You are on page 1of 13

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Dasar yang berjudul “Netralisasi


Asam Basa” disusun oleh:
Anggota Kelompok/NIM : 1. Ahmad Wahyu Hidayat / 220105501008
2. Radiah Arfah / 220105500006
3. Siti Nur Azizah / 220105502010
4. ST. Rahayu R / 220105500018
5. Ulil Asmi M / 220105501026
Kelompok : 3 (Tiga)
Kelas : Pendidikan Kimia B
telah diperiksa dan dikonsultasikan dengan Asisten dan Koordinator Asisten
maka laporan ini dinyatakan diterima.

Makassar, November 2022


Kordinator Asisten, Asisten,

Wahyudi Rahmat ST. Sufia Afdalia H


NIM. 1913041022 NIM. 1913142008

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dra.Hj. Sumiati Side, M.Si


NIP. 196109231985 03 2002

1
A. JUDUL PERCOBAAN
Netralisasi Asam Basa.

B. TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan titrasi asam basa dengan menggunakan indicator.

C. LANDASAN TEORI
Asam bereaksi dengan basa, maka akan terbentuk garam dan air.
Reaksi ini disebut netralisasi
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(ℓ)
(asam) (basa) (garam) (air)
Sengat atau racun dari banyak tumbuhan dan binatang mengandung asam
atau basa. Jadi, diduga bahwa hal hal tersebut dapat ditangani dengan
netralisasi. Salah satu terapi gangguan pencernaan dan refluks gastro-
esofagel adalah netralisasi asam dengan tablet yang mengandung suatu basa
(antasida) (james, dkk. 2018: 42).
Suatu asam adalah senyawa yang bila diarutkan dalam air akan
meningkatkan konsentrasi ion hidrogen (H) diatas nilainya dalam air murni.
Suatu basa meningkatkan konsentrasi ion hidroksida (OH). Definisi definisi
ini diperkenalkan pada abad yang ke-19, telah umum dianggap untuk
mengkamodasi lebih banyak bagi kelas senyawa yang secara kimia mirip
dengan asam dan basa yang sudah dikenal. Bagian ini memperkenalkan
definisi definisi modern menurut teori Bronsted dan Lowry serta menurut
lewis (Oxtobory dan David. 2001: 293).
Asam dan basa adalah sifat kimia zat yang sangat penting untuk
diketahui. Sifat kimia asam dan basa sangat berkaitan dengan lingkungan
kimiawi sel tersebut. Ada tiga teori dasar mengenai asam dan basa, menurut
Arrhenius asam adalah zat yang apabila dilarutkan dalam air terionisasi
menghasilkan ion H+ dalam larutannya sebagaimana contoh senyawa di
bawah berikut ini:
HCl(aq) → H⁺(aq) + Cl⁻(aq)

2
CH3COOH(aq) ⇌ H⁺(aq) + CH3COOH⁻(aq)
Basa adalah zat yang apabila dilarutkan dalam air akan terionisasi
menghasilkan OH- (usman, dkk.2012: 12).
Menurut asam dan basa bronsted lowry definisi asam dan basa
yang lebih luas, yang akan berguna dalam perhitungan kuantitatif,
diperkenalkan secara terpisah oleh Johanes bronsted dan Thomas lowry pada
tahun 1923. Suatu asam bronsted lowry adalah didefinisikan sebagai suatu
zat yang dapat memberikan ion hidrogen. Sedangkan sebuah basa bronsted-
lowry adalah suatu zat yang dapat menerima ion hidrogen. Dalam suatu
reaksi asam basa bronsted-lowry, ion hidrogen dipindahkan dari asam ke
basa (Oxtobory dan David. 2001: 293).
Menurut Lewis asam adalah suatu spesies yang dapat menerima
pasangan elektron bebas (aksektor pasangan elektron) dalam suatu reaksi
kimia. Basa adalah suatu spesies yang dapat menimbulkan atau memberikan
pasangan elektron bebas atau donor pasangan elektron.
AlCl3 + : PCl3 → Cl3Al → PCl3
AlCl3 adalah asam karena dapat menerima pasangan elektron dari PCl3 dan
PCl3 adalah adalah basa karena dapat memberikan pasangan elektron
bebasnya (Usman, dkk.2012: 7).
Perbandingan antara definisi arrhenius bronsted lowry dan Lewis
reaksi netralisasi antara HCl dan NaOH:
HCl + NaOH → H2O + NaCl
Asam basa air garam
Menurut definisi arrhenius HCl adalah asam dan NaOH adalah basa menurut
definisi bronsted lowry H2O⁺ adalah asam dan OH⁻ adalah basa menurut
Lewis H⁺ adalah asam dan OH⁻ adalah basa karena Proton menerima
sepasang elektron bebas yang diberikan oleh 0H⁻ dalam reaksi
H⁺(aq) + OH⁻(aq) → H2O(ℓ) (Oxtobory dan David. 2001: 296).
Contohnya pada salah satu soal terdapat suatu pernyataan "air dapat
menjadi asam ataupun basa”, pernyataan tersebut umumnya dianggap benar
dalam pembelajaran asam basa. Air murni dalam keadaan standar harusnya

