You are on page 1of 13
| Pic Ber el is SUATU PENGANTAR HUKUM ‘PIDANA UNTUK# TINGKAT PELAJARAN SARJANA HUKYM SUATU PEMBAHASAN PELAJARAN SU PAPAL LEU LLY CY ty NBL er NB Cara TU aU oy. Wf ei PENITENSIER. y De NEU MN Rath) OLEH: Mr Drs E UTRECHT PENGAJAR LUAR BIASA PADA UNIVERSITAS PEJAJARAN DI BANDUNG, FAKULTAS HUKUM AMBON, ANGGAUTA KONSTITUANTE RI. Co RON SURABAYA Scanned with CamScanner 11, Goneursusirealis — VOS (hal. 311) membuka ure ra alis den; jan: ntang concursus re gan catatan b ka ya ee mengenai pasal 63 KUHPidana tele 2 Hutsprudens ! ses Sangat memperlu- as lapangan concursus realis itu, Keterangan heecaes ot terdapat Juga dalam buku HAZEWINKEL-~ (hal. 465), tetapi pengarang ini menegaskan Co juasnya lapangan concursus realis itu belum melenyapkan Japangan, concursus idealis, VRIJ (dikutip pada JONKERS, hal. 129) berpendapat bahwa akibat diterimanya pendapat sempit mengenai concursus idealis itu pada tahun 1932 ada- jh seluruh ketentuan dalam pasal 63 ayat 1 KUHPidana te- lah menjadi satu ,,lege huls” (sampul tanpa isi). JONKERS (hal. 129) tidak dapat menerima:pendapat VRU ini dan, seperti HAZEWINKEL—SURINGA, ia menegaskan bahwa concursus idealis itu masih ada lapangannya. Apakah concursus realis itu. ? JONKERS (hal. 136) secara negatif mengatakan : segala yang tidak merupakan concursus idealis atau perbuatan terus-menerus, merupakan Concursus realis (,,Alles, wat niet eendaadsche sam&nloop of voortgezette handeling is, is meerdaadsche sameloop ). ted a JONKERS pada halanian-halaman Anges ae aie dahulu (hal: 127-180 dan 182-135)telm 1 oe tentang apa concursus idealis he “i ao terus-menerus, dan ketika itu juga sekale™ 181 Scanned with CamScanner 182 i concursus realis itu, maka, dengan yy, pate negatif ini, ia telah merasa diri dibebag ebay kewajiban membuat pula ‘satu uraian tersendiri ten ati apa concursus realis tersebut. Dengan mengingat bahwa = puatan terus-menerus itu sebenarnya satu bentuk kh fa concursus realis — lihatlah_ nomor 18 dibawah nantj nny maka sebenarnya sikap JONKERS ini dapat saja iky Bukankah, ketika dalam nomor 16 diatas tadi saya beri uraian panjang lebar, dengan mengutip pendapat Pengatang. pengarang terpenting, tentang concursus idealis itu, telah saya kupas bedanya antara concursus idealis dan Concursus realis itu ? Pembaca yang secara teliti telah mengikuti uraian saya dalam nomor 16 diatas tadi, sebenarnya atas usaha sendiri telah dapat membuat gambaran tentang apa concursus realis itu ! KUHPidana ‘menyinggung concursus realis itu dalam pasal-pasal 68 dan 66”: ,,gabungan dari beberapa’perbuatan, yang” masing-masing -harus’-dipandang- sebagai perbuatan yang ditentukan dalam kedua pasl }) membuat difinisi sebagai berikut : b ween ee } Wanneer meerdere feiten, di? rm0P Zichzelf staande handelingen”” moeten wor beschouwd en die ieder éen strafbaar feit oplevere™ * cen Persoon began ziin en er tussen die feiten €° 9, oordeling voor een eevan heeft plaats gehad”)- Selani” oleh VOS ditegaskan bahwa tidak perlu faktat2l op semacam (,gelijksoortig?y, dan juga tidak pers a iq hub an (,,verband”) antara faktafakta’itu. Jadi, aP@ Gpnata taladlah'von” 0 oN , maka terjadilah’ concy is, Sudah tent» an” dalam pasal-pasal ‘65, ine eli. gant ak b° ta f hee Scanned with CamScanner jrkan menjadi perbuatan materii : ecihat »perbuatan”” dalam aia ee eee na sebagai perbuatan materiil adalah tafsiran yang ieee pertentangan dengan jurisprudensi HR yang baru. Bukan- yah, jurisprudensi