleh akar tanaman padi (Citraresmini, et al., 2016).
Pemberian granul biokanat pada efek sisa tetadi yang mengandung biochar
sekam padi dapat meningkatkan angkutan hara tanaman. Penelitian yang
dilakukan ini sama dengan penelitian Daniel et al., (2018) yang mengemukakan
30

bahwa perlakuan yang diaplikasi dengan biochar sekam padi dapat meningkatkan
serapan N, P, K dan Ca dibandingkan dengan kontrol. Peran fosfor (P) bagi
tanaman untuk merangsang akar, batang serta memperbesar pembentukan anakan
pada tanaman padi (Azalika,et al., 2018).
Berdasarkan Tabel 9, bahwa pengaruh efek sisa tetadi dan pemberian granul
biokanat terhadap kalium pada tanaman padi berbeda sangat nyata jika
dibandingkan dengan kontrol. perlakuan 20 ton/ha tetadi mengalami peningkatan
sebesar 5,80 % jika dibandingkan perlakuan 0 ton/ha tetadi (kontrol). Perlakuan
10 ton/ha tetadi mengalami peningkatan sebesar 1,73 % jika dibandingkan
perlakuan 0 ton/ha tetadi (kontrol) Efek sisa tetadi dengan pemberian 10 ton/ha
granul biokanat mampu meningkatkan unsur hara kalium (K) pada tanaman padi.
Perlakuan 10 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat memberikan
peningkatan sebesar 1,76 % jika dibandingkan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha
granul biokanat. Perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat
memberikan peningkatan sebesar 6,74 % jika dibandingkan 0 ton/ha tetadi plus
10 ton/ha granul biokanat.
Kalium mempunyai sifat hara yang mobil, yang dapat diserap oleh tanaman
dalam bentuk (K+). Menurut Sastramihardja, et al., (2004) kalium yang diadsopsi
oleh liat akan digantikan oleh Fe2+ dan Mn2+ yang dihasilkan pada saat
penggenangan sehingga kalium akan terlepas dilarutan tanah dan tersedia bagi
tanaman. Berdasarkan Tabel 4 hasil analisis basa-basa menunjukkan bahwa pada
setiap perlakuan tetadi dapat meningkatkan kandungan kalium pada tanah.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan sejalan dengan hasil penelitian
Daniel, et al., (2018) peningkatan kalium yang akan diserap oleh tanaman dengan
meningkatkan dosis yang diberikan ke tanah.
Peningkatan kalium yang diserap oleh akar tanaman dari tanah akan
ditransfer keseluruh jaringan tanaman. Kalium bagi tanaman berfungsi dalam
metabolisme tanaman, mempertahankan turgor, membentuk batang yang lebih
kuat dan berpengaruh terhadap hasil (Kuncoro, 2008). Dengan demikian dengan
pemberian pupuk organik granul biokanat akan menghasilkan gugus fungsional
yang berfungsi meretensi hara. Laird, et al., (2011), mengatakan biochar yang
terkandung dalam granul biokanat memiliki kemampuan dalam meretensi hara
31

yang tinggi, sehingga dapat menggurangi pencucian hara serta meningkatkan


efisiensi penggunaan hara ditanah.
3. Hg Tanaman
Hasil analisis merkuri (Hg) tanaman pada efek sisa tetadi dan pemberian
granul biokanat disajikan pada Table 10 dengan sidik ragam pada Lampiran 13.
Tabel 10. Pengaruh Pemberian Granul Biokanat terhadap mercuri (Hg) Tanaman
Padi Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi dengan
Tetadi.
Perlakuan Mercuri (ppm)
0 ton/ha tetadi (Kontrol) 1,35 a
10 ton/ha tetadi 0,74 bc
20 ton/ha tetadi 0,58 cd

0 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 0,86 b


10 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 0,57 cd
20 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 0,43 d
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang berbeda nyata pada
taraf 5% menurut DNMRT.

Berdasarkan Tabel 10, bahwa pengaruh efek sisa tetadi dan pemberian
granul biokanat terhadap merkuri (Hg) pada tanaman padi berbeda sangat nyata
jika dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan 20 ton/ha tetadi mengalami
penurunan sebesar 0,77 ppm jika dibandingkan perlakuan 0 ton/ha tetadi
(kontrol). Perlakuan 10 ton/ha tetadi mengalami penurunan sebesar 0,61 ppm jika
dibandingkan perlakuan 0 ton/ha tetadi (kontrol) Efek sisa tetadi dengan
pemberian 10 ton/ha granul biokanat mampu menurunkan merkuri (Hg) pada
tanaman padi. Perlakuan 10 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat
mengalami penurunan sebesar 0,31 ppm jika dibandingkan 0 ton/ha tetadi plus 10
ton/ha granul biokanat. Perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat
mengalami penurunan sebesar 0,43 ppm jika dibandingkan 0 ton/ha tetadi plus 10
ton/ha granul biokanat.
Berdasarkan hasil kadar merkuri (Hg) pada tanaman dapat dilihat bahan
efek sisa tetadi dan penambahan bahan organik granul biokanat tanah dapat
mengalami penurunan. Hal ini, disebabkan bahwa pemberian bahan organik ke
dalam tanah. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka semakin tinggi
32

logam berat yang bisa diikat, sehinggga mobilitas merkuri ditanaman akan
semakin sedikit. Pengurangan kadar merkuri pada tanah disebabkan oleh peranan
biochar sekam padi pada tetadi dan granul biokanat. Menurut Xieng, et al., (2019)
pada jaringan tanaman padi penurunan kadar merkuri total (Hg total ) dan metil
merkuri (MeHg) pada jaringan tanaman padi. Hal ini dikarenakan tanaman padi
merupakan tanaman hiperakumulator yang dapat menyerap Hg ke jaringan
tanaman dengan mengubah merkuri pada tanah menjadi (MeHg) dengan proses
fitoekstrasi, yang selanjutnya (MeHg) akan berubah menjadi Hg0 yang akan
diuapkan ke udara.
4. Panjang Akar Tanaman Padi
Hasil analisis panjang akar tanaman padi pada efek sisa tetadi dan
pemberian granul biokanat dapat dilihat pada Table 11 dengan sidik ragam pada
Lampiran 13.
Tabel 11. Pengaruh Pemberian Granul Biokanat terhadap Panjang Akar
Tanaman Padi Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi
dengan Tetadi.
Perlakuan Panjang Akar (cm)
0 ton/ha tetadi (Kontrol) 30,3 d
10 ton/ha tetadi 33 c
20 ton/ha tetadi 36,3 b

0 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 32,2 c


10 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 34 c
20 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 38,7 a
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang berbeda nyata pada
taraf 5% menurut DNMRT.

Berdasarkan Tabel 11, bahwa pengaruh efek sisa tetadi dan penambahan
granul biokanat terhadap panjang akar tanaman padi berbeda sangat nyata jika
dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan 20 ton/ha tetadi mengalami penurunan
sebesar 0,77 ppm jika dibandingkan perlakuan 0 ton/ha tetadi (kontrol). Perlakuan
10 ton/ha tetadi mengalami penurunan sebesar 0,61 ppm jika dibandingkan
perlakuan 0 ton/ha tetadi (kontrol) Efek sisa tetadi dengan pemberian 10 ton/ha
granul biokanat mampu menurunkan merkuri pada tanaman padi. Perlakuan 10
ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat mengalami penurunan sebesar 0,31
33

ppm jika dibandingkan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat. Perlakuan
20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat mengalami penurunan sebesar 0,43
ppm jika dibandingkan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat.
Efek sisa tetadi dan penambahan 10 ton/ha granul biokanat terjadi
peningkatan panjang akar. Hal ini, dikarenakan dengan penambahan bahan
organik didalam tanah, maka unsur hara ditanah akan meningkat. Peningkatan
unsur hara ditanah dapat dilihat pada Tabel 5. menyebabkan metabolisme maupun
pembelahan sel meristem apikal pada ujung akar dapat bekerja dengan optimal
sehingga panjang akar yang dihasilkan juga optimal. Kurniasih, et al., (2018),
juga mengemukakan jika unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam
jumlah yang cukup, maka hasil metabolisme seperti sintesis biomolekul akan
meningkat. Hal ini menyebabkan pembelahan dan pemanjangan sel, menjadi lebih
sempurna dan cepat, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Selain
akar mengambil hara dari tanah. akar juga mengambil merkuri di dalam tanah.
5. Jumlah Anakan
Hasil analisis mercuri (Hg) tanaman pada efek sisa tetadi dan pemberian
granul biokanat dapat dilihat pada Tabel 12 dengan sidik ragam pada Lampiran
13.
Tabel 12. Pengaruh Pemberian Granul Biokanat terhadap Jumlah Anakan
Tanaman Padi Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi
dengan Tetadi.
Jumlah Anakan
Perlakuan
(batang)
0 ton/ha tetadi (Kontrol) 14 c
10 ton/ha tetadi 20 b
20 ton/ha tetadi 26 a

0 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 16 b


10 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 26 a
20 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 27 a
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang berbeda nyata pada
taraf 5% menurut DNMRT.