3
memiliki ph = 7 sehingga PH air tidak mungkin menjadi asam ataupun basa.
Seharusnya konsep tersebut disampaikan dengan mengaitkan teori bronsted
sehingga pernyataan seharusnya air dapat berperan sebagai partikel asam atau
sebagai donor Proton proton dan juga dapat berperan sebagai partikel basah
atau sebagai akseptor Proton (Hadhinungrahiningshi, dkk. 2018: 14).
Menurut Sari dan sepriyanto (2018:61), berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilaksanakan di laboratorium lanjut Fkip unsam mengenai analisis
kemampuan representasi kimia mahasiswa pada praktikum titrasi asam basa
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Profil kemampuan representasi kemahasiswa pada praktikum titrasi asam
basa untuk tingkat makroskopik mikroskopik dan simbolik menurut turut
turut sebesar 92% dengan kategori cukup dan 86% dengan kategori sangat
baik.
2. Dari ketiga indikator representasi kimia indikator mikroskopis memiliki
persentase lebih rendah dibandingkan dengan indikator lainnya hal ini
disebabkan masih sulit menerangkan fenomena na yang dapat diamati seperti
reaksi dari suatu larutan dengan menggunakan gambar molekul.
Kekuatan asam basa tergantung pada kemampuannya berionisasi
makin banyak yang terionisasi berarti makin kuat sifatnya. kekuatan basa
juga tergantung dari ukuran ion positif dan negatifnya serta besaran
muatannya, bila ion positifnya lebih bertambah besar dan muatannya lebih
kecil maka kecenderungannya mengadakan pemisahan antara ion positif dan
negatif besar. Basa dari logam alkali adalah basa kuat karena ukuran ion
positifnya besarnya dan muatannya kecil (Usman, dkk. 2010: 7).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
NO Nama Alat Jumlah Fungsi dalam percobaan
1 Pipet ukur 10 ml 1 buah Untuk memindahkan cairan
kedalam wadah dengan berbagai
ukuran
2 Gelas kimia 3 buah Untuk menjadi wadah dari

4
bahan kimia cair
3 Corong biasa 1 buah Alat bantu memasukkan cairam
kewadah
4 Buret 1 buah Untuk meneteskan sejumlah
reagen cair dalam eksprimen
yang tentunya memerlukan
presisi, seperti eksprimen titrasi
5 Statif dan Klem 1 buah Statif berfungsi untuk
meletakkan klem. Klem
berfungsi untuk menjepit buret
saat hendak melakukan titrasi
6 Botol semprot 1 buah Untuk menyimpan aquades dan
digunakan untuk membilas
bahan bahan yang tidak larut
dalam air
7 PH meter 1 buh Untuk mengukur pH larutan
2. Bahan
No Nama Bahan Rumus kimia Jumlah (ml/mg)