HR yang baru ini menerima adanya con- custus realis dalam banyak perkara- perkara yang unsur uta- manya adalah satu perbuatan mareriil ? Masih ada satu alas- an lagi : pasal-pasal 65 dan 66 KUHPidana berbicara ten- tang ,beberapa perbuatan , ..... . yang masing-masing menjadi kejahatan’’, Tidak mungkin hal hanya satu perbu- atan materiil saja dapat mengakibatkan terjadinya keja- hatan. Maka dari itu VOS berpendapat bahwa yang harus dimaksud dengan ,,perbuatan” dalam pasal-pasal 65-66 KUHPidana adalah seluruh kompleks ,,gedraging”; akibat, unsur-unsur kesalahan yang subyektif serta fakta-fakta lain yang menyertai terjadinya delik (,,bijkomstige omstandighe- den”), segalanya seperti yang ditentukan dan diancam de- ngan hukuman dalam ketentuan pidana yan bersangkutan. Dengan kata lain : tiap-tiap kompleks kejadian-kejadian yang tercakup dalam satu ketentuan pidana (,,elk op zich zelf staand complex van in de buitenwerld waarneembaar tebeuren, voorzover dit onder een strafbepaling valt”). { Akhimya, oleh VOS ditambahkan : ,,Het lijkt mil zeit niet onwaarschijnlijk, dat de watgever met dit woord han del ine eenvoudig een herhaling bedoelt van het woord ,,,,feit””, 4 hethaling welfuidendheidshalve is vermeden (frouwt ing” syele schriivers oP yhandeling’”” wordt door m ech wl men tet met ao egy fond nl dat de gevallen, die in de Aiet met de Hoge Raad aannemen, gna Teuwe jurisprudentie niet langer onder art. 55 worden ge' 58 ls meerdaadse samenloop onder de woorden van di Zin te brengen, dan moet men die laatste artikel Mhalogisch op die gevallen toepassen”. : i i r 16). actlapat POMPE telah dibahas diatas tadi ("Or ” teks dalam bah E hendak melihat ,perbuatan CN aaa landa : ,,feit” dan ,,ham eling ak = 65 ante ‘inves sebagai wconerete sonal : (ha, 9, 0P slechts een voorwerp Van norme! * diatas tadi). 5, lihatlah bahasa Indonesianya 183 Scanned with CamScanner 184 Dalam hal concursus realis maka- KUHPidana mengenal tiga ukuran untuk menentukan beratnya hukuman, yaitu (VAN HAMEL, hal. 430-431 ; POMPE, hal 238-284 ; keputusan HR tertanggal 15 Oktober 1900, W Nr 7504 ; JONKERS, hal. 187-138) : 1. Sistim dbsorpsi"sang'diperberat (verscherpte absorptie. stelsel) — {umn 5 * 2. sistim r (gematigde cumulatie. stelsel) Ihiran FL days 3. Sistim kumulasi (cumulatie-stelsel ; JONKERS memakai istilah ,,zuivere cumulatie-stelsel” (sistim kumulasi yang murni) dan POMPE memakai istilah »onbeperkte cumu- Jatie”’ (kumulasi yang tidak terbatas). Jadi dalam hal gabungan (samenloop) maka KUHPidana menge- nal empat ukuran untuk menetapkan beratnya hukuman, yaitu (VAN HAMEL, hal. 430-431, ; VOS, hal, 312-313 ; SJONKERS, hal. 136—138) : 1. sistim absorpsi (lihatlah nomor 16 diatas tadi) 2. sistim absorpsi yang diperberat 3. sistim kumulasi yang dipertingan 4. sistim kumulasi (yang ‘murni, yang tidak terbatas). Berhubung dengan adanya tiga ukuran untuk menentu- kan beratnya hukuman itu, maka dalam hal concursus realis diadakah perbedaan antara : a kejahatan-kejahatan yang diancam dengan “hukuman- hukuman utama (hoofdstraffen) yang sejenis Homco's'™ b kejahatan-kejahatan yang diancam dengan hukuman hukuman utama yang tidakisejenis Heferegeunes “e pelanggaran-pelanggaran. Ada: Ukuran untuk menetapkan beratnya hukuman dalam perkara gabungan kejahatan-kejahatan yang dianeam deni huluman-hukuman utama yang sejenis, ditentukan dala” pasal 65 KUHPidana, yang antara lain berbunyi ! 9+." 