Berdasarkan penelitian dapat dilihat pada Tabel 12 jumlah anakan padi


akibat dari efek sisa paling tinggi terdapat pada perlakuan 20 ton/ha tetadi yang
34

berbeda nyata pada perlakuan 0 ton/ha tetadi, sedangkan pada perlakuan 10 ton/ha
tetadi berbeda nyata juga pada perlakuan 0 ton/ha tetadi. Efek sisa tetadi
penambahan granul biokanat juga dapat meningkatkan jumlah anakan tanaman
padi. Peningkatan tertinggi jumlah anakan pada perlakuan 20 ton/ha tetadi plus
10 ton/ha granul biokanat sebesar 11 batang jika dibandingkan dengan 0 ton/ha
tetadi plus 10 ton granul biokanat. Peningkatan pada 10 ton/ha tetadi plus 10
ton/ha granul biokanat dapat meningkatkan 10 batang jumlah anakan
dibandingkan pada perlakuan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat. Pada
perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat tidak berbeda nyata
dengan 10 ton/ha tetadi dan 10 ton/ha granul granul biokanat, tetapi berbeda nyata
dengan perlakuan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat.
Anakan salah satu produk yang dihasilkan pada masa fase vegetatif yang
dijadikan dalam menentukan hasil panen dalam tanaman padi. Menurut setiawati,
et al., (2016) anakan padi dapat berasal dari mata tunas yang tumbuh.
Peningkatan jumlah anakan pada efek sisa dikarenakan adanya residu pupuk
anorganik dan pupuk organik. Residu pupuk P dan bahan organik berupa tetadi
dari setelah masa tanam pertama dapat dimanfaatkan serta meningkatkan jumlah
anakan, pengisian biji dan peningkatan hasil pada musim tanam kedua (Ismon dan
Siska, 2018).
Aplikasi 10 ton/ha biokanat pada efek sisa tetadi dapat meningkatkan
jumlah anakan tanaman padi. Biokanat merupakan pupuk organik yang dapat
menyediakan unsur hara bagi tanaman. Menurut Penelitian Ginting et al. (2015),
Marschner, (1995) cit Azalika, (2018), menunjukkan bahwa pemberian pupuk
organik dapat meningkatkan ketersediaan N, P dan K tanah serta dapat
meningkatkan jumlah anakan, jumlah anakan produktif dan jumlah bulir per malai
dan produksi tanaman padi. Unsur P pada tanaman padi dapat berfungsi sebagai
pendorong dalam pertumbuhan akar dan batang padi dan dapat meningkatkan
jumlah anakan (Azalika et al., 2018). Semakin tinggi kandungan P-tersedia
ditanah maka semakin meningkatkan jumlah anakan pada tanaman padi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh efek
sisa tetadi dan pemberian biokanat dalam memperbaiki sifat kimia tanah bekas
tambang emas serta pertumbuhan padi (Oryza sativa L.) maka dapat disimpulkan:
1. Pemberian 10 ton/ha granul biokanat pada tanah bekas tambang emas yang
telah diremediasi dengan tetadi mampu memperbaiki sifat kimia tanah bekas
tambang emas. Perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat
mampu meningkatkan pH tanah sebesar (1,24 unit), N-total sebesar 0,24 %,
kandungan C-organik sebesar 0,68 %, bahan organik tanah 1,17 %, P-
tersedia hingga 30,31 ppm, KTK tanah 23,99 cmol/kg dan kandungan basa
– basa Ca-dd 2,09 cmol/kg, Mg-dd 0,73 cmol/kg, K-dd 0,23 cmol/kg, dan
Na-dd 0,21 cmol/kg jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
2. Pemberian 10 ton/ha biokanat pada tanah bekas tambang emas yang telah
diremediasi dengan tetadi dapat mereduksi kadar merkuri (Hg) didalam
tanah. Penurunan merkuri (Hg) didalam tanah bekas tambang emas yang
terbaik pada dosis 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat sebesar 0,15 ppm
jika dibandingkan kontrol. Pemberian biokanat dapat mengurangi serapan
merkuri di dalam tanaman. Pada perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha
granul biokanat mampu mengurangi 0,92 ppm jika dibandingkan kontrol.
3. Pemberian 10 ton/ha granul biokanat pada tanah bekas tambang emas yang
telah diremediasi dengan tetadi mampu meningkatkan pertumbuhan
tanaman padi (Oryza sativa L.) sebesar 26,6 cm, angkutan hara N-total
tanaman sebesar 3,19 %, P-total tanaman sebesar 0,21%, K-total tanaman
sebesar 8,99 %, akar tanaman 8,4 cm, dan jumlah anakan menjadi 13
batang jika dibandingkan kontrol.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang didapatkan, maka perlu memperbaiki sifat
kimia tanah bekas tambang emas dengan memberakan bahan organik selama satu
tahun didalam tanah untuk budidaya tanaman padi. Perlu dilakukan penelitian
lanjutan dengan dengan aplikasi granul biokanat agar kandungan hara meningkat
dan merkuri didalam tanah mencapai dosis aman dari nilai tercemar lingkungan.
RINGKASAN

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam. Salah
satu kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia adalah berupa emas.
Emas merupakan logam mulia yang didapatkan dengan cara penambangan.
Penambangan emas dapat meningkatkan devisa bagi negara, dan perekonomian
masyarakat, namun aktivitas tambang emas dapat merusak lingkungan. Kerusakan
lingkungan yang terjadi akibat penambangan emas dapat berupa penurunan
kualitas air sungai, rendahnya produktivitas tanah sehingga dapat menyebabkan
erosi. Selain kerusakan lingkungan, dampak lain yang dapat ditimbulkan dari
penambangan emas adalah hilangnya bagian atas tanah (top soil) yang
mengandung bahan organik. Hilangnya bahan organik membuat tanah menjadi
miskin terhadap bahan organik. Tanah yang miskin akan bahan organik tidak akan
mampu mengikat pupuk yang diberikan, dikarenakan bahan organik sebagai
koloid organik tanah yang dapat membentuk agregat tanah.
Sumatera Barat merupakan provinsi yang cukup banyak terdapat cadangan
emas. Salah satu wilayah yang terdapat di Sumatera Barat yang memiliki
cadangan emas yaitu di Kabupaten Sijunjung khususnya pada Nagari Padang
Sibusuk. Masyarakat Kabupaten Sijunjung melakukan penambangan emas secara
illegal tanpa mempunyai surat izin dari yang berwenang. Penambangan secara
illegal dikenal dengan istilah PETI (Penambangan Emas Tanpa Izin).
Penambangan emas tanpa izin (PETI) dilakukan dilahan petanian berupa sawah,
sehingga lahan pertanian menjadi berkurang.
Tanah bekas tambang emas pada tahap pertama telah diremediasi melalui
aplikasi terra preta biochar sekam padi (tetadi). Tetadi yang diaplikasikan
ketanah bekas tambang emas dapat mengikat merkuri (Hg) Tetapi, belum
maksimal serta kesuburan haranya masih rendah. Oleh karena itu, peneliti
mengasumsi inovasi teknologi pada tahap 2 dengan pemberian yang terdiri dari
biochar sekam padi, kompos dan liat yang dikenal dengan granul biokanat.
Granul biokanat merupakan bahan organik yang terdiri dari (bahan baku biochar
sekam padi, sampah kota, pupuk kandang) dan liat yang dapat meningkatkan
produktivitas lahan bekas tambang emas. Biochar sekam padi merupakan hasil
dari pembakaran sekam padi yang dilakukan dengan metode pirolisis. Biochar
37

sekam padi dapat mengadsorpsi logam berat seperti merkuri (Hg), sehingga dapat
mereduksi logam Hg, pada lahan bekas tambang emas. Pupuk kandang dan
sampah kota dapat meningkatkan kandungan hara tanah sehingga meningkatkan
kesuburan tanah. sedangkan liat sebagai bahan baku dalam menggranul.
Pada penelitian ini, penulis mengunakan biochar sekam padi, pupuk
kandang, sampah kota dan liat sebagai bahan baku pembuatan granul biokanat.
Berdasarkan uraian di atas, penulis telah melakukan penelitian dengan judul
“Pemberian Biokanat (Biochar Sekam Padi, Pupuk Kandang, dan Liat)
Terhadap Ketersediaan Unsur Hara Makro (N,P,K) dan Reduksi Hg Tanah
Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi pada Tanaman Padi”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui peran aplikasi granul biokanat terhadap
perbaikan kandungan hara makro (N,P,K) pada lahan bekas tambang emas pasca
remediasi.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2021 dengan Februari 2022
yang bertempat di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang
dan analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Andalas Padang. Penelitian ini lanjutan dari penelitian tahap
1 dengan menggunakan beberapa perlakuan dosis tetadi dan dilanjutkan dengan
penelitian tahap 2 dengan penambahan 10 ton/ha biokanat dengan menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dengan 3 ulangan
sehingga diperoleh 18 satuan. Dosis perlakuan terdiri dari A = kontrol, B = 10
ton/ha tetadi, C = 20 ton/ha tetadi, D = 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat, E =
10 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat, F = 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha
biokanat. Data hasil penelitian diolah secara statistik dengan uji F pada taraf nyata
5%. Data hasil penelitian yang menunjukkan perbedaan yang nyata (F hitung
lebih besar dari F tabel 5%), maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
Analisis granul biokanat yang dilakukan berupa pH, C-organik, kapasitas
tukar kation (KTK), P-total, N-total, K-total, Mg-total, Ca-total. Analisis tanah
berupa C-organik dengan metode Walkley and Black, analisis pH dengan metode
Elektrometrik, N total dengan metode kjeldahl, P tersedia metode Bray I diukur
dengan spektrofotometer, KTK dengan metode leaching, basa - basa dengan
38