1 Asam Klorida 0,1 M HCl 30 ml


2 Natrum Hidroksida 0,2 M NaOH 21 ml
3 Indikator phenolftalein C20H1404 9 ml
4 Aquades H2O -

E. PROSEDUR KERJA
1. Diisi buret dengan larutan NaOH 0.2 M.
2. Dengan menggunakan pipet ukur 10 mL, dimasukkan 10 mL larutan HCl
0.1 M ke dalam gelas kimia.
3. Diukur pH larutan dengan menggunakan pH meter, ditambahkan 3 tetes
indikator phenolftalein.
4. Dicatat keadaan awal (skala) dalam buret, diteteskan 1 mL larutan NaOH
0.2 M dari buret kedalam larutan HCl dengan hati-hati.
5. Diukur pH larutan menggunakan pH meter.
6. Dilanjutkan titrasi sampai terjadi perubahan dari tidak berwarna menjadi
merah muda, diukur pH larutan.
7. Dicatat keadaan akhir buret dan volume NaOH yang dipakai.
8. Ditambahkan lagi 1 mL larutan NaOH dari buret dan diukur pH larutan
9. Diulangi titrasi paling sedikit dua kali.

5
F. HASIL PENGAMATAN

Titrasi (pH)
Perlakuan
I II
Sebelum penambahan NaOH 1 1
Setelah penambahan NaOH 1 1
Setelah mencapai titik ekuivalen 13 13
Setelah melewati titik ekuivalen 13 11

Percobaan Titran 1 Titran ll Titran lll


Buret
NaOH awal 0 7,0 15
NaOH Akhir 6,0 14 21
Volume NaOH 6.,0 7 6

G. ANALISIS DATA
1. Menghitung pH larutan sebelum penambahan NaOH 0,2 M kedalam 10
ml HCl saat mencapai titik ekuivalen.
a. pH larutan sebelum penambahan NaOH
Diketahui : MHCl = 0,1 M
Ditanyakan : pH …?
Penyelesaian : HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq)
(Asam Klorida) (Hidrogen) (klorida)
[H+] = M×a
= 0,1 M × 1
= 0,1 M atau 10-1 M
pH = - log [H+]
= - log 10-1
=1

b. pH larutan setelah penambahan 1mL NaOH 0,2M


Diketahui:
MNaOH = 0,2 M
VNaOH = 1 mL

6
VHCl = 10 mL
MHCl = 0,1 M
Ditanyakan : pH… ?
Penyelesaian:
MNaOH = 0,2 M → 0,2 mmol/mL
MHCl = 0,1 M → 0,1 mmol/mL
mol HCl = MHCl × VHCl
= 0,1 mmol/ml × 10 mL
= 1 mmol
mol NaOH = MNaOH x VNaOH
= 0,2 mmol/mL x 1 mL
= 0,2 mmol
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
(Asam Klorida) (Natrium Hidroksida) (Natrium Klorida) (air)
n mula-mula= 1 mmol 0,1 mmol - -
n reaksi = 0,2 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol
n sisa = 0,8 mmol - 0,2 mmol 0,2 mmol
n sisa
[HCl] =
v total
0,8 mmol
=
11 mL

= 0,0727 mmol/mL
[H+] = 727 x 10-2 mmol/mL
pH = -log [H+]
= -log [727 x 10-4]
= 4 - log 727
= 1,14
c. pH larutan saat mencapai titik ekuivalen
Diketahui:
MHCl = 0,1 M = 0,1 mmol/Ml
MNaOH = 0,2 M = 0,2 mmol/mL
VHCl = 10 mL

7
VNaOH = 11,1 mL
Ditanyakan : pH . . . . . ?
Penyelesaian:
n HCl =M×V
= 0,1 mmol/mL x 10 mL
= 1 mmol
n NaOH =M×V
= 0,2 mmol/mL x 0,005 l
= 0,001 mol
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
(Asam Klorida) (Natrium Hidroksida) (Natrium Klorida) (air)
n mula-mula = 0,001 mmol 0,001 mmol - -
n reaksi = 0,001 mmol 0,001 mmol 0,001 mmol 0,001 mol
n sisa = - - 0,001 mol 0,001 mol
0,001 𝑚𝑜𝑙
M NaOH sisa= (0,01+0,0111)𝐿
0,001 𝑚𝑜𝑙
=
0,015 𝐿

