| Pic Ber el is
SUATU PENGANTAR HUKUM ‘PIDANA UNTUK#
TINGKAT PELAJARAN SARJANA HUKYM
SUATU PEMBAHASAN PELAJARAN SU
PAPAL LEU LLY CY ty
NBL er NB Cara TU aU oy. Wf ei
PENITENSIER. y
De NEU MN Rath)
OLEH: Mr Drs E UTRECHT
PENGAJAR LUAR BIASA PADA UNIVERSITAS
PEJAJARAN DI BANDUNG, FAKULTAS HUKUM
AMBON, ANGGAUTA KONSTITUANTE RI.
Co
RON
SURABAYA
Scanned with CamScanner11, Goneursusirealis — VOS (hal. 311) membuka ure
ra
alis den; jan:
ntang concursus re gan catatan b ka ya
ee mengenai pasal 63 KUHPidana tele 2 Hutsprudens
! ses Sangat memperlu-
as lapangan concursus realis itu, Keterangan heecaes ot
terdapat Juga dalam buku HAZEWINKEL-~
(hal. 465), tetapi pengarang ini menegaskan Co
juasnya lapangan concursus realis itu belum melenyapkan
Japangan, concursus idealis, VRIJ (dikutip pada JONKERS,
hal. 129) berpendapat bahwa akibat diterimanya pendapat
sempit mengenai concursus idealis itu pada tahun 1932 ada-
jh seluruh ketentuan dalam pasal 63 ayat 1 KUHPidana te-
lah menjadi satu ,,lege huls” (sampul tanpa isi). JONKERS
(hal. 129) tidak dapat menerima:pendapat VRU ini dan,
seperti HAZEWINKEL—SURINGA, ia menegaskan bahwa
concursus idealis itu masih ada lapangannya.
Apakah concursus realis itu. ? JONKERS (hal. 136)
secara negatif mengatakan : segala yang tidak merupakan
concursus idealis atau perbuatan terus-menerus, merupakan
Concursus realis (,,Alles, wat niet eendaadsche sam&nloop
of voortgezette handeling is, is meerdaadsche sameloop ).
ted a JONKERS pada halanian-halaman Anges ae
aie dahulu (hal: 127-180 dan 182-135)telm
1 oe tentang apa concursus idealis he “i ao
terus-menerus, dan ketika itu juga sekale™
181
Scanned with CamScanner182
i concursus realis itu, maka, dengan yy,
pate negatif ini, ia telah merasa diri dibebag ebay
kewajiban membuat pula ‘satu uraian tersendiri ten ati
apa concursus realis tersebut. Dengan mengingat bahwa =
puatan terus-menerus itu sebenarnya satu bentuk kh fa
concursus realis — lihatlah_ nomor 18 dibawah nantj nny
maka sebenarnya sikap JONKERS ini dapat saja iky
Bukankah, ketika dalam nomor 16 diatas tadi saya beri
uraian panjang lebar, dengan mengutip pendapat Pengatang.
pengarang terpenting, tentang concursus idealis itu, telah
saya kupas bedanya antara concursus idealis dan Concursus
realis itu ? Pembaca yang secara teliti telah mengikuti
uraian saya dalam nomor 16 diatas tadi, sebenarnya atas
usaha sendiri telah dapat membuat gambaran tentang apa
concursus realis itu !
KUHPidana ‘menyinggung concursus realis itu dalam
pasal-pasal 68 dan 66”: ,,gabungan dari beberapa’perbuatan,
yang” masing-masing -harus’-dipandang- sebagai perbuatan
yang ditentukan dalam kedua pasl
}) membuat difinisi sebagai berikut :
b
ween ee } Wanneer meerdere feiten, di?
