Professional Documents
Culture Documents
Skripsi Full Text Aldo Aditya
Skripsi Full Text Aldo Aditya
SKRIPSI
OLEH :
ALDO ADITYA
1710231011
OLEH :
ALDO ADITYA
1710231011
SKRIPSI
Fakultas : Pertanian
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Universitas Andalas juga berhak
untuk menyimpan, mengalih media formatkan, mengelola, merawat, dan
mempublikasikan karya saya tersebut di atas selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis, pencipta, dan sebagai pemilik hak cipta. Demikian
pernyataan ini saya buat sebenarnya.
Dibuat di Padang
Pada tanggal 02 September 2022
Yang Menyatakan
(Aldo Aditya)
”Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia
menguasai ilmu, dan barang siapa menginginkan akhirat hendaklah menguasai
ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat)
hendaklah dengan ilmu .”
A Taala yang telah diberinya berbagai nikmat kepada kita. Shalawat dan
salam dihadiahkan kepada pucuk pimpinan umat sedunia nabi
Muhammad Shalallahu `Alaihi wa Sallam yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyah hingga zaman yang dipenuhi pengetahuan IPTEK seperti
yang dirasakan saat ini.
Terima kasih yang setulusnya dan segenap rasa cinta, kupersembahkan
karya sederhana ini untuk ama, apa, ayah dan ibuk yang selalu mengusahakan
segalanya baik arahan, motivasi serta materil hingga Aldo telah dapat
menyelesaikan studi ini serta menyandang gelar. Rasa terima kasih yang sama
Aldo ucapkan kepada kakakku yang cantik dan adekku yang selalu menjalankan
kehidupan secara bersama-sama waktu demi waktu yang memberikan
dukungannya serta kerabat keluarga yang ikut mengingatkan studi aldo. Semoga
kita diberikan kesehatan dan rejeki oleh Allah SWT.
Teristimewa kepada orang tua ku dikampus, tiada kata yang pantas aldo
ucapkan, namun ucapan terima kasih yang dapat kusampaikan kepada, Bapak
Dr.rer.nat.Ir. Syafrimen Yasin, MS., MSc dan Ibu Dr. Ir. Gusmini, SP., MP selaku
pembimbing yang telah sabar memberikan arahan, bimbingan dan motivasi dalam
proses penelitian hingga penyelesaian masa studi ini. Terima kasih kepada
Bapak/Ibu Dr. Ir. Adrinal, MS., Ir. Irwan Darfis, MP., Dr. Mimien Harianti, SP,
MP penguji yang telah memberikan saran, masukan, dan kebaikannya dalam
menyelesaikan studi saya. Ucapan terima kasih ku hantarkan kepada seluruh
dosen Fakultas Pertanian Unand yang ihklas dalam membagi ilmunya selama
perkuliahan, semoga apa yang Bapak/Ibu berikan diijabah oleh ALLAH SWT dan
senantiasa diberikan kesehatan, Amieeen. Seluruh civitas akademika Unand Aldo
ucapkan terimakasih atas bantuannya selama ini. Mohon maaf apabila dalam masa
studi terdapat kesalahan sikap, perbuatan dan ucapan baik disengaja maupun tidak
disengaja.
Terima kasih banyak saya ucapkan kepada teman-teman, sahabat, serta
orang yang berada disekitar yang selalu to cheer up setiap episode kehidupan
saya. Tidak dapat saya sebutkan satu persatu nama yang ada dikehidupan saya,
semoga kita generasi muda yang sukses. Terima kasih buat semua momen yang
membekas dan tersimpan di memori yang akan menjadi cerita lama saat bertemu
di waktu tua nantinya. Semoga silaturahmi kita tetap berjalan dan kita slalu
dikelilingi orang baik. Semoga Allah SWT mempermudah urusan kita
kedepannya, Aamiin yarabbal ‘alamin..
BIODATA
A.A
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah yang menberikan rahmat dan karunia
menyelesaikan penelitian. Salawat dan salam bagi Rasullah Muhammad SAW
sebagai suri tauladan dalam kehidupan.
Dengan mengucapkan rasa terima kasih yang saya ucapkan kepada bapak
Dr.rer.nat.Ir. Syafrimen Yasin, MS., MSc dan ibu Dr. Ir. Gusmini, SP., MP selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan
penulisan penelitian ini. Skripsi ini ditulis berjudul “Pemberian Biokanat
terhadap Ketersediaan Unsur Hara Makro (N,P,K), Reduksi Hg dan
Pertumbuhan Tanaman Padi pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca
Remediasi Tetadi”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat dalam penulisan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis
menerima segala saran dan kritik, dengan harapan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat menjadi
pedoman dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya.
A.A
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii
DAFTAR TABEL……………………………………………………...... iii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..... iv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………..……………… v
ABSTRAK……………………………………………………………..... vi
ABSTRACT……………………………………………………………..... vii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang…………………………………………………..... 1
B. Tujuan Penelitian…………………………………………………. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….. 4
A. Karakteristik Tanah Bekas Tambang Emas……………………... 4
B. Bahan Amelioran Biochar Sekam, Pupuk Kandang, Sampah
Kota dan Liat (Biokanat) sebagai Pembenah Tanah Bekas
Tambang Emas………………………………………….……...... 4
C. Karakteristik Tanah Sawah dan Syarat Tumbuh Tanaman
Padi……………………………………………………….…....... 7
BAB III BAHAN DAN METODA.………………………………..…… 9
A. Waktu dan Tempat………………………………………….…….. 9
B. Alat dan Bahan……………………………………………………. 9
C. Metode Penelitian………………………………………………… 9
D. Pelaksanaan Penelitian………………………………………….... 10
E. Pengamatan…………………………………………………..…… 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………...……... 13
A. Analisis Pupuk Granul Biokanat……………………….………… 13
B. Karakteristik Tanah Tambang Emas Setelah Satu Tahun
Pemberian Tetadi……………………………………...……….... 15
C. Hasil Analisis Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi
dengan Tetadi Setelah Pemberian Perlakuan Biokanat………..... 17
D. Pengamatan Tanaman………………………………………........ 26
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………………………….….... 35
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 35
B. Saran……………………………………………………………… 35
RINGKASAN…………………………………………..……………….. 36
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….……...... 40
LAMPIRAN…………………………………………….……………...... 46
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Analisis Karakteristik Kimia Pupuk Granul Biokanat…. 13
2. Hasil Analisis Tanah Tambang Emas Efek Sisa Tetadi Setelah
Pemberian Satu Tahun…………………………….................. 15
3. Hasil Analisis pH H2O Setelah Pemberian Perlakuan Granul
Biokanat Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi
Dengan Tetadi……...…..………………................................ 18
4. Hasil Analisis C-Organik, Bahan Organik, N-Total Dan C/N
Setelah Pemberian Perlakuan Granul Biokanat Pada Tanah
Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi Dengan
Tetadi…..……........................................................................... 19
5. Hasil Analisis Kapasitas Tukar Kation Dan Basa-Basa
Setelah Pemberian Perlakuan Granul Biokanat Pada Tanah
Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi Dengan
Tetadi......................................................................................... 22
6. Hasil Analisis P-Tersedia Setelah Pemberian Perlakuan
Granul Biokanat Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca
Remediasi Dengan Tetadi..…………………………………… 24
7. Hasil Analisis Hg Setelah Pemberian Perlakuan Granul
Biokanat Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi
Dengan Tetadi……………………………………...………… 25
8. Pengaruh Pemberian Granul Biokanat Terhadap Tinggi
Tanaman Padi Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca
Remediasi Dengan Tetadi ….................................................... 26
9. Pengaruh Pemberian Granul Biokanat Terhadap N, P, K
Tanaman Padi Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca
Remediasi Dengan Tetadi……............................................. 28
10. Pengaruh Pemberian Granul Biokanat Terhadap Mercuri (Hg)
Tanaman Padi Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca
Remediasi Dengan Tetadi ...………………………………….. 31
11. Pengaruh Pemberian Granul Biokanat Terhadap Panjang
Akar Tanaman Padi Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca
Remediasi Dengan Tetadi……………………………………. 32
12. Pengaruh Pemberian Granul Biokanat Terhadap Jumlah
Anakan Tanaman Padi Pada Tanah Bekas Tambang Emas
Pasca Remediasi Dengan Tetadi……………………...………. 33
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
v
Pemberian Biokanat terhadap Ketersediaan Unsur Hara Makro (N, P, K),
Reduksi Hg dan Pertumbuhan Tanaman Padi pada Tanah Bekas Tambang
Emas Pasca Remediasi Tetadi
Abstrak
Aplikasi tetadi pada tanah bekas tambang emas sebagai upaya pemulihan
lahan bekas tambang masih memberikan hasil kandungan hara yang rendah dan
kandungan mercuri (Hg) dalam konsentrasi tercemar, sehingga perlu dilakukan
penambahan amelioran, salah satunya adalah biokanat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peran aplikasi biokanat terhadap perbaikan kandungan hara
makro (N,P,K) dan reduksi Hg pada tanah bekas tambang emas pasca remediasi
tetadi. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas
Andalas, Padang, yang terdiri dari 3 perlakuan efek sisa dengan tetadi yaitu (0
ton/ha, 10 ton/ha, 20 ton/ha) dan 3 perlakuan efek sisa yang ditambah biokanat
sebanyak 10 ton/ha dengan 3 ulangan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Hasil penelitian menunjukkan pemberian 10 ton/ha biokanat pada tanah
bekas tambang emas pasca remediasi dengan tetadi mampu memperbaiki sifat
kimia tanah. Perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat meningkatkan pH
tanah sebanyak (1,24 unit), N-total 0,24 %, kandungan C-organik 0,68 %, P-
tersedia 30,31 ppm, KTK tanah 23,99 cmol/kg, Ca-dd 2,09 cmol /kg, Mg-dd 0,73
cmol/kg, K-dd 0,23 cmol /kg, dan Na-dd 0,21 cmol /kg jika dibandingkan dengan
kontrol. Perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton biokanat mampu meningkatkan
pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L.) 26,6 cm, angkutan hara N 3,19 %, P
0,21 %, K 8,99 %, dan jumlah anakan menjadi 13 batang jika dibandingkan
kontrol. Pemberian 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat pada tanah bekas
tambang emas mampu mengurangi Hg didalam tanah sebesar 0,15 ppm dan
tanaman sebesar 0.92 ppm.
