You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sampah adalah bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar,perkantoran, rumah,
penginapan, hotel, rumah makan, industri, sekolah atau aktivitas manusia lainnya. Sampah
merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai.Sampah juga
merupakan bagian terintim dari diri manusia yang hingga saat ini masalahnya selalu menarik
untuk dibicarakan tetapi menakutkan untuk dijamah. Berawal dari keberadaan sampah tersebut
maka estetika akan berkurang nilainya jika sampah dibiarkan ada dimana-mana.Dengan
pertambahan jumlah penduduk , maka jumlah sampah juga akan semakin bertambah.

Kesadaran masyarakat tentang hidup bersih dan teratur perlu terus di tumbuhkan, salah satunya
dilingkungan Sekolah .Kelimpahan bahan baku sampah daun dan sisa makanan dilingkungan
sekolah mengaharuskan kita sebagai generasi muda untuk mengolahnya menjadi sesuatu yang
bermanfaat dan bernilai guna.Sampah organic tersebut dapat diolah menjadi kompos ,yang
ternyata berhubungan dengan proyek rekayasa dan teknologi.jika sampah tidak diolah makan
akan semakin menumpuk dan mencemari lingkungan. Sampah organik yang masih mentah,
apabila diberikan secara langsung kedalam tanah, justru akan berdampak menurunkan
ketersediaan hara tanah,disebabkan sampah organik langsung akan disantap oleh mikroba.
Populasi mikroba yang tinggi, justru akan memerlukan hara untuk tumbuh dan berkembang, dan
hara tadi diambil dari tanah yang digunakan oleh tanaman, sehingga mikroba dan tanaman saling
bersaing merebutkan hara yang ada.

Alam memiliki andil besar dalam pengolahan sampah secara otomatis terutama sampah
organik. Akan tetapi kerja keras alam dalam pengolahan sampah secara natural sangat tidak
berimbang dibanding dengan banyaknya sampah yang diproduksi. Selain itu sampah tidak selalu
harus dibuang karena dengan sedikit kreatifitas dan kerja keras manusia, sampah yang tidak
layak pakai dapat berubah menjadi barang kaya manfaat. Beragam jenis sampah, terutama
sampah organic dapat dengan mudah dan sederhana diaplikasikan menjadi bahan olahan. Salah
satu olahan dari sampah adalah Kompos ,dalam pembuatan kompos ini kreativitas manusia
sangat diperlukan ,dalam proses pengolahan nya kita membutuhkan Molase atau larutan EM4
yang sudah aktif.

Adapun fungsi kompos ini adalah untuk memperbaiki struktur tanah dan membantu tumbuh
kembang tanaman,sehingga kompos sangat berdampak baik bagi tanaman dibandingkan dengan
mikroba.Tidak hanya itu pada saat ini kebutuhan pupuk kompos cukup banyak dikalangan
masyarakat baik di Sekolah atau pun warga,karena pada dasar nya pupuk kompos memiliki
keuntungan cukup besar yaitu tergolong lebih murah bukan hanya itu manfaat dari pupuk
kompos ini juga lebih baik dari pupuk kimia yang tidak ramah lingkungan.
B.Rumusan Masalah

1.Bagaimana proses pembuatan pupuk kompos?

2.apa saja manfaat yang di dapatkan dalam penggunaan pupuk kompos ?

3.Bagaimana pengaruh pupuk kompos terhadap tanaman?

4.apa kelebihan dan kekurangan pupuk kompos saat diaplikasikan ke Tanaman ?

C.Tujuan

1.Menghasilkan pupuk berkualitas yang mengandung zat Hara yang baik bagi tanaman

2.Mengurangi pencemaran Lingkungan di Sekolah

3.Menambah kreatifitas untuk berkarya melalui sampah Organik di Sekolah

4. Memperbaiki pH tanah.

D.Manfaat

1.Dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan Kompos

2.Dapat mengetahui manfaat – manfaat pada penggunaan kompos

3.Dapat mengetahui pengaruh kompos terhadap tanaman

4.Mengetahui kelebihan dan Kekurangan penggunaan pupuk Kompos


BAB 2 PEMBAHASAN
KAJIAN TEORIS

A. KAJIAN PUSTAKA

Kompos adalah sebuah pupuk organik yang ditemukan oleh Ayub S. Pratama (1960). Kompos
merupakan modifikasi tanah hasil dari penguraian campuran bahan-bahan organik. Kompos
bermanfaat untuk memperbaikin struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik
pada tanah. Aktifitas Microb tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan
penambahan kompos. Microb membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah.

Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikrob
maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung
lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan
teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang,
maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan
pada proses penguraian bahan organik yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan
sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien.

Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi
permasalahan limbah organik, seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota besar,
limbah organik industri, serta limbah pertanian dan perkebunan.
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan
atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar antara
lain: PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green
Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism) atau
menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki
keunggulan sendiri-sendiri.

Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk
dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan
dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan
pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara
dalam mendegradasi bahan organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan
tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki
sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos
yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan
kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan,
sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media
tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Bahan baku pengomposan adalah semua material yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti
kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian. Berikut
disajikan bahan-bahan yang umum dijadikan bahan baku pengomposan.

Penerapan bahan organik untuk pertanian mulai digunakan sekitar Zaman Batu. Bukti arkeologi
dari Kepulauan Inggris menunjukkan bahwa Skotlandia menggunakan kompos untuk pertanian
skala kecil sejak 12.000 tahun lalu.

Petani saat itu kemungkinan membajak dan menanam tumpukan kompos langsung di tempat
asal, bukan dengan memindahkan kompos ke dalam bidang khusus. Mereka mengubah
tumpukan kompos menjadi bidang-bidang dan menanam langsung di dalamnya.

Butuh 10.000 tahun sebelum seseorang akhirnya menulis tentang penggunaan kompos dari
Zaman Batu. Akkadians di Mesopotamia merupakan kerajaan pertama yang menerapkan
birokrasi fungsional. Kerajaan ini menyimpan catatan dengan mencorat-coret paku ke lempeng
tanah liat. Beberapa lempeng dari pemerintahan Raja Sargon sekitar 2300 SM, diyakini memuat
referensi tertulis terkait kompos era awal. Praktek ini tidak terbatas pada Mesopotamia saja,
petani Mediterania di Yunani dan Italia memiliki siklus limbah pertanian dari satu operasi
pertanian ke pertanian yang lain. Lalu, petani Cina secara teratur membuahi sawah mereka
dengan anaerob (tanpa oksigen), salah satu teknik pengomposan.

Orang-orang Barat baru menemukan metode pengomposan kuno di Afrika dan hutan hujan
Amazon. Di Amerika Utara, penduduk asli Amerika membungkus benih untuk melengkapi
ketersediaan hara.

A. PENELITIAN TERDAHULU

You might also like