1, satu hukuman saja dijatuhkan” (ayat 1), dan ,,Maksim’ hukuman ini ialah jumlah hukuman-hukuman yané (0; tinge! yang ditentukan untule perbuatan itu, akan (rr Hee evgh lebih dari hukuman makcimum vant P®” Scanned with CamScanner tinggi, yang ditentukan untuk perl it i fdak boleh lebih dari hukuman makeiaccy gan jaiag pberat ditambah dengan Sepertiganya” (ayat 2). Jadi, te- anglah : oleh hakim ditetapkan hanya satu hukuman saja — absorpsi. Maksimum hukuman tunggal itu adalah jumlah hukuman-hukuman maksimal yang dapat ditetapkan untuk peristiwa-peristiwa pidana masing-masingnya yang telah di- lakukan, tetapi hukuman tunggal itu tidak boleh melebihi maksimum yang tertinggi ditambah dengan sepertiga mak- simum yang tertinggi itu. JONKERS (hal, 137) membuat. catatan sebagai berikut : ee ee nen ini adalah i itu atas tiap-tiap_peristiwa pidana dapat dijatuhkan hukuman mak- simal. lari ketentuan biasa ini dimuat dalam yaitu aa, buah con- toh’: A telah melakukan kejahatan-kejahatan yang ma- singmasingnya diancam dengan hukuman penjara maksi- mal 1 tahun. dan 6 bulan. Hukuman tunggal maksimal yang dapat dijatuhkan adalah (1 + 6 tahun =) 7 tahun. Tetapi dalam hal hukuman-hukuman maksimum masing-masingnya adalah hukuman penjara maksimal 3 tahun dan 6 tahun, maka hukuman tunggal maksimal yang dapat. dijatuhkan . bukanlah (3 + 6 tahun =) 9 tahun tetapi (6 +1/3 x6 ta- hun =) 8 tahun ! Melihat perhitungan ini maka sebenamya tidak terjadi pemberatan hukuman. tetapi sebaliknya, Yaitu peringanan hukuman, Dalam hukum pidana, biasanya beratnya hukuman maksimal itu dapat disamakan dengan jumlah maksimum-maksimum hukuman-hukuman yang 02 he dijatubkan atas masing-masing peristiwa pidana a *tsangkutan, Tetapi dalam hal concursus realis on ei ‘a Un ‘’ang-undang pidana sanggup bersikap agak Juni ; mm ™enurut perasaan JONKERS, dalam waktu diantara = . dilakukannya_peristiwa-peristiwa pidana ines "'ekutan itu hakim tidale diberi Kesempatan untuls Dt 7 Wan terdakwa dalam bentuk satu Es oe : . istiwa pidana ‘Memuat hukuman atas peristiwa P 185 Scanned with CamScanner 186 telah di ebelum peristiwa yang lain dapat dilaky. = Saat menaabel : disini letaknya inti perbedaan antara gabungan (samenloop) dan pengulangan (recidive) — tentang pengulangan lihatlah nomor 20 dibawah nhanti, Dalam pengulangan, terdakwa telah diperingatkan - dalam satu keputusan pengadilan yang menjatuhkan hukuman atas petistiwa pidana yang telah dilakukannya. Oleh sebab itu, apabila terdakwa mengulangi perbuatannya biarpun ia telah diperingatkan, maka sudah wajarlah ia diberi hukuman yan yang lebih berat karena mengulangi perbuatannya itu. Me. ngingat uraian diatas ini, maka sudah terang kata-kata , » dibelakang kata ,,absorpsi” adalah pene Oleh sebab itu kata-kata ,,yang diperberat” ‘arus dihubungkan langsung dengan kata ,,absorpsi”, yaitu dijatuhkan hukuman tunggal yang mencakup semua hu- kuman lain’ pula. Dalam: hal: ini dipilih hukuman yang terberat, tetapi hukuman yang terberat itu dapat ditambah dengan sepertiganya. Dengan demikian hukuman yang terbe- mat itu diperberat. Ad b: Ukuran untuk menetapkan beratnya hukuman dalam per kara gabungan kejahatan-kejahatan yang diancam dengan hukuman-hukuman utama yang tidak sejenis, ditentukan dalam pasal 66 ayat . 