Kata kunci : Biokanat, Mercuri, Tanah Bekas Tambang Emas, Tanaman Padi,
Unsur Hara
vi
The Effect of Biokanat on Macronutrient Availability (N, P, K), Hg
Reduction, and Rice Growth in Ex-Gold Mine Soil After Tetadi Remediation
Abstract
Keywords: Biokanat, ex- Gold Mine soil, Mercury, Nutrients, Rice Plants
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam. Salah
satu kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia adalah berupa emas.
Emas merupakan logam mulia yang didapatkan dengan cara penambangan.
Penambangan emas dapat meningkatkan devisa bagi negara, dan perekonomian
masyarakat, namun aktivitas tambang emas dapat merusak lingkungan. Kerusakan
lingkungan yang terjadi akibat penambangan emas dapat berupa penurunan
kualitas air sungai, rendahnya produktivitas tanah sehingga dapat menyebabkan
erosi. Selain kerusakan lingkungan, dampak lain yang dapat ditimbulkan dari
penambangan emas adalah hilangnya bagian atas tanah (top soil) yang
mengandung bahan organik. Hilangnya bahan organik membuat tanah menjadi
miskin terhadap bahan organik. Tanah yang miskin akan bahan organik tidak akan
mampu mengikat pupuk yang diberikan, dikarenakan bahan organik sebagai
koloid organik tanah yang dapat membentuk agregat tanah.
Menurut laporan dinas pertambangan dan energi provinsi Sumatera Barat
(2014) cit Novianis, et al., (2020) Sumatera Barat merupakan provinsi yang cukup
banyak terdapat cadangan emas. Salah satu wilayah yang terdapat di Sumatera
Barat yang memiliki cadangan emas yaitu di Kabupaten Sijunjung khususnya
pada Nagari Padang Sibusuk. Masyarakat Kabupaten Sijunjung melakukan
penambangan emas secara illegal tanpa mempunyai surat izin dari yang
berwenang. Penambangan secara illegal dikenal dengan istilah PETI
(Penambangan Emas Tanpa Izin). Penambangan emas tanpa izin (PETI)
dilakukan dilahan petanian berupa sawah, sehingga lahan pertanian menjadi
berkurang. Data BPS (2020) menunjukkan bahwa pada tahun 2018 lahan sawah
produktif memiliki luas 331.04 ha pada tahun 2015 terjadi penurunan luas sawah
menjadi 295.67 ha. Sawah yang dimiliki masyarakat digali agar mendapatkan
cadangan emas, setelah didapatkan masyarakat meninggalkan begitu saja sehingga
tanah tersebut dinamakan dengan tanah bekas tambang emas.
Penambangan emas tanpa izin (PETI) yang dilakukan di lahan sawah
produktif oleh masyarakat yang berada di jorong ladang kapeh Nagari Padang
2
0,05% Nitrogen (N), 30,76% karbon (C), 0,06% kalium (K), 0,23% fospor (P)
serta menghasilkan derajat keasaman (pH) 8,3.
Pupuk kandang dan sampah kota merupakan pupuk organik. Pupuk kandang
yang digunakan berupa pupuk kandang sapi. Tingginya kandungan N, P, dan K
pada pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan
efisiensi penggunaan pupuk anorganik sehingga dapat mempercepat pertumbuhan
tanaman. Sampah kota berupa sampah yang berasal dari sampah pasar. Sampah
kota yang digunakan berupa sampah kota yang mudah dalam mengalami
pelapukan. Disamping itu, melimpahnya sampah kota dapat dimanfaatkan, dan
secara tidak langsung dapat membantu kelestarian lingkungan.
Penggunaan biochar sekam padi, pupuk kandang, sampah kota dan liat
(biokanat) dalam bentuk granul dapat diaplikasikan dengan mudah ke tanah
sawah bekas tambang emas. Sawah merupakan tempat budidaya padi dalam
bentuk tergenang oleh air. Padi merupakan tanaman pangan yang dijadikan
sebagai makanan pokok oleh sebagian masyarakat di dunia. Di Indondesia, padi
merupakan komoditas utama dalam kelangsungan hidup masyarakat. Indonesia
merupakan negara yang memiliki jumlah peduduk yang besar dalam menghadapi
tantangan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Oleh karena itu,
kebijakan ketahanan pangan menjadi fokus utama dalam pembangunan pertanian.
Berdasarkan uraian di atas, penulis telah melakukan penelitian dengan judul
“Pemberian Biokanat terhadap Ketersediaan Unsur Hara Makro (N,P,K),
Reduksi Hg dan Pertumbuhan Tanaman Padi pada Tanah Bekas Tambang
Emas Pasca Remediasi tetadi”
B. Tujuan Penelitian
Tujuan kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran aplikasi
biokanat terhadap perbaikan kandungan hara makro (N,P,K) dan reduksi merkuri
(Hg) pada lahan bekas tambang emas pasca remediasi dengan tetadi pada tanaman
padi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
organik yang digunakan didasarkan pada sisa tanam melimpah dan kurang
termanfaatkan. Bahan organik yang digunakan dalam pembuatan biokanat adalah
biochar sekam padi, pupuk kandang, sampah kota dengan cara pengomposan.
Pengomposan dilakukan berguna untuk dekomposisi bahan organik menjadi
halus. Pengomposan dilakukan dengan proses anaerob dan pemberian aktivator.
Proses perombakan bahan organik dapat terjadi secara fisiko-kimia. Menurut
Setyorini et al., (2006) bahwa kompos yang telah matang dengan proses anaerob
akan menghasil metana, hara dan humus. Kompos yang telah matang akan
dikemas dalam bentuk granul yang dinamakan dengan granul biokanat. Granul
biokanat yang telah terbentuk dilakukan analisis kimia, guna untuk melihat
kandungan hara yang ada pada kompos. Selain itu, kandungan yang terdapat pada
kompos dapat dijadikan referensi dalam perlakuan yang diberikan ke tanah dalam
pertumbuhan tanaman.
Biochar merupakan arang hitam dari hasil pembakaran dalam keadaan
oksigen yang rendah dengan metode pirolisis (Verdiana, et al., 2016). Biochar
dapat dikatakan sebagai karbon aktif karena berbentuk kristal makro karbon yang
pori porinya dapat mengadsorpsi anion, kation, dan molekul dalam bentuk
senyawa organik dan anorganik. Karbon aktif mempunyai gugus fungsi seperti
gugus karboksilat, gugus hidroksifenol, dan berbagai macam gugus lainnya
seperti Gambar 1.
Gambar 1. Struktur kimia karbon aktif (Sudibandriyo, 2003 cit Syamsudin, 2017)
6
Gambar 2. Mekanisme penjerapan logam berat oleh biochar ( Lu, et al., 2012 cit
Hidayat 2015)
Mekanisme penyerapan Pb2+ oleh biochar dapat terjadi pada tanah yang
tercemar logam akan diikat dari biochar. Setelah itu, gugus fungsional yang
berbeda dengan mineral oksida hidroksil bebas dan akan mengendap pada
permukaan lainnya. Lalu, fisik adsorpsi innersphere dan presipitasi permukaan
yang berkontribusi terhadap stabilitasi Pb2+ (Hidayat 2015).
Bahan organik yang digunakan selain biochar yaitu pupuk kandang dan
sampah kota. Pupuk kandang ialah pupuk organik yang berasal dari kotoran
hewan yang berasal dari sapi. Zat hara yang dikandung pupuk kandang tergantung
dari sumber kotoran bahan bakunya (Neltriana, 2019 ). Pupuk kandang sapi
memiliki kandungan hara karbon (C) 24,57%, nitrogen (N) 1,63%, fosfor (P)
0,26%, kalium (K) 2.80% (Sudarsono, et al., 2013). Sedangkan sampah kota
didapatkan dari sampah pasar dan sampah rumah tangga yang mudah memgalami
pelapukan.
7
semusim lainnya. Lahan dengan pola tanam padi terjadi penurunan kesuburan
tanah yang disebabkan pengangkutan bahan organik tanpa pengembalian kembali
kedalam tanah. Rotasi tanaman padi dengan tanaman semusim lainnya pada tanah
sawah dapat membantu memperbaiki tanah dan menambah bahan organik tanah
(Palembang, et al., 2013).
Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang banyak dibudidayakan di
Indonesia. Taksonomi tanaman padi secara lengkap adalah sebagai berikut :
Divisio: Spermatophyta, Sub Divisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae
Ordo: Poales, Famili: Graminae, Genus: Oryza, Spesies: Oryza sativa.
Pertumbuhan tanaman padi dibedakan menjadi tiga fase, yaitu fase vegetatif, fase
generatif (reproduksi) dan fase pemasakan. Fase vegetatif dimulai dari saat
berkecambah sampai anakan aktif yaitu anakan maksimal, bertambahnya tinggi
tanaman dan tumbuh secara teratur. Fase reproduktif dimulai dari inisiasi
primordia malai dengan memanjangnya ruas batang, berkurangnya jumlah
anakan, munculnya daun bendera, bunting dan pembungaan. Fase pemasakan
dimulai dari berbunga sampai panen, yang ditandai, masak kuning dan masak
fisiologis (Supramudho, 2008). Tanaman padi membutuhkan curah hujan berkisar
200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. (AKK, 1990 cit
Saputra, 2013). Menurut Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh (2009), suhu
yang optimum untuk pertumbuhan tanaman padi adalah berkisar 24-29° C.
