You are on page 1of 40

PENGGUNAAN GEOSINTETIK

UNTUK PERKUATAN TIMBUNAN


DAN PENANGANAN TANAH
EKSPANSIF

Fahmi Aldiamar
fahmi.aldiamar@pu.go.id
APLIKASI GEOSINTETIK UNTUK
INFRASTRUKTUR Sumber : PT. GSI (2020)
PERKUATAN
TIMBUNAN DENGAN
GEOSINTETIK
EVALUASI KONDISI
GEOLOGI
REGIONAL

Potensi masalah
berupa :
Lereng galian rentan
mengalami erosi dan
longsor, badan jalan
mudah tererosi,
timbunan tidak stabil
EVALUASI KONDISI
MORFOLOGI
REGIONAL
Rencana jalan akan
melewati daerah
perbukitan dan dataran
endapan sungai
BIM JALAN KERJA
LINGKAR SEPAKU
BIM JALAN KERJA
LINGKAR SEPAKU
Galian dua sisi
hingga 12 m

Menggunakan
opsi underpass

Timbunan tinggi
Galian sisi kanan hingga 15 m
hingga 25m dan
timbunan sisi kiri
hingga 10m
Jalan Kerja lingkar Sepaku

Jalan Kerja lingkar Sepaku


KONSEP PENANGANAN TIMBUNAN DAN LERENG MENGGUNAKAN GEOSINTETIK
PENTINGNYA PENGETAHUAN ASPEK GEOTEKNIK
CONTOH KASUS PERKUATAN TIMBUNAN MENGGUNAKAN GEOSINTETIK
CROSS SECTION + TIANG BOR
TIMBUNAN STA.21+550

GEOSINTETIK YANG DIGUNAKAN TIPE PERKUATAN DENGAN KUAT TARIK 200KN/M DAN 300 KN/M
TINGGI TIMBUNAN ± 40 M
CONTOH KASUS KETIDAKSTABILAN BADAN JALAN YANG DIPERKUAT DENGAN GEOSINTETIK

Posisi retakan

Posisi sungai Perkiraan bidang


longsor

Pemetaan posisi retakan

Erosi dan longsoran


pada tebing sungai Perkiraan area longsoran dan arah pergerakan
mengurangi
tekanan pasif kaki
timbunan jalan
CONTOH KASUS KETIDAKSTABILAN BADAN JALAN YANG DIPERKUAT DENGAN GEOSINTETIK

Perkiraan bidang longsor

Longsoran lokal yang


mengakibatkan perlemahan
pada kaki timbunan

Diperkirakan longsoran lokal pada tebing sungai


memicu perlemahan pada kaki timbunan dan
memicu ketidakstabilan timbunan jalan
ANALISA BALIK UNTUK EVALUASI STABILITAS TIMBUNAN
EVALUASI 1 – PARAMETER TANAH SESUAI DESAIN EVALUASI 2 – TEKANAN PASIF BERKURANG → REDUKSI KUAT GESER

Tanah Timbunan Tanah Timbunan


Ƴ = 16 kN/m³ Ƴ = 16 kN/m³
c = 15 kN/m² c = 15 kN/m²
ɸ = 25° Geotextile ɸ = 25° Geotextile
Tult = 200kN/m Tult = 200kN/m

Geotextile Geotextile
Tult = 300kN/m Tult = 300kN/m

1
1 2 5
2 6
1. LempungLanauan, Firm 3. TufaPasiran, VeryStiff 3
Ƴ = 16 kN/m³ Ƴ = 17 kN/m³ 3
1. LempungLanauan, Firm 3. TufaPasiran, VeryStiff
c = 20 kN/m² c = 50 kN/m² Ƴ = 16 kN/m³ Ƴ = 17 kN/m³ 4
ɸ = 25° ɸ = 30° 4 c = 20 kN/m² c = 50 kN/m²
ɸ = 25° ɸ = 30°
2. Lempung, Stiff 4. BatuLempung, Hard
Ƴ = 16 kN/m³ Ƴ = 20 kN/m³ 2. Lempung, Stiff 4. BatuLempung, Hard 5. LempungLanauan, Firm 6. Lempung, Stiff
c = 30 kN/m² c = 60 kN/m² Ƴ = 16 kN/m³ Ƴ = 20 kN/m³ Ƴ = 11 kN/m³ Ƴ = 11 kN/m³
ɸ = 27° ɸ = 32° c = 30 kN/m² c = 60 kN/m² c = 8 kN/m² c = 10 kN/m²
ɸ = 27° ɸ = 32° ɸ = 16° ɸ = 18°