rm0P Zichzelf staande handelingen”” moeten wor
beschouwd en die ieder éen strafbaar feit oplevere™ *
cen Persoon began ziin en er tussen die feiten €° 9,
oordeling voor een eevan heeft plaats gehad”)- Selani”
oleh VOS ditegaskan bahwa tidak perlu faktat2l op
semacam (,gelijksoortig?y, dan juga tidak pers a iq hub
an (,,verband”) antara faktafakta’itu. Jadi, aP@
Gpnata taladlah'von” 0 oN
, maka terjadilah’ concy is, Sudah tent»
an” dalam pasal-pasal ‘65, ine eli. gant ak b°
ta
f
hee
Scanned with CamScannerjrkan menjadi perbuatan materii :
ecihat »perbuatan”” dalam aia ee eee
na sebagai perbuatan materiil adalah tafsiran yang ieee
pertentangan dengan jurisprudensi HR yang baru. Bukan-
yah, jurisprudensi HR yang baru ini menerima adanya con-
custus realis dalam banyak perkara- perkara yang unsur uta-
manya adalah satu perbuatan mareriil ? Masih ada satu alas-
an lagi : pasal-pasal 65 dan 66 KUHPidana berbicara ten-
tang ,beberapa perbuatan , ..... . yang masing-masing
menjadi kejahatan’’, Tidak mungkin hal hanya satu perbu-
atan materiil saja dapat mengakibatkan terjadinya keja-
hatan. Maka dari itu VOS berpendapat bahwa yang harus
dimaksud dengan ,,perbuatan” dalam pasal-pasal 65-66
KUHPidana adalah seluruh kompleks ,,gedraging”; akibat,
unsur-unsur kesalahan yang subyektif serta fakta-fakta lain
yang menyertai terjadinya delik (,,bijkomstige omstandighe-
den”), segalanya seperti yang ditentukan dan diancam de-
ngan hukuman dalam ketentuan pidana yan bersangkutan.
Dengan kata lain : tiap-tiap kompleks kejadian-kejadian
yang tercakup dalam satu ketentuan pidana (,,elk op zich
zelf staand complex van in de buitenwerld waarneembaar
tebeuren, voorzover dit onder een strafbepaling valt”).
{
Akhimya, oleh VOS ditambahkan : ,,Het lijkt mil zeit niet
onwaarschijnlijk, dat de watgever met dit woord han del ine
eenvoudig een herhaling bedoelt van het woord ,,,,feit””, 4
hethaling welfuidendheidshalve is vermeden (frouwt
ing” syele schriivers oP
yhandeling’”” wordt door m ech wl men
tet met ao egy fond nl dat de gevallen, die in de
Aiet met de Hoge Raad aannemen, gna
Teuwe jurisprudentie niet langer onder art. 55 worden ge'
58
ls meerdaadse samenloop onder de woorden van di
Zin te brengen, dan moet men
die laatste artikel
Mhalogisch op die gevallen toepassen”.
: i i r 16).
actlapat POMPE telah dibahas diatas tadi ("Or
” teks dalam
bah E hendak melihat ,perbuatan CN aaa
landa : ,,feit” dan ,,ham eling ak
= 65 ante ‘inves sebagai wconerete sonal :
(ha, 9, 0P slechts een voorwerp Van norme!
* diatas tadi).
5, lihatlah bahasa Indonesianya 183
Scanned with CamScanner184
Dalam hal concursus realis maka- KUHPidana mengenal
tiga ukuran untuk menentukan beratnya hukuman, yaitu
(VAN HAMEL, hal. 430-431 ; POMPE, hal 238-284 ;
keputusan HR tertanggal 15 Oktober 1900, W Nr 7504 ;
JONKERS, hal. 187-138) :
1. Sistim dbsorpsi"sang'diperberat (verscherpte absorptie.
stelsel) — {umn 5 *
2. sistim r (gematigde cumulatie.
stelsel) Ihiran FL days
3. Sistim kumulasi (cumulatie-stelsel ; JONKERS memakai
istilah ,,zuivere cumulatie-stelsel” (sistim kumulasi yang
murni) dan POMPE memakai istilah »onbeperkte cumu-
Jatie”’ (kumulasi yang tidak terbatas).
