Professional Documents
Culture Documents
Tugas Agama Pekan 10 - Najla Salsabila Ramadhani
Tugas Agama Pekan 10 - Najla Salsabila Ramadhani
NIM ; H031221030
Kelas : KIMIA A
IBNU SINA
Ibnu Sina atau yang lebih dikenal dunia Barat dengan nama Avicenna mempunyai
nama lengkap Abu Ali al-Huseyn bin Abdullah bin Hasan Ali bin Sina. Julukannya adalah al-
Ra’s (puncak gunung pengetahuan). Menurut Ibnu Khallikan, Al-Qifti, dan Bayhaqi, Ibnu Sina
lahir pada bulan bulan Shafar 370 H/ Agustus 980 M, di desa Afsanah, Bukhara, Uzbekistan.
Ayahnya, ‘Abdullah dan Sitarah, ibunya, merupakan keturunan Persia, karena itu ketika Ibnu
Sina masih remaja dia sering menulis puisi dan essai dalam bahasa Persia.
Keluarga Ibnu Sina bisa dikatakan keluarga yang mampu. Ayahnya diangkat menjadi
gubernur di sebuah distrik di Bukhara, ketika masa pemerintahan penguasa Samaniyah, Nuh
II bin Mansyur. Berangkat dari keluarga yang mampu, orang tua dari Ibnu Sina berusaha
memberi anaknya pendidikan terbaik. Ayah Ibnu Sina merupakan seorang muslim dari sekte
Isma’ili (Syiah). Rumahnya merupakan pusat aktivitas sarjana, dan ulama masyur pada
masanya. Mereka banyak melakukan aktivitas diskusi membahas berbagai permasalahan, dari
diskusi-diskusi inilah Ibnu Sina memahami pengetahuan yang luas.
Ibnu Sina memang telah memperlihatkan kecerdasan yang luar biasa sejak kecil. Selain
mempunyai kemampuan analisa berpikir yang tajam, Ibnu Sina juga dikenal mempunyai daya
ingat yang sangat kuat. Orang tua Ibnu Sina mulai memberikan pendidikan agama dan logika
elementer sejak Ibnu Sina masih berusia 5 tahun. Pada usia 10 tahun, Ibnu Sina telah hafal al-
Qur’an. Dia juga belajar fikih, dan ilmu-ilmu syariat.
Tidak hanya mempelajari ilmu agama, setelah menguasai ilmu teologi Ibnu Sina mulai
terjun ke dunia filsafat hingga umur 16 tahun. Ibnu Sina juga berguru kepada Abu Abdullah
An-Naqili, dan belajar Kitab Isaghuji dalam ilmu logika dan berbagai kegiatan Euklides dalam
bidang matematika. Setelah itu, dia belajar secara otodidak dan menekuni matematika hingga
dia berhasil menguasai buku Almagest karangan Ptolemaeus serta menguasai disiplin ilmu
pengetahuan alam. Sering sekali soal-soal ilmiah yang tidak dapat diselesaikan oleh gurunya,
mampu dia selesaikan.
Semangat untuk belajar Ibnu Sina tidak berhenti di bidang teologi dan matematika saja,
karena dia lalu mempelajari ilmu kedokteran kepada gurunya, Abu Manshur al-Qamari, penulis
kitab Al-Hayat Wa al-Maut, dan Abu Sahal Isa bin Yahya al-Jurjani, penulis ensiklopedia
kedokteran Al-Kitab Al-Mi’ah Fi Shina’atih Thib. Ibnu Sina akhirnya menguasai ilmu
kedokteran dalam waktu satu setengah tahun. Tidak dapat dipungkiri Ibnu Sina merupakan
pribadi yang bijaksana, dia tidak membuang waktu masa mudanya untuk hal sia-sia, dia selalu
memanfaatkan waktunya untuk belajar berbagai ilmu hingga dia menguasainya.
Tidak mengherankan memasuki usia 16 tahun, Ibnu Sina telah menjadi pusat perhatian
para dokter sezamannya. Mereka sering menemuinya untuk berdiskusi perihal penemuan
dalam bidang kedokteran. Pada usia yang sama, dia dapat menyembuhkan penyakit yang
diderita sultan Samaniyah, Nuh bin Manshur (976-997), sehingga dia diberi hak istimewa
untuk menggunakan perpustakaan besar milik raja.
Ibnu Sina tidak pernah berhenti membaca serta tidak pernah bosan menulis buku. Dia
memang dikenal kuat memikul tanggung jawab ilmuih dan sering tidak tidur malam hanya
karena membaca dan menulis. Selain itu, Ibnu Sina tidak mengambil upah dalam mengobati
orang sakit. Bahkan dia banyak bersedekah kepada fakir miskin sampai akhir hayatnya.
