Professional Documents
Culture Documents
Makalah Kepemimpinan Erni-Dikonversi
Makalah Kepemimpinan Erni-Dikonversi
Disusun oleh:
Erni Maharanti barus (5212151001)
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada bagindakita Nabi Muhammad
SAW. Yang membawa ajarannya dari zaman Zahiliyah sampai zaman terang benderang seperti
ini.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Makalah ini masih jauh dari sempurna,
karena status saya yang masih dalam tahap belajar, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
Judul
Kata Pengantar.............................................................................................................................................. 2
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................ 11
Daftar Pustaka............................................................................................................................................. 12
Bab I “Pendahuluan”
1.1 Latar Belakang
Bangsa Indonesia memiliki berbagai macam suku bangsa dan budaya yang berbeda-beda.
Disini akan membahas tentang suku karo. Suku Karo adalah suku yang mendiami dataran tinggi
Sumatera Utara tepatnya berada di Kabupaten Karo. Suku Karo memiliki sapaan khas yaitu
“Mejuah-Juah” yang secara harafiah diartikan sebagai ucapan damai sejahtera, ucapan sehat-
sehat bagi masyarakat Karo yang bertemu. Pada umumnya masyarakat Karo yang berada di
Tanah Karo masih memegang erat adat dan budaya yang mereka yakini memberi kekuatan
didalam melanjutkan kehidupannya.
Adat dan budaya itu kemudian mengintegrasikan masyarakat Karo kepada suatu
hubungan kekeluargaan yang sangat baik. Adat dan budaya Karo kemudian membuat masyarakat
Karo menyadari pentingnya menjaga kerukunan dan keharmonisan antar masyarakat suku Karo.
Adat dan Budaya itu terintegrasikan ke dalam suatu Sistem kekerabatan orang Karo yang sering
dikenal dengan sebutan Rakut Si Telu secara harafiah arti Rakut= ikat Si= yang dan Telu= tiga
artinya ikatan yang tiga. Rakut Si Telu ini meliputi: Kalimbubu, Pihak pemberi dara atau yang
sering disebut sebagai allah yang kelihatan, kalimbubu adalah orang yang sangat dihormati dan
bisa dikatakan sebagai pemberi berkat. Kalimbubu berkewajiban memberikan nasihat ataupun
saran-saran kepada orang Karo atau kerabat terdekatnya. Sebagai orang yang dihormati,
kalimbubu memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar di dalam sistem kekerabatan orang
Karo, hal itu terlihat ketika pesta-pesta adat yang sedang berlangsung. Mereka harus dihormati
secara adat maupun secara kehidupan keseharian masyarakat Karo. Kalimbubu biasanya
dipanggil dengan sebutan Mama (Paman).
Suku Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau adat yang dikenal dengan nama merga
silima, tutur siwaluh, dan rakut sitelu. Merga disebut untuk laki-laki, sedangkan
untuk perempuan disebut beru. Merga atau beru ini disandang di belakang nama
seseorang. Merga dalam masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok utama (marga inti/pokok),
yang disebut dengan merga silima.
o Nganting Manuk
Dalam tahapan ini, para pelaksana pernikahan akan membicarakan tentang hutang adat pada
pesta pernikahan dan merencanakan hari yang baik untuk melangsungkan pernikahan. Namun,
hari pernikahan tidak boleh lebih 1 bulan sesudah melaksanakan tahapan ini.
o Kerja Adat
Tahap ini adalah pelaksanaan pernikahan adat kedua mempelai. Pelaksanaan tahap ini biasanya
dilakukan selama seharian penuh di kampung pihak perempuan. Dalam tahap ini, para mempelai
diwajibkan untuk landek (menari).
o Persadan Tendi
Pelaksanaan tahapan ini dilakukan pada saat makan malam sesudah kerja adat bagi para
mempelai. Dalam pelaksaan tahap ini, para anak beru telah menyiapkan makanan bagi kedua
pengantin. Tujuannya adalah memberi semangat baru bagi kedua mempelai.
o Ngulihi Tudung
Ngulih tudung dilaksanakan setelah 2-4 hari setelah hari kerja adat berlalu. Orang tua pihak laki-
laki kembali datang ke rumah orang tua pihak perempuan. Orang tua pihak laki-laki datang
membawa lauk-pauk berisi ikan dan ayam.
o Ertaktak
Pelaksanaan tahap ini dilakukan di rumah pihak kalimbubu (pihak perempuan) pada waktu yang
sudah ditentukan. Tahap ini biasanya seminggu setelah kerja adat. Pada tahap ini, dibicarakanlah
uang keluar saat pergelaraan kerja adat dilaksanakan.