metode pencucian Ammonium Asetat (NH4OAc) 1 N pH 7 diukur dengan AAS,


Hg dengan metode uap dingin. Sedangkan pengamatan tanaman berupa tinggi
tanaman, jumlah anakan, panjang akar, Hg tanaman dan N, P, K pada tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan penambahan granul biokanat pada tanah
bekas tambang emas yang telah diremediasi dengan tetadi. Perlakuan 20 ton/ha
tetadi plus 10 ton/ha biokanat mampu meningkatkan pH tanah sebesar (1,24 unit),
N-total sebesar 0,24 %, kandungan C-organik sebesar 0,68 %, bahan organik
tanah 1,17 %, P-tersedia hingga 30,31 ppm, KTK tanah 23,99 cmol/kg dan
kandungan basa – basa Ca-dd 2,09 cmol/kg, Mg-dd 0,73 cmol/kg, K-dd 0,23 cmol
/kg, dan Na-dd 0,21 cmol/kg jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
Pemberian 10 ton/ha granul biokanat pada efek sisa tetadi mampu
meningkatkan pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L.) sebesar 26,6 cm,
angkutan hara N-total tanaman sebesar 3,19 %, P-total tanaman sebesar 0,21 %,
K-total tanaman sebesar 8,99 %, akar tanaman 8,4 cm, dan jumlah anakan
menjadi 13 batang jika dibandingkan kontrol. Dan efek sisa tetadi dan pemberian
10 ton/ha biokanat dapat mereduksi kandungan mercuri didalam tanah. penurunan
mercury didalam tanah bekas tambang emas yang terbaik pada dosis 20 ton/ha
tetadi plus 10 ton biokanat sebesar 0,15 ppm jika dibandingkan kontrol.
Pemberian granul biokanat dapat mengurangi serapan merkuri di dalam tanaman.
Pada perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat mampu mengurangi 0,92
ppm jika dibandingkan kontrol.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, F., N. Siswanto, B. dan Nuraini, Y. 2015. Pengaruh Pemberian Berbagai


Jenis Bahan Organik terhadap Sifat Kimia Tanah pada Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Ubi Jalar di Entisol Ngrangkah Pawon, Kediri.
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. 2(2): 237-244.
Akbar, R., Darman, S. dan Hasanah, U. 2018. Kajian Aktivitas Hg Dalam Tanah
dan Jaringan Tanaman Pada Tanah Tercemar Logam Merkuri dengan
Pemberian Bahan Organik Pada Kedalaman yang Berbeda. Mitra Sains.
Vol. 6. No. 1. Hal. 50-60.
Andri, P dan Timung. 2018. Efek Residu Bahan Organik Terhadap Beberapa Sifat
Kimia dan Hasil Kangkung Darat di Tanah Vertisol Oepura. Proceeding
book. 1 (1) : 263-270
Aryanti, E., dan Hera, N. 2019. Sifat Kimia Tanah Area Pasca Tambang Emas:
(Studi Kasus Pertambangan Emas Tanpa Izin Di Kenegerian Kari
Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal
Agroteknologi,. 9 (2): 21-26.
Asadi, H. Ghorbani, M. Chengrong, C., A. Gorji, M. Mehran, R. Rasti, E.
Abrishamkesh, S. dan AmirahmadI. E., 2021. Application of Rice Husk
Biochar for Achieving Sustainable Agriculture and Environment. Rice
Science. 28(4): 325-343.
Azalika, R., P. Sumardi, dan Sukisno. 2018. Pertumbuhan dan Hasil Padi Sirantau
Pada Pemberian Beberapa Macam dan Dosis Pupuk Kandang. Jurnal
Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 20 (1): 26-32.

Bachtiar, T., Robifahmi, N., Flation, A.N., Slamet, S., dan Citraresmini, A. 2020.
Pengaruh dan Kontribusi Pupuk kandang terhadap N total, Serapan
Hara (15N), dan Hasil Padi Sawah (Oryazae sativa L.) Varietas Mira-1.
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia.Vol. 21. No. 1. Hal. 35-
48.
Citraresmini, A dan Bachtiar, T. 2016. Dinamika Fosfat Pada Aplikasi Kompos
Jerami-Biochar dan Pemupukan Fosfat Pada Tanah Sawah. Jurnal
Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radias. 12(2): 133-146.
Daniel, S., Rosenani, A. B., Ahmad, S. H., dan Abdul Rahim, K. B. 2018.
Influences of Rice Husk Biochar (RHB) on Rice Growth Performance
and Fertilizer Nitrogen Recovery Up To Maximum Tillering Stage.
Journal of Wetlands Environmental Management. 6(1): 32-44.
Darlita, R. R., Joy, B. dan Sudirja, R. 2017. Analisis Beberapa Sifat Kimia
TanahTerhadap Peningkaan Produksi Kelapa Sawit Pada Tanah Pasir di
Perkebunan Kelapa Sawit Selangkun. Agrikultura. 28 (1). hal 15-20
Dias, B., O. Silva, C., A. Higashikawa, F., S. Asuncion, R. dan Monedero, S., M.,
A. 2010. Use of Biochar as Bulking Agent For the Composting of
40

Poultry Manure: Effect on Organic Matter Degradation and


Humification. Journal homepage.1(10) : 1239-1246.
Gusmini, Adrinal, Yuherwandi, Elsa, E. P., dan Panji, R. 2021. Improvement of
nutrient status in ex-gold mining land with the Aplication of Rice Terra
Preta Biochar Technologi. Earth and Enviromental Science. 1-5.
Gusnidar, Hakim, N., dan Prasetyo, T.B. 2010. Inkubasi Titonia Pada Tanah
Sawah terhadap Asam-asam Organik. Jurnal Solum. 7 (1). Hal. 7-18.
Hartatik, W., Husnain, dan Widowati, L. R. 2015. Peranan Pupuk Organik dalam
Peningkatan Produktivitas Tanah dan Tanaman. Peranan Pupuk
Organik dalam Peningkatan Produktivitas Tanah dan Tanaman, 9(2),
107–120.
Haryanti, Anas, I. Santosa, D., A dan Sasmita, K., D. 2018. Penggunaan Biochar
dan Dekomposer dalam Proses Pengomposan Limbah Kulit Buah
Kakao serta Pengkayaan Mikrob Pelarut Fosfat (Mpf) untuk
Meningkatkan Kualitas Pupuk Organik. J. Il. Tan. Lingk.20(1): 25-32.

Hasibuan, A., S., Z. 2015. Pemanfatan Bahan Organik dalam Perbaikan Beberapa
Sifat Tanah Pasir Pantai Selatan Kulon Progo. Journal of Agro Science.
3 (1) : 31-40.

Haynes R., J. dan Mokolabate, M., S. 2011. Amelioration of Al toxicity and P


Deficiency in Acid Soil by Addittions of Organik Residues: A Critical
Review of the Phenomenon and the Mechanisms Involed. Nur.Cycl.
Agroecosyst. 5 (9): 47-63.

Hidayat, B. 2015. Remediasi Tanah Tercemar Logam Berat dengan Menggunakan


Biochar. Jurnal Pertanian Tropik. 2(1): 51-56.

Hidayati, N. 2020. Tanaman Akumulator Merkuri (Hg), Timbal (Pb) dan


Kadmium (Cd) untuk fitoremediasi. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Jakarta.
Indrawan, O., M., I. Widana , B., A., G. dan Oviantari, M., V. 2016. Analisis
Kadar Hara Makro dalam Pupuk Kompos Produksi TPA Jagaraga,
Buleleng. Jurnal Wahana Matematika dan Sains. 9 (2) : 25-31.
Indrayati, L. dan Umar, S. 2011. Pengaruh Pemupukan N,P,K dan Bahan Organik
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Lahan Sulfat Masam
Bergambut. Agrista. 15 (3): 94-101.
Irvan, P. Mhardela dan Trisakti B. 2014. Pengaruh Penambahan Berbagai
Aktivator pada Pengomposan Sekam Padi (Oryza sativa). Jurnal Teknik
Kimia. 30 (2) : 67-82.
Ismon, L dan Siska, W.2018. Pengaruh Residu Pupuk P Pada MT I Terhadap
StatusP Tanah dan Hasil Padi Sawah Pada MT II di Kabupaten
Dharmasraya Sumatera Barat. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian, 21, (1): 63-72.
41

Jiang, Z., Lian, F., Wang, Z., and Xing, B. 2019. The Role of Biochars in
Sustainabel Crop Production and Soil Resiliency. J. Exp. Bot.
Kuncoro, H. 2008. Efisiensi Serapan P dan K serta Hasil Tanaman Padi (Oryza
sativa L.) Pada Berbagai Imbangan Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk
Organik di Lahan Sawah Palur Sukoharjo. Fakultas Pertanian.
Universitas Sebelas Maret.[Skripsi] 85 Hal.
Kurniasih, B. Fatimah, S. dan Purnawati. 2008. Karakteristik Perakaran Tanaman
Padi Sawah IR 64 (Oryza sativa, L) pada Umur Bibit dan Jarak Tanam
yang Berbeda. Ilmu Pertanian. 15 (1). 15-25.