BAB III METODE PENELITIAN
C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian Putri, (2021) dengan
beberapa perlakuan dosis tetadi sebagai penelitian tahap I dan dilanjutkan
dengan tahap 2. Penelitian tahap 2 menggunakan percobaan rancangan acak
lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dengan aplikasi biokanat dosis
maksimal 10 ton/ha, dengan 3 ulangan sehingga diperoleh 18 satuan. Satuan
percobaan sebagai berikut.
Perlakuan
A = (Kontrol)
B = 10 ton/ha tetadi dan 0 ton/ha biokanat
C = 20 ton/ha tetadi dan 0 ton/ha biokanat
D = 0 ton/ha tetadi dan 10 ton/ha biokanat
E = 10 ton/ha tetadi dan 10 ton/ha biokanat
F = 20 ton/ha tetadi dan 10 ton/ha biokanat
Data hasil penelitian diolah secara statistik dengan uji F pada taraf nyata
5%. Data hasil penelitian yang menunjukkan perbedaan yang nyata dilanjutkan
dengan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
10
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan dalam pembuatan Biochar Sekam Padi serta
pengomposan.
Biochar sekam padi yang dibuat dengan metode pirolisis dengan cara
dibakar selama 4 jam dengan suhu 500oC untuk menjadi arang
(Verdiana, et al., 2016). Setelah terjadinya biochar, bahan tersebut dicampur
dengan pupuk kandang dan sampah kota dengan perbandingan 2:2:1 dalam satuan
kg untuk dijadikan kompos. Kotoran sapi yang sudah kering angin dan sampah
kota dicacah menggunakan mesin pencacah. Bahan dasar ditumpuk secara merata,
selanjutnya dilakukan penambahan kapur dolomit sebanyak 1/20 dari berat
kotoran sapi, ditambahkan bioaktivator Tricodherma sp. secara merata.
Selanjutnya bahan tersebut diaduk secara merata menggunakan mesin pengaduk.
Setelah itu, dilakukan fermentasi selama ≥ 4 minggu. Kompos yang telah matang
ditandai dengan warnanya telah berubah menyerupai tanah, suhu mendekati suhu
ruangan 25-300C dan C/N < 15.10
2. Pembuatan granul Biokanat
Setelah kompos matang, selanjutnya kompos dikering anginkan dan
diayak dengan ukuran 0,05 mm. Setelah itu, ditambahkan bahan perekat tanah liat
dengan perbandingan kompos dan perekat tanah liat sebesar 1:1 dalam satuan kg.
Bahan tersebut diaduk secara merata, selanjutnya dimasukkan ke dalam pan
granulator sesuai kapasitas alat. Tahapan berikutnya dihidupkan mesin pan
granulator dan dibiarkan berputar, sementara itu disemprotkan larutan molase
(larutan gula merah dan air 1:1 secara merata. Granul yang telah terbentuk
selanjutnya dikering anginkan.
3. Persiapan Tanah
Tanah yang digunakan berupa tanah bekas tambang emas pasca
remediasi seberat 8 kg/pot setara dengan berat kering mutlak. Tanah tersebut
dipindahkan ke dalam ember dan diberi penomoran pada setiap perlakuan.
Sampel tanah tersebut diambil dan dilakukan analisis kimia tanah sebagai
analisis tanah awal. selain analisis kimia tanah, tanah tersebut akan dihitung
kadar air tanah kering angin ditetapkan prosedurnya pada lampiran 6.
11
4. Pemberian perlakuan
Tanah bekas tambang emas pasca remediasi dicampurkan dengan
amelioran yang sesuai dengan dosis perlakuan. Kemudian diaduk rata, dan
ditambahkan dengan air hingga tanah dalam keadaan kapasitas lapang. Sampel
tanah diinkubasi selama 15 hari. Kemudian sampel tanah diambil dimasing-
masing ember dan kemudian dilakukan analisis kimia tanah sebagai analisis
tanah akhir.
5. Proses Penyemaian Benih Padi
Benih dibilas dalam air bersih sebanyak 1 kg kemudian direndam dalam
air selama 2 x 24 jam. Setelah itu, benih diperam selama 1 x 24 ditempat yang
gelap dan ditutup, selanjutnya dibuat media persemaian. Pembuatan media
persemaian dengan tanah lumpur. Setelah itu, benih yang direndam dimasukkan
ke dalam media dan disimpan ditempat yang aman selama dua minggu. Air diberi
tiap hari agar kelembapannya terjaga.
6. Proses penanaman Padi
Bibit yang ditanam yang berumur muda yaitu kurang dari 12 hari setelah
semai yang mempunyai 2 helai daun. Bibit padi ditanam tunggal yaitu satu bibit
perlubang. Penanaman yang dilakukan dengan dangkal atau kedalaman 1-1,5 cm,
setelah itu tanah digenangi dengan ketinggian air maksimal 2 cm.
7. Pemupukan
Agar tanaman dapat tumbuh maksimal, maka dilakukan pemberian
pupuk tanaman padi. Pupuk yang diberikan adalah 1,7 g Urea, 1,3 g Sp-36,
dan 1,1 g KCl. Perhitungan pupuk akan dilihat pada lampiran 7.
8. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari sesuai dengan kebutuhan tanaman
dengan cara menggunakan ember atau gembor. Penjagaan air pada tanah sawah
dengan ketinggian maksimal 2 cm.
b. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan dengan cara manual yaitu dengan
mencabut gulma yang tumbuh pada media dalam ember. Penyiangan dilakukan
sebulan sekali karena gulma yang tumbuh tidak terlalu banyak.
12
E. Pengamatan
1. Analisis Granul Biokanat
Analisis yang dilakukan pada granul biokanat di laboratorium yang terdiri
dari pH, C-organik, kapasitas tukar kation (KTK), P-total, N-total, K-total, Mg-
total, Ca-total.
2. Analisis Tanah Awal
Analisis tanah awal berupa tanah pasca remediasi dengan perlakuan 0
ton/ha, 10 ton/ha, 20 ton/ha yang ulangan pada setiap perlakuan dikompositkan
sehingga diambil 1 sampel dari masing-masing perlakuan dan dilakukan analisis.
Analisis dilakukan di Laboratorium yang terdiri dari C-organik dengan metode
Walkley and Black, analisis pH dengan metode Elektrometrik, N total dengan
metode kjeldahl, P tersedia metode Bray I diukur dengan spektrofotometer, KTK
dengan metode leaching, K-dd dengan metode pencucian Ammonium Asetat
(NH4OAc) 1 N pH 7 diukur dengan AAS, Hg dengan metode uap dingin.
Prosedur analisis selengkapnya disajikan pada lampiran 8.
3. Analisis Tanah Setelah Perlakuan
Tanah yang telah diberi perlakuan dilakukan analisis tanah yang berupa
sifat kimia tanah. Parameter yang diuji adalah pH tanah, N-total, P-tersedia, K-dd,
Mg-dd, Ca-dd, Na-dd C-organik, KTK, dan Hg tanah.
4. Tanaman
Pengamatan pada tanaman yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang
akar, Hg tanaman dan N, P, K pada tanaman. Prosedur analisis disajikan pada
lampiran 9.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
banyak perlakuan yang diberikan kedalam tanah, semakin banyak sisa kandungan
bahan organik yang ada di dalam tanah.
Berdasarkan Tabel 2 kandungan P-tersedia pada efek sisa tetadi dengan
kriteria rendah hingga sangat tinggi dengan nilai tanah sebesar 6,03 hingga 31,55.
P-tersedia di tanah sangat erat kaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah.
Menurut Wulandari, (2001) bakteri pelarut fosfat di tanah dapat menyediakan P-
tersedia tanah serta membantu dalam proses pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan serapan hara. Selain itu, peningkatan P-tersedia dikarenakan
adanya residu pupuk P. Menurut Ismon dan Siska (2018) pupuk P yang diberikan
pada tanah sebagian kecil diambil oleh tanaman, sisanya dijerap dan tertinggal
didalam tanah.
Kapasitas tukar kation pada efek sisa tetadi berkisar rendah hingga tinggi
dengan nilai dari 16.45 hingga 37.25 yang dapat dilihat pada Tabel. Peningkatan
Kapasitas tukar kation tanah meningkat pada perlakuan 20 ton/ha tetadi sebesar
20,80 cmol/kg jika dibandingkan dengan perlakuan 0 ton/ha tetadi. Meningkatnya
KTK tanah disebabkan oleh gugus fungsional pada efek sisa tetadi yang akan
menyumbang muatan negatif sehingga banyak kation basa yang dapat diserap
(Liang, et al., 2008). Meningkatnya kandungan basa-basa pada tanah bekas
tambang emas disebabkan oleh peningkatan KTK tanah yang terjadi
mengakibatkan semakin banyak kation basa yang dapat dijerap oleh tanah seperti
Ca, Mg, K, dan Na . Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kandungan basa tertinggi
pada perlakuan 20 ton tetadi.
dilihat bahan efek sisa pada tetadi serta pemberian bahan organik berupa granul
biokanat memiliki hasil yang berbeda. Berdasarkan hasil statistik menunjukkan
bahwa efek sisa tetadi serta pemberian granul biokanat memberikan pengaruh
berbeda sangat nyata antar perlakuan.
Tabel 3. Hasil Analisis pH H2O Setelah Pemberian Perlakuan Granul Biokanat
pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi dengan Tetadi.
Perlakuan pH (H2O)
0 ton/ha tetadi (Kontrol) 5,28 f
10 ton/ha tetadi 5,83 d
20 ton/ha tetadi 6,29 b
tanah. Granul biokanat merupakan formula dari biochar sekam padi, pupuk
kandang dan sampah kota yang dikomposkan. Menurut Saidy (2018) peningkatan
pH tanah terjadi karena adanya proses kompleksasi proton oleh asam-asam
organik dengan mekanisme yang terjadi ketika granul biokanat akan mengalami
dekomposisi yang berada didalam tanah, asam–asam organik yang berada didalam
tanah akan mengikat ion H+, sehingga ion H+ di dalam tanah akan berkurang.
