You are on page 1of 13

PROPOSAL

IN HOUSE TRAINING

PENGELOLAAN PASIEN
INFEKSIUS
( INFEKSI AIRBONE )

RUMAH SAKIT UMUM


SUMEKAR SUMENEP
2022
BAB I

PENDAHULUAN

PENANGANAN INFEKSI AIRBONE

2.1 DEFINISI
Penyakit bawaan udara (bahasa Inggris: airborne disease) adalah
semua penyakit yang disebabkan oleh patogen yang dapat ditularkan
melalui udara oleh partikel kecil dalam waktu dan jarak tertentu. [2] Penyakit-
penyakit semacam ini bersifat penting baik dalam kedokteran manusia
maupun kedokteran hewan. Patogen yang ditularkan melalui udara dapat
berupa virus, bakteri, atau jamur, dan dapat menyebar melalui bernapas,
bicara, batuk, bersin, terangkatnya debu, penyemprotan cairan, penyiraman
toilet, atau kegiatan apa pun yang menghasilkan partikel aerosol atau
percikan. Penyakit bawaan udara tidak termasuk kondisi yang disebabkan
oleh polusi udara seperti senyawa organik mudah menguap, gas, dan partikel
udara.
Salah satu penyakit airbone adalah Coronavirus (COVID-19). Tanda
dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan
akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi ratarata 5-6 hari
dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID19 yang berat
dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada
sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami
kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas
di kedua paru
2.2 PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Tindakan penncegahan dan mitigasi merupakan kunci penerapan di
pelayanan kesehatan dan masyarakat. Langkah-langkah pencegahan yang
paling efektif di masyarakat meliputi:
1. Melakukan kebersiha tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan
tidak terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun dan air mengalir jika
terlihat kotor.
2. Menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut
3. Terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut
dengan lengan atas bagian dalam atautisu, lalu buanglah tisu ke tempat
sampah.
4. Pakailah masker medis jika memiliki gejla pernafasan dan melakukan
kebersihan tangan setelah membuang masker ke tempat sampah.
5. Menjaga jarak (minimal 1 m) dari orang yang mengalami gejala
gangguan pernafasan.
BAB II

KEWASPADAAN ISOLASI

2.1 KEWASPADAAN ISOLASI


Mikroba penyebab HAIs dapat ditransmisikan oleh pasien
terinfeksi/kolonisasi kepada pasien lain dan petugas. Bila kewaspadaan
isolasi diterapkan  benar dapat menurunkan risiko transmisi dari pasien
infeksi/kolonisasi. Tujuan kewaspadaan isolasi adalah menurunkan
transmisi mikroba infeksius diantara  petugas dan pasien. Kewaspadaan
Isolasi harus diterapkan kewaspadaan isolasi sesuai gejala klinis,sementara
menunggu hasil laboratorium keluar.
Kewaspadaan Isolasi merupakan kombinasi dari :
1. Standard Precautions /Kewaspadaan Standar

gabungan dari:

 Universal Precautions/Kewaspadaan Universal

 Body Substance Isolation/Isolasi substansi/cairan tubuh

berlaku untuk semua pasien, kemungkinan atau terbukti infeksi,


setiap waktu di semua unit pelayanan kesehatan

2. Transmission-based precautions/ Kewaspadaan berbasis transmisi

dipakai bila rute transmisi tidak dapat diputus sempurna hanya 


Standard precautions.

1970 Tehnik Memperkenalkan 7 katagori


isolasi untuk kewaspadaan isolasi  kartu
penggunaan berwarna: Strict,
di RS, edisi Respiratory, Protective,
1. Enteric, Wound and
Skin,Discharge, and Blood

1983 CDC Membagi menjadi 2 golongan


Pedoman sistim Isolasi; katagori spesifik
Kewaspadaan dan penyakit spesifik
Isolasi RS

1985 Universal Berkembang dari epidemi


Precautions  HIV/AIDS
(UP)
Ditujukan aplikasi
kewaspadaan terhadap Darah
dan Cairan Tubuh pada pasien
pengidap infeksi

Tidak diterapkan terhadap


feses,ingus,sputum,keringat,air
mata,urin,muntahan

1987 Body Menghindari kontak terhadap


Substance semua cairan tubuh dan  yang
Isolation potensial infeksius kecuali
(BSI) keringat