Kurniawati, D., T. Susanti, A. dan Ma’rufah, S. 2021. Pengaruh Tricoderma dan


EM4 Terhadap Kandungan Hara Kompos Biomasa Pertanian dan
Gulma. Agrosaintifika. 3 (2) : 209-218. p
Laird, D., Flaming, P., Davis, D.D., Horton, R. Wang, B. and Karlen, D.L. 2011.
Biochar impact on nutrient leaching from a midwestern agricultural
soil. Geoderma 158: 436–442.
Liang, B., J. Lehmann, D. Solomon, S. Sohi, J. E. Thies, J. O. Skjemstad, F. J.
Luizao, M. H. Engelhard, E. G. Neves dan Wirick. 2008. Stability of
Biomass drived Black Carbon in Soil. Geochimika et Cosmochimica
Acta 7 (2): 6069- 6078.

Mawardiana, Sufardi, dan Husen, E. 2016. Pengaruh Residu Biochar dan


Pemupukan N,P,K Terhadap Dinamika Nitrogen, Sifat Kimia Tanah
dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Musim Tanam Ketiga.
Jurnal Manajemen Sumber Dayalahan. 2(3): 255-260.

Mosguera, H., G. Negrete, J., M., Diez, S., Mira, G., M., Jaramillo, L., J., M.,dan
Jonathan, M., P. 2020. Mercury Distribution in Different Environment
Matrices in Aquatic Systems of Abandoned Gold Mines, Western
Colombia. Jornal Pre-proof. Hal 1-54.

Naibaho, S. Hanum, H.dan Supriadi. 2018. Pengaruh Aplikasi Biochar Sekam


Padi dan Kulit Biji Kopi Terhadap Hara dan Zn Serta Pertumbuhan
Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Tanah Sawah Jenuh P.2018.
JurnalAgroekoteknologi. 6(1): 100- 106.
Neltriana, N. 2019. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kotoran Sapi terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar. Skripsi. Universitas Andalas.
Novak J.M., W.J. Busscher., D.L. Laird., M.A. Ahmedna, D.W Watts, and M.A.S
Niandou. 2009. Impact of Biochar Amendment on Fertility of a
Southeastern Coastal Plain. Soil Soil Science. 174 (2): 105-111
Novianis, N., dan Putra, V., E. .2020. Alasan Masyarakat Melakukan Eksploitasi
Tambang Emas di Jorong Koto Panjang Kabupaten Sijunjung. Jurnal
Perspektif: 3 (1): 1-8.
42

Nurhayati. 2019. Pengaruh Pemberian Amelioran Terhadap Kadar Ca-dd Tanah


Ultisol. Wahana Inovasi. 8(2):1089-8592.
Nurhidayati. 2016. Kesuburan dan Kesehatan Tanah: Suatu Pengantar Penilaian
Kualitas Tanah Menuju Pertanian Pertanian Berkelanjutan. Intimedia.
Malang.
Nuro, F., Priadi, D. dan Mulyaningsih, E.S. 2016. Efek Pupuk Organik Terhadap
Sifat Kimia Tanah dan Produksi Kangkung Darat (Ipomoeas reptans
Poir.). Prosiding Seminar Nasional Hasil-hasil PPM IPB. Hal. 29-39.
Oktabriana, G., Syofiani, R., Gusmini, dan Aprisal. 2017. Revegetasi dan
Reklamasi Lahan Bekas Tambang Emas dengan Pemberian Pupuk
Organik In Situ terhadap Sifat dan Produktivitas Tanah di
Kabupaten Sijunjung. Laporan Akhir Pekerti. Sawahlunto Sijunjung.
Palembang, N., J. Jamilah, dan Sarifuddin. 2013. Kajian Sifat Kimia Tanah Sawah
dengan Pola Pertanaman Padi Semangka di Desa Air Hitam
Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara. Jurnal Online
Agroekoteknologi. 1 (4): 1154-1162.
Patti, P., S. Kaya E. dan Silahooy, C. 2013. Analisis Status Nitrogen Tanah
dalam Kaitannya dengan Serapan N oleh Tanaman Padi Sawah di Desa
Waimital, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat.
Agrologia. 2(1). 51-58.
Piaman, Darsono, dan Fairuzabadi. 2019. Penggunaan Biochar pada Budidaya
Padi di Polibag. Penelitian Unggulan. Universitas Pgri. Yogyakarta.
Putri, L., E. 2021. Karakteristik berbagai Sawah Bekas Tambang Emas yang
Tercemar Merkuri dan Upaya Pemulihan Dengan Aplikasi Biochar
yang Diperkaya Bahan Organik di Kabupaten Sijunjung. Tesis.
Universitas Andalas
Rahayu, A. Utami, S., R. dan Rayes, M., L. 2014. Karakteristik dan Klasifikasi
Tanah pada Lahan Kering dan Lahan yang disawahkan di Kecamatan
Perak Kabupaten Jombang. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. 1
(2): 79-87.
Rachman, A. Nurida, N., L. dan Sutono, S. 2015. Biochar Pembenah Tanah yang
Potensial. Indonesia Agency for Agericultural Research and
Development (IAARD) Press. Bogor.
Riyani, R. dan Purnamawati, H. 2019. Pengaruh Metode Pemupukan Kalium
terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Padi Gogo (Oryza sativa L)
Varietas IPB 9G. Bul Agrohorti. 7(3): 363-374.
Rusman, B. Sudarsono, Utomo, M. Sabrina, T. Lumbanraja, J. dan Wawan. 2016.
Ilmu Tanah Dasar-dasar dan Pengelolaan. Jakarta. Prenadamedia group.
Saidy, A.R. 2018. Bahan Organik Tanah: Klasifikasi, Fungsi, dan Metode Studi.
Banjarmasin. Lambung Mangkurat University Press.
43

Saptiningsih, E. dan Haryanti, S. 2015. Kandungan Selulosa dan Lignin Berbagai


Sumber Bahan Organik Setelah Dekomposisi pada Tanah Latosol.
Buletin Anatomi dan Fisiologi. 23(2):. 34-42
Saputra, E. 2013. Pengaruh Beberapa Varietas dan Dosis Pupuk Kandang
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L. L.).
Skripsi. Meulaboh. Fakultas Pertanian. Universita Teuku Umar. 33 Hal.
Sasmita, A., Syakinah, A., dan Nisa, U. 2021. Pengaruh Penambahan Biochar
Terhadap Penururnan Kadar Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) pada
Tanah Tercemar Minyak Bumi. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan.
8. (2): 407-414.
Sastramihardja, H. Aprillani, S., E. dan Manalu, F. 2004. Tanah Sawah dan
Teknologi Pengelolaannya. Jawa Barat. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimatologi (Puslitbangtanak).
Setiawati, M. R., Emma, T. S., dan Zaenal, M. 2016. Pengaruh Pupuk Hayati
Padat Terhadap Serapan N dan P Tanaman, Komponen Hasil dan Hasil
Padi Sawah (Oryza Sativa L.). Jurnal Agroekoteknologi. 8(2): 120-130.
Setyorini D., Rasti. S. dan E. A. K Anwar. E. A. K 2006. Pupuk Organik dan
Pupuk Hayati. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian.
Setyorini, D. dan Abdulrachman, S. 2019. Pengolahan Hara Mineral Tanaman
Padi. Jurnal balai besar penelitian. 109-148.
Stevenson, F. J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reactions. 2th
edition. John Wiley & Sons, Inc. New York. 512 pp
Sudarsono, W., A., Melati, M., dan Aziz, S., A. 2013. Pertumbuhan, Serapan Hara
dan Hasil Kedelai Organik melalui Aplikasi Pupuk Kandang Sapi.
Jurnal Argon Indonesia. 41 (3): 202-208.

Supramudho, N., G. 2008. Efisiensi Serapan N serta Hasil Tanaman Padi (Oryza
Sativa L.) pada berbagai Imbangan Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk
Anorganik di Lahan Sawah Palur Sukoharjo. Skripsi. Universitas
Sebelas Maret.

Syafria, H. dan Farizaldi. 2022. Peningkatan Kandungan Unsur Hara Pupuk


Kompos dengan Stardec untuk Hijauan Makanan Ternak. Jurnal
Pertenakan Indonesia. 24 (1) : 36-42

Syamsudin, W., K. 2017. Sintesis dan Karakteristik Karbon Aktif Tandan Pisang
dengan Aktivator HPO 10% untuk Adsorpsi Logam Pb (II) dan Cr (VI)
dalam Larutan. Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogjakarta.
Syawal, F., Rauf, A., dan Rahmawaty. Upaya Rehabilitasi Tanah Sawah
Terdegradasi dengan Menggunakan Kompos Sampah Kota di Desa
Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Jurnal
Pertanian Tropik. 4 (3): 183-189.
44