Selain itu, tanah liat yang telah dikapur yang digunakan dalam penggranulan
biokanat dapat meningkatkan pH tanah karena kapur yang telah terhidrolisis akan
menghasilkan muatan negatif. Peningkatan kemasaman tanah tidak hanya dengan
penambahan bahan organik. Namun, peningkatan kemasaman tanah dapat
dilakukan dengan penggenangan. Rusman, et al., (2018) mengatakan salah satu
teknik yang efektif dalam meningkatkan pH tanah dengan cara penggenangan.
Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa perlakuan efek sisa tetadi dan pemberian
10 ton/ha granul biokanat mampu meningkatkan kandungan bahan organik
berbeda sangat nyata jika dibandingkan dengan kontrol. Kandungan bahan
organik tertinggi pada efek sisa tetadi pada perlakuan 20 ton/ha tetadi yaitu 3.54
%. Kandungan bahan organik terendah pada efek sisa tetadi tetadi pada perlakuan
0 ton/ha tetadi yaitu 2.59 %. Pemberian 10 ton/ha pupuk granul biokanat pada
efek sisa tetadi nilai kandungan bahan organik tertinggi didapatkan pada
perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat yaitu 3,76 %. Nilai
terendah didapatkan pada perlakuan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha tetadi yaitu 2,88
%. Hal ini disebabkan dosis tetadi dan granul biokanat yang diberikan ke tanah
meningkat.
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa perlakuan efek sisa tetadi dan
pemberian 10 ton/ha granul biokanat mampu meningkatkan KTK berbeda sangat
nyata jika dibandingkan dengan kontrol. Nilai kapasitas tukar kation pada
perlakuan efek sisa tetadi dan pemberian 10 ton/ha granul biokanat berkisar antara
22
16.59 cmol/kg sampai 40.58 cmol/kg. Nilai kapasitas tukar kation tertinggi pada
perlakuan tetadi didapatkan pada perlakuan 20 ton/ha tetadi yaitu 37.33 cmol/kg.
Nilai KTK terendah pada perlakuan efek sisa tetadi didapatkan pada perlakuan 0
ton/ha tetadi yaitu 16.59 cmol/kg. Pemberian 10 ton/ha pupuk granul biokanat
pada efek sisa tetadi nilai KTK tertinggi didapatkan pada perlakuan 20 ton/ha
tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat yaitu 40,58 cmol/kg. Nilai terendah
didapatkan pada perlakuan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat yaitu
21,82 cmol/kg.
Meningkatnya KTK tanah bersumber dari bahan organik tetadi. Hal ini
karena pupuk organik yang berasal biochar sekam padi, dan kompos. Menurut
Jiang, et al., (2019) biochar memiliki karakteristik unik seperti luas permukaan
yang tinggi, struktur pori yang banyak, memiliki kelompok fungsional dan
memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi. Biochar sekam padi dapat
meningkatkan muatan negatif dari waktu ke waktu (Asadi, et al., 2021).
Penambahan granul biokanat pada tanah bekas tambang emas pasca remediasi
dengan tetadi. Selain itu, granul biokanat menggunakan formulasi biochar sekam
padi, pupuk kandang sapi dan sampah sayur yang dikomposkan dan liat. Liat yang
telah diberi kapur sebelum perekat juga dapat meningkatkan nilai KTK tanah
karena pH tanah yang telah meningkat dan terjadinya subtitusi isomorfik maupun
patahan pinggiran kristalin dan menyumbangkan muatan negatif sehingga KTK
meningkat. Menurut Darlita, et al., (2017) bahwa mineral liat berperan dalam
meningkatkan KTK tanah yang bersumber dari koloid anorganik.
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa perlakuan efek sisa tetadi dan
pemberian 10 ton/ha biokanat mampu meningkatkan kandungan Na-dd berbeda
sangat nyata jika dibandingkan dengan kontrol. Efek sisa tetadi pada perlakuan
10 ton/ha tetadi dan 20 ton/ha tetadi meningkatkan kandungan Na-dd sebesar 0,11
cmol/kg dan 0,14 cmol/kg jika dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan 10
ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat dan 10 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha
granul biokanat meningkatkan kandungan sebesar 0,11 cmol/kg dan 0,25 cmol/kg
jika dibandingkan dengan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat. Hal ini
disebabkan meningkatnya ketersediaan Na-dd dipengaruhi oleh peningkatkan
dosis tetadi dan granul biokanat.
23
Pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa perlakuan efek sisa tetadi dan pemberian
10 ton/ha granul biokanat mampu meningkatkan kandungan Ca-dd berbeda nyata
jika dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan efek sisa 10 ton/ha tetadi dan 20
ton/ha tetadi mampu meningkatkan kandungan Na-dd sebesar 0,88 cmol/kg dan 2
cmol/kg jika dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan 10 ton/ha tetadi plus
10 ton/ha granul biokanat dan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat
meningkatkan kandungan sebesar 0,64 cmol/kg dan 1,77 cmol/kg jika
dibandingkan dengan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat. Hal ini
disebabkan karena tingginya dosis pemberian bahan organik berupa tetadi dan
granul biokanat akan mengalami dekomposisi sehingga meningkatkan kandungan
kalsium (Nurhayati, 2019).
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa perlakuan efek sisa tetadi dan
pemberian 10 ton/ha granul biokanat mampu meningkatkan kandungan Mg-dd
berbeda nyata jika dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan efek sisa 10 ton/ha
tetadi dan 20 ton/ha tetadi meningkatkan kandungan Mg-dd sebesar 0,41 cmol/kg
dan 0,23 cmol/kg jika dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan 10 ton/ha
tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat dan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul
biokanat meningkatkan kandungan sebesar 0,19 cmol/kg dan 0,6 cmol/kg jika
dibandingkan dengan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat. Hal ini
disebabkan semakin tinggi kandungan Mg-dd pada pupuk organik tetadi dan
granul biokanat, semakin banyak Mg yang disumbangkan ke tanah. Menurut
Saptiningsih dan Haryanti (2015), Pelapukan bahan organik akan menghasilkan
gugus fungsional seperti gugus karboksilat dan fenolat sehingga meningkatkan
kapasitas tukar kation tanah yang dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam
mengikat unsur hara seperti magnesium.
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa efek sisa tetadi dan pemberian 10
ton/ha granul biokanat mampu meningkatkan kandungan K-dd berbeda nyata jika
dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan 10 ton/ha tetadi dan 20 ton/ha tetadi
meningkatkan kandungan Mg-dd sebesar 0,09 cmol/kg dan 0,19 cmol/kg jika
dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan 10 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha
biokanat dan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat meningkatkan
kandungan sebesar 0,11 cmol/kg dan 0,17 cmol/kg jika dibandingkan dengan 0
24
ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat. Hal ini disebabkan karena tingginya
dosis pemberian bahan organik berupa tetadi dan granul biokanat akan mengalami
dekomposisi sehingga meningkatkan kandungan kalium (Syofiani dan Oktabrina,
2020).
Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa perlakuan efek sisa tetadi dan
pemberian 10 ton/ha biokanat mampu meningkatkan kandungan P-tersedia
berbeda sangat nyata jika dibandingkan dengan kontrol. Nilai kapasitas tukar
kation pada perlakuan efek sisa tetadi dan pemberian 10 ton/ha granul biokanat
berkisar antara 6,39 ppm sampai 36,70 ppm. Kandungan P-tersedia tertinggi pada
efek sisa tetadi didapatkan pada perlakuan 20 ton/ha tetadi yaitu 31,65 ppm.
Kandungan P-tersedia terendah pada perlakuan efek sisa tetadi didapatkan pada
perlakuan 0 ton/ha tetadi yaitu 6.39 ppm. Pemberian 10 ton/ha pupuk granul
biokanat pada efek sisa tetadi, kandungan P-tersedia tertinggi didapatkan pada
perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat yaitu 36,70 ppm.
Kandungan P-tersedia terendah didapatkan pada perlakuan 0 ton/ha tetadi plus 10
ton/ha tetadi yaitu 10,49 ppm.
25
5. Nilai Hg Tanah
Hasil analisis nilai Hg dan basa-basa tanah pada efek sisa tetadi dan
pemberian granul biokanat dilihat pada Tabel 7 dengan sidik ragam pada
Lampiran 13.
Tabel 7. Hasil Analisis Hg Setelah Pemberian Perlakuan Granul Biokanat pada
Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi dengan Tetadi.
Perlakuan Hg(ppm)
0 ton/ha tetadi (Kontrol) 0,26 a
10 ton/ha tetadi 0,22 b
20 ton/ha tetadi 0,16 c
D. Pengamatan Tanaman
1. Tinggi Tanaman
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tinggi tanaman sampai vegetatife
maksimum didapatkan hasil pada Tabel 8 dengan sidik ragam pada Lampiran 13.
Tabel 8. Pengaruh Pemberian Granul Biokanat terhadap Tinggi Tanaman
PadiPada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi dengan
Tetadi.
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
0 ton/ha tetadi (Kontrol) 96,4 e
10 ton/ha tetadi 108 cd
20 ton/ha tetadi 118,3 ab
0 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 103.7 d
10 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 113 bc
20 ton/ha tetadi + 10 ton/ha biokanat 123 a
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang berbeda nyata pada
taraf 5% menurut DNMRT.
27
Berdasarkan Tabel.8 diatas pada perlakuan efek sisa tetadi dan pemberian
10 ton/ha granul biokanat didapatkan hasilnya berbeda sangat nyata jika
dibandingkan dengan perlakuan 0 ton tetadi (kontrol). Pada Tabel 8. dapat dilihat,
bahwa efek sisa tetadi pada perlakuan 20 ton/ha tetadi mengalami peningkatan
sebesar 21,9 cm jika dibandingkan perlakuan 0 ton/ha tetadi (kontrol). Perlakuan
10 ton/ha tetadi mengalami peningkatan sebesar 11,6 jika dibandingkan perlakuan
0 ton/ha tetadi (kontrol). Efek sisa tetadi dengan pemberian 10 ton/ha biokanat
mampu meningkatan petumbuhan tanaman padi. Perlakuan 10 ton/ha tetadi plus
10 ton/ha biokanat memberikan peningkatan sebesar 9,3 cm jika dibandingkan 0
ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat. Perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10
ton/ha granul biokanat memberikan peningkatan sebesar 19,3 cm jika
dibandingkan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat.