1 KUHPidana, yang berbunyi : »,D* lam gabungan dari beberapa perbuatan, yang masing-masing a dipandang sebagai perbuatan tersendiri-sendiri dat masing-masing menjadi kejahatan yang terancam de se hukuman utama yang tidak sejenis, maka tiap-tiap bh aacvoue dijatuhkan, akan tetapi jumlah hukumanny4 tr e oleh melebihi hukuman yang terberat sekali ditamb’ lengan sepertiganya” Jadi, teranglah : dalam hal keia" es ankejahatan yang diancam dengan hukuman-hukum@? aa yang tidak sejenis, maka ditetapkan beberapa DV teuman, ita sebanyak dengan kejahatan-kejahata® ee dilakukan, JONKERS (hal. 137) membuat catatt sebagai berikut : menurut ketentuan biasa dalam hui™” | J Scanned with CamScanner junak, -yaitu, ,,jumlah hukumannya ‘ida, Bolen hukuman_yang ferberat sekali ditambah dengan sey sare : nya‘. Sebuah contoh : A telah melakukan Kelehstan dee, ae dengan hul 15 bulan (= 1 tahun dan 8 bulan), Halim date dua hukuman, yaitu hukuman kurungan dan hukuman pen. jara, tetapi jumlah bulan-bulan waktu untuk menjalani hukuman-hukuman tersebut tidak dapat menjadi lebih dari pada (15 + 1/3 x 15 bulan =) 20 bulan. Jadi leh hakim tidak dapat ditetapkan (9 + 15 bulan =) 24 bulan, yaitu jumlah total hukuman-hukuman yang tidak terbatas, Ha- kim dapat menetapkan hukuman kurungan 5 bulan serta hu- kuman penjara maksimal 15 bulan. ,,Hukuman denda dalam hal ini dihitung menurut maksimum hukuman ku- mungan penganti denda, yang ditentukan untuk perbuatan itu” (ayat 2 dari pasal 66 KUHPidana). Ukuran untuk ; dapat menentukan beratnya hukuman ini disebut sistim , Dalam hal hakim dapat memilih antara dua atau lebih i hukuman utama — dalam hal, misalnya, pasal-pasal jy 360 dan 362 KUHPidana —, sistim manakah harus maetkan 2 sistim pasal 65 ataukah sistim pasal 66 KUH- aig 2 Dalam keputusan tertanggal 17 Mei abst Ne dapat Oleh HR diputuskan. bahwa pertanyaan ini ber a “ awab sesudah hakim mengadakan pilihan hal " 'attafkeuze” . itilah JONKERS, hal. 138)-nya. Jadi, 187 Scanned with CamScanner igs apabila hukuman-hukuman yang telah cdiniih oleh takin adalah huuman-hukuman_yans_ S218 maka dipakailah sistim absorpsi_yang ‘iperberat. Bilamana hukuman. bsorPSi Jat oleh hakim adalah hukuman. lah dipili aires hukuman ‘yang telah oe aka dipakailahsistim kumula. tidak sejenis, Nea a Sngan~—Rupanya pendapat ini diikuti oleh si_yal 7 x jikuti oleh VOS (h; SLAKERS (hal, 138) dan terang di (hal 314), HAZEWINKEL-SURINGA (hal. 454) dan beberapa pengarang lain. Mengenai ketentuan pernah ditimbulkan perbedaan pendapat. pada VOS, hal 314) berpendapat bahwa P dalam pasal 66 ayat 2 KUHPidana NOYON (dikutip “tecan-ituemengenaishukiman denda. Sebuah contoh: elah melakukan dua peristiwa pidana. Atas peristiwa pidana yang satu diancam hukuman penjara maksimal 6 hylan dan atas peristiwa pidana yang lain diancam hukuman denda maksimal Rp_1.000,-. Jikalau denda tidak dibayar maka yang terhukum harus menjalani hukumam kurungan pengganti maksimam enam bulan, yaitu tiap Rp 167, di- samakan dengan 1 bulafi-kurungan. Berdasarkan pasal 66 KUHPidana maka jumlah maksimal hukuman yang dapat ditetapkan oleh -hakim adalah (6 + 1/3 x 6 =) 8 bulan. Menurut NOYON maka hakim dapat menetapkan dua hu- kuman maksimal, yaitu. hukuman’ penjara 6 bulan dan hu- kuman denda Rp 1.000,— Menurut BLOK maka maksimal hakim dapat menetapakan hukuman penjara 6 bulan dan hukuman denda (2 x Rp 167,— =) Rp. 334,—, yaitu jumlth denda adalah sama dengan 2 bulan (=1/3 x6 bulan) hukum an kurungan pengganti denda, Pendapat BLOK ini dapat dasarkan atas satu contoh yang terdapat dalam ‘Memorié van Toelichting (SMIDT, hal. 485), Scanned with CamScanner é& Ade: Dalam hal concursus realis di kejahatan” dan