FK = 1,37 FK = 1,18
ANALISA BALIK UNTUK EVALUASI STABILITAS TIMBUNAN
EVALUASI 3 – TEKANAN PASIF BERKURANG, KUAT TARIK GEOTEXTILE BERKURANG EVALUASI 4 – TEKANAN PASIF BERKURANG, GEOTEXTILE NON AKTIF
Tanah Timbunan Tanah Timbunan
Ƴ = 16 kN/m³ Ƴ = 16 kN/m³
c = 15 kN/m² c = 15 kN/m²
ɸ = 25° ɸ = 25°
Geotextile
Tult = 50kN/m

1
1 2 5
5 6
2
6 3
1. LempungLanauan, Firm 3. TufaPasiran, VeryStiff 3 1. LempungLanauan, Firm 3. TufaPasiran, VeryStiff
Ƴ = 16 kN/m³ Ƴ = 16 kN/m³ Ƴ = 17 kN/m³
Ƴ = 17 kN/m³ 4
c = 20 kN/m² c = 20 kN/m² c = 50 kN/m²
c = 50 kN/m² 4 ɸ = 25° ɸ = 30°
ɸ = 25° ɸ = 30°
5. LempungLanauan, Firm 6. Lempung, Stiff 2. Lempung, Stiff 4. BatuLempung, Hard 5. LempungLanauan, Firm 6. Lempung, Stiff
2. Lempung, Stiff 4. BatuLempung, Hard
Ƴ = 11 kN/m³ Ƴ = 11 kN/m³ Ƴ = 16 kN/m³ Ƴ = 20 kN/m³ Ƴ = 11 kN/m³ Ƴ = 11 kN/m³
Ƴ = 16 kN/m³ Ƴ = 20 kN/m³
c = 8 kN/m² c = 10 kN/m² c = 30 kN/m² c = 60 kN/m² c = 8 kN/m² c = 10 kN/m²
c = 30 kN/m² c = 60 kN/m²
ɸ = 16° ɸ = 18° ɸ = 27° ɸ = 32° ɸ = 16° ɸ = 18°
ɸ = 27° ɸ = 32°

FK = 0,99
FK = 1,09
LESSON LEARN :

1. Perlu dilakukan evaluasi lebih cermat untuk desain timbunan tinggi di area
dengan morfologi perbukitan dan kondisi perlapisan tanah yang memiliki
kemiringan
2. Desain memperhitungkan kondisi paling kritis → SNI 8460:2017, Kehilangan
tekanan pasif untuk kasus ini memberikan kontribusi terbesar yang memicu
terjadinya ketidakstabilan timbunan jalan
GEOSINTETIK
UNTUK
PENANGANAN
TANAH EKSPANSIF
IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI LEMPUNG BERMASALAH

Peta sebaran ini dapat digunakan sebagai


identifikasi awal area batulempung yang
memiliki sifat kembang susut

Mitigasi dan penanganan


MEKANISME PENGARUH TANAH EKSPANSIF

Effect of annual fluctuation in moisture content on


expansive soil
KARAKTERISTIK TANAH EKSPANSIF
Minerals Activity

Kaolinite 0,33 – 0,46


▪ Mengandung mineral lempung: Illite 0,90
montmorillonite atau vermiculite Montmorilonite (Ca) 1,5
▪ Plastisitas: PI dan LL tinggi, potensi
Montmorilonite (Na) 7,2
pengembangan tinggi
PI (%) SI (%) Swelling Potential

