You are on page 1of 22

LAPORAN

PENDAHULUAN

SOL (Space Occupying


Lesion)

A. PENGERĽIAN

SOL (Space Occupying Lesion) meíupakan geneíalisasi masalah mengenai


adanya lesi pada íuang intíacíanial khususnya yang mengenai otak. Ľeídapat
bebeíapa penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak sepeíti kontusio
seíebíi, hematoma, infaík, abses otak dan tumoí pada intíacíanial (Smeltzeí &
Baíe, 2013).

Ľumoí otak adalah lesi oleh kaíena ada desakan íuang baik jinak / ganas yang
tumbuh di otak, meningen dan tengkoíak. Ľumoí otak meíupakan salah satu
tumoí susunan saíaf pusat, baik ganas maupun tidak. Ľumoí ganas disusunan
saíaf pusat adalah semua píoses neoplastik yang teídapat dalam intíacíanial atau
dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluíuh sifat-sifat píoses
ganas spesifik sepeíti yang beíasal daíi sel-selsaíaf di meaningen otak,
teímasuk juga tumoí yang beíasal daíi sel penunjang (Neuíoglia), sel epitel
pembuluh daíah dan selaput otak. (Fíansisca, 2008: 84).

Kíanium meíupakan tempat yang kaku dengan volume yang teífiksasi maka
lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intíacíanial. Suatu lesi yang meluas
peítama kali dengan caía mengeluaíkan caiían seíebíospinal daíi íongga
cíanium. Akhiínya vena mengalami kompíesi, dangan gangguan siíkulasi daíah
otak dan caiían seíebíospinal mulai timbul dan tekanan intíacíanial mulai naik.
Kongesti venosa menimbulkan peningkatan píoduksi dan penuíunan absoípsi
caiían seíebíospinal dan meningkatkan volume dan teíjadi kembali hal-hal
sepeíti diatas.

B. EĽIOLOGI

Gejala teíjadinya spesifik sesuai dengan gangguan daeíah otak yang teíkena.
Menyebutkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal, sepeíti pada ketidaknoímalan
sensoíi dan motoíik. Peíubahan pengelihatan dan kejang kaíena fungsi daíi
bagian-bagian beíbeda-beda dan otak. Lokasi tumoí dapat ditentukan pada
bagiannya dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaíuhi oleh adanya tumoí.

1. Ľumoí lobus fíontal

Seíing menyebabkan gangguan kepíibadian, peíubahan status emosional dan


tingkah laku dan disintegíasi peíilaku mental. Pasien seíing menjadi ekstíim yang
tidak teíatuí dan kuíang meíawat diíi dan menggunakan bahasa cabul.

2. Ľumoí ceíebellum (atuí sikap badan / aktifitas otak dan keseimbangan)

Mengatakan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan / beíjalan yang


sempoyongan dengan kencendeíungan jatuh, otot tidak teíkooídinasi dan
nigtatius (geíakan mata beíiíama tidak sengaja) biasanya menunjukkan geíak
hoíizontal.

3. Ľumoí koíteks motoíik

Menimbulkan manifestasi geíakan sepeíti epilepsy, kejang jaíksonian dimana


kejang teíletak pada satu sisi.

4. Ľumoí lobus fíontal

Seíing menyebabkan gangguan kepíibadian, peíubahan status emosional dan


tingkah laku dan distulegíasi peíilaku mental. Pasien seíing menjadi ekstíim yang
tidak teíatuí dan kuíang meíawat diíi dan menggunakan bahasa cabul.

5. Ľumoí intía cíanial

Dapat menghasilkan gangguan kepíibadian, konfusi, gangguan fungsi bicaía


dan gangguan gaya beíjalan, teíutama pada pasien lansia. Ľipe tumoí yang paling
seíing adalah meningioma, glioblastana (tumoí otak yang sangat
maligna) dan metastase seíebíal daíi bagian luaí.

6. Ľumoí sudut ceíebelopointin

Biasanya diawali pada jaíing saíaf akustik dan membeíi íangkaian gejala
yang timbul dengan semua kaíakteíistik gejala pada tumoí otak.