Upacara pernikahan Adat Karo adalah upacara adat yang dihadiri oleh kerabat
pihakkedua mempelai pengantin dan kerabat yang mempunyai kedudukan sebagai Anak
Beru,Senina,dan Kalimbubu (Rakut Sitelu). Upacara Adat dalam ngembah belo
selambarbiasanya didahului oleh makan bersama kemudian dilanjutkan dengan acara
Runggu(musyawarah) untuk menentukan berjalannya pesta peradatan pada hari H
pestaperkawinan. Penyampaian kata nasihat yang disampaikan oleh pihak Kalimbubu
(PemberiDara) dengan Senina (Semarga), dan Anak Beru (Penerima Dara) mempunyai
perbedaankedudukan dalam posisi menjalankan adat pada pesta perkawinan. Penelitian ini
bertujuanmendeskripsikan bentuk teks nasihat (Pedah-pedah) dalam acara pesta
pernikahan adatkaro yang disampaikan para tokoh Anak Beru, Senina, dan Kalimbubu
(Rakut Sitelu).Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif kualitatifdengan pendekatan analisi isi, dan akan dibuat deskripsi yang
sistematis dan akuratmengenai data yang dikumpulkan dengan teknik observasi,
wawancara. Data yang terkumpul dianalisis dengan terlebih dahulu semua teks nasihat
perkawinan tersebutditranskripsikan bercetak miring berspasi tunggal dan diterjemahkan ke
dalam bahasaIndonesia dalam tanda kutip tunggal; selanjutnya teks tersebut dideskripsikan dan
dianalisisberdasarkan tafsiran yang sesuai diverifikasi kepada informan berstatus ahli adat
Karo.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesantunan berbahasa pada pernikahan adat
Karoberbeda dengan tindak tutur kesantunan berbahasa yang digunakan masing-
masingparatokoh (Rakut Sitelu): kalimbubu berkesantunan berbahasa: memberkati/
mengesahkan/menyetujui/ menyayangi; (2) senina berkesantunan berbahasa menyetujui/
mengesahkan/menyayangi; (3) anak beru yaitu berkesantunan berbahasa memuji/
memohon/ menyetujui/melaporkan/ menyayangi.
2.2 Tutur Siwaluh
Dalam pelaksanaan upacara adat, Tutur Siwaluh ini masih dapat dibagi lagi dalam kelompok-
kelompok lebih khusus sesuai dengan keperluan dalam pelaksanaan upacara yang dilaksanakan,
yaitu sebagai berikut :
Hal yang pertama yang dilakukan pada saat orang meninggal, di dalam Suku Karo adalah
seseorang yang meninggal atau mati tadi harus dimandikan atau dibersihkan terlebih dahulu,
setelah itu orang yang meninggal tadi dipakaikan baju yang rapi dan baik baginya, di kening dan
kedua pipi orang yang meninggal tadi diberi dua garis yang sejajar, bibirnya diolesi dengan
campuran sirih, kapur dan gambir, yang terakhir pada jempol kaki orang meninggal tersebut
diikat atau disebut juga dengan Kalaki. Tetapi, terkadang di dalam peti seorang yang meninggal
itu diletakan beberapa barang-barang yang sangat berharga dan penting di saat orang itu masih
hidup, contohnya dimasukan kain, obat-obatan, sandal ataupun sebagainya.
Setelah orang yang meninggal tersebut dipakaikan pakaian, dimandikan dan tata cara
pertama tadi diselesaikan. Barulah dipanggil seluruh Sangkep Enggeluh, yang dimana terdiri
atas, isteri/suami, anak, kalimbubu, anak beru, anak beru menteri, sembuyak, senina, sepemberen
dan separibanan. Untuk melakukan suatu rapart, yang dimana rapart ini berfungsi untuk
mendiskusikan kapan orang meninggal ini dipestatakan, dimana dikubur, siapa saja yang
diundang dan apa yang harus diipotong sebagai lauk pada saat acara pestanya nanti, serta apakah
pestanya nanti rose atau tidak rose. Kemudian barulah anak beru dan anak beru menteri
menyiapkan untuk pesta bagi orang yang meninggal ini. Itulah beberapa yang pertama-tama
dilakukan bagi orang yang meninggal di Suku Karo, sebelum pesta adat kematian dijalankan.
Selain itu dalam suatu kematian di Karo, terdapat beberapa sebutan untuk orang yang
meninggal. Secara umum orang Karo membagikan kematian, adalah sebagai berikut:
·Cawer mertua
Adalah suatu sebutan untuk orang yang meninggal, yang dimana dalam hal ini orang yang
meninggal tersebut telah lanjut usia, yang dimana dia telah mempunyai cucu dan juga anak-
anaknya telah berkeluarga, dan satu lagi pihak kalimbubu telah Ngembahken Nakan. Tapi
terkadang sebutan Cawer Mertu ini disebutkan kepada orang-orang yang meninggal dan dia telah
lanjut usia, serta telah bercucu.