Meningkatnya pertumbuhan tinggi tanaman berkaitan dengan kemampuan
efek sisa tetadi dan pemberian pupuk granul biokanat dapat meningkatkan
kesuburan tanah terutama dalam menyediakan unsur hara. Penambahan bahan
organik dapat menambah unsur hara essensial (Afandi, et al., 2015). Menurut
Nuro, et al., (2016) bahwa ketersedian hara pada tanah disebabkan oleh
pengaplikasian bahan organik berupa tetadi dan granul biokanat yang semakin
banyak pada tanah sehingga semakin banyak ketersedian unsur hara didalam
tanah. Menurut Kuncoro (2008) bahwa dalam menunjang pertambahan tinggi
tanaman pada masa pertumbuhan vegetatif dibutuhkan unsur nitrogen. Selain itu,
Kalium juga digunakan pada vegetatif pada tanaman padi. Kandungan kalium
ditanah dapat dilihat pada Tabel 5.ditentukan oleh kandungan bahan organik tanah
yang telah terdekomposi. Kandungan kalium tanah dapat dilihat pada Tabel 5,
Riyani dan Purnamawati (2019) mengatakan bahwa kalium dapat berfungsi
sebagai memperkuat tegakan batang dalam masa vegetatif.
Berdasakan Tabel 9 dapat dilihat perlakuan efek sisa tetadi dan pemberian
10 ton/ha granul biokanat terhadap nitrogen tanaman padi didapatkan hasilnya
berbeda sangat nyata jika dibandingkan dengan perlakuan 0 ton/ha tetadi
(kontrol). Peningkatakan pada perlakuan 20 ton/ha tetadi dan 10 ton/ha tetadi
sebesar 2.09 % dan 1.31 % jika dibandingkan dengan kontrol. Pemberian granul
biokanat pada efek sisa tetadi dapat meningkatkan kandungan nitrogen tanah
pada (Tabel 3) yang menyebabkan meningkatnya serapan hara tanaman.
Peningkatan kandungan hara pada pelakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul
biokanat sebesar 2,7 % jika dibandingkan dengan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha
granul biokanat. Peningkatan pada perlakuan 10 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha
granul biokanat sebesar 1,43 % jika dibandingkan dengan 0 ton/ha tetadi plus 10
ton granul biokanat.
Peningkatan nitrogen (N) tanaman dapat disebabkan karena adanya
peningkatan nitrogen (N) pada tanah yang disebakan oleh tetadi dan granul
biokanat. Granul biokanat dan tetadi merupakan salah satu pupuk yang termasuk
kedalam pupuk organik. Menurut Indrayati dan Umar (2011), penambahan bahan
organik yang relatif tinggi akan mengakibatkan penambahan unsur nitrogen.
Peningkatan nitrogen (N) tanah sehingga dapat meninggkatkan serapan nitrogen
(N) pada tanaman padi. Selain itu, bahan organik yang bermuatan negatif dapat
menyerap secara optimum dalam bentuk NH4+ (Bachtiar 2020).
29
Nitrogen (N) merupakan salah satu unsur yang sangat berperan dalam
pertumbuhan tanaman padi. Menurut Dobermann and Fairhust (2000), cit
Mawardiana (2016), nitrogen dapat berfungsi sebagai mempercepat pertumbuhan
tanaman seperti dapat menambah tinggi tanaman dan jumlah anakan, menambah
ukuran daun, memperbaiki kualitas tanaman dan gabah, serta membuat tanaman
menjadi lebih hijau yang terpenting dalam proses fotosintesis. Ketersedian nitogen
tanah tergantung dengan pH larutan tanah. Nitrogen (N) tersedia bagi tanaman
dengan pH diatas 5.5 (Patti, 2013).
Berdasarkan Tabel 9 diatas pada perlakuan efek sisa tetadi dan pemberian
10 ton/ha granul biokanat terhadap fosfor tanaman padi didapatkan hasil berbeda
sangat nyata jika dibandingkan dengan perlakuan 0 ton tetadi (kontrol). Perlakuan
20 ton/ha tetadi mengalami peningkatan sebesar 0,12 % jika dibandingkan
perlakuan 0 ton/ha tetadi (kontrol). Perlakuan 10 ton/ha tetadi mengalami
peningkatan sebesar 0,05 % jika dibandingkan perlakuan 0 ton/ha tetadi (kontrol)
Efek sisa tetadi dengan pemberian 10 ton/ha granul biokanat mampu
meningkatkan unsur hara fosfor (P) pada tanaman padi. Perlakuan 10 ton/ha tetadi
plus 10 ton/ha biokanat memberikan peningkatan sebesar 0,06 % jika
dibandingkan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat. Perlakuan 20 ton/ha
tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat memberikan peningkatan sebesar 0,17 % jika
dibandingkan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat.
Peningkatan fosfor pada efek sisa tetadi tanaman padi akibat pemberian
pupuk P dan bahan oganik berupa tetadi, sehingga pupuk tersebut akan
mengalami residu ditanah dan dapat meningkatkan kandungan fosfor di dalam
tanah yang dapat dilihat pada tabel 7. Menurut De Datta, et al., (1990) cit Ismon
dan Siska (2018), sebagian besar hara P yang diberikan ke tanah dapat diserap
tanaman sebesar 15-20 %, sisa dari pupuk yang tidak dapat diserap dapat
digunakan untuk tanaman berikutnya. Fosfor yang berada di tanah tidak mudah
dalam mengalami penguapan (Naibaho, et al., 2018). P-tersedia yang berada
ditanah akan diserap oleh akar tanaman padi (Citraresmini, et al., 2016).
Pemberian granul biokanat pada efek sisa tetadi yang mengandung biochar
sekam padi dapat meningkatkan angkutan hara tanaman. Penelitian yang
dilakukan ini sama dengan penelitian Daniel et al., (2018) yang mengemukakan
30
bahwa perlakuan yang diaplikasi dengan biochar sekam padi dapat meningkatkan
serapan N, P, K dan Ca dibandingkan dengan kontrol. Peran fosfor (P) bagi
tanaman untuk merangsang akar, batang serta memperbesar pembentukan anakan
pada tanaman padi (Azalika,et al., 2018).
Berdasarkan Tabel 9, bahwa pengaruh efek sisa tetadi dan pemberian granul
biokanat terhadap kalium pada tanaman padi berbeda sangat nyata jika
dibandingkan dengan kontrol. perlakuan 20 ton/ha tetadi mengalami peningkatan
sebesar 5,80 % jika dibandingkan perlakuan 0 ton/ha tetadi (kontrol). Perlakuan
10 ton/ha tetadi mengalami peningkatan sebesar 1,73 % jika dibandingkan
perlakuan 0 ton/ha tetadi (kontrol) Efek sisa tetadi dengan pemberian 10 ton/ha
granul biokanat mampu meningkatkan unsur hara kalium (K) pada tanaman padi.
Perlakuan 10 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat memberikan
peningkatan sebesar 1,76 % jika dibandingkan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha
granul biokanat. Perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat
memberikan peningkatan sebesar 6,74 % jika dibandingkan 0 ton/ha tetadi plus
10 ton/ha granul biokanat.
Kalium mempunyai sifat hara yang mobil, yang dapat diserap oleh tanaman
dalam bentuk (K+). Menurut Sastramihardja, et al., (2004) kalium yang diadsopsi
oleh liat akan digantikan oleh Fe2+ dan Mn2+ yang dihasilkan pada saat
penggenangan sehingga kalium akan terlepas dilarutan tanah dan tersedia bagi
tanaman. Berdasarkan Tabel 4 hasil analisis basa-basa menunjukkan bahwa pada
setiap perlakuan tetadi dapat meningkatkan kandungan kalium pada tanah.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan sejalan dengan hasil penelitian
Daniel, et al., (2018) peningkatan kalium yang akan diserap oleh tanaman dengan
meningkatkan dosis yang diberikan ke tanah.
Peningkatan kalium yang diserap oleh akar tanaman dari tanah akan
ditransfer keseluruh jaringan tanaman. Kalium bagi tanaman berfungsi dalam
metabolisme tanaman, mempertahankan turgor, membentuk batang yang lebih
kuat dan berpengaruh terhadap hasil (Kuncoro, 2008). Dengan demikian dengan
pemberian pupuk organik granul biokanat akan menghasilkan gugus fungsional
yang berfungsi meretensi hara. Laird, et al., (2011), mengatakan biochar yang
terkandung dalam granul biokanat memiliki kemampuan dalam meretensi hara
31
Berdasarkan Tabel 10, bahwa pengaruh efek sisa tetadi dan pemberian
granul biokanat terhadap merkuri (Hg) pada tanaman padi berbeda sangat nyata
jika dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan 20 ton/ha tetadi mengalami
penurunan sebesar 0,77 ppm jika dibandingkan perlakuan 0 ton/ha tetadi
(kontrol). Perlakuan 10 ton/ha tetadi mengalami penurunan sebesar 0,61 ppm jika
dibandingkan perlakuan 0 ton/ha tetadi (kontrol) Efek sisa tetadi dengan
pemberian 10 ton/ha granul biokanat mampu menurunkan merkuri (Hg) pada
tanaman padi. Perlakuan 10 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat
mengalami penurunan sebesar 0,31 ppm jika dibandingkan 0 ton/ha tetadi plus 10
ton/ha granul biokanat. Perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat
mengalami penurunan sebesar 0,43 ppm jika dibandingkan 0 ton/ha tetadi plus 10
ton/ha granul biokanat.