Jadi dalam hal gabungan (samenloop) maka KUHPidana menge-
nal empat ukuran untuk menetapkan beratnya hukuman,
yaitu (VAN HAMEL, hal. 430-431, ; VOS, hal, 312-313 ;
SJONKERS, hal. 136—138) :
1. sistim absorpsi (lihatlah nomor 16 diatas tadi)
2. sistim absorpsi yang diperberat
3. sistim kumulasi yang dipertingan
4. sistim kumulasi (yang ‘murni, yang tidak terbatas).
Berhubung dengan adanya tiga ukuran untuk menentu-
kan beratnya hukuman itu, maka dalam hal concursus realis
diadakah perbedaan antara :
a kejahatan-kejahatan yang diancam dengan “hukuman-
hukuman utama (hoofdstraffen) yang sejenis Homco's'™
b kejahatan-kejahatan yang diancam dengan hukuman
hukuman utama yang tidakisejenis Heferegeunes
“e pelanggaran-pelanggaran.
Ada:
Ukuran untuk menetapkan beratnya hukuman dalam
perkara gabungan kejahatan-kejahatan yang dianeam deni
huluman-hukuman utama yang sejenis, ditentukan dala”
pasal 65 KUHPidana, yang antara lain berbunyi ! 9+." 1,
satu hukuman saja dijatuhkan” (ayat 1), dan ,,Maksim’
hukuman ini ialah jumlah hukuman-hukuman yané (0;
tinge! yang ditentukan untule perbuatan itu, akan (rr
Hee evgh lebih dari hukuman makcimum vant P®”
Scanned with CamScannertinggi, yang ditentukan untuk perl it i
fdak boleh lebih dari hukuman makeiaccy gan jaiag
pberat ditambah dengan Sepertiganya” (ayat 2). Jadi, te-
anglah : oleh hakim ditetapkan hanya satu hukuman saja
— absorpsi. Maksimum hukuman tunggal itu adalah jumlah
hukuman-hukuman maksimal yang dapat ditetapkan untuk
peristiwa-peristiwa pidana masing-masingnya yang telah di-
lakukan, tetapi hukuman tunggal itu tidak boleh melebihi
maksimum yang tertinggi ditambah dengan sepertiga mak-
simum yang tertinggi itu. JONKERS (hal, 137) membuat.
catatan sebagai berikut : ee ee nen ini
adalah i itu atas
tiap-tiap_peristiwa pidana dapat dijatuhkan hukuman mak-
simal. lari ketentuan biasa ini dimuat dalam
yaitu aa,
buah con-
toh’: A telah melakukan kejahatan-kejahatan yang ma-
singmasingnya diancam dengan hukuman penjara maksi-
mal 1 tahun. dan 6 bulan. Hukuman tunggal maksimal yang
dapat dijatuhkan adalah (1 + 6 tahun =) 7 tahun. Tetapi
dalam hal hukuman-hukuman maksimum masing-masingnya
adalah hukuman penjara maksimal 3 tahun dan 6 tahun,
maka hukuman tunggal maksimal yang dapat. dijatuhkan .
bukanlah (3 + 6 tahun =) 9 tahun tetapi (6 +1/3 x6 ta-
hun =) 8 tahun ! Melihat perhitungan ini maka sebenamya
tidak terjadi pemberatan hukuman. tetapi sebaliknya,
Yaitu peringanan hukuman, Dalam hukum pidana, biasanya
beratnya hukuman maksimal itu dapat disamakan dengan
jumlah maksimum-maksimum hukuman-hukuman yang 02
he dijatubkan atas masing-masing peristiwa pidana a
*tsangkutan, Tetapi dalam hal concursus realis on ei ‘a
Un ‘’ang-undang pidana sanggup bersikap agak Juni ; mm
™enurut perasaan JONKERS, dalam waktu diantara =
. dilakukannya_peristiwa-peristiwa pidana ines
"'ekutan itu hakim tidale diberi Kesempatan untuls Dt
7 Wan terdakwa dalam bentuk satu Es oe :
. istiwa pidana
‘Memuat hukuman atas peristiwa P
185
Scanned with CamScanner186
telah di ebelum peristiwa yang lain dapat dilaky.