·Tabah-Tabah Galoh
Adalah suatu sebutan untuk orang meninggal, yang dimana dalam hal ini orang tersebut telah
berkeluarga, tetapi dia belum lanjut usia.
·Mate Nguda
Adalah suatu sebutan untuk orang yang meninggal, yang dimana dalam hal ini orang yang telah
meninggal itu belum berkeluarga, atau bisa juga orang yang telah berkeluarga tetapi anak-
anaknya masih kecil-kecil semua.
Sebutan untuk orang yang meninggal, berdasarkan penyebab atau keadaan kematiaanya,
adalah sebagai berikut:
Adalah suatu sebutan untuk orang yang meninggal karena disebabkan saat dia meninggal waktu
dia belum lahir, dan roh dari yang meninggal inilah yang disebut dengan Batara Guru.
Adalah suatu sebutan untuk orang yang meninggal karena saat seorang lahir belum cukup atau
seorang yang meninggal karena lahir prematur, dan jenis kelaminya belum diketahui.
Adalah sebutan untuk orang yang meninggal sesaat dia telah lahir, dan roh yang berasal dari
orang yang meninggal ini disebut dengan Bicara Guru.
Adalah sebutan untuk orang yang meninggal, yang dimana saat seseorang yang meninggal
tersebut belum mempunyai gigi atau dengan kata lain giginya belum tumbuh. Dan pada saat akan
menguburkan, anak yang meninggal dalam keadaan ini harus dikuburkan diam-diam, karena
ditakutkan jasatnya akan diambil orang.
·Mati anak-anak telah bergigi ( Enggo Ripen)
Adalah sebutan untuk orang yang telah meninggal, yang dimana orang telah meninggal itu telah
mempunyai gigi atau giginya telah tumbuh.
Adalah sebutan untuk orang yang telah meninggal, yang dimana orang meninggal tersebut masih
perjaka atau gadis dan orang tersebut belum menikah. Dalam hal ini, orang yang mengalami mati
singuda-nguda apabila dia laki-laki, maka pada saat pesta anak beru akan memasukan seruas
bambu ke dalam kemaluannya, atau tongkol jagung apabila dia perempuan. Hal ini disebabkan
agar saat seorang perjaka atau gadis itu meninggal dia telah dapat dikatakan telah menikah dan
hutang dan kewajiban anak beru itu telah selesai.
·Sirang Ture
Adalah sebutaan untuk orang yang meninggal, yang dimana orang yang meninggal tersebut
disebabkan karena dia meninggal saat dia akan melahirkan anaknya. Pada zaman dulu,
penguburan orang yang meninggal karena akan melahirkan dilakukan dengan cara dibakar, dan
abunya dihanyutkan melalui sungai.
·Mati Kayat-kayaten
Adalah suatu sebutan untuk orang yang meninggal karena disebabkan dia menderita penyakit.
Dan utang adata apabila orang yang meninggal ini adalah morah-morah kepada Kalimbubu,
Pung Kalimbubu dan juga Anak Beru.
Adalah suatu sebutan untuk orang yang meninggal karena disebabkan meninggal pada saat
pertemputan, bencana alam ataupun kecelakaan, seseorang yang meninggal Mate Sada Wari
akan dibuatkan kuburan yang sendiri, dan terpisah dari penguburan umum.
Bab III “Penutupan”
3.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai multikultur, tak dapat dipungkiri di
Negara ini banyak sekali suku-sukunya,contohnya saja Suku Jawa, Batak, Toraja dan Karo.
Yang dimana disetiap suku-suku ini mempunyai banyal sekali budaya-budayanya terutama
mengenai upacara adat, baik itu upacara kematian maupun upacara lainnya. Namun didalam
unsur-unsur yang mempengaruhi di dalamsuatu upacara adat itu pun berbeda-beda. Contohnya
saja, dalam Suku Karo, terdapat beberapa unsur dalam suatu upacara adat, misalnya didalam
suatu upacara kematian, orang karo memiliki nama atau sebutan sendiri untuk suatu kematian.
Dan pada acara pernikahan karo memiliki struktur yang berbeda beda menurut adat adat yang di
anut nya ataupun agamanya.
Daftar Pustaka
https://jurnal.unimed.ac.id
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15966/1/T2_752016040_BAB%20I.pdf
https://www.neliti.com/id/publications/289290/analisis-kata-nasihat-dalam-acara-pesta-pernikahan-
adat-karo-kedalam-bahasa-indo