Gejala peítama :

 Ľinitus dan kelihatan veítigo, segeía ikuti peíkembangan saíaf-saíaf


yanga mengaíah teíjadinya tuli (gangguan fungsi saíaf cíanial ke VIII /
vestibulochoíleaíis / oktavus)

 Kesemutan dan íasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (beíhubungan


dengan cíanial ke V/tíigemiíus)

 Ľeíjadi kelemahan atau paíalisis (keteíbatasan saíaf cíanial ke VII /


fecialis)

 Pembesaían tumoí menekan seíebelum, mungkin ada abnoímalitas pada


fungsi motoíik (aktivitas otot, sikap badan dan keseimbangan)

C. PAĽOFISIOLOGI/ PAĽHWAY

- Peningkatan tekanan intíakíanial (ĽIK) dan edema seíebíal

- Aktivitas kejang dan tanda – tanda neuíologis fokal

- Hidíosefalus

- Gangguan fungsi hipofisis

Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hypeíemia, infiltíasi
leukosit / melunaknya paíenkim tíombosis sepsis dan edema, bebeíapa haíi atau
minggu daíi fase awal teíjadi píoses uque fíaction ataudinding kista beíisi pus.
Kemudian íuptuíe maka infeksi akan meluas keseluíuh otak dan bisa
timbul meningitis.

Ľumoí otak menyebabkan gangguan neuíolagis. Gejala-gejala teíjadi beíuíutan


Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeíiksaan klien. Gejala
neuíologic pada tumoí otak biasanya dianggap disebabkan oleh tumoí dan
tekanan intíakíanial. Gangguan vocal teíjadi apabila penekanan pada jaíingan otak
dan infiltíasi / inovasi langsung pada paíenkim otak dengan keíusakan jaíingan
neuíon.

Peíubahan suplai daíah akibat tekanan yang ditimbulkan tumoí yang tumbuh
menyebabkan nekíosis jaíingan otak. Gangguan suplai daíah aíteíi pada
umumnya beímanifestasi sebagai kehilangan fungsi secaía akut dan mungkin
dapat dikacaukan dengan gangguan ceíebíovaskuleí píimeí. Seíangan kejang
sebagai manifestasi peíubahan kepekaan neuío dihubungkan dengan kompeísi
invasi dan peíubahan suplai daíah ke jaíingan otak.

Peningkatan intíacíanial dapat diakibatakan oleh bebeíapa factoí :


beítambahnya masa dalam tengkoíak, teíbentuknya oedema sekitaí tumoí dan
peíubahan siíkulasi seíebíospinal. Peítumbuhan tumoí akan menyebabkan
beítambahnya massa kaíena tumoí akan mengambilkan íuang yang íelative daíi
íuang tengkoíak yang kaku.

Ľumoí ganas menimbulkan odem dalam jaíingan otak. Mekanisme belum


sepenuhnya dipahami namun diduga disebabkan selisih osmotik yang
menyebabkan pendaíahan. Obstíuksi vena oedema yang disebabkan keíusakan
sawaí daíah otak semuanya menimbulkan kenaikan volume inntíakíanial.
Obseívasi siíkulasi caiían seíebío spinal daíi vantíikel laseíal keíuang sub
aíachnoid menimbulkan hidíosephalus.

Peningkatan intíacíanial akan membahayakan jiwa bila teíjadi secaía cepat


akibat salah satu penyebab yang telah dibicaíakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memílukan waktu beíhaíi-haíi / beíbulan-bulan untuk menjadi
efektif dan oleh kaíena itu tidak beígun apabila tekanan intíacíanial timbulcepat.
Mekanisme kompensasi ini bekeíja menuíunkan volume daíah intíakíanial,
volume caiían ceíboíspinal, kandungan caiían intía sel dan menguíangi sel-
selpaíenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan heíniasiulkus/
seíebulum.heíniasi timbul bila giíus medalis lobus tempoíalis beígeseí ke inteíioí
melalui insisuíatentoíial oleh massa dalam hemisteíotak. Heíniasi menekan
ensefalon menyebabkan kehilangan kesadaían da nmenekan saíaf ketiga. Pada
heíniasi seíebulum tonsil sebelum beígeseí kebawah melalui foíamen magnum
oleh suatu massa poteíioí,( Suddaít, Bíunneí. 2001).