= Saat menaabel : disini letaknya inti perbedaan
antara gabungan (samenloop) dan pengulangan (recidive)
— tentang pengulangan lihatlah nomor 20 dibawah nhanti,
Dalam pengulangan, terdakwa telah diperingatkan - dalam
satu keputusan pengadilan yang menjatuhkan hukuman atas
petistiwa pidana yang telah dilakukannya. Oleh sebab itu,
apabila terdakwa mengulangi perbuatannya biarpun ia telah
diperingatkan, maka sudah wajarlah ia diberi hukuman yan
yang lebih berat karena mengulangi perbuatannya itu. Me.
ngingat uraian diatas ini, maka sudah terang kata-kata ,
» dibelakang kata ,,absorpsi” adalah
pene Oleh sebab itu kata-kata ,,yang diperberat”
‘arus dihubungkan langsung dengan kata ,,absorpsi”, yaitu
dijatuhkan hukuman tunggal yang mencakup semua hu-
kuman lain’ pula. Dalam: hal: ini dipilih hukuman yang
terberat, tetapi hukuman yang terberat itu dapat ditambah
dengan sepertiganya. Dengan demikian hukuman yang terbe-
mat itu diperberat.
Ad b:
Ukuran untuk menetapkan beratnya hukuman dalam per
kara gabungan kejahatan-kejahatan yang diancam dengan
hukuman-hukuman utama yang tidak sejenis, ditentukan
dalam pasal 66 ayat . 1 KUHPidana, yang berbunyi : »,D*
lam gabungan dari beberapa perbuatan, yang masing-masing
a dipandang sebagai perbuatan tersendiri-sendiri dat
masing-masing menjadi kejahatan yang terancam de
se hukuman utama yang tidak sejenis, maka tiap-tiap bh
aacvoue dijatuhkan, akan tetapi jumlah hukumanny4 tr
e oleh melebihi hukuman yang terberat sekali ditamb’
lengan sepertiganya” Jadi, teranglah : dalam hal keia" es
ankejahatan yang diancam dengan hukuman-hukum@?
aa yang tidak sejenis, maka ditetapkan beberapa DV
teuman, ita sebanyak dengan kejahatan-kejahata® ee
dilakukan, JONKERS (hal. 137) membuat catatt
sebagai berikut : menurut ketentuan biasa dalam hui™”
|
J
Scanned with CamScannerjunak, -yaitu, ,,jumlah hukumannya ‘ida, Bolen
hukuman_yang ferberat sekali ditambah dengan sey sare :
nya‘. Sebuah contoh : A telah melakukan Kelehstan dee,
ae dengan hul
15 bulan (= 1 tahun dan 8 bulan), Halim date
dua hukuman, yaitu hukuman kurungan dan hukuman pen.
jara, tetapi jumlah bulan-bulan waktu untuk menjalani
hukuman-hukuman tersebut tidak dapat menjadi lebih dari
pada (15 + 1/3 x 15 bulan =) 20 bulan. Jadi leh hakim
tidak dapat ditetapkan (9 + 15 bulan =) 24 bulan, yaitu
jumlah total hukuman-hukuman yang tidak terbatas, Ha-
kim dapat menetapkan hukuman kurungan 5 bulan serta hu-
kuman penjara maksimal 15 bulan. ,,Hukuman denda
dalam hal ini dihitung menurut maksimum hukuman ku-
mungan penganti denda, yang ditentukan untuk perbuatan
itu” (ayat 2 dari pasal 66 KUHPidana). Ukuran untuk ;
dapat menentukan beratnya hukuman ini disebut sistim
, Dalam hal hakim dapat memilih antara dua atau lebih
i hukuman utama — dalam hal, misalnya, pasal-pasal
jy 360 dan 362 KUHPidana —, sistim manakah harus
maetkan 2 sistim pasal 65 ataukah sistim pasal 66 KUH-
aig 2 Dalam keputusan tertanggal 17 Mei abst Ne
dapat Oleh HR diputuskan. bahwa pertanyaan ini ber
a “ awab sesudah hakim mengadakan pilihan hal "
'attafkeuze” . itilah JONKERS, hal. 138)-nya. Jadi,
187
Scanned with CamScannerigs
apabila hukuman-hukuman yang telah cdiniih oleh takin
adalah huuman-hukuman_yans_ S218 maka dipakailah
sistim absorpsi_yang ‘iperberat. Bilamana hukuman.