Berdasarkan hasil kadar merkuri (Hg) pada tanaman dapat dilihat bahan
efek sisa tetadi dan penambahan bahan organik granul biokanat tanah dapat
mengalami penurunan. Hal ini, disebabkan bahwa pemberian bahan organik ke
dalam tanah. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka semakin tinggi
32
logam berat yang bisa diikat, sehinggga mobilitas merkuri ditanaman akan
semakin sedikit. Pengurangan kadar merkuri pada tanah disebabkan oleh peranan
biochar sekam padi pada tetadi dan granul biokanat. Menurut Xieng, et al., (2019)
pada jaringan tanaman padi penurunan kadar merkuri total (Hg total ) dan metil
merkuri (MeHg) pada jaringan tanaman padi. Hal ini dikarenakan tanaman padi
merupakan tanaman hiperakumulator yang dapat menyerap Hg ke jaringan
tanaman dengan mengubah merkuri pada tanah menjadi (MeHg) dengan proses
fitoekstrasi, yang selanjutnya (MeHg) akan berubah menjadi Hg0 yang akan
diuapkan ke udara.
4. Panjang Akar Tanaman Padi
Hasil analisis panjang akar tanaman padi pada efek sisa tetadi dan
pemberian granul biokanat dapat dilihat pada Table 11 dengan sidik ragam pada
Lampiran 13.
Tabel 11. Pengaruh Pemberian Granul Biokanat terhadap Panjang Akar
Tanaman Padi Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi
dengan Tetadi.
Perlakuan Panjang Akar (cm)
0 ton/ha tetadi (Kontrol) 30,3 d
10 ton/ha tetadi 33 c
20 ton/ha tetadi 36,3 b
Berdasarkan Tabel 11, bahwa pengaruh efek sisa tetadi dan penambahan
granul biokanat terhadap panjang akar tanaman padi berbeda sangat nyata jika
dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan 20 ton/ha tetadi mengalami penurunan
sebesar 0,77 ppm jika dibandingkan perlakuan 0 ton/ha tetadi (kontrol). Perlakuan
10 ton/ha tetadi mengalami penurunan sebesar 0,61 ppm jika dibandingkan
perlakuan 0 ton/ha tetadi (kontrol) Efek sisa tetadi dengan pemberian 10 ton/ha
granul biokanat mampu menurunkan merkuri pada tanaman padi. Perlakuan 10
ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat mengalami penurunan sebesar 0,31
33
ppm jika dibandingkan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat. Perlakuan
20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat mengalami penurunan sebesar 0,43
ppm jika dibandingkan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat.
Efek sisa tetadi dan penambahan 10 ton/ha granul biokanat terjadi
peningkatan panjang akar. Hal ini, dikarenakan dengan penambahan bahan
organik didalam tanah, maka unsur hara ditanah akan meningkat. Peningkatan
unsur hara ditanah dapat dilihat pada Tabel 5. menyebabkan metabolisme maupun
pembelahan sel meristem apikal pada ujung akar dapat bekerja dengan optimal
sehingga panjang akar yang dihasilkan juga optimal. Kurniasih, et al., (2018),
juga mengemukakan jika unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam
jumlah yang cukup, maka hasil metabolisme seperti sintesis biomolekul akan
meningkat. Hal ini menyebabkan pembelahan dan pemanjangan sel, menjadi lebih
sempurna dan cepat, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Selain
akar mengambil hara dari tanah. akar juga mengambil merkuri di dalam tanah.
5. Jumlah Anakan
Hasil analisis mercuri (Hg) tanaman pada efek sisa tetadi dan pemberian
granul biokanat dapat dilihat pada Tabel 12 dengan sidik ragam pada Lampiran
13.
Tabel 12. Pengaruh Pemberian Granul Biokanat terhadap Jumlah Anakan
Tanaman Padi Pada Tanah Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi
dengan Tetadi.
Jumlah Anakan
Perlakuan
(batang)
0 ton/ha tetadi (Kontrol) 14 c
10 ton/ha tetadi 20 b
20 ton/ha tetadi 26 a
berbeda nyata pada perlakuan 0 ton/ha tetadi, sedangkan pada perlakuan 10 ton/ha
tetadi berbeda nyata juga pada perlakuan 0 ton/ha tetadi. Efek sisa tetadi
penambahan granul biokanat juga dapat meningkatkan jumlah anakan tanaman
padi. Peningkatan tertinggi jumlah anakan pada perlakuan 20 ton/ha tetadi plus
10 ton/ha granul biokanat sebesar 11 batang jika dibandingkan dengan 0 ton/ha
tetadi plus 10 ton granul biokanat. Peningkatan pada 10 ton/ha tetadi plus 10
ton/ha granul biokanat dapat meningkatkan 10 batang jumlah anakan
dibandingkan pada perlakuan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat. Pada
perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat tidak berbeda nyata
dengan 10 ton/ha tetadi dan 10 ton/ha granul granul biokanat, tetapi berbeda nyata
dengan perlakuan 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat.
Anakan salah satu produk yang dihasilkan pada masa fase vegetatif yang
dijadikan dalam menentukan hasil panen dalam tanaman padi. Menurut setiawati,
et al., (2016) anakan padi dapat berasal dari mata tunas yang tumbuh.
Peningkatan jumlah anakan pada efek sisa dikarenakan adanya residu pupuk
anorganik dan pupuk organik. Residu pupuk P dan bahan organik berupa tetadi
dari setelah masa tanam pertama dapat dimanfaatkan serta meningkatkan jumlah
anakan, pengisian biji dan peningkatan hasil pada musim tanam kedua (Ismon dan
Siska, 2018).
Aplikasi 10 ton/ha biokanat pada efek sisa tetadi dapat meningkatkan
jumlah anakan tanaman padi. Biokanat merupakan pupuk organik yang dapat
menyediakan unsur hara bagi tanaman. Menurut Penelitian Ginting et al. (2015),
Marschner, (1995) cit Azalika, (2018), menunjukkan bahwa pemberian pupuk
organik dapat meningkatkan ketersediaan N, P dan K tanah serta dapat
meningkatkan jumlah anakan, jumlah anakan produktif dan jumlah bulir per malai
dan produksi tanaman padi. Unsur P pada tanaman padi dapat berfungsi sebagai
pendorong dalam pertumbuhan akar dan batang padi dan dapat meningkatkan
jumlah anakan (Azalika et al., 2018). Semakin tinggi kandungan P-tersedia
ditanah maka semakin meningkatkan jumlah anakan pada tanaman padi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh efek
sisa tetadi dan pemberian biokanat dalam memperbaiki sifat kimia tanah bekas
tambang emas serta pertumbuhan padi (Oryza sativa L.) maka dapat disimpulkan:
1. Pemberian 10 ton/ha granul biokanat pada tanah bekas tambang emas yang
telah diremediasi dengan tetadi mampu memperbaiki sifat kimia tanah bekas
tambang emas. Perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha granul biokanat
mampu meningkatkan pH tanah sebesar (1,24 unit), N-total sebesar 0,24 %,
kandungan C-organik sebesar 0,68 %, bahan organik tanah 1,17 %, P-
tersedia hingga 30,31 ppm, KTK tanah 23,99 cmol/kg dan kandungan basa
– basa Ca-dd 2,09 cmol/kg, Mg-dd 0,73 cmol/kg, K-dd 0,23 cmol/kg, dan
Na-dd 0,21 cmol/kg jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
2. Pemberian 10 ton/ha biokanat pada tanah bekas tambang emas yang telah
diremediasi dengan tetadi dapat mereduksi kadar merkuri (Hg) didalam
tanah. Penurunan merkuri (Hg) didalam tanah bekas tambang emas yang
terbaik pada dosis 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat sebesar 0,15 ppm
jika dibandingkan kontrol. Pemberian biokanat dapat mengurangi serapan
merkuri di dalam tanaman. Pada perlakuan 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha
granul biokanat mampu mengurangi 0,92 ppm jika dibandingkan kontrol.
3. Pemberian 10 ton/ha granul biokanat pada tanah bekas tambang emas yang
telah diremediasi dengan tetadi mampu meningkatkan pertumbuhan
tanaman padi (Oryza sativa L.) sebesar 26,6 cm, angkutan hara N-total
tanaman sebesar 3,19 %, P-total tanaman sebesar 0,21%, K-total tanaman
sebesar 8,99 %, akar tanaman 8,4 cm, dan jumlah anakan menjadi 13
batang jika dibandingkan kontrol.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang didapatkan, maka perlu memperbaiki sifat
kimia tanah bekas tambang emas dengan memberakan bahan organik selama satu
tahun didalam tanah untuk budidaya tanaman padi. Perlu dilakukan penelitian
lanjutan dengan dengan aplikasi granul biokanat agar kandungan hara meningkat
dan merkuri didalam tanah mencapai dosis aman dari nilai tercemar lingkungan.
RINGKASAN
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam. Salah
satu kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia adalah berupa emas.
Emas merupakan logam mulia yang didapatkan dengan cara penambangan.
Penambangan emas dapat meningkatkan devisa bagi negara, dan perekonomian
masyarakat, namun aktivitas tambang emas dapat merusak lingkungan. Kerusakan
lingkungan yang terjadi akibat penambangan emas dapat berupa penurunan
kualitas air sungai, rendahnya produktivitas tanah sehingga dapat menyebabkan
erosi. Selain kerusakan lingkungan, dampak lain yang dapat ditimbulkan dari
penambangan emas adalah hilangnya bagian atas tanah (top soil) yang
mengandung bahan organik. Hilangnya bahan organik membuat tanah menjadi
miskin terhadap bahan organik. Tanah yang miskin akan bahan organik tidak akan
mampu mengikat pupuk yang diberikan, dikarenakan bahan organik sebagai
koloid organik tanah yang dapat membentuk agregat tanah.