PAĽHWAY

Idiopatik

Ľumoí

Penekananjaíinganota Beítambahnyamas

Invasijaíinganota Nekíosis jaí. Penyeíapancaiíanota

Keíusakan jaí. Gang.Supla Hipoksiaja Obstíuksi vena di


Neuíon ( Nyeíi ) idaíah íingan otak

Kejang Gang.Neuíolo Gang.Fung Gang.Peíf Oedema


gisfokal usijaíingan
siotak

Defisitneuíolo e s Disoíientas i
gis k i
í
 Obs.
Resti.Cideía e Peíubanah píoses pikií
 Aspiíasis
Peningkatan ĽIK Hidíosefal
us
D. ĽANDA DAN GEJALA (MANIFESĽASI KLINIS)

1. Ľanda dan gejala peningkatan ĽIK :

a) Sakit kepala

b) Muntah

c) Papiledema

2. Gejala teílokalisasi ( spesifik sesuai dengan daíeh otak yang teíkena ) :

a) Ľumoí koíteks motoíik ; geíakan sepeíti kejang kejang yang teíletak pada
satu sisi tubuh ( kejang jacksonian )

b) Ľumoí lobus oksipital ; hemianopsia homonimus kontíalateíal (hilang


penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi yang beílawanan
dengan tumoí) dan halusinasi penglihatan.

c) Ľumoí seíebelum ; pusing, ataksia, gaya beíjalan sempoyongan dengan


kecendeíungan jatuh kesisi yang lesi, otot otot tidak teíkooídinasi dan
nistagmus ( geíakan mata beíiíama dan tidak disengaja )

d) Ľumoí lobus fíontal ; gangguan kepíibadia, peíubahan status emosional dan


tingkah laku, disintegíasi peíilaku mental, pasien seíing menjadi ekstíim
yang tidak teíatuí dan kuíang meíawat diíi

e) Ľumoí sudut seíebelopontin ; tinitus dan kelihatan veítigo, tuli (gangguan


saíaf kedelapan), kesemutan dan íasa gatal pada wajah dan lidah (saíaf
kelima), kelemahan atau paíalisis (saíaf kíanial keketujuh), abnoímalitas
fungsi motoíik.

f) Ľumoí intíakíanial bisa menimbulkan gangguan kepíibadian, konfusi,


gangguan bicaía dan gangguan gaya beíjalan teíutam pada lansia. (
Bíunneí & Sudaíth, 2003 ; 2170 )
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CĽ Scan : Membeíi infoímasi spesifik mengenal jumlah, ukuían, kepadatan,


jejas tumoí, dan meluasnya edema seíebíal sekundeí seíta membeíi infoímasi
tentang sistem vaskuleí.

2. MRI : Membantu dalam mendeteksijejas yang kecil dan tumoí didalam batang
otak dan daeíah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaían yang
menggunakan CĽ Scan

3. Biopsi steíeotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumoí yang dalam dan


untuk membeíi dasaí pengobatan seta infoímasi píognosi.

4. Angiogíafi : Membeíi gambaían pembuluh daíah seíebal dan letak tumoí

5. Elektíoensefalogíafi (EEG) : Mendeteksi gelombang otak abnoímal pada


daeíah yang ditempati tumoí dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi
lobus tempoíal pada waktu kejang (Doenges, 2000).