1996 Pedoman Dibuat oleh The Healthcare


Kewaspadaan Infection Control Practices
Isolasi dalam Advisory
Rumah Sakit
Committee (HICPAC), CDC

Menggabungkan materi inti


dari  UP and BSI  dalam
Kewaspadaan  Standard
untuk diterapkan terhadap
semua pasien pada setiap
waktu
2007 Pedoman Dibuat oleh HICPAC, CDC.
Kewaspadaan
tambahan :
Isolasi;
Pencegahan  HAIs
Transmisi
 Hyangiene respirasi/Etika
penyebab
batuk,
infeksi pada
Sarana  Praktek menyuntik yang
Kesehatan. aman

 Pencegahan infeksi unt


prosedur Lumbal pungsi

2.2 JENIS KEWASPADAAN ISOLASI


1. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar diberlakukan terhadap semua pasien, tidak
tergantung terinfeksi/kolonisasi. Kewaspadaan standar disusun untuk
mencegah kontaminasi silang sebelum diagnosis diketahui dan
beberapa merupakan praktek rutin, meliputi:
a. Kebersihan tangan/Handhygiene

b. Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker, goggle (kaca


mata pelindung), face shield (pelindungwajah), gaun

c. Peralatan perawatan pasien

d. Pengendalian lingkungan

e. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen

f. Kesehatan karyawan / Perlindungan petugas kesehatan

g. Penempatan pasien

h. Hyangiene respirasi/Etika batuk


i. Praktek menyuntik yang aman

j. Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi

2. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi


Tujuan untuk memutus rantai penularan mikroba penyebab
infeksi. Diterapkan pada pasien  gejala/dicurigai terinfeksi atau
kolonisasi kuman penyebab infeksi menular yang dapat
ditransmisikan lewat udatra, droplet, kontak  kulit atau permukaan
terkontaminasi. 3 Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi:
–   kewaspadaan transmisi kontak

–   kewaspadaan transmisi droplet

–   kewaspadaan transmisi airborne

Kewaspadaan berdasarkan transmisi dapat dilaksanakan secara


terpisah ataupun kombinasi karena suatu infeksi dapat ditransmisikan
lebih dari satu cara.

1) Kewaspadaan transmisi Kontak


a. Penempatan pasien :
 Kamar tersendiri atau kohorting (Penelitian tidak terbukti
kamar tersendiri mencegah HAIs)

 Kohorting (management MDRo )

b. APD petugas:
 Sarung tangan bersih non steril, ganti setelah kontak 
bahan infeksius, lepaskan sarung tangan sebelum keluar
dari kamar pasien dan cuci tangan menggunakan
antiseptik

 Gaun, lepaskan gaun sebelum meninggalkan ruangan

c. Transport pasien
 Batasi kontak saat transportasi pasien
2) Kewaspadaan transmisi droplet
a. Penempatan pasien :
 Kamar tersendiri atau kohorting, beri jarak antar pasien
>1m

 Pengelolaan udara khusus tidak diperlukan, pintu boleh


terbuka

b. APD petugas:
 Masker Bedah/Prosedur, dipakai saat memasuki ruang
rawat pasien

c. Transport pasien
 Batasi transportasi pasien, pasangkan masker pada pasien
saat transportasi

 Terapkan hyangiene respirasi dan etika batuk

3) Kewaspadaan transmisi udara/airborne


a. Penempatan pasien :
 Di ruangan  tekanan negatif

 Pertukaran udara > 6-12 x/jam,aliran udara yang terkontrol

 Jangan gunakan AC sentral, bila mungkin AC + filter


HEPA

 Pintu harus selalu tertutup rapat.

 kohorting

 Seharusnya kamar terpisah, terbukti mencegah transmisi,


atau kohorting  jarak >1 m

 Perawatan tekanan negatif sulit, tidak membuktikan lebih


efektif mencegah penyebaran
 Ventilasi  airlock à ventilated anteroom terutama pada
varicella (lebih mahal)

 Terpisah  jendela terbuka (TBC ), tak ada orang yang lalu


lalang

b. APD petugas:
 Minimal gunakan Masker Bedah/Prosedur

 Masker respirator (N95) saat petugas bekerja pada radius


<1m dari pasien,

 Gaun

 Goggle

 Sarung tangan (bila melakukan tindakan yang mungkin


menimbulkan aerosol)

 Transport pasien

 Batasi transportasi pasien, Pasien harus pakai masker saat


keluar ruangan

 Terapkan hyangiene respirasi dan etika batuk

Catatan :

Kohorting adalah menempatkan pasien terinfeksi atau


kolonisasi  patogen yang sama di ruang yang sama, pasien lain
tanpa patogen yang sama dilarang masuk.