n peltneaae ee haa ee feratnya hukuman dalam gabungan pelanggatan-pelarge ny oon aon pa TORCH No a ee rein Ses Se: a aksudkan dalam ee hatan, atau antara pelanggaran dengan plangaos area diatublan huktman baci tinp-tap pelangearan ur dengan di ”, Oleh hakim ditetapkan beberapa hukum- an, yaitu sebanyak dengan pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan. Oleh sebab itu tetap sekalilah dalam hal ini orang berbicara tentang ,,kumulasi” hukuman-hukuman. Tetapi berbeda dengan sistim yang telah saya bahas pada ad b-diatas ini maka kumulasi tersebut tidak ‘terbatas, yaitu tidak diberi.satu maksimum. Jadi, oleh hakim dapat ditentukan penuh maksimum’ semua hukuman-hukuman — kumulasi murni atau kumulasi tidak terbatas. tetapi kumula- si murni ini tidak mutlak (JONKERS, hal. 138 : ,,Geheel auiver . .. 6 ook weer niet”) ! Dalam ayat 2 ditentukan satu peringanan : ,,Untuk pelanggaran, maka jumlah hu- kuman kurungan, termasuk juga hukuman kurungan peng- ganti, tidak boleh lebih-dari-satu tahun empat bulan hu- kuman ; jumlah hukuman kurungan penggantt tidak boleh lebih dari delapan bulan”. Pasal 67 KUHPidana menentukan bahwa dalam hal ,,di- jatuhkan hukuman mati atau hukuman penjara seum’t hidup, maka beserta itu tidak boleh dijatuhkan hukuman in dari pada mencabut hak yang tertentu, merarpas By ‘ang yang telah disita, dan pengumuman keputusan hakim , Oleh VOS (hal, 315) dikemukakan: babwa porinim ‘dak hanya terbatas pada perkara-perksara ene a Nenloop) saja, Juga dalam hal telah dilakukan hanya $2 'stiwa pidana saja dan atas Pe ristiwa pidana itu dija- i an hukuman penjara seumur hidup, maka peraturan i harus diperhatikan, Peraturan ini a dalah satu peraturan i engenal im, dan oleh sebab itu tempatnya dalam titel mene 189 Scanned with CamScanner 190 gabungan tidaklah tepat. Pasal 68 KUHPidana mengenai ditetapkannya hukuman tambahan (bijkomende straf). Ayat 1 menentukan bahy, ,,Dalam hal yang tersebut dalam pasal-pasal 65 dan 66, m, : ka tentang hukuman tambahan berlaku ketentuan ane berikut dibawah ini : le. hukuman-hukuman, lamanya Py kurang-kurangnya dua tahun dan selama-lamanya lima ‘¢ : hun lebih dari pada hukuman pokok atau hukuman-hukum, ¥ an pokok yang telah dijatuhkan, atau kala usekiranya tidak ada hukuman pokok lain dari pada denda yang dijatuhk, maka dijadikan satu hukuman, lamanya sekurang-kur; a dua tahun selama-lamanya lima tahun ; 2e. hukuniaich z kuman mencabut hak-hak yang berbagai-bagai jenis, dijatuh, kan masing-masing bagi tiap-tiap kejahatan dengan tidak di Kurangi ; 3e. hukuman-hukuman merampas_beberapa ba- ee yang tertentu, begitu juga hukuman kurungan : a be - ae diserahkan, dijatuhkan masing-masing eels ‘ atan dengan tidak dikurangi”. Jadi, gan, juga mengenai hukuman tambahan Eee undang-undang pidana telah menentukan beberapa us an untuk menetapkan beratnya hukuman tambahan . Hokie hukuinay miencabut balshak Yan 6 : leburkan dalam satu hukuman saja — ea hukuman-hukuman mencabut hakhak-yane sitate ae sing-masingnya dit. dui bagi Gey tap Eeiohet- an yang telah aun secant a eae ae muri ini dipakat juga dalam ave ast mural Sistim kumulasi an hakusiant malatupas bob netapkan beratnya hukum- hulcunian-hitatngs “ka erapa barang yang tertentu dan itu tidak diserahkan. Mouse oe Ee ee en ln djemgen 942), _Berdasarkan Ir ti ne ditambah dead paadeD 1931 Nr 240 maka KUHPA® lakukan pasal-pasel 65 sae yang berbunyi ,,Tantang ™” yang diterangkan dalam dan 70 maka kejahatan-kejahate! 