bsorPSi Jat oleh hakim adalah hukuman.
lah dipili aires
hukuman ‘yang telah oe aka dipakailahsistim kumula.
tidak sejenis, Nea
a Sngan~—Rupanya pendapat ini diikuti oleh
si_yal 7 x
jikuti oleh VOS (h;
SLAKERS (hal, 138) dan terang di (hal
314), HAZEWINKEL-SURINGA (hal. 454) dan beberapa
pengarang lain.
Mengenai ketentuan
pernah ditimbulkan perbedaan pendapat.
pada VOS, hal 314) berpendapat bahwa P
dalam pasal 66 ayat 2 KUHPidana
NOYON (dikutip
“tecan-ituemengenaishukiman denda. Sebuah contoh:
elah melakukan dua peristiwa pidana. Atas peristiwa
pidana yang satu diancam hukuman penjara maksimal 6
hylan dan atas peristiwa pidana yang lain diancam hukuman
denda maksimal Rp_1.000,-. Jikalau denda tidak dibayar
maka yang terhukum harus menjalani hukumam kurungan
pengganti maksimam enam bulan, yaitu tiap Rp 167, di-
samakan dengan 1 bulafi-kurungan. Berdasarkan pasal 66
KUHPidana maka jumlah maksimal hukuman yang dapat
ditetapkan oleh -hakim adalah (6 + 1/3 x 6 =) 8 bulan.
Menurut NOYON maka hakim dapat menetapkan dua hu-
kuman maksimal, yaitu. hukuman’ penjara 6 bulan dan hu-
kuman denda Rp 1.000,— Menurut BLOK maka maksimal
hakim dapat menetapakan hukuman penjara 6 bulan dan
hukuman denda (2 x Rp 167,— =) Rp. 334,—, yaitu jumlth
denda adalah sama dengan 2 bulan (=1/3 x6 bulan) hukum
an kurungan pengganti denda, Pendapat BLOK ini dapat
dasarkan atas satu contoh yang terdapat dalam ‘Memorié
van Toelichting (SMIDT, hal. 485),
Scanned with CamScanneré&
Ade:
Dalam hal concursus realis di
kejahatan” dan n peltneaae ee haa ee
feratnya hukuman dalam gabungan pelanggatan-pelarge ny
oon aon pa TORCH No a ee
rein Ses Se: a aksudkan dalam ee
hatan, atau antara pelanggaran dengan plangaos area
diatublan huktman baci tinp-tap pelangearan ur dengan
di ”, Oleh hakim ditetapkan beberapa hukum-
an, yaitu sebanyak dengan pelanggaran-pelanggaran yang
telah dilakukan. Oleh sebab itu tetap sekalilah dalam hal
ini orang berbicara tentang ,,kumulasi” hukuman-hukuman.
Tetapi berbeda dengan sistim yang telah saya bahas pada
ad b-diatas ini maka kumulasi tersebut tidak ‘terbatas,
yaitu tidak diberi.satu maksimum. Jadi, oleh hakim dapat
ditentukan penuh maksimum’ semua hukuman-hukuman —
kumulasi murni atau kumulasi tidak terbatas. tetapi kumula-
si murni ini tidak mutlak (JONKERS, hal. 138 : ,,Geheel
auiver . .. 6 ook weer niet”) ! Dalam ayat 2 ditentukan
satu peringanan : ,,Untuk pelanggaran, maka jumlah hu-
kuman kurungan, termasuk juga hukuman kurungan peng-
ganti, tidak boleh lebih-dari-satu tahun empat bulan hu-
kuman ; jumlah hukuman kurungan penggantt tidak boleh
lebih dari delapan bulan”.