Ibnu Sina wafat di Hamdzan, Persia pada tahun 428 H (1037 M) dalam usianya yang
ke-58 tahun. Dia wafat karena terserang penyakit usus besar. Selama masa hidupnya Ibnu Sina
memberikan sumbangan luar biasa terhadap kemajuan keilmuwan. Pemikiran-pemikiran Ibnu
Sina di berbagai disiplin ilmu banyak diadopsi oleh ilmuwan masa setelahnya, tidak hanya oleh
ilmuwan muslim tetapi juga ilmuwan Barat banyak yang mengadopsi pengetahuan dari karya-
karya Ibnu Sina. Dalam rangka memperingati 1000 tahun hari kelahirannya, melalui event Fair
Millenium di Teheran pada tahun 1955, Ibnu Sina dinobatkan sebagai “Father of
Doctor” untuk selama-lamanya.
Banyak penemuan lainnya yang dilakukan Ibnu Sina pada bidang kedokteran
Sebenarnya banyak sekali pemikiran Ibnu Sina mengenai Filsafat, tetapi penulis pada
kesempatan kali ini hanya akan mengambil salah satu dari pembahasan Ibnu Sina mengenai
Filsafat, yaitu tentang jiwa. Menurut Ibnu Sina, jiwa adalah kesempurnaan awal, karena
dengannya spesies (jins) menjadi sempurna, sehingga menjadi manusia nyata. Kesempurnaan
bagi Ibnu Sina adalah sesuatu yang dengan keberadaannya tabiat jenis menjadi manusia.
Artinya, jiwa merupakan kesempurnaan awal bagi tubuh. Sebab, tubuh sendiri merupakan
prasyarat bagi definisi jiwa, lantaran dapat dinamakan jiwa jika aktual di dalam tubuh dengan
satu perilaku dari berbagai perilaku.
Secara garis besar, Ibnu Sina membagi pembahasan jiwa menjadi dua bagian, yaitu fisika
dan metafisika. Dalam pembahasan jiwa dari sisi fisika, Ibnu Sina membicarakan tentang jiwa
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia.
Dari segi metafisika, hal-hal yang dibicarakan Ibnu Sina adalah mengenai wujud jiwa,
hakikat jiwa, hubungan jiwa dengan jasad, dan kekekalan jiwa.
Abdul Halim Munthashir menyebutkan bahwa jumlah karya Ibnu Sina mencapai 276 buah,
baik berupa surat-surat, buku, maupun ensiklopedia yang dia tulis selama masa hidupnya. Ibnu
Sina memang tidak pernah berhenti dalam berkarya, sesibuk apapun aktivitasnya. Berikut
beberapa karya monumental Ibnu Sina:
Kitab ini merupakan ensiklopedia dalam bidang kedokteran, dan telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin. Buku ini merupakan rujukan terpenting untuk mengajarkan ilmu kedokteran d
Eropa hingga pasca masa kebangkitan. Pengetahuan yang dimuat dalam buku ini mendapat
pengakuan dari semua dokter Eropa.
Bagian pertama, secara khusus membahas tentang masalah-masalah kedokteran secara umum,
seperti batasan-batasan kedokteran, dan objeknya. Selain itu juga dibahas mengenai anatomi
tubuh, berbagai macam jenis penyakit, dan cara pengobatannya.
Bagian Kedua, memuat kosa kata dalam bidang kedokteran, atau obat-obatan, dan efek
pengobatannya.
Bagian ketiga, membahas tentang berbagai macam penyakit pada semua anggota badan, dari
kepala hingga kaki. Ibnu Sina menjelaskan gejala-gejalanya, dan cara mendiagnosanya.
Bagian keempat, secara khusus memuat macam-macam penyakit komplikasi yang menyerang
lebih dari satu anggota badan. Dia juga menjelaskan tentang tumor, patah tulang, beserta cara
penanganannya.
Bagian kelima, secara khusus membahas tentang jenis obat-obatan buatan, dan campurannya.
3. Mausu’ah Asy-Syifa’
Karya Ibnu Sina yang satu ini merupakan ensiklopedia berbagai macam ilmu pengetahuan,
seperti: Filsafat, logika, dan ilmu pengetahuan alam. Dalam buku ini, Ibnu Sina membahas
tentang fnomena alam yang penting seperti terbentuknya gunung, sebab-sebab terjadinya
gempa bumi, terbentuknya awan, dan kabut, terjadinya pengembunan, jatuhnya meteor,
munculnya pelangi, dan berbagai fenomena alam lainnya.
Berikut ini adalah karya-karya lain dari Ibnu Sina, yang mempunyai kontribusi penting dalam
berbagai disiplin ilmu:
Kita dapat mengetahui kontribusi yang diberikan Ibnu Sina kepada perkembangan ilmu
pengetahuan di Dunia. Besarnya kontribusi Ibnu Sina dapat dilihat dalam perkembangan
kedokteran, Ilmu kedokteran sebelumnya tidak ada, kemudian ditemukan oleh Ptolemaeus,
kemudian dihidupkan kembali oleh Gelenus. Setelah itu ilmu kedokteran berserakan kembali,
dan dihimpun oleh Ar-Razi, keilmuwan yang telah dihimpun Ar-Razi itu kemudian
disempurnakan oleh Ibnu Sina. Dapat dikatakan peran Ibnu Sina di sini amat vital dalam
menyempurnakan ilmu kedokteran.