Professional Documents
Culture Documents
Revisi BAB 3-PRPOSAL SICK
Revisi BAB 3-PRPOSAL SICK
Oleh
SEFRILIA RESTY
2002110143
S1 AKUNTANSI
AKUNTANSI
2.1.3 Akuntabilitas
Akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris
accountability yang berarti pertanggungjawaban atau keadaan untuk
dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta
pertanggunganjawab. Mardiasmo (2018:20) menyatakan, akuntabilitas
publik adalah kewajiban seorang pemegang amanah untuk memberikan
informasi, pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan
mengungkapan segala aktifitas kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya
kepada pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk
meminta pertanggungjawaban tersebut. Sedangkan Febriyanti, (2014)
akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat
seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan
keputusan yang diambil kepada lingkungannya. Selain itu
Nugrahaningsih (dalam Alim dkk, 2007), mengatakan bahwa akuntan
memiliki kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka
kepada organisasi dimana mereka berlindung, profesi mereka,
masyarakat dan pribadi mereka sendiri dimana akuntan mempunyai
tanggung jawab menjadi kompeten dan berusaha menjaga integritas dan
obyektivitas mereka. Tanggung jawab auditor terletak pada menemukan
salah saji, baik yang disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan dan
memberikan pendapat atas bukti audit yang diberikan klien. Tidak hanya
bertanggung jawab pada klien, tapi auditor juga memiliki tanggung
jawab terhadap profesinya. Auditor harus mematuhi standar profesi yang
ditetapkan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Menurut
SPAP (2011), auditor independen juga bertanggung jawab terhadap
profesinya, tanggung jawab untuk mematuhi standar yang diterima oleh
para praktisi rekan seprofesinya. Akuntabilitas Auditor sebagai bentuk
dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha
mempertanggungjawabkan atas semua tindakan dan keputusan yang
diambil kepada lingkungannya (Nurfadillah & Nurhuda, 2020).
2.1.4 Independensi
Dalam Kode Etik Akuntan Publik (2019), dijelaskan bahwa
Independensi adalah sikap mental yang memungkinkan untuk menyatakan
suatu kesimpulan dengan tidak terpengaruh oleh tekanan yang dapat
mengurangi pertimbangan profesional, sehingga memungkinkan individu
bertindak secara berintegritas serta menerapkan objektivitas dan
skeptisisme profesional. Independensi yang diterapkan dalam pelaksanaan
pekerjaan antara lain adalah kemampuan auditor untuk bersikap bebas,
jujur dan objektif dalam penugasan audit. Didalam melakukan pekerjaan
auditor juga harus meningkatkan keahlian atau kompetensinya dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.
Independensi sangat bergantung pada persepsi publik atas
independensi auditor. Independensi dalam audit berarti mengambil sudut
pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam
fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Independensi dalam
fakta (independence in fact) ada bila auditor benar-benar mampu
mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan
independensi dalam penampilan (independent in appearance) adalah hasil
dari interpretasi lain atas independensi ini (Arenset al, 2008).
Dalam kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam
mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang seringkali
mengganggu sikap mental independen auditor adalah sebagai berikut
(Mulyadi, 2002):
1. Sebagai seseorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor
dibayar oleh kliennya atas jasanya tersebut.
2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan
untuk memuaskan keinginan kliennya.
3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat
menyebabkan lepasnya klien.
Pada penelitian ini peneliti mengukur independensi dengan empat
indikator diantaranya:
1. Lama Hubungan Dengan Klien (Audit Tenure)
Di Indonesia, masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan
klien sudah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan
No.423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik. Keputusan menteri
tersebut membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien
yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai
5 tahun. Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat
dengan klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi
(Liesye, 2016).
AKUNTABILITAS (X1)
KUALITAS AUDIT
INDEPEDENSI (X2) (Y)
PENGALAMAN
KERJA (X3)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Ahyar et al., 2020). Teknik penelitian
ini menggunakan teknik purposive sampling yakni teknik dalam
menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu. Arikunto (2010)
di jurnal (Wulandari et al., 2020), menyatakan bahwa pengambilan
sampel dengan pertimbangan tertentu harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Pengambilan sampel didasarkan ciri-ciri, sifat-sifat atau
karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok dari
populasi.
2. Subjek yang diambil sebagai sampel merupakan subjek yang
paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada
populasi.
3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di
dalam studi pendahuluan.