Syofiani, R. dan Oktabriana. 2010. Upaya Perbaikan Sifat Kimia Lahan Bekas
Tambang Emas dengan Pemberian Amelioran terhadap Pertumbuhan
Kedelai di Kabupaten Sijunjung. Jurnal Agrium. 18 (1) : 57-62.
Tantri, T., P., T., N. Supadma, N., A., A. dan Arthagama, M., D., I. 2016. Uji
Kualitas Beberapa Pupuk Kompos yang Beredar di Kota Denpasar.
Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 5(1) : 52-62.
Tehubijuluw, H. 2014. Analisis Kandungsn Unsur Hara Ca, Mg, P, dan S pada
Kompos Limbah Ikan. Arika. 8 (1) : 43-52
Trivana, L., Pradhana, A.Y. dan Manambangtua, A.P. 2017. Optimalisasi Waktu
Pengomposan Pupuk Kandang dari Kotoran Kambing dan Debu Sabut
Kelapa dengan Bioaktivator EM4. Jurnal Sains dan Teknologi
Lingkungan. 9 (1) : 16-24.
Utami, L., B. dan Racmawati, U. 2016. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik pada
Media Tanah yang Mengandung Timbal (Pb) terhadap Pertumbuhan
Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir).Jurnal Biologi. 20 (1):6-10.
Verdiana, A., M., Sebayang, T., H dan Sumarni, T. 2016. Pengaruh Pemberian
Dosis Biochar Sekam Padi dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Jagung (Zea Mays L.). Jurnal Produksi Tanaman.
4 (8) : 611-616.
Wang, Z., Ting, S., Charles, T. D., Yongguang, Y., and Xiaoshan, Z. 2018.
Mechanism of Accumulation of Methylmercury in Rice (Oryza sativa
L.) in a Mercury Mining Area. J. Environmental Science and
Technology. 52 (17).
Wasis, B., dan Fathia, N. 2011. Pertumbuhan Semai Gmelina dengan Berbagai
Dosis Pupuk Kompos pada Media Tanah Bekas Tambang Emas. JMHT.
18(1). 29-33.
Wati, M., A. 2018. Kandungan Karbon, Nitrogen, Fosfor, dan Kalium Kompos
dari Bahan Sampah Organik yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian
dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syariff Kasim Riau.
Pekanbaru.
Wawo, R., H., A. Widodo, S. Jafar, N., dan Yusuf, N., F. 2017. Analisis Pengaruh
Penambangan Emas Terhadap Kondisi Tanah pada Pertambangan
Rakyat Poboya Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Geomine. 5(3):
116-119.
Wulandari S. 2001. Efektivitas Bakteri Pelarut Fosfat Pseudomonas sp. Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L.) pada Tanah Podsolik
Merah Kuning. Jurnal Natur Indonesia. 4 (1) : 32 -38.
Wulandari, D., A. Linda, R., dan Turnip, M. (2016). Kualitas Kompos dari
Kombinasi Eceng Gondok, (eichornia crassipes mart. Solm) dan Pupuk
Kandang Sapi dengan Inokulan Tricoderma Harzianum l. Jurnal
Protobiot. 5 (2) : 33-44.
45

Xieng, Y., Jianxu, W., Sabry, M. S., Xinbin, F., Zhuo, C., and Hua, Z. 2019.
Mitigation of Mercury Accumulation in Rice Using Rice Hull-Derived
Biochar as Soil Amandement: a Field Investigation. Journal of
Hazardous Materials.
Zainal, M., Nugroho, A., dan Suminarti, E., N. 2014. Respon Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max (L.) Merill) pada Berbagai
Tingkat Pemupukan N dan Pupuk Kandang Aya. Jurnal Produksi
Tanaman. 2(6): 484-490.
Lampiran 1. Jadwal kegiatan penelitian

2021 2022
No Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1. Persiapa tanah
Pembuatan bahan
2.
perlakuan
Pengambilan sampel
3. tanah dan analisis tanah
awal
Pemberian Perlakuan dan
4.
inkubasi
Pengambilan sampel
5.
tanah setelah inkubasi
6. Penyemaian Benih
Penanaman dan
7.
pemeliharaan
Analisis tanah setelah
8.
inkubasi
Panen dan analisis
9.
tanaman
10. Pengolahan data
11. Penulisan skripsi
Lampiran 2. Bahan yang Digunakan Selama Penelitian

No Nama Bahan Jumlah


1 Aquadest 10 L
2 Alkohol 1 botol
3 Asam sulfat pekat 108 ml
4 Asam klorida 25 ml
6 Indikator Conway 54 ml
7 Asam borat 270 ml
8 Amonium asetat 900 ml
9 Kalium dikhromat 135 ml
10 Natrium hidroksida 720 ml
11 Selen 36 g
12 Buffer pH 7 1 ampul
13 Buffer pH 4 1 ampul
14 Sakarosa baku 80,4 g
15 Biochar Sekam Padi 2 Karung
16 Pupuk Kandang 2 Karung
17 Liat 1 Karung
18 Sampah Kota 2 Karung
Lampiran 3. Alat yang digunakan Selama Penelitian

a. Alat di Laboratorium

No Nama Alat Jumlah


1 Ayakan 2 mm 1 unit
2 Buret dan Standart 2 unit
3 Corong 10 unit
4 Eksikator 2 unit
5 Erlenmeyer 14 unit
6 Gelas Ukur 1 unit
7 Gelas Piala 15 unit
8 Labu Ukur 50 ml 10 unit
9 Labu Kjeldhal 5 unit
10 Mesin Pengocok 1 unit
11 Oven Tanah 1 unit
12 Pipet Tetes 1 unit
13 Pipet Takar 1 unit
14 Spektrofotometer 1 unit
15 Labu Ukur 100 ml 10 unit
16 Cawan Aluminium 18 unit
17 Kertas Saring 5 lembar
18 Kertas Label 2 bungkus
19 Gelas Kaca 18 unit
20 Alat Tulis 1 unit
21 AAS 1 unit
22 Alat Destruksi 1 unit
23 Alat Destilasi 1 unit
24 pH Meter 1 unit
25 Mesin Grinder 1 unit
26 Timbangan Analitik 1 unit
27 Oven Tanaman 1 unit
28 Kertas Tissue 2 gulung
29 Botol Penyemprot 1 unit
30 Hot Plate 1 unit

b. Alat di Lapangan

No Nama Alat Jumlah


1 Cangkul 1 unit
2 Meteran 1 unit
3 Parang 1 unit
4 Ember 18 unit
49

Lampiran 4. Denah Penempatan Satuan Percobaan

aA (1) F (3) E (2)


U

B (3) C (1) A (3)

A1P2(3) A1P2(3)

) )
F (2) D (2) B (2)

B (1) D (1) F (1)

a
E (1) C (3) A (2)

30 b 30 cm
cm

D (3) E (3) C (2)

Keterangan

A = 0 ton/ha tetadi dan 0 ton /ha biokanat


B = 10 ton/ha tetadi dan 0 ton /ha biokanat
C = 20 ton/ha tetadi dan 0 ton /ha biokanat
D = 0 ton/ha tetadi dan 10 ton /ha biokanat
E = 10 ton/ha tetadi dan 10 ton /ha biokanat
F = 20 ton/ha tetadi dan 10 ton /ha biokanat
(1, 2,3 ) = Ulangan
a = Jarak tanaman ke samping
b = Jarak tanaman ke depan
50

Lampiran 5. Perhitungan Dosis Biokanat yang Digunakan sebagai Perlakuan

Rekomendasi pemberian bahan amelioran ke tanah dapat diasumsikan BV


tanah 1 gr/cm. Berikut ini merupakan perhitungan jumlah bahan amelioran yang
diaplikasikan terhadap tanah berdasarkan perlakuan yang diteliti pada penelitian
ini.

Volume tanah dalam satu Ha


(kedalaman 20 cm) = volume tanah/ha x BV tanah
= 100 m x 100 m x 0,2 m x 1000 kg/m3
= 2 x 106 kg
A. 0 ton/ha biokanat

Bobot biochar = 8 kg/pot × 0 kg/ha


2.000.000 kg/Ha
= 0 kg/pot
= 0 gram/pot

B. 10 ton/ha biokanat

Bobot biochar= 8 kg/pot × 10.000 kg/ha


2.000.000 kg/Ha
= 0,04 kg/pot
= 40 gram/pot
51

Lampiran 6. Penetapan Koreksi Kadar Air

1. Kadar Air untuk Pembakuan Hasil Analisis Tanah (Juknis Analisis Kimia
Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, 2009)

Cara Kerja : Timbang tanah kering udara sebanyak 5 g kedalam cawan


alumunium yang telah diketahui bobotnya. Keringkan dalam oven pada suhu
1050 C selama 1x24 jam. Angkat cawan dan didingankan ke dalam eksikator
kemudian ditimbang.
Perhitungan :
% Kadar Air = Bobot tanah kering udara – Bobot kering tetap x 100%
Bobot kering tetap
Keterangan :
KKA = 1 + % Kadar Air (dalam desimal)
Kebutuhan pot = Bobot tanah kering mutlak x KKA
2. Kadar Air Kapasitas Lapang
Cara kerjanya : siapkan gelas piala berukuran 1000 mL, lalu 1/3 bagian gelas
piala diisi dengan pasir, dan 2/3 gelas piala diisi dengan sampel tanah yang
telah disipkan, lalu tanah disiram dengan air hingga batas pasir. Kemudian,
gelas piala ditutup dengan plastik bening dan tengahnya dilubangi dengan
sedotan plastik. Lalu didiamkan selama 24 jam. Setelah itu, sampel tanah
diambil sebanyak 10 g dimasukkan ke cawan alumunium dan dioven dengan
suhu 105oC selama 48 jam. Kemudian dihitung kadar air dan koreksi kadar
airnya.
3. Kebutuhan Air
Untuk perhitungan kebutuhan air, berat tanah 8 kg setara kering mutlak dikali
dengan koreksi kadar air dalam keadaan kapasitas lapang. Lalu, kebutuhan air
diperoleh dari selisih antara berat tanah dalam kondisi kapasitas lapang dengan
berat tanah dalam kondisi kering angin.
Perhitungan :
% Kadar Air = Bobot tanah kering udara – Bobot kering tetap x 100%
Bobot kering tetap
KKA = 1 + Kadar Air (dalam desimal)
52

Berat Tanah = TKM x KKA Kering angin


Kebutuhan Air (L) = (KA Tanah KL – KA Tanah KA) x Berat Tanah
4. Kadar Air untuk Hasil Analisis Kompos (Juknis Analisis Kimia Tanah,
Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, 2009)

Cara Kerja : Timbang kompos sebanyak 5 g contoh dan masukkan kedalam


cawan aluminium yang telah diketahui bobotnya. Dimasukkan ke daam oven
dengan suhu 1050C selama 4 jam. Angkat cawan dan didinginkan ke dalam
eksikator kemudian ditimbang.