= 0,058 M
= 6 x 10-2 M
pOH = - log [𝑂𝐻 − ]
= - log 6 x 10-2
= 2 – log 6
= 2 – 0,77
= 1,23
Maka pH = 14 – p⁺H
= 14 – 1,23
= 12,77
d. pH saat melewati titik ekuivalen
Diketahui:
MNaOH = 0,2 M = 0,2 mmol/mL
VNaOH = 12,1 mL

8
MHCl = 0,1 M = 0,1 mmol/mL
VHCl = 10 mL
Ditanyakan : pH…?
Penyelesaian:
n HCl = M×V
= 0,1 mol/L x 0,01 l
= 0,001 mol
n NaOH = M.V
= 0,2 mol/l x 0,006 l
= 0,0012 mol
HCl (aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
(asam klorida) (Natrium Hidroksida) (garam) (air)

n mula-mula = 0,001 mol 0,0012 mol - -


n reaksi = 0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol
n sisa = - 0,0002 mol 0,001 mol 0,001 mol
0,0002𝑚𝑜𝑙
M NaOH sisa = (0,006+0,0)𝐿
= 0,0125 M
= 125 x 10⁻⁴
pOH = - log [𝑂𝐻 − ]
= - log 125 x 10-4
= 4– log 125
= 4 – 2,09
= 1,91
Maka pH = 14 – pOH
= 14 – 1,91
= 12,09
H. GRAFIK
1. Kurva titrasi 1(Teori)
Volume sebelum penambahan NaOH = 0 mL, pH = 1
Volume setelah penambahan 1 ml NaOH = 1 ml, pH = 1
Volume saat mencapai titik akhir titrasi = 10 ml, pH = 7

9
Volume setelah melewati titik akhir titrasi = 11, pH = 12,09

Titrasi I
15

pH larutan
10
5 pH
0
volume
1 2 3 4
Volume NaOH

Gambar Titrasi Teori

2. Kurva titrasi (Praktikum)


Volume sebelum penambahan NaOH = 0 mL, pH = 1
Volume setelah penambahan 1 ml NaOH = 1 ml, pH = 1
Volume saat mencapai titik akhir titrasi = 5 ml, pH = 13
Volume setelah melewati titik akhir titrasi = 6 ml, pH = 13

15
pH Larutan

10

5
pH Larutan
0
Volume NaOH
1 2 3 4
Larutan NaOH

Gambar Titrasi Percobaan

I. PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini telah dilakukan titrasi asam basa dengan
menggunakan indikator. Indikator yang digunakan ada dua, yakni indikator
universal yang memiliki rentang 1-14 dan indikator phenolftalein Bahan yang
digunakan ialah larutan HCl (Asam klorida) 0,1 M berfungsi sebagai titrat/
bahan yang akan dititrasi, larutan NaOH (Natrium hidroksida) 0,2 M yang