3. Peraturan Untuk Kewaspadaan Isolasi


Harus dihindarkan transfer mikroba pathogen antar pasien dan
petugas saat perawatan pasien rawat inap, perlu diterapkan hal-hal
berikut :
1. Kewaspadaan terhadap semua darah dan cairan tubuh ekskresi
dan sekresi dari seluruh pasien

2. Dekontaminasi tangan sebelum dan sesudah kontak diantara


pasien satu  lainnya

3. Cuci tangan setelah menyentuh bahan infeksius (darah dan cairan


tubuh)

4. Gunakan teknik tanpa menyentuh bila memungkinkan terhadap


bahan infeksius

5. Pakai sarung tangan saat atau kemungkinan kontak  darah dan


cairan tubuh serta barang yang terkontaminasi, disinfeksi tangan
segera setelah melepas sarung tangan. Ganti sarung tangan antara
pasien.

6. Penanganan limbah feses, urine, dan sekresi pasien lain di buang


ke lubang pembuangan yang telah disediakan, bersihkan dan
disinfeksi bedpan, urinal dan obtainer/container pasien lainnya.

7. Tangani bahan infeksius sesuai Standar Prosedur Operasional


(SPO)

8. Pastikan peralatan, barang fasilitas dan linen pasien yang


infeksius telah dibersihkan dan didisinfeksi  benar.
BAB III

PENUTUP

Buku pedoman pengelolaan pasien infeksius (infeksi airbone) digunakan


sebagai acuan untuk mengendalikan penyebaran infeksi yang dapat timbul akibat
infeksi airbone. Buku ini disusun berdasarkan pustaka dan pedoman-pedoman
kerja yang telah dilaksanakan di Rumah Sakit yang telah memiliki sarana dan
prasarana serta SDM yang sudah terlatih dalam penggunaan apd.

Pedoman ini merupakan panduan bagi tenaga medis yang ada di rumah
sakit dan bukan buku standar yang bersifat mutlak oleh karena itu untuk
pelaksanaan di lapangan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan masing-masing Rumah Sakit.

Hormat kami,
Pemohon

POKJA PPI RSU SUMEKAR


Lampiran 1
Berikut adalah rincian untuk pengadaan keperluan yang berhubungan dengan
kegiatan In House Training. Keperluan tersebut disediakan oleh pihak panitia
(bisa disesuaikan dengan kebutuhan setempat).
1. Pengadaan modul pelatihan pengelolaan pasien infeksius (infeksi airbone)
photo copy. Jumlah modul disesuaikan dengan jumlah peserta In House
Training.
2. ATK untuk kegiatan In House Training pelatihan pengelolaan pasien
infeksius (infeksi airbone) dengan jumlah disesuaikan dengan jumlah
perserta In House Training
RINCIAN ANGGARAN DAN BIAYA PELATIHAN
1. Biaya Snack 100orang (@Rp. 10.000) Rp. 1.000.000
2. Biaya Fotokopi materi pelatihan 100 orang X 20 lembar (@Rp.2000) Rp.
2.000.000
3. Biaya Pemateri Rp 3.500.000
Total Rp. 6.500.000
Lampiran2
SUSUNAN ACARA In House Training PELATIHAN PENGELOLAAN
PASIEN INFEKSIUS (INFEKSI AIRBONE)
PUKUL (WIB) KEGIATAN
07.00-08.00 Registrasi Peserta
08.00-08.15 Pembukaan In House Training:
Sambutan Pokja PPI
08.15-09.30 Presentasi oleh Drs. Mohammad Imam,. Apt
09.30-10.00 Tanya Jawab dan Penutup

You might also like