364, 378, 879 dan 489 dierent fl jika dijatuhkan hukinigat nee Sebagai pelanggaran se ‘an penjara jumlah ~hukuman Scanned with CamScanner . yang terakibat itu. Hal. itu disel j kejahatan-kejahatan itu ti japan bulan”. Dalam bute none get Pada dan 138) dapat Kits baca ap sebabnya ta a 135 — 136 at. Dalam praktek menetapkar beratnya hepa itu dibu- jahatan-kejahatan enteng — lihatlah buku sa a atas ke. na 1, hal. 104-107 — maka bail, A 'ya Hukum pida- terusmenerus — lihatlah nomor 1 hal Perbuatan ; 8 dibawah ini — my, dalam: hal concursus realis telah jp ih; aupun sgdm-yang ditentulcas dain ae ihatan bahwa sistim. Pidana tidal’ memuaskan, Babeapa al aa SH seseotang yang melakukan beberapa kejahatan enteng yan; akibat terjumlah adalah merugikan yang rapa ratusan, bahkan, ribuan Rupiah, dij yang beratnya tidak seimbang dengan besarnya kerugian i babkan karena hukuman maksimal atas kejahatan enteng itu hanyalah 3 bulan penja- a, Jadi, dalam hal concursus realis Menurut ukuran untuk menetapkan beratnya hukuman yang telah saya’ kernuka- kan diatas tadi, maka maksimal dapat ditetapkan hukuman yang beratnya hanya (3 + 1/3 x 3 =) 4 bulan penjara, dan sudah tentu hukuman yang beratnya begini saja dirasa tidak seimbang dengan akibat terjumlah+ kerugian, misalnya, Rp 10.000,—. Oleh sebab itu pembuat undang-undang pida- - na merasa perlu mengadakan perubahan, yang pada tahun 1931 terjelma dalam pasal 70, bis KUHPidana tersebyt di- alas ini, i Akhimya, perlu.diperhatikan pasal Ue ah di- ‘alu terjadi hal peristiwa-peristiwa pidana gall dalam gabungan, baik dalam vruatan feruedme alam Concursus realis maupun dalam peta Dapatlah ° teyagy “dili serentak pada satu saat iad terlbih dabulu adi hal Peristiwa pidana yang satu diad ata bahwa day py * didepan hakim terny tees pemeriksaan di epane dilakukan dalam Petisting id dang diadili itu in, Berhu- bun vant Yang 2 ‘sti idana yang Jain. dana Pinger Cengan satu peristivach asa 71, KUHPi lengan kenyataan ini maka P 191 Scanned with CamScanner nenentukan bahwa ne ten _ rs reer seta Pida. dilakukan dalam gabungan:, ciact Pada wakty, aa Reis yang tidak sama (,,ongelijktijdige berechting») viuran-ultivan untuk menetapkan beratnya hukuman dala hal gabungan yang tercantum dalam pasal-pasal 63-66 dan 70 KUHPidana itu tetap berlaku. Oleh JONKERS (ha, 139) dikemukakan bahwa tidak adillah untuk tidak mem. beri kesempatan bagi seorang terdakwa untuk menikmati pula keringanan yang-dapat diperoleh dari ukuran-ukuran untuk menetapkan beratnya hukuman berhubung dengan gabungan itu, dalam hal terdakwa tersebut telah melakukan beberapa peristiwa-peristiwa pidana dalam gabungan dan pe- ristiwa-peristiwa pidana itu tidak diperiksa hakim-pada satu waktu yang sama, apalagi bilamana tidak diperiksanya peris- tiwa-peristiwa pidana itu pada satu waktu yang sama bukan- lah disebabkan kelalaiannya. Disamping itu, baik JONKERS maupun VOS (hal. 315) mengemukakan bahwa, andaikata pasal 71 KUHPidana itu tidak ada, maka Penuntut Umum dapat “menghindari mengikatnya ketentuan-ketentuan me ~ ngenai gabungan yang telah dimuat dalam KUHPidana de- puitine pean (splitsen) perkara, yaitu dengan menuntut Alhimya, VOS ( Pidana yang bersangkutan satu persatt KUHPidan; bed as ~ 315) menegaskan bahwa pasal TL — . apat dijalankan d. risti- Wa-peristiwa pidana yang bersan, alam hal semua pe putas bakin yang petaiha ditetaplan’ ee apie rest rjadi sé alum ke Scanned with CamScanner

You might also like