10
berfungsi sebagai titran. pada titik ekivalen jumlah asam yang dititrasi dengan
jumlah basa yang dipakai untuk menentukan titik ekivalen ini biasanya dipakai
suatu indikator asam basa yaitu suatu zat yang perubahan warnanya tergantung
pada pH larutan.
Indikator pada titrasi asam basa adalah asam atau basa organik lemah
yang mampu berada dalam dua macam bentuk warna yang berbeda, warna
dalam bentuk ion dan warna dalam bentuk molekul sehingga dapat saling
berubah warna dari satu bentuk ke bentuk lain pada konsentrasi H⁺ atau PH
tertentu. indikator fenoftalein dengan trayek PH 8,0 - 10 dimana warna asam
adalah tidak berwarna berubah menjadi merah (Andraini. 2013: 116).
Percobaan kali ini menggunakan larutan NaOH natrium hidroksida yang
bersifat basa kuat dan larutan HCl atau asam klorida yang bersifat asam kuat
untuk di netralisasi dengan cara titrasi asam basa titrasi dilakukan sebanyak 3
kali agar mendapatkan hasil yang akurat. Hal pertama yang dilakukan mengisi
Buret dengan larutan NaOH atau natrium hidroksida 0,2 M hingga mencapai
skala 0. Kemudian dimasukkan larutan HCl 0,1 m ke dalam gelas kimia
menggunakan pipet ukur pH larutannya diukur menggunakan pH meter. pada
titrasi 1 2 dan 3 adalah 1. Hal ini karena hasil atau asam klorida merupakan
asam kuat sehingga memiliki ph yang sangat rendah yaitu sebesar 1. Setelah itu
larutan HCl ditetesi indikator phenolftalein yang berfungsi sebagai indikator
untuk titrasi asam basa setelah ditetesi larutan tidak berubah warna
Dan selanjutnya yaitu menambahkan larutan NaOH natrium hidroksida
0,2 M ke dalam gelas kimia ternyata larutan HCl 0,1 M masih belum berubah
warna dan pH larutan menjadi 2 pada ketiga titrasi tersebut. Selanjutnya yaitu,
melakukan tiga kali titrasi yang ketika larutan HCl masih dicampurkan dengan
larutan NaOH berturut-turut. Pada tahap inilah tercapai titik-titik ekuivalen di
mana terjadi perubahan warna dari tak berwarna menjadi merah muda dengan
pH 13 di titrasi I,II,III
Secara teoritas hal ini tidak sesuai teori yaitu keadaan dengan jumlah
asam sama dengan basa disebut tidak ekivalen pH larutan mengalami

11
perubahan selama literasi dan titrasi diakhiri pada saat pH titik Ekivalen yang
telah tercapai dan pH pada saat titik-titik.

J. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa proses titrasi yang kami
lakukan tidak sesuai dengan teori, hal ini disebabkan oleh kelalaian praktikan
dalam menitrasi Secara teori, proses titrasi akan terjadi apabila larutan HCl
dengan NaOH terionisasi secara sempurna, dengan titik ekuivalen pada pH 7
dan harus ditambahkan indikator phenolftalein agar dapat diketahui apakah
larutan tersebut telah mencapai titik ekuivalen atau belum. Apabila telah
ditambahkan indikator phenolftalein, titik ekuivalen ditandai dengan
berubahnya larutan menjadi merah muda. pH larutan diukur menggunakan pH
meter. Pada percobaan ini pengukuran pH dilakukan sebanyak 4 kali yaitu
sebelum titrasi, setelah titrasi 1 mL larutan NaOH 0,2 M, saat mencapai titik
ekuivalen dan setelah melewati titik ekuivalen. pH larutan meningkat seiring
dengan semakin banyak larutan NaOH yang digunakan dan pH larutan yang
didapatkan 13 di titrasi I,II,III

K. SARAN
Praktikan
Untuk praktikum selanjutnya harus lebih teliti dalam meneteskan NaOH
kedalam larutan HCl, memperhatikan volume buret dan mengukur pH larutan
dengan cermat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hadhinugrahaningsih, dkk. 2018. Analisis laboratory jargon dan miskonsepsi.


Jurnal Pendidikan sains Indonesia Vol. 06, No.1

James, dkk. 2018. Prinsip – prinsip sains untuk keperawatan. Jakarta : Erlangga

Oxtobory dan David w. 2001. Prinsip prinsip Kimia Modern Edisi keempat jilid
1. Jakarta : Erlangga

Sari dan seprianto, 2018. Analisi kemampuan multiple representasi mahasiswa


FKIP Kimia universitas samudra semester 2 pada materi asam basa dan
titrasi asam basa . Jurnal pendidikan sains Indonesia

Usman, dkk .2012 . Kimia dasar tim kimia dosen universitas Hasanuddin

13

You might also like