Professional Documents
Culture Documents
Lumbal Pungsi (Nina)
Lumbal Pungsi (Nina)
DISUSUN OLEH:
KOMITE PPI RSU SUMEKAR SUMENEP
TENTANG
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Sumenep
Pada tanggal 5 Juni 2018
DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM SUMEKAR
dr. H. Soelihanto Soetoyo,Sp.B.FINAC’S
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................1
1. DEFINISI.........................................................................................................2
2. RUANG LINGKUP........................................................................................2
3. TATALAKSANA............................................................................................2
4. DOKUMENTASI............................................................................................8
5. PENUTUP........................................................................................................9
1
PANDUAN PRAKTIK LUMBAL PUNGSI
I. DEFINISI
1. Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan
memasukan jarum kedalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk
pemeriksaan cairan serebrospinali,mengukur dan mengurangi tekanan
cairan serebrospinal,menentukan ada tidaknya darah pada cairan
serebrospinal, untuk mendeteksi adanya blok subarakhnoid spinal,dan
untuk memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis spinal terutama
kasus infeksi. (Brunner and Suddarth’s, 1999, p 1630)
2. Cairan Serebrospinal
Cairan Serebro Spinal (CSS) ditemukan di ventrikel otak dan sisterna dan
ruang subarachnoid yang mengelilingi otak dan medula spinalis. Seluruh
ruangan berhubungan satu sama lain, dan tekanan cairan diatur pada suatu
tingkat yang konstan.
2
b. Untuk mengidentifikasi adanya darah dalam CSF akibat trauma atau
dicurigai adanya perdarahan subarachnoid. Untuk memasukan cairan
opaq ke dalam ruang subarakhnoid.
c. Untuk mengidentifikasi adanya tekanan intrakarnial/intraspinal,untuk
memasukan obat intratekal seperti terapi antibiotik atau obat
sitotoksik.
2. Kontraindikasi
a. Infeksi dekat tempat penusukan. Kontaminasi dari infeksi akan
menyebabkan meningitis.
b. Pasien dengan peningkatan tekanan intra cranial. Herniasi serebral
atau herniasi serebral
c. Pasien yang mengalami penyakit sendi-sendi vertebra degeneratif. Hal
ini akan sulit untuk penusukan jarum ke ruang interspinal.
d. Bleeding diathesis, seperti Coagulopathy dan Penurunan platelet.
e. Pola pernafasan abnormal.
3
13) Plester
14) Depper
15) Jam yang ada penunjuk detiknya
16) Tempat sampah.
b. Persiapan pasien
1) Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan
lutut ditarik ke abdomen. Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa
mengambil posisi duduk di atas kursi, dengan kursi dibalikan dan
kepala disandarkan pada tempat sandarannya.
2) Jelaskan prosedur pemeriksaan pada klien.
3) Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang lumbal
pungsi meliputi tujuan, prosedur, posisi, lama tindakan, sensasi-
sensasi yang akan dialami dan hal-hal yang mungkin terjadi
berikut upaya yang diperlukan untuk mengurangi hal-hal tersebut
4) Meminta izin dari pasien/keluarga dengan menadatangani
formulir kesediaan dilakukan tindakan lumbal pungsi.
5) Meyakinkan klien tentang tindakan yang akan dilakukan
c. Prosedur
1) Preinteraksi
1. Kaji catatan medis dan catatan keperawatan klien
2. Kesiapan perawat melakukan tindakan
3. Jelaskan tujuan tindakan
4. Persiapkan dan kumpulkan alat-alat
5. Cuci tangan.
2) Interaksi
1. Posisi pasien lateral recumbent dengan bagian punggung di
pinggir tempat tidur. Lutut pada posisi fleksi menempel pada
abdomen,leher fleksi kedepan dagunya menepel pada dada
(posisi knee chest).
2. Pilih lokasi pungsi. Tiap celah interspinosus vertebral dibawah
L2 dapat digunakan pada orang dewasa, meskipun dianjurkan
L4-L5 atau L5-S1 (Krista iliaca berada dibidang prosessus
4
spinosus L4). Beri tanda pada celah interspinosus yang telah
ditentukan.MM
3. Dokter mengenakan masker, tutup kepala, pakai sarung tangan
dan gaun steril.
4. Desinfeksi kulit degan larutan desinfektans dan bentuk
lapangan steril dengan duk penutup.
5. Anesthesi kulit dengan Lidokain atau Xylokain, infiltrasi
jaringan lebih dapam hingga ligamen longitudinal dan
periosteum
6. Tusukkan jarum spinal dengan stilet didalamnya kedalam
jaringan subkutis. Jarum harus memasuki rongga interspinosus
tegak lurus terhadap aksis panjang vertebra.