< 12 < 15 Low

12 - 23 13 - 50 Moderate

23 - 32 30 - 40 High

> 32 > 40 Very High

Activity Swelling Potential

< 0,75 Low

0,75 - 1,25 Moderate

1,25 - 2,00 High

> 2,00 Very High


PEDOMAN TEKNIS

SPESIFIKASI TEKNIS
TIPIKAL KERUSAKAN JALAN AKIBAT TANAH EKSPANSIF
• Retak memanjang pada perkerasan lentur • Retak memanjang pada perkerasan kaku

• Retak memanjang pada pekerjaan overlay

Lebar retakan 2 cm Lebar retakan hingga 5 cm


Dokumentasi: Jalan Nasional Kupang - Atambua (NTT)
TIPIKAL KERUSAKAN JALAN AKIBAT TANAH EKSPANSIF

• Penurunan permukaan perkerasan akibat • Pengangkatan pada permukaan


• Permasalahan daya dukung tanah dasar
pengaruh kembang susut perkerasan lentur
TEKNOLOGI PENANGANAN
Penggantian
material

Membranes
Encapsulated Pembebanan
Soil Layer,
MESL

Membran Teknik Sistem


vertikal drainase
(Metode)

Membran Stabilisasi
horizontal (kapur/semen)

Membran
geosintetik
CONTOH PENERAPAN GEOMEMBRAN SEBAGAI PENGHALANG KELEMBAPAN VERTIKAL
PADA JALAN NASIONAL DI PULAU TIMOR

Kondisi eksisting retak memanjang dan penurunan badan jalan


CONTOH PENERAPAN GEOMEMBRAN SEBAGAI PENGHALANG KELEMBAPAN VERTIKAL
PADA JALAN NASIONAL DI PULAU TIMOR

❑ Kandungan mineral montmorillonite antara 31,38% - 33,25% dan mineral


halloysite antara 21,57 – 24,40 %.
❑ Tingkat keaktifan 1,5 – 7,2 merupakan tanah ekspansif (Skempton, 1953 dalam
Nelson dan Miller, 1992).
❑ Mempunyai potensi pengembangan tinggi hingga sangat tinggi, yaitu 5% - 25%
❑ berpotensi tinggi sampai sangat tinggi (Van Der Merwe)
KEDALAMAN ZONA AKTIF
❑ Ditentukan melalui pengukuran nilai kadar air tanah dibagi dengan nilai PI pada kedalaman
tertentu (Nelson & Miller, 1992)
❑ Kedalaman zona aktif pada kedalaman -1,5 – 2 m
TIPIKAL PENAMPANG MELINTANG PENANGANAN

• Geomembran dipasang
sebagai penghalang aliran
air tanah dan untuk menjaga
perubahan kadar air
• Kedalaman pemasangan
vertikal adalah 1,50 meter
atau ¾ dari zona aktif
sedalam 2,00 meter (Pd T-
11-2004-B).
EVALUASI HASIL PENANGANAN

Dua Tahun Pasca Konstruksi


CONTOH PENERAPAN GEOMEMBRAN SEBAGAI PENGHALANG KELEMBAPAN VERTIKAL
PADA RUAS JALAN CARUBAN-NGAWI

Kondisi eksisting retak memanjang dan penurunan badan jalan


CONTOH PENERAPAN GEOMEMBRAN SEBAGAI PENGHALANG KELEMBAPAN VERTIKAL
PADA RUAS JALAN CARUBAN-NGAWI
Klasifikasi Potensi Kembang (Seed, 1962) Derajat Ekspansi berdasarkan Kriteria (Chen, 1965)
120
6

100
5

Passing No. 200 (%)


H igh D e gre e o f
80 E xpa ns io n Z o ne
4
potensi kembang=1.5%
Aktifitas

potensi kembang=5% 60
3 potensi kembang=25% M e dium
data D e gre e o f
E xpa ns io n
2 40 Z o ne

batas-1

1 Lo w
batas-2
20
D e gre e o f batas-3
E xpa ns io n
Z o ne data
0
0
0 20 40 60 80 100
0 20 40 60 80 100 120 140
Persen ukuran lempung (diameter<0.002 mm) Liquid Limit (% )