Perhitungan :
% Kadar Air = Bobot kompos kering udara – Bobot kering tetap x 100%
Bobot kering tetap
Keterangan :
KKA = 1 + % Kadar Air (dalam desimal)
Kebutuhan Kompos/pot = Takaran kompos/pot x KKA
53

Lampiran 7. Perhitungan Pupuk Dasar

Rekomendasi pupuk yang diberikan berdasarkan (Nursyamsi dan Suprihati


2015).

Jumlah Populasi = Luas tanah 1 Ha


Jarak Tanam
= 10000 m2
30 cm x 30 cm
= 10000 m2
0,09 m2
= 111.112

Takaran pupuk = dosis pupuk


Populasi Tanaman
1. Urea 200 Kg/Ha
= 200 Kg/Ha
111.112
= 0,0017 Kg
= 1,7 gr

2. KCl 150 Kg/Ha


150 Kg/Ha
=
111.112
= 0,0013 Kg/pot
= 1,3 gr/pot

3. SP-36 132 Kg/Ha


132 Kg/Ha
=
111.112
= 0,0011 Kg
= 1,1 gr
54

Lampiran 8. Prosedur Analisis Kompos di Laboratorium

a. pengukuran N secara destilasi


Dipipet 10 ml ekstrak jernih contoh ke dalam labu didih. Ditambahkan aquades
hingga setengah volume labu. Disiapkan penampung yang berisi 15 ml asam borat
4% yang ditambah 3 tetes Conway. Dihubungkan dengan alat destilasi yang
ditambah NaOH 40% sebanyak 20 ml. Destilasi hingga volume penampung 50-75
ml. destilat ditritasi dengan asam standar (H2SO4 0,1 N). dicatat volume tritasi
untuk contoh (Vc) dan blanko (Vb)
Kadar N (%) = (Vc-Vb) x N x bst N (50 ml/ 10 ml) x (100/mg contoh) x FK
b. Pengukuran P
Dipipet masing-masing 5 ml ekstrak contoh dan dimasukkan ke dalam labu ukur
50 ml, kemudian dicukupkan dengan aquades. Ekstrak encer masing-masing dan
deret 0-5 ppm ke dalam tabung kimia. Ditambahkan 8 ml pereaksi pewarna P dan
dibiarkan 30 menit. P dalam larutan diukur dengan alat spektrofotometer pada
panjang gelombang 693 nm.
Kadar P (%) = ppm kurva x (50 ml/1000 ml) x 100/mg contoh x 31/95 x fp x fk
c. Pengukuran K
Dipipet 1 ml ekstrak dan deret standar masing-masing ke dalam tabung kimia,
ditambahkan 9 ml larutan La 0,25%. Dikocok sampai homogen, selanjutnya
diukur dengan menggunakan SSA dengan deret stabdar sebagai pembanding
Kadar K (%) = ppm kurva x (50 ml/1000 ml) x 100/mg contoh x fp x fk
2. Penetapan pH (Balai Penelitian Tanah, 2012)
Bahan: Aquades, Standar bufeer 4 dan 7
Cara kerja: Ditimbang 10 gram contoh kompos, dimasukkan ke dalam tabung
film, ditambahkan 50 ml aquades. Dishaker selama 30 menit. Suspensi tanah
siukur dengan pH meter yang telah dikalibrasi menggunakan buffer.
3. Penentuan Kadar Abu
Alat: cawan porselen, eksikator, furnace, dan timbangan
Cara kerja: Ditimbang contoh kompos 10 gram, dimasukkan ke dalam cawan
porselen yang telah diketahui berat sebelumnya. Kemudian dimasukkan ke dalam
furnace pada suhu 550oC selama 3 jam. Dinginkan dan kemudian ditimbang.
Perhitungan:
55

Kadar abu (%) = (W2/W) x fk x 100


Kadar Bahan Organik (%) = ((W-W2)/W) x fk x 100
Kadar C-organik (%) =Kadar BO x 0,58
56

Lampiran 9. Prosedur Analisis Tanah di Laboratorium

1. Penetapan pH Tanah (Balai Penelitian Tanah, 2012)


a. Bahan :
Adapun bahan yang digunakan yaitu Aquadest, Standar pH 4,0 dan pH
7,0.
b. Cara Kerja
Timbang tanah sebanyak 10 g, dimasukkan ke botol kocok. dan
ditambahkan 10 ml Aquadest, lalu kocok dengan mesin pengocok selama 30
menit. Suspensi tanah diukur dengan pH meter yang telah dikalibrasi
menggunakan larutan sangga pH 7,0 dan pH 4,0.
2. Penetapan P- tersedia dengan Metode Bray I (Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, 2012)
Alat utama: Spectrophotometer
a. Bahan :
Pereaksi: HCl 5 N, pereaksi pewarna P dan standar induk 1000 ppm
PO4 (Titrisol), standar induk 100 ppm PO4 dan deret standar PO4 (0-20
ppm).
b. Cara Kerja:
Timbang 2,5 gram tanah, ditambah pengekstrak Bray dan Kurt I
sebanyak 25 ml, kemudian dikocok selama 5 menit dan disaring. Dipipet 2
ml ekstrak jernih ke dalam tabung reaksi, masing-masing contoh ditambah
pereaksi pewarna fosfat sebanyak 10 ml, dikocok dan dibiarkan 30 menit.
Diukur absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 889
nm.
c. Perhitungan :
Kadar P2O5 Tersedia (ppm)
= ppm kurva x ml ekstrak/1000 ml x 1000 g ( contoh)-1 x fp x 142/190
xfk
Keterangan :
ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar
deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko
fp = faktor pengenceran (jika ada)
57

142/190 = faktor konversi bentuk PO4 menjadi P2O5


fk = faktor koreksi kadar air = 100 / (100 - %kadar air)
3. Penetapan N-total Tanah dengan Metoda Kjeldahl (Balai Penelitian
Tanah, 2012)
a. Bahan
Destruksi
➢ Asam sukfat pekat (95 – 97 %)
➢ Campuran selen p.a
➢ Na2SO4 anhidrat dan 1,55 g selen kemudian dihaluskan
Destilasi
➢ Asam borat 1 %
Larutkan 10 g H3BO3 dengan 1 l aquadest
➢ Natrium Hidroksida 40 %
Larutkan 400 g NaOH dalam gelas piala gelas dengan aquadest 600
ml, setelah dingin diencerkan menjadi 1 l.
➢ Petunjuk Conway
Larutkan 0,1 g merah metal (metal red) dan 0,150 g hijau
bromkresol (bromcresol green) dengan 200 ml etanol 96%.
➢ Larutan baku H2SO4 1 N
Masukkan 111 ml H2SO4 p.a pekat (95-97%) sedikit demi sedikit
melalui dinding labu ukur 1.000 ml yang telah berisi sekitar 700 ml
aquadest, kocok dan biarkan menjadi dingin. Tambahkan lagi aquadest
hingga 1000 ml, kocok.
➢ Larutan Baku H2SO4 0,050 N
Pipet 50 ml larutan baku H2SO4 1N ke dalam labu ukur 1 l.
Encerkan dengan aquadest hingga 1 l, kocok.
b. Cara Kerja
• Destruksi
Timbang 0,5 g tanah ukuran < 5 mm, dimasukkan ke dalam labu kjehdal.
Tambahkan 1 g campuran selen dan 3 ml asam sulfat pekat, kemudian
didestruksi. Destruksi selesai apabila keluar uap putih dan didapat ekstrak agak
jernih. Ekstrak digunakan untuk pengukuran N secara destilasi.
• Destilasi
Ekstrak hasil dari destruksi di tambahkan aquadest 40 ml dan 25 NaOH
58

40%. Disiapkan penampung untuk NH3 yang dibebaskan yaitu Erlenmeyer


yang berisi 15 ml asam borat 1% yang ditambah tiga tetes indikator Conway
(berwarna merah) dan dihubungkan dengan alat destilasi. Didestilasi hingga
volume hingga mencapai 40 ml (berwarna hijau). Destilat ditritasi dengan
H2SO4 0,05 N hingga warna merah muda. Catat titar tanah (Vc) dan blanko
(Vb).
c. Perhitungan