7. Tusukkan jarum kedalam rongga subarachnoid dengan
perlahanlahan, sampai terasa lepas. Ini pertanda ligamentum
flavum telah ditembus. Lepaskan stilet untuk memeriksa aliran
cairan serebrospinal. Bila tidak ada aliran cairan CSF putar
jarumnya karena ujung jarum mungkin tersumbat. Bila cairan
tetap tidak keluar. Masukkan lagi stiletnya dan tusukkan jarum
lebih dalam. Cabut stiletnya pada interval sekitar 2 mm dan
periksa untuk aliran cairan CSF. Ulangi cara ini sampai keluar
cairan.
8. Bila akan mengetahui tekananCSF, hubungkan jarum lumbal
dengan manometer pemantau tekanan, normalnya 60 – 180
mmHg dengan posisi pasien berrbaring lateral recumbent.
Sebelum mengukur tekanan, tungkai dan kepala pasien harus
diluruskan. Bantu pasien meluruskan kakinya perlahan-lahan.
9. Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal, hindarkan
mengedan.
10. Untuk mengetahui apakah rongga subarahnoid tersumbat atau
tidak, petugas dapat melakukan test queckenstedt dengan cara
mengoklusi salah satu vena jugularis selama I\10 detik. Bila
terdapat obstruksi medulla spinalis maka tekanan tersebut
5
tidak naik tetapi apabila tidak terdapat obstruksi pada medulla
spinalis maka setelah 10 menit vena jugularis ditekan, tekanan
tersebut akan naik dan turun dalam waktu 30 detik.
11. Tampung cairan CSF untuk pemeriksaan. Masukkan cairan
tesbut dalam 3 tabung steril dan yang sudah berisi reagen,
setiap tabung diisi 1 ml cairan CSF. Cairan ini digunakan
untuk pemeriksaan (1) jumlah dan jenis sel serta jenis kuman
(2) kadar protein dan glukosa (3) sitologi sel tumor (4) kadar
gamaglobulin, fraksi protein lainnya, keberadaan pita
oligoklonal dan tes serologis (5) pigmen laktat, ammonia, pH,
CO2, enzim dan substansi yang dihasilkan tumor (contohnya
β2 mikroglobulin) dan (6) bakteri dan jamur (melalui kultur),
antigen kriptokokus dan organism lainnya, DNA virus herpes,
citomegalovirus dan kuman lainnya (menggunakan PCR) dan
isolasi virus. Untuk pemeriksaan noneapelt prinsipnya adalah
globulin mengendap dalam waktu 0,5 jam pada larutan asam
sulfat. Cara pemeriksaanya adalah kedalam tabung reaksi
masukkan reagen 0,7 ml dengan menggunakan pipet,
kemudian masukkan cairan CSF 0,5 . diamkan selama 2 – 3
menit perhatikan apakah terbentuk endapan putih. Cara
penilainnya adalah sebagai berikut:
(-) Cincin putih tidak dijumpai
6
( ++++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan
menjadi sangat keruh
7
IV. DOKUMENTASI
1. Audit ketepatan praktik lumbal pungsi yang aman.
2. Audit kepatuhan praktik lumbal pungsi yang aman.
3. Hasil audit dilaporkan ke direktur dan unit terkait
8
V. PENUTUP
Buku Panduan praktik lumbal pungsi ini disusun sedemikan rupa
disesuaikan dengan kondisi di Rumah Sakit Umum Sumekar Oleh karena
itu di harapkan agar seluruh karyawan yang bekerja di rumah sakit ini
mengetahui dan memahami berbagai cara tepat dalam stiap langkah
mencuci tanah yang baik dan benar sesuai dengan panduan yang dibuat.
Demikian buku panduan praktik lumbal pungsi kami susun,
diharapkan dapat berguna untuk meminimalisisr resiko penularan penyakit
akibat kerja di lingkungan RS Umum Sumekar
Ditetapkan di : Sumenep
Pada tanggal : 5 Juni 2018
Tim PPI RS Umum Sumekar
Ketua,
9
Praktik Lumbal fungsi
Ditetapkan,
Direktur RSU Sumekar
Tanggal Terbit
SPO 23 JULI 2023
1
11. Untuk mengukur tekanan intra kranial ( TIK) di-
pasang :
a. Manometer, ukur tinggi permukaan cairan
(TIK adalah ukuran tinggi tersebut dalam sat-
uan centimeter air)
b. Teteskan 3 (tiga ) tetes cairan liquor kedalam
tabung reagen none, dan dilihat adanya reaksi
reagen tersebut
c. Selanjutnya teteskan 3 cc sampai 5 cc cairan
liquor pada botol steril untuk pemeriksaan
sellen,protein,glukosa dan elektrolit untuk bi-
akkan kuan, kemudian dikirim kelaboraturium
12. Tutup luka dengan balutan dan plester
13. Setelah selesai tindakan dokter dan perawat
melepas APD
14. Dokter dan perawat mencuci tangan
UNIT TERKAIT 1. Departemen saraf
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan