You are on page 1of 30

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH AKUNTABILITAS, INDEPENDENSI. DAN


PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS AUDIT
(STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI
RIAU)

Oleh
SEFRILIA RESTY
2002110143

S1 AKUNTANSI
AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era globalisasi saat ini, kejahatan dalam bidang akuntansi mulai
marak (Septriyani & Handayani, 2018). Kejahatan akuntansi korporat saat ini
dapat mengurangi kepercayaan para pemakai laporan keuangan khususnya
laporan hasil audit terhadap auditor menurun (Tegoeh, 2015). Para pengguna
laporan keuangan seperti investor mulai mempertanyakan kembali kredibilitas
akuntan publik sebagai pihak independensi yang menilai kewajaran laporan
keuangan terhadap korporat terkait (Zamzami & Hastuti, 2018) Sesuai dengan
ketentuan untuk menjaga kualitas audit, tetapi nyatanya laporan hasil audit di
salah gunakan untuk kepentingan manipulasi laporan keuangan dan merugikan
para pengguna laporan keuangan dan juga merugikan Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang telah melaksanakan audit pada perusahaan terkait.
Kualitas audit sangat penting perannya dalam mempertahankan proses
audit agar dapat berjalan dengan baik (Laksita & Sukirno, 2019). Seorang
auditor seharusnya menyajikan laporan keuangan yang telah diaudit sesuai
dengan tingkat kewajaran dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum agar kualitas audit yang dihasilkan dipertanyakan kewajarannya
(Mutiara, 2018). Berkualitas atau tidaknya pekerjaan auditor akan
mempengaruhi kesimpulan akhir auditor dan secara tidak langsung juga akan
mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak
luar perusahaan.
Akuntabilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas
audit. Menurut Hafizh (2007) menjelaskan akuntabilitas adalah bentuk
dorongan psikis yang membuat seseorang bertanggung jawab atas semua
tindakan dan keputusan yang diambilnya. Pemerintah pusat dan pemerintah
daerah bertindak sebagai pelaku pemberi informasi untuk memenuhi hak-hak
publik, yaitu hak untuk tahu, hak untuk diberi informasi, dan hak untuk
didengar informasinya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dayanara
(2016) akuntabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas
audit, maka semakin tinggi akuntabilitias auditor. Selain itu penelitian
mengenai akuntabilitas seseorang terhadap kualitas pekerjaan audit yang
dilakukan (Rosyadi et al., 2018) sepaham dengan penelitian ini, menunjukkan
akuntabilitas berdampak terhadap kualitas hasil kerja auditor dikarenakan
semakin tinggi akuntabilitas auditor maka meningkat juga mutu hasil kerja
auditor. Selaku motivasi seseorang dimana akuntabilitas dapat berkomitmen
pada tugas yang dilakukan, maka auditor dapat mencapai pekerjaan yang baik
dan benar (Susanti, 2018). Informasi yang diperoleh menetukan suatu
pekerjaan yang diperoleh dari tingkat akuntabilitas. Informasi dapat
dipengaruhi dengan respon dan tindakan yang akan diambil (Widyowati,
2019). Penelitian mengenai akuntabilitas auditor terhadap kualitas audit salah
satunya dilakukan oleh Wiratama dan Budiartha (2015) serta Suyanti (2016)
yang mengungkapkan bahwa akuntabilitas yang dimiliki oleh seorang auditor
dapat meningkatkan proses kognitif auditor dalam pengambilan keputusan,
dalam hal ini keputusan audit yang berpengaruh terhadap kualitas audit.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriyanti (2014) dan Victoria
(2014) menunjukan bahwa akuntabilitas auditor tidak berpengaruh terhadap
kualitas audit. Kualitas auditor dapat dipengaruhi oleh akuntabilitas tersebut
karena tuntutan pekerjaan untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Sikap independensi juga harus dimiliki oleh auditor. Independensi menjadi
sikap yang harus dijunjung tinggi, agar dapat menjaga kepercayaan yang
diberikan oleh masyarakat. Sikap inilah yang mampu menjaga auditor agar
tidak terpengaruh terhadap segala sesuatu yang dapat mempengaruhi kualitas
audit yang dihasilkan. Terkait dengan Independensi, auditor internal
pemerintah memiliki posisi yang rentan terhadap tekanan politik. Kadang
intervensi politik bisa terjadi jika temuan terkait sampai dengan ranah politik.
Bersikap independen berarti menghindarkan hubungan yang dapat menggangu
sikap mental dan penampilan objektif auditor dalam melaksanakan audit.
Klien mereka adalah manajemen senior, dewan komisaris, atau badan-badan
sejenis, sehingga jika auditor diminta untuk melanggar kode etik atau standar
praktik profesional, maka bisa menyebabkan auditor kehilangan pekerjaan
mereka apabila tidak memiliki independensi. Penelitian yang dilakukan oleh
Indah (2010), Elfarini (2007), dan Septiana (2013) yang memberi bukti
empiris bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Independensi yang tinggi akan memiliki pengaruh terhadap hasil pekerjaan.
Seorang auditor yang independen tidak akan terpengaruh pada intervensi dari
pihak luar ketika melakukan pekerjaannya. Kondisi ini berhubungan dengan
kualitas audit yang akan dihasilkan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi
independensi auditor semakin tinggi kualitas audit.
Pada penelitian ini, faktor terahkir yang mempengaruhi kualitas audit
adalah pengalaman kerja. seorang auditor juga harus memiliki pengalaman
yang lebih dalam mengaudit laporan keuangan. Auditor yang berpengalaman
akan memiliki lebih banyak kemampuan (skill) dan pengetahuan yang lebih
baik dibandingkan dengan auditor yang belum memiliki pengalaman. Jadi
semakin berpengalaman dan profesional seorang auditor, maka keputusan
yang diambil akan semakin dapat di percaya dan dapat di pertanggung
jawabkan. Auditor yang berkualitas tinggi diharapkan mampu memberikan
tingkat kredibilitas yang lebih tinggi bagi para pemakai laporan auditan.
Sejalan dengan penelitian yang di lakukan Wiratama dan Budiartha (2015)
serta Suyanti (2016) tentang pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas
audit menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan. Tetapi, penelitian
yang dilakukan oleh Futri1 dan Juliarsa (2014) serta Wulandari (2018)
menunjukkan bahwa pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
Perbedaan hasil penelitian dari masing-masing variabel ini menunjukkan
relevannya penelitian ini untuk di lakukan kembali.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Akuntabilitas, Independensi dan
Pengalama Kerja terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor
Akuntan Publik Di Riau)”
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka rumusan
masalah yang dapat dikemukakan dalam penelitian sebagai berikut:
a. Objek yang diteliti adalah akuntabilitas, independensi, dan pengalaman
kerja terhadap kualitas audit.
b. Informasi data yang digunakan pada tahun 2022.
c. Penelitian ini hanya ditujukan kepada kanton akuntan public di Pekanbaru.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas tersebut, maka rumusan masalah yang akan
dijadikan dasar penelitian ini, yaitu:
a. Apakah berpengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit?
b. Apakah berpengaruh independensi terhadap kualitas audit?
c. Apakah berpengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas audit?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini, yaitu:
a. Untuk mengetahui pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit.
b. Untuk mengetahui independensi terhadap kualitas audit.
c. Untuk mengetahui pengalaman kerja terhadap kualitas audit.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan wawasan untuk
pihak-pihak sebagai berikut:
a. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu dan
menambah wawasan. Bagi Peneliti lain diharapkan dapat menjadi
pertimbangan dan referensi dalam melakukan penelitian sejenis.
b. Bagi Kantor Akuntan Publik, hasil penelitian ini diharapkan agar para
meningkatkan kualitas audit dengan mengetahui apa saja yang dapat
mempengaruhi kualitas audit.
c. Bagi Akademisi, penelitian diharapkan dapat memberikan referensi dan
menjadi bahan pertimbangan dan masukan dalam melakukan penelitian
sejenis.
d. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
dan pengetahuan mengenai pengaruh akuntabilitas, independensi dan
pengalaman kerja terhadap kualitas audit
1.6 Sistematika Penulisan
Gambaran mengenai hal-hal apa saja yang akan dibahas dan isi masing-
masing bab akan dijelaskan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN: Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar
belakang penelitian beserta alasan peneliti tertarik melakukan peneltiian ini,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika
penulisan.
BAB II TINJUAN PUSTAKA: Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang
digunakan dalam penelitian ini. Bab ini membahas tentang landasan teori,
penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis serta model penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN : Menjelaskan mengenai metode
penelitian yang digunakan dalam memperoleh data penelitian, lokasi dan
waktu Penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, teknik
pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, dan analisis
data.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teoritis


2.1.1. Teori Atribusi (Attribution Theory)
Teori Atribusi (Attribution Theory) memberikan sebuah kerangka
kerja bisa memahami bagaimana tiap-tiap individu mengartikan
kepribadian/perbuatan mereka sendiri juga kepribadian orang lain.
Menurut Fritz Heider (1958) sebagai pencetus teori atribusi, teori atribusi
merupakan teori yang menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang.
Teori atribusi menjelaskan mengenai proses bagaimana kita menentukan
penyebab dan motif tentang perbuatan seseorang. Teori Atribusi
mengembangkan konsep cara-cara menilai orang yang tak sama,
bergantung pada arti yang dihubungkan dengan sikap tertentu. Kinerja
serta perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuannya secara
personal yang berasal dari kekuatan internal yang dimiliki oleh seseorang
misalnya seperti sifat, karakter, sikap, kemampuan, keahlian maupun
usaha (Indri et al, 2018).
Perilaku yang terbentuk oleh faktor internal merupakan perilaku
yang diyakini serta dipengaruhi oleh kendali pribadi dalam diri seseorang
sehingga adanya dorongan dari dalam diri untuk melakukan tindakan
tersebut. Sedangkan perilaku yang terbentuk oleh faktor eksternal
dianggap sebagai akibat dari faktor-faktor luar, yang disebabkan oleh
situasi tertentu yang mendorong seseorang merasa ingin melakukan hal
yang dapat ia tangkap melalui indra. Teori ini digunakan untuk
menjelaskan pertimbangan (judgement), penilaian kinerja, dan
pengambilan keputusan auditor. Selain itu, teori ini juga berkaitan dengan
kemampuan dan perilaku auditor dalam mendeteksi fraud baik secara
internal maupun eksternal. Sekalipun demikian, kemampun dari dalam diri
auditor menjadi faktor paling dominan. (Safira dan Luqman, 2021).
2.1.2 Kualitas Audit
Kualitas audit berkaitan erat dengan kinerja auditor dalam
melakukan kegiatan pengauditan pada sebuah laporan keuangan suatu
entitas perusahaan. Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI, 2016)
menyatakan Akuntan Publik mempunyai peran penting dalam peningkatan
kualitas dan kredibilitas informasi keuangan atau laporan keuangan,
sehingga profesi Akuntan Publik memiliki peranan penting dalam
mendukung perekonomian nasional yang sehat dan efisien melalui upaya
peningkatan transparansi dan mutu informasi dalam bidang keuangan.
IAPI, (2016) kualitas audit adalah audit yang dilakukan auditor yang sudah
memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu.
Kualitas Auditor merupakan suatu hasil akhir dari proses audit
yang sesuai dengan standar pemeriksaan dan pelaporan serta pengendalian
mutu yang sudah ditetapkan, pelaksanaan praktik-praktik dalam mengaudit
yang bisa dipertanggung jawabkan oleh auditor sebagai bentuk etis
profesinya. Menurut De Angelo (1981:186) dalam Lukman (2015)
mendefinisikan result quality of audit (kualitas hasil audit) sebagai
kemungkinan (probability) dimana seorang auditor menemukan dan
melaporkan adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.
Kemungkinan penemuan suatu pelanggaran tergantung pada kemampuan
teknikal auditor dan Independensi auditor tersebut. Dari pengertian tentang
kualitas audit tersebut dalam ditarik kesimpulan bahwa Kualitas Audit
merupakan tindakan dimana 18 seorang auditor melaporkan hasil audit
berdasarkan bukti-bukti yang ada kepada pihak yang berkepentingan
sesuai dengan standar auditing yang sudah ditetapkan oleh Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Kualitas Audit sangat dipengaruhi
oleh kesesuian hasil pemeriksaan dengan kriteria yang sudah ditetapkan.
Adapun indikator Kualitas Audit menurut Teguh Harhinto (2004) adalah
sebagai berikut:
1) Melaporkan semua kesalahan klien Auditor akan menemukan dan
melaporkan pelanggaran yang terjadi pada sistem akuntansi perusahaan
klien dan tidak terpengaruh pada besarnya kompensasi atau fee yang
diterima oleh auditor.
2) Pemahaman terhadap sistem informasi klien Auditor yang memahami
sistem akuntansi perusahaan klien secara mendalam akan lebih mudah dan
sangat membantu dalam menemukan salah saji laporan keuangan klien.
3) Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit Auditor yang
mempunyai komitmen tinggi dalam menyelesaikan tugasnya, maka ia akan
berusaha menghasilkan hasil terbaik sesuai dengan anggaran yang sudah
ditetapkan.
4) Berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntansi dalam
melakukan pekerjaan lapangan Auditor harus memiliki standar etika yang
tinggi, mengetahui akuntansi dan auditing, menjunjung tinggi prinsip
auditor, dan 20 menjadikan Standar Profesi Akuntan Publik sebagai
pedoman dalam melaksanakan pemeriksaan tugas laporan keuangan.
5) Tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien Pernyataan klien
merupakan informasi yang belum tentu benar karena berdasarkan 16
persepsi. Oleh karena itu, auditor sebaiknya tidak begitu saja percaya
terhadap pernyataan klienya dan lebih mencari informasi lain yang relevan
(skeptis).
6) Sikap kehati-hatian dalam pengambilan keputusan Setiap auditor harus
melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati, termasuk dalam
mengambil keputusan sehingga Kualitas Audit akan lebih baik.

2.1.3 Akuntabilitas
Akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris
accountability yang berarti pertanggungjawaban atau keadaan untuk
dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta
pertanggunganjawab. Mardiasmo (2018:20) menyatakan, akuntabilitas
publik adalah kewajiban seorang pemegang amanah untuk memberikan
informasi, pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan
mengungkapan segala aktifitas kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya
kepada pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk
meminta pertanggungjawaban tersebut. Sedangkan Febriyanti, (2014)
akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat
seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan
keputusan yang diambil kepada lingkungannya. Selain itu
Nugrahaningsih (dalam Alim dkk, 2007), mengatakan bahwa akuntan
memiliki kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka
kepada organisasi dimana mereka berlindung, profesi mereka,
masyarakat dan pribadi mereka sendiri dimana akuntan mempunyai
tanggung jawab menjadi kompeten dan berusaha menjaga integritas dan
obyektivitas mereka. Tanggung jawab auditor terletak pada menemukan
salah saji, baik yang disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan dan
memberikan pendapat atas bukti audit yang diberikan klien. Tidak hanya
bertanggung jawab pada klien, tapi auditor juga memiliki tanggung
jawab terhadap profesinya. Auditor harus mematuhi standar profesi yang
ditetapkan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Menurut
SPAP (2011), auditor independen juga bertanggung jawab terhadap
profesinya, tanggung jawab untuk mematuhi standar yang diterima oleh
para praktisi rekan seprofesinya. Akuntabilitas Auditor sebagai bentuk
dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha
mempertanggungjawabkan atas semua tindakan dan keputusan yang
diambil kepada lingkungannya (Nurfadillah & Nurhuda, 2020).
2.1.4 Independensi
Dalam Kode Etik Akuntan Publik (2019), dijelaskan bahwa
Independensi adalah sikap mental yang memungkinkan untuk menyatakan
suatu kesimpulan dengan tidak terpengaruh oleh tekanan yang dapat
mengurangi pertimbangan profesional, sehingga memungkinkan individu
bertindak secara berintegritas serta menerapkan objektivitas dan
skeptisisme profesional. Independensi yang diterapkan dalam pelaksanaan
pekerjaan antara lain adalah kemampuan auditor untuk bersikap bebas,
jujur dan objektif dalam penugasan audit. Didalam melakukan pekerjaan
auditor juga harus meningkatkan keahlian atau kompetensinya dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.
Independensi sangat bergantung pada persepsi publik atas
independensi auditor. Independensi dalam audit berarti mengambil sudut
pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam
fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Independensi dalam
fakta (independence in fact) ada bila auditor benar-benar mampu
mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan
independensi dalam penampilan (independent in appearance) adalah hasil
dari interpretasi lain atas independensi ini (Arenset al, 2008).
Dalam kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam
mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang seringkali
mengganggu sikap mental independen auditor adalah sebagai berikut
(Mulyadi, 2002):
1. Sebagai seseorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor
dibayar oleh kliennya atas jasanya tersebut.
2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan
untuk memuaskan keinginan kliennya.
3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat
menyebabkan lepasnya klien.
Pada penelitian ini peneliti mengukur independensi dengan empat
indikator diantaranya:
1. Lama Hubungan Dengan Klien (Audit Tenure)
Di Indonesia, masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan
klien sudah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan
No.423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik. Keputusan menteri
tersebut membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien
yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai
5 tahun. Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat
dengan klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi
(Liesye, 2016).

2. Tekanan Dari klien


Dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik
kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen mungkin operasi
perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil yakni tergambar melalui laba
yang lebih tinggi dengan maksud untuk menciptakan penghargaan. Untuk
mencapai tujuan tersebut tidak jarang manajemen perusahaan melakukan
tekanan kepada auditor sehingga laporan keuangan auditan yang
dihasilkan itu sesuai dengan keinginan klien (Ayu, 2015)
3. Telaah Dari Rekan Auditor (Peer Review)
Menurut Arens, et al. (2012) dalam Liesye (2016) peer review
adalah review (penelaahan) yang dilakukan akuntan publik terhadap
ketaatan kantor akuntan publik (KAP) pada sistem pengendalian mutu.
Tujuan peer review adalah untuk menentukan dan melaporkan apakah
KAP yang ditelaah telah mengembangkan prosedur dan kebijakan yang
cukup atas ke-5 unsur pengendalian mutu dan menerapkannya dalam
praktik.
4. Jasa Non Audit
Jasa yang diberikan oleh KAP bukan hanya jasa atestasi melainkan
juga jasa non atestasi yang berupa jasa konsultasi manajemen dan
perpajakan serta jasa akuntansi seperti jasa penyusunan laporan keuangan.
Adanya dua jenis jasa yang diberikan oleh suatu KAP menjadikan
independensi auditor terhadap kliennya dipertanyakan yang nantinya akan
mempengaruhi kualitas audit (Liesye, 2016)
2.1.5 Pengalaman Kerja
Menurut Marwansyah dan Warianti (2015) pengalaman kerja
adalah suatu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki
pegawai untuk mengemban tanggung jawab dari pekerjaan sebelumnya.
Pengalaman kerja merupakan suatu dasar atau acuan seorang karyawan
dalam menempatkan diri secara tepat dalam suatu kondisi, berani
mengambil resiko, mampu menghadapi tantangan dengan penuh tanggung
jawab serta mampu berkomunikasi dengan baik terhadap berbagai pihak
untuk tetap menjaga produktivitas, kinerja dan menghasilkan individu
yang kompeten dalam bidangnya.
Pengalaman auditor dapat disimpulkan bahwa suatu keterampilan dari
pengetahuan yang diperoleh oleh auditor melalui pendidikan formal
maupun nonformal serta segi lamanya masa kerja dan banyaknya tugas
audit yang ditangani untuk meningkatkan kemampuan dalam memahami
ketidakwajaran suatu informasi dan masalah yang terjadi di lingkungan
kerja. Pengalaman auditor akan bertambah dan meningkat seiring dengan
lamanya masa kerja, banyaknya jenis usaha yang diaudit, luasnya
pemeriksaan dan banyaknya penugasan audit untuk meningkatkan kualitas
audit. Dalam menjalankan tugasnya, auditor harus memenuhi kualifikasi
dan pengalaman dalam berbagai industri tempat klien audit.
Menurut penelitian Dwi Ananing (2006), pengalaman kerja auditor dapat
diukur berdasarkan tiga aspek yaitu:
1) Lamanya auditor bekerja Menurut Widyanto dan Yuhertian (2005),
pengalaman berdasarkan lama bekerja merupakan pengalaman yang
dimiliki 23 oleh seorang auditor yang dihitung berdasarkan satuan waktu
atau tahun.
2) Banyaknya penugasan yang ditangani Pengalaman kerja seseorang
ditunjukan dengan jenis-jenis pekerjaan ataupun banyaknya penugasan
yang pernah dilakukan seseorang dan akan memberikan peluang yang
besar untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik (Puspaningsih, 2004).
Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa banyaknya penugasan audit yang
pernah dilakukan auditor dapat meningkatkan kinerja auditor untuk
melakukan penugasan audit dengan lebih baik.
3) Banyaknya jenis perusahaan yang pernah diaudit Pengalaman dari
banyaknya jenis perusahaan yang pernah diaudit akan memberikan suatu
pengalaman yang lebih bervariasi dan bermanfaat untuk meningkatkan
pengatahuan dan keahlian auditor. Perbedaan perusahaan akan
menentukan langkah atau prosedur audit yang dilakukan menjadi berbeda
kecuali untuk bidang usaha yang sama, maka langkah-langkah yang
dilakukan auditor akan sama dalam proses audit (Dwi Ananing, 2006).
Jenis-jenis perusahaan yang berbeda yang dimaksud di sini antara lain,
perusahaan jasa, perusahaan dagang, manufaktur atau lainnya. Tiap- tiap
jenis perusahaan tersebut akan memiliki prosedur yang berbeda dalam
proses audit.
2.2 Penelitian Terdahulu
Berikut beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan masalah
penelitian, yaitu sebagai berikut:
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil dan Pembahasan
1 Napitulu, dkk., Pengaruh Hasil penelitian
2021) Indpendensi, menunjukan:
Pengalaman Kerja 1)Independensi
dan Etika Profesi berpengaruh positif dan
terhadap Kualitas signifikan terhadap
Audit kualitas audit pada KAP
Jakarta Pusat, yang
semakin baik
independensi auditor,
maka semakin baik
kualitas audit, 2)
Pengalaman Kerja tidak
mempengaruhi kualitas
audit, artinya bahwa
pengalaman kerja yang
dimiliki oleh auditor
tidak akan
mempengaruhi hasil
audit itu sendiri, 3)
Etika profesi
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kualitas audit pada KAP
di Jakarta Pusat, yang
semakin baik etika
profesi yang dimiliki
oleh auditor maka
semakin baik pula
kualitas audit yang
dihasilkan.
2 Kitty Lilasari Pengaruh Hasil penelitian adalah
(2019) Independensi, sebagai berikut :
Pengalaman Kerja, (1) secara parsial
dan Time Budget independensi
Pressure terhadap berpengaruh terhadap
Kualitas Audit kualitas audit, (2) secara
parsial pengalaman
kerja berpangaruh
terhadap kualitas audit,
(3) secara parsial Time
Budget Pressure
berpengaruh terhadap
Kualitas Audit, (4)
secara simultan
Independensi,
Pengalaman Kerja dan
Time Budget Pressure
berpengaruh terhadap
Kualitas Audit
3 Mardika dan Pengaruh Hasil penelitian ini
Surtana (2019) Independensi, menunjukkan bahwa
Pengalaman Kerja, independensi,
Komitmen pengalaman kerja,
Organisasi dan komitmen organisasi,
Motivasi Auditor dan motivasi auditor
terhadap Kualitas berpengaruh positif
Audit terhadap kualitas audit
pada Inspektorat
Provinsi Bali
4 Laksita dan Pengaruh Hasil penelitian ini
Sukirno (2019) Independensi, menunjukkan bahwa (1)
Akuntabilitas, dan Terdapat pengaruh
Objektivitas positif Independensi
terhadap Kualitas terhadap Kualitas Audit,
Audit (2) Terdapat pengaruh
positif Akuntabilitas
terhadap Kualitas Audit,
(3) Terdapat pengaruh
positif Objektivitas
terhadap Kualitas Audit,
(4) Terdapat pengaruh
positif Independensi,
Akuntabilitas, dan
Objektivitas terhadap
Kualitas Audit.
5 Insani dan Pengaruh
Wahidawati Akuntabilitas, Etika Hasil pengujian
(2019) Profesi, hipotesis penelitian ini
Profesionalisme dan menunjukkan bahwa
Pengalaman Kerja akuntabilitas, etika
terhadap Kualitas profesi, profesionalisme
Audit dan pengalaman kerja
secara parsial
berpengaruh positif
terhadap kualitas audit.
Hasil pengujian
hipotesis selanjutnya
menunjukkan bahwa
akuntabilitas, etika
profesi, profesionalisme
dan pengalaman kerja
secara simultan
berpengaruh positif
terhadap kualitas audit.
Hasil penelitian ini telah
mendukung semua
hipotesis yang telah
dirumuskan dalam
penelitian ini.
6 Yoanita dan Pengaruh Hasil menunjukkan
Farida (2019) Akuntabilitas, bahwa independensi
Independensi auditor, kompetensi,
Auditor, Due objektivitas dan
Professional Care, integritas auditor
Objektivitas, Etika berpengaruh pada mutu
Profesi dan audit. Semakin tinggi
Integritas Auditor independensi auditor,
terhadap Kualitas kompetensi, objektivitas
Audit dan integritas auditor
yang dimiliki oleh
auditor, semakin tinggi
kualitas audit yang
dihasilkan. Sementara
akuntabilitas, kehati-
hatian profesional dan
etika profesional tidak
berpengaruh pada
kualitas audit.
Ketidakkonsistensi ini
karena kurangnya
tanggung jawab kepada
publik karena layanan
auditor dianggap tidak
memberikan kontribusi
yang besar, masih
terdapat auditor yang
tidak dipegang teguh
pada profesi auditor,
dan kurangnya perilaku
auditor secara
profesional.
7 Lailatus Sangadah Pengaruh Hasil penelitian ini
(2022) Akuntabilitas, menunjukkan bahwa
Independensi dan akuntabilitas auditor,
Profesionalisme independensi auditor
terhadap Kualitas dan profesionalisme
Audit berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.

2.3 Kerangka Berpikir Hipotesis


2.3.1 Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit
Akuntabilitas auditor merupakan kewajiban untuk menjawab
dan menjelaskan kinerja dari tindakan seseorang atau badan kepada
pihak-pihak yang memiliki hak untuk meminta jawaban atau keterangan
dari orang atau badan yang telah diberikan wewenang untuk
mengelola sumber daya tertentu (Mardiasmo, 2016:20). Beberapa
penelitian sebelumnya telah menguji akuntabilitas terhadap kualitas
audit. Hasil bahwa akuntabilitas berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas audit. Maka Berdasarkan paparan tersebut, dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H1: Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit
2.3.2 Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit
Mayangsari (2003) mendefinisikan independensi sebagai suatu
hubungan antara akuntan dan kliennya yang mempunyai sifat sedemikian
rupa sehingga temuan dan laporan yang diberikan auditor hanya
dipengaruhi oleh bukti-bukti yang ditemukan dan dikumpulkan sesuai
dengan aturan atau prinsip-prinsip profesionalnya. Independensi
mencakup dua aspek yaitu independensi dalam fakta (in fact) dan
independensi dalam penampilan (in appearance).
Penelitian yang dilakukan (Budiartha, 2015), (Utami, 2015),
(Burhanudin, 2017) dan (Zainiah, 2017) menyatakan independensi
berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Pentingnya independensi
dalam melaksanakan kualitas audit, auditor harus memiliki dan
mempertahankan sikap independensi dalam menjalankan tugas
profesionalnya. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H2: Independensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas
audit
2.3.4 Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit
Pengalaman kerja merupakan pengalaman auditor dalam
melakukan general audit yang pencapaian keahlian dimulai dengan
pendidikan formal, yang selanjutnya melalui pengalaman dan praktek
audit Suyanti (2016) Dari pengertian diatas sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wardhani (2019), menunjukkan bahwa
pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas audit. Artinya, pengalaman kerja yang tinggi akan
meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan. Berdasarkan paparan
tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3: Pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas audit
2.4 Model Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengidentifikasi 4 variabel yaitu,
akuntabilitas (X1), Independensi (X2) dan Pengalaman Kerja (X3) dan Kualitas
Auditv (Y). Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat
digambarkan sebagai berikut:

AKUNTABILITAS (X1)

KUALITAS AUDIT
INDEPEDENSI (X2) (Y)

PENGALAMAN
KERJA (X3)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Berdasarkan judul dan permasalahan yang akan diteliti maka penelitian ini
tergolong penelitian asosiatif kausal. Menurut Sugiyono (2016:11), penelitian
asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
ataupun hubungan antara dua variabel atau lebih. Adapun metode penelitian
dalam penelitian ini merupakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif
menurut Sugiyono (2016:14) adalah penelitian dengan memperoleh data yang
berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Pendekatan penelitian
ini merupakan kuantitatif, dimana data yang dianalisis berupa angka yang
bersumber dari data kualitatif (kuisioner) yang diangkakan menggunakan
skala likert.