Kadar nitrogen (%) = (Vc-Vb) x N x bst N x 100/mg tanah x fk


= (Vc-Vb) x N x 14 x 100/500 x fk
= (Vc-Vb) x N x 2,8 x fk
Keterangan : Vc, Vb = ml titar tanah dan blanko
N = Normalitas larutan baku H2SO4
14 = bobot setara nitrogen
100 = konversi ke %
fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100-% kadar air)
4. Penetapan K-dd, Ca-dd, Mg-dd, Na-dd dengan ekstrak ammonium asetat
(NH4OAc) 1 M, pH 7,0 (Balai Penelitian Tanah, 2012)

a. Bahan :
Hasil penyaringan (2,5 g tanah + 50 ml ammonium asetat)
b. Cara kerja :
Hasil penyaringan (2,5 g tanah + 50 ml ammonium asetat) dilanjutkan
dengan uji AAS
c. Perhitungan:
Kation-dd (cmol (+) kg-1 )
= (ppm kurva/ bst kation) x ml ekstrak/1000 ml x 1000g/(g tanah) x 0,1 x fp
x fk
= (ppm kurva/ bst kation) x 50 ml/(1000 ml) x 1000g/2,5g x 0,1 x fp x fk
= (ppm kurva/ bst kation) x 2 x fp x fk
Keterangan :
Ppm kurva = kadar tanah yang didapat dari kurva hubungan antara kadar
deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.
0,1 = faktor konversi dari mmol ke cmol
Bst kation = bobot setara: Ca: 20, Mg: 12,15, K: 39, Na: 23
59

fp = faktor pengenceran (20)


fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100-% kadar air)
5. Penetapan C-Organik Tanah (Balai Penelitian Tanah, 2012)
a. Bahan :
0,5 g tanah, 5 ml K 2 Cr2 O7 1N, H2 SO4 pekat, aquadest.
b. Cara Kerja :
Timbang 0,5 g tanah ukuran < 5mm, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
100 ml lalu ditambahkan 5 ml K2Cr2O7 1 N lalu dikocok. Kemudian
ditambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat, dikocok lalu diamkan selama 30 menit.
Diencerkan dengan aquadest , biarkan dingin. Keesokan harinya diukur
absorbansi larutan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang561 μm.
Sebagai pembanding dibuat larutan standar 0,5, 10, 15, 20, 25 ppm, dengan
memipet 5 ml larutan standar ke dalam labu ukur 100 ml dengan perlakuan
yang sama dengan pengerjaan sampel tanah. Perhitungan sesuai berat tanah
yang ditimbang.
c. perhitungan:
kadar C-organik (%) = ppm kurva x ml ekstrak/1.000 ml x 100/ mg tanah xfk
= ppm kurva x ml 100/1.000 ml x 100/ 500 x fk
= ppm kurva x 10/500 x fk
Keterangan:
Ppm kurva = kadar tanah yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret
standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.
100 = konversi ke %
fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100% kadar air)
6. Penetapan KTK Dengan Ekstrak Amonium Asetat (NH4OAc) 1 M, pH 7,0
(Balai Penelitian Tanah, 2012)
a. Bahan :
1N Amonium Asetat (NH4OAc), 95% Etanol, Indikator conway, NaOH
45%, H2SO4 0,1 N, H3BO3 4%.
b. Cara kerja :
Timbang tanah sebanyak 2,5 g sampel dan dimasukkan ke dalam botol film,
kemudian ditambahkan 50 ml NH4OAc dan dikocok selama 15 menit.
Diamkan selama satu malam. Setelah itu disaring dengan kertas saring dan
60

dilakukan pencucian dengan alkohol hingga volume filtrat mencapai 50 ml.


Dikeringkan sampai kering. Setelah kering tanah dan kertas saring dimasukkan
kedalam labu kjeldahl 100 ml, ditambahkan 40 ml aquadest dan 20 ml NaOH,
kemudian didestilasi. Hasil destilasi ditampung pada erlenmeyer yang berisi 15
ml asam borat dan 3 tetes indikator conway hingga warna menjadi merah.
Destilasi hingga warna merah berubah menjadi hijau. Setelah itu dititrasi
dengan H2SO4 0,1 N hingga warna hijau berubah kembali.
c. Perhitungan :
KTK (me/100g tanah) = (a - b) x N H2SO4 x 100/W x KKA
Dimana :
a = ml H2SO4 untuk peniter contoh
N = Normalitas
b = ml H2SO4 untuk peniter blanko
W = berat contoh tanah (g)
7. Penetapan Raksa dengan Cara Uap Dingin (SSA) (Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, 2009)
a. Bahan :
HNO3 pekat (65%) p.a, HClO4 pekat (60%) p.a,H2SO4 pekat (95-97%)
p.a., Aquadest, standar pokok 1.000 ppm Hg (Titrisol), satndar 0 (larutan HClO4 1
%, standar 1 ppm Hg, deret standar Hg: 0; 10; 20; dan 30 ppb Hg, larutan SnCl 2 0,1
% dalam H2SO4 encer dan larutan H2SO4 encer.
b. Cara kerja :
Timbang teliti 2,500 g contoh tanah halus < 0,5 mm ke dalam tabung
digest, ditambahkan 5 ml asam nitrat p.a, didiamkan satu malam. Esoknya
dipanaskan pada suhu 100 ºC selama 1 jam 30 menit, dinginkan dan
ditambahkan lagi 5 ml asam nitrat p.a. dan 1 ml asam perklorat p.a.
Kemudian dipanaskan hingga 130 ºC selama 1 jam, suhu ditingkatkan lagi
menjadi 150 ºC selama 2 jam 30 menit (sampai uap kuning habis, bila masih
ada uap kuning waktu pemanasan ditambah lagi), setelah uap kuning habis
suhu ditingkatkan menjadi 170 ºC selama 1 jam, kemudian suhu ditingkatkan
menjadi 200 ºC selama 1 jam (Hingga terbentuk uap putih). Destruksi selesai
dengan terbentuknya endapan putih atau sisa larutan jernih sekitar 1 ml.
Ekstrak didinginkan kemudian diencerkan dengan air bebas ion
61

menjadi 25 ml, lalu dikocok hingga homogen, biarkan semalam. Ekstrak


jernih diukur dengan SSA yang dilengkapi generator uap pada 253,7 nm
dengan deret standar Hg sebagai pembanding.
c. Perhitungan :
Kadar Hg (ppb) = ppb kurva x ml ekstrak/1.000 ml x 1.000/g contoh x fp x fk

= ppb kurva x 100 ml/1.000 ml x 1.000/g contoh x fp x fk

= ppb kurva x 100/g contoh x fp x fk


62

Lampiran 10. Prosedur Analisis Tanaman (Balai Penelitian dan


Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, 2009 )

1. Persiapan sampel tanaman


Sampel tanaman yang diambil, sebelum dianalisis dicuci terlebih dahulu
dengan aquadest untuk menghilangkan debu-debu dan kotoran lainnya yang dapat
memberikan kesalahan pada hasil analisis.Contoh tanaman tersebut secepatnya
dikeringkan dalam oven berkipas, bila perlu sebelumnya dipotong-potong agar
pengeringan lebih cepat dan oven diset pada suhu 65oC. Sampel tanaman yang
telah kering kemudian digiling dengan grinder mesin yang menggunakan filter
dengan kehalusan 0,5 mm. Contoh yang telah digiling dimasukkan ke dalam botol
plastik ditutup rapat-rapat agar tidak terkontaminasi dan diberi nomor urut sesuai
dengan nomor percobaan atau perlakuan. Contoh contoh tersebut siap untuk
analisis kimia.
2. Penetapan Kadar Air
Sampel tanaman dipanaskan pada suhu 65oC untuk menghilangkan air
selama 4 jam. Kadar air dari contoh diketahui dari perbedaan bobot contoh
sebelum dan setelah dikeringkan. Faktor koreksi kelembapan dihitung dari kadar
air contoh.
Cara kerja
Ditimbang 1 g sampel tanaman yang telah dihaluskan ke dalam botol,
timbang yang telah diketahui bobot kosongnya. Dimasukan ke dalam oven dengan
suhu 65oC selama 4 jam. Diangkat, dinginkan dan ditimbang kembali.
Perhitungan :
(bobot tanaman basah − bobot tanaman kering)
Kadar air (%) = 𝑥 100
Bobot tanaman kering

3. Penetapan Raksa dengan SSA Cara Uap Dingin

Timbang 2,5 g contoh tanaman halus < 0,5 mm ke dalam tabung digest,
ditambahkan 5 ml asam nitrat pekat, didiamkan satu malam. Esoknya dipanaskan
pada suhu 100 oC selama 1 jam 30 menit, dinginkan dan ditambahkan lagi 5 ml
asam nitrat pekat dan 1 ml asam perklorat pekat. Kemudian dipanaskan hingga
130 oC selama 1 jam, suhu ditingkatkan lagi menjadi 150 oC selama 2 jam 30
63

menit (sampai uap kuning habis, bila masih ada uap kuning waktu pemanasan
ditambah lagi), setelah uap kuning habis suhu ditingkatkan menjadi 170 oC selama
1 jam, kemudian suhu ditingkatkan menjadi 200 oC selama 1 jam (hingga
terbentuk uap putih). Destruksi selesai dengan terbentuknya endapan putih atau
sisa larutan jernih sekitar 1 ml. Ekstrak didinginkan kemudian diencerkan dengan
air bebas ion menjadi 25 ml, lalu dikocok hingga homogen, biarkan semalam.
Ekstrak jernih diukur dengan SSA yang dilengkapi generator uap pada 253,7 nm
dengan deret standar Hg sebagai pembanding. Gas pembawa dialirkan, pereaksi
SnCl2, larutan H2SO4 encer, dan deret standar /contoh dimasukkan ke dalam
generator melalui pipa pengisap masing-masing.
Perhitungan
Kadar Hg (ppb) = ppb kurva x ml ekstrak/1.000 ml x 1.000/g contoh x fp x fk
= ppb kurva x 25 ml (1.000 ml)-1 x 1.000/2,5 g contoh x fp x fk
= ppb kurva x 100/g contoh x fp x fk