Pasal 67 KUHPidana menentukan bahwa dalam hal ,,di-
jatuhkan hukuman mati atau hukuman penjara seum’t
hidup, maka beserta itu tidak boleh dijatuhkan hukuman
in dari pada mencabut hak yang tertentu, merarpas By
‘ang yang telah disita, dan pengumuman keputusan hakim ,
Oleh VOS (hal, 315) dikemukakan: babwa porinim
‘dak hanya terbatas pada perkara-perksara ene a
Nenloop) saja, Juga dalam hal telah dilakukan hanya $2
'stiwa pidana saja dan atas Pe
ristiwa pidana itu dija-
i an hukuman penjara seumur hidup,
maka peraturan
i harus diperhatikan, Peraturan ini a
dalah satu peraturan
i engenal
im, dan oleh sebab itu tempatnya dalam titel mene
189
Scanned with CamScanner190
gabungan tidaklah tepat.
Pasal 68 KUHPidana mengenai ditetapkannya hukuman
tambahan (bijkomende straf). Ayat 1 menentukan bahy,
,,Dalam hal yang tersebut dalam pasal-pasal 65 dan 66, m, :
ka tentang hukuman tambahan berlaku ketentuan ane
berikut dibawah ini : le. hukuman-hukuman, lamanya Py
kurang-kurangnya dua tahun dan selama-lamanya lima ‘¢ :
hun lebih dari pada hukuman pokok atau hukuman-hukum, ¥
an pokok yang telah dijatuhkan, atau kala usekiranya tidak
ada hukuman pokok lain dari pada denda yang dijatuhk,
maka dijadikan satu hukuman, lamanya sekurang-kur; a
dua tahun selama-lamanya lima tahun ; 2e. hukuniaich z
kuman mencabut hak-hak yang berbagai-bagai jenis, dijatuh,
kan masing-masing bagi tiap-tiap kejahatan dengan tidak di
Kurangi ; 3e. hukuman-hukuman merampas_beberapa ba-
ee yang tertentu, begitu juga hukuman kurungan
: a be - ae diserahkan, dijatuhkan masing-masing
eels ‘ atan dengan tidak dikurangi”. Jadi,
gan, juga mengenai hukuman tambahan
Eee undang-undang pidana telah menentukan beberapa
us an untuk menetapkan beratnya hukuman tambahan
. Hokie hukuinay miencabut balshak Yan 6 :
leburkan dalam satu hukuman saja — ea
hukuman-hukuman mencabut hakhak-yane sitate ae
sing-masingnya dit. dui bagi Gey tap Eeiohet-
an yang telah aun secant a eae ae
muri ini dipakat juga dalam ave ast mural Sistim kumulasi
an hakusiant malatupas bob netapkan beratnya hukum-
hulcunian-hitatngs “ka erapa barang yang tertentu dan
itu tidak diserahkan. Mouse oe Ee ee
en ln djemgen 942),
_Berdasarkan Ir ti ne
ditambah dead paadeD 1931 Nr 240 maka KUHPA®
lakukan pasal-pasel 65 sae yang berbunyi ,,Tantang ™”
yang diterangkan dalam dan 70 maka kejahatan-kejahate!
364, 378, 879 dan 489 dierent fl
jika dijatuhkan hukinigat nee Sebagai pelanggaran se
‘an penjara jumlah ~hukuman
Scanned with CamScanner. yang terakibat itu. Hal. itu disel
j kejahatan-kejahatan itu ti
japan bulan”. Dalam bute none get Pada
dan 138) dapat Kits baca ap sebabnya ta a 135 — 136
at. Dalam praktek menetapkar beratnya hepa itu dibu-
jahatan-kejahatan enteng — lihatlah buku sa a atas ke.
na 1, hal. 104-107 — maka bail, A 'ya Hukum pida-
terusmenerus — lihatlah nomor 1 hal Perbuatan
; 8 dibawah ini — my,
dalam: hal concursus realis telah jp ih; aupun
sgdm-yang ditentulcas dain ae ihatan bahwa sistim.