3.2. Populasi dan Sampel


3.2.1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Provinsi Riau. Berikut adalah nama-nama
Kantor Akuntan Publik (KAP) di Provinsi Riau yang terdaftar di
buku Direktori IAPI tahun 2022:

Tabel 3.1. Daftar Populasi Penelitian

No Nama-Nama KAP di Riau Jumlah Auditor


1 KAP Griselda, Wisnu & Arum (Cabang) 5
2 KAP Tantri Kencana 1
3 KAP Drs. Hardi &Rekan 11
4 KAP Drs. Katio & Rekan (Cabang) 3
5 KAP Khairul 4
6 KAP Rama Wendra (Cabang) 8
7 KAP Yasniwar & Rekan (Pusat) 3
8 KAP Jojo Sunarjo & Rekan (Cabang) 1
Total 36
(Sumber: Direktori IAPI, 2022)

3.2.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Ahyar et al., 2020). Teknik penelitian
ini menggunakan teknik purposive sampling yakni teknik dalam
menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu. Arikunto (2010)
di jurnal (Wulandari et al., 2020), menyatakan bahwa pengambilan
sampel dengan pertimbangan tertentu harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Pengambilan sampel didasarkan ciri-ciri, sifat-sifat atau
karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok dari
populasi.
2. Subjek yang diambil sebagai sampel merupakan subjek yang
paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada
populasi.
3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di
dalam studi pendahuluan.

Berdasarkan syarat diatas sebagai awal penentuan sampel,


maka dalam penelitian ini ada beberapa syarat atau kriteria yang
ditetapkan untuk memperoleh sampel meliputi:
a. Mempunyai pengalaman kerja selama tiga tahun di KAP
di Provinsi Riau
b. Pendidikan terakhir minimal Strata Satu(S-1) jurusan
akuntansi.
c. Semua jenjang non auditor dan auditor, baik partner,
manajer, serta staf auditor

3.3. Jenis dan Sumber Data


3.3.1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data kuantitaif. Data kuantitatif adalah penenlitian tentang
data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
Kemudian data yang berupa angka dijabarkan dengan metode
statistik. Penelitian ini tujuannya membuktikan suatu teori,
menyajikan fakta atau mendefinisikan statistik, untuk
memperlihatkan hubungan antara variabel serta ada pula yang
bersifat pengembangan penafsiran atau pendeskripsian berbagai hal
(Sugiyono, 2012).
3.3.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer merupakan data penelitian yang diperoleh langsung dari
sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer diperoleh
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur
dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari para
responden.

3.4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah
memakai angket atau daftar pertanyaan (kuesioner) yang akan diisi
atau dijawab oleh responden auditor. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab (Sugiyono, 2012: 142).

3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Definisi operasional variabel merupakan jabaran dari variabel
penelitian secara ringkas. Penelitian ini menggunakan variabel
independen dan dependen. Adapun variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah akuntabilitas (X1), Independensi (X2) dan
Pengalaman Kerja (X3) variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kualitas audit (Y).
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa
kuesioner dengan skala likert. Responden akan memilih tingkat
kesetujuannya dan ketidaksetuannya terhadap pertanyaan tertentu.
Kuesioner menggunakan skala likert lima point sebagai berikut :
Tabel 3.3. Skala Likert

No Item Instrumen Skor


1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Netral (N) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
3.6. Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian merupakan bagian dari proses pengujian
data setelah tahap pemilihan dan pengumpulan data dalam penelitian.
Teknik yang akan digunakan dalam melakukan analisis data adalah:
3.6.1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskripstif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness
(Ghozali, 2016). Gambaran umum mengenai statistik responden
dijelaskan dengan menggunakan table statistik responden yang
diukur dengan skala pengukuran likert yang dapat menjelaskan
besarnya frekuensi absolut dan presentase pendidikan terakhir,
pengalaman audit dan jabatan, sedangkan untuk variabel
independen dalam penelitian ini yaitu akuntabilitas, independensi
dan pengalaman kerja dengan variabel dependen pada penelitian
ini yaitu kualitas audit, dijelaskan dengan tabel statistik deskriptif
yang menunjukkan kisaran teoritis, kisaran actual, rata-rata (mean)
dan standar deviasi.

3.6.2. Uji Kualitas Data


Data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini
terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas.
Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana penelitian ini
dapat diteruskan dan layak untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
3.6.2.1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur
valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur
oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2016).
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtable
untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n
adalah jumlah sample. Untuk menguji apakah
masing-masing indikator valid atau tidak valid akan
terlihat dalam tampilan output Cronbach Alpha
kolom correlations item-total correlation. Kriteria
pengujiannya yaitu:
 Jika rhitung ≥ rtabel, maka pertanyaan tersebut
valid.
 Jika rhitung ≤ rtabel, maka pertanyaan tersebut
tidak valid

3.6.2.2. Uji Reliabilitas


Pengujian reliabilitas bertujuan untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. “suatu
kuesioner dikatakan reliable atau handal jika
jawaban dari responden terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu” (Ghozali,
2016).