Keterangan:
Vc,vb = ml titar contoh dan blanko
N = normalitas larutan baku H2SO4
14 = bobot setara Nitrogen
100 = konversi ke %
fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 – % kadar air)

fp = faktor pengenceran (bila ada)

ppb kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva regresi hubungan antara
kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikurangi
blanko.
4. Penetapan Destruksi contoh
Ditimbang 0,25 g sampel tanaman yang telah dihaluskan ke dalam tabung
digestion. Ditambahkan 1 g campuran selen dan 2,5 ml H2SO4. Campuran
diratakan dan biarkan satu malam supaya diperarang. Besoknya dipanaskan dalam
blok digestion selama satu jam pada suhu 1000C. Diangkat dan dibiarkan sampai
dingin, ditambahkan 2 ml H2O2, dipanaskan kembali dan suhu ditingkatkan
menjadi 200oC, dipanaskan selama 1jam. Diangkat, dibiarkan sampai dingin dan
64

ditambahkan kembali H2O2 sebanyak 2 ml kemudian dipanaskan kembali hingga


suhu 350 oC. Pengerjaan ini diulang sampai keluar uap putih dan didapat sekitar 1
ml ekstrak jernih. Tabung diangkat, didinginkan dan kemudian ekstrak diencerkan
dengan aquadest hingga tepat 50 ml. Dikocok sampai homogen dengan pengocok
tabung, dibiarkan semalam supaya mengendap. Diekstrak jernih dapat digunakan
untuk pengukuran N, P dan K tanaman.
5. Pengukuran Nitrogen dengan cara destilasi
Pipet 10 ml ekstrak contoh ke dalam labu didih. Ditambahkan sedikit
serbuk batu didih dan aquades hingga setengan volume labu. Disiapkan
penampung NH3 yang dibebaskan yaitu erlenmeyer yang berisi 10 ml asam borat
1% yang ditambah dua tetes indikator Conway (berwarna merah) dan
dihubungkan dengan alat destilasi. Dengan gelas ukur, ditambahkan NaOH 40%
sebanyak 10 ml ke dalam labu didih yang berisi contoh dan secepatnya ditutup.
Didestilasi hingga volume penampung mencapai 50–75 ml (berwarna hijau).
Destilat dititrasi dengan H2SO4 0,050 N hingga warna merah muda. Dicatat
volume titar contoh (Vc) dan blanko (Vb).
6. Pengukuran P
Dipipet masing-masing 1 ml ekstrak contoh dan deret standar 0-200 ppm
PO4 ke dalam tabung kimia. Ditambahkan 9 ml aquadest dan dikocok. Dipipet
masingmasing 1 ml ekstrak encer contoh dan deret standar ke dalam tabung
reaksi. Ditambahkan 10 ml pereaksi pewarna P. Dikocok dengan pengocok tabung
sampai homogen dan biarkan 30 menit.P dalam larutan diukur dengan alat
spektrofotometer pada panjang gelombang 889 nm.
7. Pengukuran K
Dipipet 1 ml ekstrak dan deret standar masing-masing ke dalam tabung
kimia dan ditambahkan 9 ml larutan La 0,25%. Dikocok dengan menggunakan
pengocok tabung sampai homogen. K diukur dengan SSA dengan deret standar
sebagai pembanding.
8. Perhitungan
Kadar N (%) = (Vc- Vb) x N x 14 x 50 ml/10 ml x 100/mg contoh x fk
Kadar P (%) = ppm kurva x ml ekstrak/1.000 ml x 100/mg contoh x
B.A.P/B.M x fp x fk
65

= ppm kurva x 50/1.000 x 100/250 x 31/95 x fp x fk


= ppm kurva x 0,02 x 31/95 x fp x fk
Kadar K (%) = ppm kurva x ml ekstrak/1.000 ml x 100/mg contoh x fp x fk
= ppm kurva x 50/1.000 x 100/250 x fp x fk
= ppm kurva x 0,02 x fp x fk
66

Lampiran 11. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah

Nilai

Sifat Kimia Tanah Sangat Sangat


Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi

N (%) < 0,1 0,1 – 0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 >0,75

C (%) <1 1–2 2-3 3- 5 >5

P-tersedia (ppm) <5 5 – 14 15 – 39 40 - 60 > 60

K-dd (me/100g tanah) < 0,1 0,1 – 0,3 0,4– 0,5 0,6 – 1,0 >1

KTK (me/ 100 g <5 5 – 16 17 – 24 25 - 40 > 40


tanah)

Sangat Agak Agak


Masam Netral Alkalis
masam masam alkalis

pH < 4,5 4,5 – 5,5 5,5 – 6,5 6,6 – 7,5 7,6 – 8,5 > 8,5

Sumber : Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian,


2009.
67

Lampiran 12. Persyaratan mutu pupuk organik padat menurut SNI


7763:2018

No Parameter Standar Mutu


1 pH 4-9
2 Unsur Hara Makro ((N-total + P-total + K- min 2 %
total)
3 C/N Rasio 15-25
4 C-Organik min 15 %
68

Lampiran 13. Analisis Sidik Ragam

1. Sidik Ragam pH Tanah

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 3,0128 0,6026 218,229** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,0331 0,0028
Total 17 3,0459
KK = 0,21 %
Keterangan: *(berbeda nyata), **(berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).

2. Kapasitas Tukar Kation Tanah

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 1246,09 249,219 49,87** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 59,96 4,997
Total 17 1306,06
KK = 9,68 %
Keterangan: *(berbeda nyata), **(berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).

3. Na-dd Tanah

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 0,090 0,018 5,307 ** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,041 0,003
Total 17 0,131
KK = 2,45 %
Keterangan: *(berbeda nyata), **(berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
69

4. Ca-dd Tanah

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 10,964 2,1929 3,977 * 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 6,617 0,5514
TotalP 17 22,310
KK = 12,66 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).

5. Mg-dd Tanah

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 0,963 0,193 4,339 * 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,533 0,044
Total 17 1,496
KK = 7,64 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).

6. K- dd Tanah

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 0,1208 0,0242 14,839** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,0195 0,0016
Total 17 0,1403
KK = 1,61 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).

7. N-Total Tanah

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 0,1294 0,0259 60,318** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,0051 0,0004
Total 17 0,1346
KK = 2,13 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
70

8. Bahan Organik Tanah

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 2,7963 0,559 12,45** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,5391 0,045
Total 17 3,3354
KK = 2,79 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).

9. C-Organik Tanah

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 0,9408 0,188 12,45** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,1814 0,015
Total 17 1,1222
KK = 1,01 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).

10. C/N

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 254,235 50,847 7,085** 3,410 5,06
Galat (sisa) 12 86,124 7,177
Total 17 340,359
KK = 20,76 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).

11. P-Tersedia Tanah

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 2148,17 429,63 173,639 ** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 29,69 2,47
Total 17 2177,86
KK = 8,33 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
71

12. Hg Tanah

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 0,056 0,0113 26,02** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,005 0,0004
Total 17 0,061
KK = 1,13 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).

13. P-Total Tanaman

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 0,0834 0,017 13,86** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,0144 0,001
Total 17 0,0979
KK = 1,52 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).

14. N-Total Tanaman

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 20,176 4,035 56,91** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,851 0,071
Total 17 21,026
KK = 1,52 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).

15. K-Total Tanaman

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 156,25 31,25 364,38** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 1,03 0,086
Total 17 157,28
KK = 3,01 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
72

16. Hg Tanaman

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 1,594 0,319 32,042** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,119 0,010
Total 17 1,714
KK = 2,71 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).

17. Tinggi Tanaman

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 1432,280 286,456 18,092 ** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 189,996 15,833
Total 17 1622,276
KK = 4,43 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).

18. Panjang Akar Tanaman

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 135,500 27,100 25,700** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 12,648 1,054
Total 17 148,148
KK = 4,14 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).

19. Jumlah Anakan Tanaman

Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 395,835 79,167 50,893** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 18,672 1,556
Total 17 414,570
KK = 6,72 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
73

Lampiran 14. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cisokan

Deskripsi Uraian
Varietas Cisokan
Nomor Pedigree B4070d-Pn-199-43
Asal Persilangan PB36/Pelita I-1
Golongan Cere (kadang-kadang berbulu)
Umur Tanaman 110-120 hari
Bentuk Tanaman Tegak
Tinggi Tanaman 90 – 100 cm
Anakan Produktif Banyak (20 - 25 batang)
Posisi Daun Tegak
Daun Bendera Intermediet
Bentuk Gabah Lonjong – sedang
Kerebahan Sedang
Kerontokan Sedang
Rasa Nasi Kurang
Warna Batang Hijau Muda
Warna Daun Hijau
Warna Gabah Kuning Bersih
Tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan
Ketahanan terhadap hama
Sumatera Utara
Agak tahan terhadap bakteri hawar daun
Ketahanan terhadap penyakit
(Xanthomonas oryzae
Nusyirwan Hasan, Rifda Roswita, Hardiyanto,
Pengusul
Syahrial Abdullah
Sumber : BPTP Sumbar (2004)

You might also like