Sumatera Barat merupakan provinsi yang cukup banyak terdapat cadangan
emas. Salah satu wilayah yang terdapat di Sumatera Barat yang memiliki
cadangan emas yaitu di Kabupaten Sijunjung khususnya pada Nagari Padang
Sibusuk. Masyarakat Kabupaten Sijunjung melakukan penambangan emas secara
illegal tanpa mempunyai surat izin dari yang berwenang. Penambangan secara
illegal dikenal dengan istilah PETI (Penambangan Emas Tanpa Izin).
Penambangan emas tanpa izin (PETI) dilakukan dilahan petanian berupa sawah,
sehingga lahan pertanian menjadi berkurang.
Tanah bekas tambang emas pada tahap pertama telah diremediasi melalui
aplikasi terra preta biochar sekam padi (tetadi). Tetadi yang diaplikasikan
ketanah bekas tambang emas dapat mengikat merkuri (Hg) Tetapi, belum
maksimal serta kesuburan haranya masih rendah. Oleh karena itu, peneliti
mengasumsi inovasi teknologi pada tahap 2 dengan pemberian yang terdiri dari
biochar sekam padi, kompos dan liat yang dikenal dengan granul biokanat.
Granul biokanat merupakan bahan organik yang terdiri dari (bahan baku biochar
sekam padi, sampah kota, pupuk kandang) dan liat yang dapat meningkatkan
produktivitas lahan bekas tambang emas. Biochar sekam padi merupakan hasil
dari pembakaran sekam padi yang dilakukan dengan metode pirolisis. Biochar
37
sekam padi dapat mengadsorpsi logam berat seperti merkuri (Hg), sehingga dapat
mereduksi logam Hg, pada lahan bekas tambang emas. Pupuk kandang dan
sampah kota dapat meningkatkan kandungan hara tanah sehingga meningkatkan
kesuburan tanah. sedangkan liat sebagai bahan baku dalam menggranul.
Pada penelitian ini, penulis mengunakan biochar sekam padi, pupuk
kandang, sampah kota dan liat sebagai bahan baku pembuatan granul biokanat.
Berdasarkan uraian di atas, penulis telah melakukan penelitian dengan judul
“Pemberian Biokanat (Biochar Sekam Padi, Pupuk Kandang, dan Liat)
Terhadap Ketersediaan Unsur Hara Makro (N,P,K) dan Reduksi Hg Tanah
Bekas Tambang Emas Pasca Remediasi pada Tanaman Padi”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui peran aplikasi granul biokanat terhadap
perbaikan kandungan hara makro (N,P,K) pada lahan bekas tambang emas pasca
remediasi.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2021 dengan Februari 2022
yang bertempat di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang
dan analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Andalas Padang. Penelitian ini lanjutan dari penelitian tahap
1 dengan menggunakan beberapa perlakuan dosis tetadi dan dilanjutkan dengan
penelitian tahap 2 dengan penambahan 10 ton/ha biokanat dengan menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dengan 3 ulangan
sehingga diperoleh 18 satuan. Dosis perlakuan terdiri dari A = kontrol, B = 10
ton/ha tetadi, C = 20 ton/ha tetadi, D = 0 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat, E =
10 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha biokanat, F = 20 ton/ha tetadi plus 10 ton/ha
biokanat. Data hasil penelitian diolah secara statistik dengan uji F pada taraf nyata
5%. Data hasil penelitian yang menunjukkan perbedaan yang nyata (F hitung
lebih besar dari F tabel 5%), maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
Analisis granul biokanat yang dilakukan berupa pH, C-organik, kapasitas
tukar kation (KTK), P-total, N-total, K-total, Mg-total, Ca-total. Analisis tanah
berupa C-organik dengan metode Walkley and Black, analisis pH dengan metode
Elektrometrik, N total dengan metode kjeldahl, P tersedia metode Bray I diukur
dengan spektrofotometer, KTK dengan metode leaching, basa - basa dengan
38
Bachtiar, T., Robifahmi, N., Flation, A.N., Slamet, S., dan Citraresmini, A. 2020.
Pengaruh dan Kontribusi Pupuk kandang terhadap N total, Serapan
Hara (15N), dan Hasil Padi Sawah (Oryazae sativa L.) Varietas Mira-1.
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia.Vol. 21. No. 1. Hal. 35-
48.
Citraresmini, A dan Bachtiar, T. 2016. Dinamika Fosfat Pada Aplikasi Kompos
Jerami-Biochar dan Pemupukan Fosfat Pada Tanah Sawah. Jurnal
Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radias. 12(2): 133-146.
Daniel, S., Rosenani, A. B., Ahmad, S. H., dan Abdul Rahim, K. B. 2018.
Influences of Rice Husk Biochar (RHB) on Rice Growth Performance
and Fertilizer Nitrogen Recovery Up To Maximum Tillering Stage.
Journal of Wetlands Environmental Management. 6(1): 32-44.
Darlita, R. R., Joy, B. dan Sudirja, R. 2017. Analisis Beberapa Sifat Kimia
TanahTerhadap Peningkaan Produksi Kelapa Sawit Pada Tanah Pasir di
Perkebunan Kelapa Sawit Selangkun. Agrikultura. 28 (1). hal 15-20
Dias, B., O. Silva, C., A. Higashikawa, F., S. Asuncion, R. dan Monedero, S., M.,
A. 2010. Use of Biochar as Bulking Agent For the Composting of
40
Hasibuan, A., S., Z. 2015. Pemanfatan Bahan Organik dalam Perbaikan Beberapa
Sifat Tanah Pasir Pantai Selatan Kulon Progo. Journal of Agro Science.
3 (1) : 31-40.
Jiang, Z., Lian, F., Wang, Z., and Xing, B. 2019. The Role of Biochars in
Sustainabel Crop Production and Soil Resiliency. J. Exp. Bot.
Kuncoro, H. 2008. Efisiensi Serapan P dan K serta Hasil Tanaman Padi (Oryza
sativa L.) Pada Berbagai Imbangan Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk
Organik di Lahan Sawah Palur Sukoharjo. Fakultas Pertanian.
Universitas Sebelas Maret.[Skripsi] 85 Hal.
Kurniasih, B. Fatimah, S. dan Purnawati. 2008. Karakteristik Perakaran Tanaman
Padi Sawah IR 64 (Oryza sativa, L) pada Umur Bibit dan Jarak Tanam
yang Berbeda. Ilmu Pertanian. 15 (1). 15-25.
Mosguera, H., G. Negrete, J., M., Diez, S., Mira, G., M., Jaramillo, L., J., M.,dan
Jonathan, M., P. 2020. Mercury Distribution in Different Environment
Matrices in Aquatic Systems of Abandoned Gold Mines, Western
Colombia. Jornal Pre-proof. Hal 1-54.
Supramudho, N., G. 2008. Efisiensi Serapan N serta Hasil Tanaman Padi (Oryza
Sativa L.) pada berbagai Imbangan Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk
Anorganik di Lahan Sawah Palur Sukoharjo. Skripsi. Universitas
Sebelas Maret.
Syamsudin, W., K. 2017. Sintesis dan Karakteristik Karbon Aktif Tandan Pisang
dengan Aktivator HPO 10% untuk Adsorpsi Logam Pb (II) dan Cr (VI)
dalam Larutan. Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogjakarta.
Syawal, F., Rauf, A., dan Rahmawaty. Upaya Rehabilitasi Tanah Sawah
Terdegradasi dengan Menggunakan Kompos Sampah Kota di Desa
Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Jurnal
Pertanian Tropik. 4 (3): 183-189.
44
Syofiani, R. dan Oktabriana. 2010. Upaya Perbaikan Sifat Kimia Lahan Bekas
Tambang Emas dengan Pemberian Amelioran terhadap Pertumbuhan
Kedelai di Kabupaten Sijunjung. Jurnal Agrium. 18 (1) : 57-62.
Tantri, T., P., T., N. Supadma, N., A., A. dan Arthagama, M., D., I. 2016. Uji
Kualitas Beberapa Pupuk Kompos yang Beredar di Kota Denpasar.
Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 5(1) : 52-62.
Tehubijuluw, H. 2014. Analisis Kandungsn Unsur Hara Ca, Mg, P, dan S pada
Kompos Limbah Ikan. Arika. 8 (1) : 43-52
Trivana, L., Pradhana, A.Y. dan Manambangtua, A.P. 2017. Optimalisasi Waktu
Pengomposan Pupuk Kandang dari Kotoran Kambing dan Debu Sabut
Kelapa dengan Bioaktivator EM4. Jurnal Sains dan Teknologi
Lingkungan. 9 (1) : 16-24.
Utami, L., B. dan Racmawati, U. 2016. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik pada
Media Tanah yang Mengandung Timbal (Pb) terhadap Pertumbuhan
Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir).Jurnal Biologi. 20 (1):6-10.
Verdiana, A., M., Sebayang, T., H dan Sumarni, T. 2016. Pengaruh Pemberian
Dosis Biochar Sekam Padi dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Jagung (Zea Mays L.). Jurnal Produksi Tanaman.
4 (8) : 611-616.
Wang, Z., Ting, S., Charles, T. D., Yongguang, Y., and Xiaoshan, Z. 2018.
Mechanism of Accumulation of Methylmercury in Rice (Oryza sativa
L.) in a Mercury Mining Area. J. Environmental Science and
Technology. 52 (17).
Wasis, B., dan Fathia, N. 2011. Pertumbuhan Semai Gmelina dengan Berbagai
Dosis Pupuk Kompos pada Media Tanah Bekas Tambang Emas. JMHT.
18(1). 29-33.
Wati, M., A. 2018. Kandungan Karbon, Nitrogen, Fosfor, dan Kalium Kompos
dari Bahan Sampah Organik yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian
dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syariff Kasim Riau.
Pekanbaru.
Wawo, R., H., A. Widodo, S. Jafar, N., dan Yusuf, N., F. 2017. Analisis Pengaruh
Penambangan Emas Terhadap Kondisi Tanah pada Pertambangan
Rakyat Poboya Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Geomine. 5(3):
116-119.