Pengujian reliabilitas yang digunakan adalah


One Shot atau pengukuran sekali saja dan kemudian
hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau
dapat mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.
Kriteria pengujiannya dilakukan dengan
menggunakan pengujian Cronbach Alpha (ɑ). Suatu
variabel dapat dikatakan reliable jika memberikan
nilai Cronbach Alpha > 0,6 (Ghozali, 2016).

3.6.3. Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik pada penelitian ini menggunakan data
primer, maka dalam pengujian ini meliputi uji normalitas, uji
multikolonieritas dan uji heteroskedastisitas.
3.6.3.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat
apakah dalam model regresi variabel dependen
(terikat) dan variabel independen (bebas)
mempunyai kontribusi atau regresi yang baik
merupakan data distribusi normal (Ghozali, 2016).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis statistik yang bertujuan untuk
memastikan bahwa data sudah terdistribusi normal.
Pengujian normalitas dalam penelitian ini dengan
menggunakan uji Jarque-Bera. Kriteria
pengambilan keputusan dalam pengujian normalitas
ini yaitu:
 Jika probabilitas Jarque Bera > 0,05 maka
data berdistribusi normal.
 Jika probabilitas Jarque Bera < 0,05 maka
data tidak berdistribusi normal.

3.6.3.2. Uji Multikolonieritas


Uji Multikolonieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas. Apabila variabel
independen saling berkorelasi maka variabel ini
korelasinya tidak sama dengan nol sedangkan tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen maka
merupakan model regresi yang baik. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas
didalam model regresi dengan melihat nilai
koefisien korelasi antar variabel independen lebih
dari 0,8 (r > 0,8) maka dapat disimpulkan bahwa
model regresi mengalami masalah multikolonieritas.
Sebaliknya apabila nilai koefisien korelasi kurang
dari 0,8 (r < 0,8) maka model regresi terbebas dari
masalah multikolonieritas.

3.6.3.3. Uji Heteroskedastisitas


Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas (Ghozali, 2016).
Salah satu cara untuk mendeteksi
heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji
glejser. Dasar yang digunakan sebagai analisisnya
adalah sebagai berikut
 Apabila nilai Probabilitas Chi-Square dari
Obs*R-squared lebih dari taraf signifikansi 5%
(Chi-Square > 0,05) maka observasi residual
tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
 Apabila nilai Probabilitas Chi-Square dari
Obs*R-squared kurang dari taraf signifikansi
5% (Chi-Square < 0,05) maka observasi
residual terjadi masalah heteroskedastisitas.

3.6.4. Uji Hipotesis


3.6.4.1. Analisis Regresi Linear Berganda
Pada penelitian ini menggunakan tiga
variabel independen dan satu variabel dependen.
Analisis regresi berganda dapat digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen (Ghozali,
2016). Regresi berganda digunakan untuk menguji
H1, H2, dan H3 dengan menggunakan pendekatan
interaksi untuk memenuhi ekspektasi peneliti
mengenai pengaruh akuntabilitas, independensi dan
pengalaman kerja terhadap kualitas audit.

Persamaan dari analisis regresi berganda adalah


sebagai berikut :
Y = α + β1•X1 + β2•X2 + β3•X3 + e
Keterangan:
Y : Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi
Kecurangan
X1 : Akuntabilitas
X2 : Indepedensi
X3: Pengalaman Kerja
α : Konstanta
β1, β2, β3 : Koefisien Regresi
e : Error

3.6.4.2. Uji Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas, nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen (Ghozali, 2016).
Nilai koefisien determinasi diperoleh dari
nilai Adjusted R-squared. Kriteria untuk nilai R2
yaitu berada diantara nol dan satu (0 < R2 < 1 )
apabila nilai R2 mendekati satu berarti variabel-
variabel independen dapat memeberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan dalam
memprediksi variasi variabel dependen dan
sebaliknya apabila nilai R2 kecil maka dapat
disimpulkan kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen sangat terbatas.

3.6.4.3. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)


Uji statistik F digunakan untuk mengetahui
apakah variabel independen secara simultan
mempengaruhi variabel dependen. Apabila Fhitung >
Ftable, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti
bahwa seluruh variabel independen secara bersama-
sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen atau dengan
menggunakan tingkat signifikan 5% atau dapat
melihat juga nilai probabilitas. Apabila nilai
probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat
signifikansi = 5%), maka variabel independen
secara simultan mempengaruhi variabel dependen
(Ghozali,2016).

3.6.4.4. Uji Regresi secara Parsial (Uji t)


Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2016). Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik t
dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
 Apabila t-hitung > t-tabel atau nilai probabilitas lebih
besar dari 0,05 (nilai probabilitas < 0,05), maka
terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial
antara variabel independen terhadap variabel
dependen.
 Apabila t-hitung < t-tabel atau nilai probabilitas lebih
besar dari 0,05 (nilai probabilitas > 0,05), maka
tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara
parsial antara variabel independen terhadap
variabel dependen

You might also like