❑ Kandungan mineral montmorillonite antara 24,28% - 33,21% dan mineral halloysite


antara 46,47 % - 49,06%
❑ Rentang nilai PI: 34% - 82%
❑ Mempunyai potensi pengembangan tinggi hingga sangat tinggi, yaitu 10% - 25%
❑ berpotensi tinggi sampai sangat tinggi (Van Der Merwe)
KEDALAMAN ZONA AKTIF

GRAFIK W vs PI GRAFIK W us PI

W/Pl
W/Pl
0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00
0,00 0,00

❑ Ditentukan melalui 1,00 1,00

pengukuran nilai kadar air

KEDALAMAN (M)
KEDALAMAN (M)
2,00 2,00

tanah dibagi dengan nilai PI 3,00 3,00

pada kedalaman tertentu 4,00 4,00

(Nelson & Miller, 1992) 5,00 5,00

6,00

❑ Kedalaman zona aktif pada


6,00

kedalaman 4 m GRAFIK W vs PI

W/PI
0.20 0.40 0.60 0.80 1.00
0.00

1.00

KEDALAMAN (M)
2.00

3.00

4.00

5.00

6.00
TIPIKAL PENAMPANG MELINTANG PENANGANAN
KM 153+600 – 154+200

3.45 – 4.95 1.75 – 2.40

AC WC 4 cm, 8 m
AC BC 5 cm, 8.5 m
LPA A 20 cm, 9 m
LPA-C 48 cm 0.50 – 0.70 0.50 0.50 0.50 – 0.70 LPA-C 48 cm
СL
TP tanah

1.50 Geomembran Geomembran 1.50

2.00 2.00

1.00 Cement Slurry Cement Slurry 1.00

Pada KM 153+700 – 153+795 (sisi kanan arah ke Ngawi dilaksanakan TPT dari beton

KM 172+900 – 174+000

3.30 – 4.95 3.75 3.75 3.30 – 4.45

0.50–1.00 AC WC 4 cm 0.50–1.00
LPA-C 40 cm AC BC 5 cm LPA-C 40cm
Beton СL
TP tanah Beton
Semen
Semen
50x35
50x35

1.50 Geomembran Geomembran 1.50


2.0 2.0
0 0
1.50 Selected Selected 1.50
Material Material
1.50x2.00 1.50x2.00

Catatan: Pemasangan geomembran dan selected material pada sisi kiri kea rah Ngawi dari KM 172+900 – 173+900
Ngawi-
Caruban
2006

Pemadatan timbunan pilihan pengisi galian membran

Pengisian galian membran dengan semen sluri


PENANGANAN RETAK REFLEKSI

• Pada tahun 2009 dilakukan


penambahan geogrid untuk menahan
retak refleksi yang terjadi setelah
segmen 153+600 - 154+500 kembali
mengalami retak memanjang

April 2006 Nov 200


Ngawi-
Caruban
2009
Ngawi-
Caruban
2009
Ngawi-
Caruban
2009
Ngawi-
Caruban
2006 -2010

April 2006 Nov 2008 Okt 2010


LESSON LEARN :

1. Identifikasi tanah ekspansif perlu dilakukan dengan seksama mengingat


metode penanganan yang diperlukan memerlukan investasi konstruksi yang
tinggi.
2. Kedalaman zona aktif menentukan kedalaman geomembrane yang
diperlukan
3. Jika retak refleksi telah terbentuk pada perkerasan lentur akibat proses
pengembangan dan penyusutan tanah fondasi, opsi rekonstruksi perkerasan
atau penggunaan geogrid komposit pada struktur perkerasan baru diatas
perkerasan eksisting perlu dievaluasi dari sisi efisiensi biaya dan kemudahan
pelaksanaan.

You might also like