Wulandari S. 2001. Efektivitas Bakteri Pelarut Fosfat Pseudomonas sp. Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L.) pada Tanah Podsolik
Merah Kuning. Jurnal Natur Indonesia. 4 (1) : 32 -38.
Wulandari, D., A. Linda, R., dan Turnip, M. (2016). Kualitas Kompos dari
Kombinasi Eceng Gondok, (eichornia crassipes mart. Solm) dan Pupuk
Kandang Sapi dengan Inokulan Tricoderma Harzianum l. Jurnal
Protobiot. 5 (2) : 33-44.
45
Xieng, Y., Jianxu, W., Sabry, M. S., Xinbin, F., Zhuo, C., and Hua, Z. 2019.
Mitigation of Mercury Accumulation in Rice Using Rice Hull-Derived
Biochar as Soil Amandement: a Field Investigation. Journal of
Hazardous Materials.
Zainal, M., Nugroho, A., dan Suminarti, E., N. 2014. Respon Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max (L.) Merill) pada Berbagai
Tingkat Pemupukan N dan Pupuk Kandang Aya. Jurnal Produksi
Tanaman. 2(6): 484-490.
Lampiran 1. Jadwal kegiatan penelitian
2021 2022
No Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1. Persiapa tanah
Pembuatan bahan
2.
perlakuan
Pengambilan sampel
3. tanah dan analisis tanah
awal
Pemberian Perlakuan dan
4.
inkubasi
Pengambilan sampel
5.
tanah setelah inkubasi
6. Penyemaian Benih
Penanaman dan
7.
pemeliharaan
Analisis tanah setelah
8.
inkubasi
Panen dan analisis
9.
tanaman
10. Pengolahan data
11. Penulisan skripsi
Lampiran 2. Bahan yang Digunakan Selama Penelitian
a. Alat di Laboratorium
b. Alat di Lapangan
A1P2(3) A1P2(3)
) )
F (2) D (2) B (2)
a
E (1) C (3) A (2)
30 b 30 cm
cm
Keterangan
B. 10 ton/ha biokanat
1. Kadar Air untuk Pembakuan Hasil Analisis Tanah (Juknis Analisis Kimia
Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, 2009)
Perhitungan :
% Kadar Air = Bobot kompos kering udara – Bobot kering tetap x 100%
Bobot kering tetap
Keterangan :
KKA = 1 + % Kadar Air (dalam desimal)
Kebutuhan Kompos/pot = Takaran kompos/pot x KKA
53
a. Bahan :
Hasil penyaringan (2,5 g tanah + 50 ml ammonium asetat)
b. Cara kerja :
Hasil penyaringan (2,5 g tanah + 50 ml ammonium asetat) dilanjutkan
dengan uji AAS
c. Perhitungan:
Kation-dd (cmol (+) kg-1 )
= (ppm kurva/ bst kation) x ml ekstrak/1000 ml x 1000g/(g tanah) x 0,1 x fp
x fk
= (ppm kurva/ bst kation) x 50 ml/(1000 ml) x 1000g/2,5g x 0,1 x fp x fk
= (ppm kurva/ bst kation) x 2 x fp x fk
Keterangan :
Ppm kurva = kadar tanah yang didapat dari kurva hubungan antara kadar
deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.
0,1 = faktor konversi dari mmol ke cmol
Bst kation = bobot setara: Ca: 20, Mg: 12,15, K: 39, Na: 23
59
Timbang 2,5 g contoh tanaman halus < 0,5 mm ke dalam tabung digest,
ditambahkan 5 ml asam nitrat pekat, didiamkan satu malam. Esoknya dipanaskan
pada suhu 100 oC selama 1 jam 30 menit, dinginkan dan ditambahkan lagi 5 ml
asam nitrat pekat dan 1 ml asam perklorat pekat. Kemudian dipanaskan hingga
130 oC selama 1 jam, suhu ditingkatkan lagi menjadi 150 oC selama 2 jam 30
63
menit (sampai uap kuning habis, bila masih ada uap kuning waktu pemanasan
ditambah lagi), setelah uap kuning habis suhu ditingkatkan menjadi 170 oC selama
1 jam, kemudian suhu ditingkatkan menjadi 200 oC selama 1 jam (hingga
terbentuk uap putih). Destruksi selesai dengan terbentuknya endapan putih atau
sisa larutan jernih sekitar 1 ml. Ekstrak didinginkan kemudian diencerkan dengan
air bebas ion menjadi 25 ml, lalu dikocok hingga homogen, biarkan semalam.
Ekstrak jernih diukur dengan SSA yang dilengkapi generator uap pada 253,7 nm
dengan deret standar Hg sebagai pembanding. Gas pembawa dialirkan, pereaksi
SnCl2, larutan H2SO4 encer, dan deret standar /contoh dimasukkan ke dalam
generator melalui pipa pengisap masing-masing.
Perhitungan
Kadar Hg (ppb) = ppb kurva x ml ekstrak/1.000 ml x 1.000/g contoh x fp x fk
= ppb kurva x 25 ml (1.000 ml)-1 x 1.000/2,5 g contoh x fp x fk
= ppb kurva x 100/g contoh x fp x fk
Keterangan:
Vc,vb = ml titar contoh dan blanko
N = normalitas larutan baku H2SO4
14 = bobot setara Nitrogen
100 = konversi ke %
fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 – % kadar air)
ppb kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva regresi hubungan antara
kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikurangi
blanko.
4. Penetapan Destruksi contoh
Ditimbang 0,25 g sampel tanaman yang telah dihaluskan ke dalam tabung
digestion. Ditambahkan 1 g campuran selen dan 2,5 ml H2SO4. Campuran
diratakan dan biarkan satu malam supaya diperarang. Besoknya dipanaskan dalam
blok digestion selama satu jam pada suhu 1000C. Diangkat dan dibiarkan sampai
dingin, ditambahkan 2 ml H2O2, dipanaskan kembali dan suhu ditingkatkan
menjadi 200oC, dipanaskan selama 1jam. Diangkat, dibiarkan sampai dingin dan
64
Nilai
K-dd (me/100g tanah) < 0,1 0,1 – 0,3 0,4– 0,5 0,6 – 1,0 >1
pH < 4,5 4,5 – 5,5 5,5 – 6,5 6,6 – 7,5 7,6 – 8,5 > 8,5
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 3,0128 0,6026 218,229** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,0331 0,0028
Total 17 3,0459
KK = 0,21 %
Keterangan: *(berbeda nyata), **(berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 1246,09 249,219 49,87** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 59,96 4,997
Total 17 1306,06
KK = 9,68 %
Keterangan: *(berbeda nyata), **(berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
3. Na-dd Tanah
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 0,090 0,018 5,307 ** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,041 0,003
Total 17 0,131
KK = 2,45 %
Keterangan: *(berbeda nyata), **(berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
69
4. Ca-dd Tanah
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 10,964 2,1929 3,977 * 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 6,617 0,5514
TotalP 17 22,310
KK = 12,66 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
5. Mg-dd Tanah
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 0,963 0,193 4,339 * 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,533 0,044
Total 17 1,496
KK = 7,64 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
6. K- dd Tanah
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 0,1208 0,0242 14,839** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,0195 0,0016
Total 17 0,1403
KK = 1,61 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
7. N-Total Tanah
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 0,1294 0,0259 60,318** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,0051 0,0004
Total 17 0,1346
KK = 2,13 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
70
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 2,7963 0,559 12,45** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,5391 0,045
Total 17 3,3354
KK = 2,79 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
9. C-Organik Tanah
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 0,9408 0,188 12,45** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,1814 0,015
Total 17 1,1222
KK = 1,01 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
10. C/N
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 254,235 50,847 7,085** 3,410 5,06
Galat (sisa) 12 86,124 7,177
Total 17 340,359
KK = 20,76 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 2148,17 429,63 173,639 ** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 29,69 2,47
Total 17 2177,86
KK = 8,33 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
71
12. Hg Tanah
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 0,056 0,0113 26,02** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,005 0,0004
Total 17 0,061
KK = 1,13 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 0,0834 0,017 13,86** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,0144 0,001
Total 17 0,0979
KK = 1,52 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 20,176 4,035 56,91** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,851 0,071
Total 17 21,026
KK = 1,52 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 156,25 31,25 364,38** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 1,03 0,086
Total 17 157,28
KK = 3,01 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
72
16. Hg Tanaman
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 1,594 0,319 32,042** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 0,119 0,010
Total 17 1,714
KK = 2,71 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 1432,280 286,456 18,092 ** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 189,996 15,833
Total 17 1622,276
KK = 4,43 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 135,500 27,100 25,700** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 12,648 1,054
Total 17 148,148
KK = 4,14 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
Sumber F-tabel
Db JK KT F-hit
Ragam 5% 1%
Perlakuan 5 395,835 79,167 50,893** 3,106 5,06
Galat (sisa) 12 18,672 1,556
Total 17 414,570
KK = 6,72 %
Keterangan: * (berbeda nyata), ** (berbeda sangat nyata), tn (tidak berbeda
nyata).
73
Deskripsi Uraian
Varietas Cisokan
Nomor Pedigree B4070d-Pn-199-43
Asal Persilangan PB36/Pelita I-1
Golongan Cere (kadang-kadang berbulu)
Umur Tanaman 110-120 hari
Bentuk Tanaman Tegak
Tinggi Tanaman 90 – 100 cm
Anakan Produktif Banyak (20 - 25 batang)
Posisi Daun Tegak
Daun Bendera Intermediet
Bentuk Gabah Lonjong – sedang
Kerebahan Sedang
Kerontokan Sedang
Rasa Nasi Kurang
Warna Batang Hijau Muda
Warna Daun Hijau
Warna Gabah Kuning Bersih
Tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan
Ketahanan terhadap hama
Sumatera Utara
Agak tahan terhadap bakteri hawar daun
Ketahanan terhadap penyakit
(Xanthomonas oryzae
Nusyirwan Hasan, Rifda Roswita, Hardiyanto,
Pengusul
Syahrial Abdullah
Sumber : BPTP Sumbar (2004)