Pidana tidal’ memuaskan, Babeapa al aa SH
seseotang yang melakukan beberapa kejahatan enteng yan;
akibat terjumlah adalah merugikan yang
rapa ratusan, bahkan, ribuan Rupiah, dij
yang beratnya tidak seimbang dengan besarnya kerugian
i babkan karena hukuman
maksimal atas kejahatan enteng itu hanyalah 3 bulan penja-
a, Jadi, dalam hal concursus realis Menurut ukuran untuk
menetapkan beratnya hukuman yang telah saya’ kernuka-
kan diatas tadi, maka maksimal dapat ditetapkan hukuman
yang beratnya hanya (3 + 1/3 x 3 =) 4 bulan penjara, dan
sudah tentu hukuman yang beratnya begini saja dirasa tidak
seimbang dengan akibat terjumlah+ kerugian, misalnya,
Rp 10.000,—. Oleh sebab itu pembuat undang-undang pida- -
na merasa perlu mengadakan perubahan, yang pada tahun
1931 terjelma dalam pasal 70, bis KUHPidana tersebyt di-
alas ini, i
Akhimya, perlu.diperhatikan pasal Ue ah di-
‘alu terjadi hal peristiwa-peristiwa pidana gall
dalam gabungan, baik dalam vruatan feruedme
alam Concursus realis maupun dalam peta Dapatlah °
teyagy “dili serentak pada satu saat iad terlbih dabulu
adi hal Peristiwa pidana yang satu diad ata bahwa
day py * didepan hakim terny
tees pemeriksaan di epane dilakukan dalam
Petisting id dang diadili itu in, Berhu-
bun vant Yang 2 ‘sti idana yang Jain. dana
Pinger Cengan satu peristivach asa 71, KUHPi
lengan kenyataan ini maka P
191
Scanned with CamScannernenentukan bahwa ne ten _ rs reer seta Pida.
dilakukan dalam gabungan:, ciact Pada wakty,
aa Reis yang tidak sama (,,ongelijktijdige berechting»)
viuran-ultivan untuk menetapkan beratnya hukuman dala
hal gabungan yang tercantum dalam pasal-pasal 63-66 dan
70 KUHPidana itu tetap berlaku. Oleh JONKERS (ha,
139) dikemukakan bahwa tidak adillah untuk tidak mem.
beri kesempatan bagi seorang terdakwa untuk menikmati
pula keringanan yang-dapat diperoleh dari ukuran-ukuran
untuk menetapkan beratnya hukuman berhubung dengan
gabungan itu, dalam hal terdakwa tersebut telah melakukan
beberapa peristiwa-peristiwa pidana dalam gabungan dan pe-
ristiwa-peristiwa pidana itu tidak diperiksa hakim-pada satu
waktu yang sama, apalagi bilamana tidak diperiksanya peris-
tiwa-peristiwa pidana itu pada satu waktu yang sama bukan-
lah disebabkan kelalaiannya. Disamping itu, baik JONKERS
maupun VOS (hal. 315) mengemukakan bahwa, andaikata
pasal 71 KUHPidana itu tidak ada, maka Penuntut Umum
dapat “menghindari mengikatnya ketentuan-ketentuan me
~ ngenai gabungan yang telah dimuat dalam KUHPidana de-
puitine pean (splitsen) perkara, yaitu dengan menuntut
Alhimya, VOS ( Pidana yang bersangkutan satu persatt
KUHPidan; bed as ~ 315) menegaskan bahwa pasal TL
— . apat dijalankan d. risti-
Wa-peristiwa pidana yang bersan, alam hal semua pe
putas bakin yang petaiha ditetaplan’ ee apie rest
rjadi sé alum ke
Scanned with CamScanner