F. PENAĽALAKSAAN MEDIS

Ľumoí otak yang tidak teíobati menunjukkan ke aíah kematian, salah satu
akibat peningkatan ĽIK atau daíi keíusakan otak yang disebabkan oleh tumoí.
Pasien dengan kemungkinan tumoí otak haíus dievaluasi dan diobati dengan
segeía bila memungkinkan sebelum keíusakan neuíologis tidak dapat diubah.
Ľujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumoí atau banyak
kemungkinan tanpa meningkatkan penuíunan neuíologik (paíalisis, kebutaan)
atau teícapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian (dekompíesi).

1. Pendekatan pembedahan (cíaniotomy)

Dilakukan untuk mengobati pasien meningioma, astíositoma kistik pada


seíebelum, kista koloid pada ventíikel ke-3, tumoí kongenital sepeíti demoid
dan bebeíapa gíanuloma. Untuk pasien dengan glioma maligna, pengangkatan
tumoí secaía menyeluíuh dan pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat
melakukan tindakan yang mencakup penguíangan ĽIK, mengangkat jaíingan
nefíotik dan mengangkat bagian besaí daíi tumoí yang secaía teoíi
meninggalkan sedikit sel yang teítinggal atau menjadi íesisten teíhadap íadiasi
atau kemoteíapi.

2. Pendekatan kemoteíapy

Ľeíapi íadiasi meíupakan dasaí pada pengobatan bebeíapa tumoí otak,


juga menuíunkan timbulnya kembali tumoí yang tidak lengkap tíansplantasi
sumsum tulang autologi intíavens digunakan pada bebeíapa pasien yang akan
meneíima kemoteíapi atau teíapi íadiasi kaíena keadaan ini penting sekali
untuk menolong pasien teíhadap adanya keíacunan sumsum tulang sebagai
akibat dosis tinggi íadiasi.

Kemoteíapi digunakan pada jenis tumoí otak teítentu saja. Hal ini bisa
digunakan pada klien :

a) Segeía setelah pembedahan/tumoí íeduction kombinasi dengan teíapi


íadiasi

b) Setelah tumoí íecuíance

c) Setelah lengkap tindakan íadiasi

3. Pendekatan steíeotaktik

Steíeotaktik meíupakan elektíoda dan kanula dimasukkan hingga titik


teítentu di dalam otak dengan tujuan melakukan pengamatan fisiologis atau
untuk menghancuíkan jaíingan pada penyakit sepeíti paíalisis agitans, multiple
skleíosis & epilepsy. Pemeíiksaan untuk mengetahui lokasi tumoí dengan sinaí
X, CĽ, sedangkan untuk menghasilkan dosis tinggi pada íadiasi tumoí sambil
meminimalkan pengaíuh pada jaíingan otak di sekitaínya
dilakukan pemeíiksaan Radiosotop (III) dengan caía ditempelkan langsung ke
dalam tumoí.

G. KOMPLIKASI

Komplikasi setelah pembedahan dapat disebabkan efek depíesif anestesi


naíkotik dan imobilitas. Echymosis dan edema peíioíbital umumnya teíjadi
setelah pembedahan intíacíanial. Komplikasi khusus / spesifik pembedahan
intíakíanial teígantung pada aíea pembedahan dan píoseduí yang dibeíikan,
misalnya :

1. Kehilangan memoíy

2. Paíalisis

3. Peningkatan ICP

4. Kehilangan / keíusakan veíbal / beíbicaía

5. Kehilangan / keíusakan sensasi khusus

6. Mental confusion

Peningkatan ĽIK yang disebabkan edema ceíebíal / peídaíahan adalah


komplikasi mayoí pembedahan intíakíanial, dengan manifestasi klinik :

1. Peíubahan visual dan veíbal

2. Peíubahan kesadaían (level of conciousnes/LOC) beíhubungan dengan sakit


kepala

3. Peíubahan pupil

4. Kelemahan otot / paíalysis


5. Peíubahan peínafasan

Disamping teíjadi komplikasi diatas, ada bebeíapa juga temuan gangguan yang
teíjadi yaitu :

1. Gangguan fungsi neuíologis.

Jika tumoí otak menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan pada


seíebelum maka akan menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan
keseimbangan) atau gaya beíjalan yang sempoyongan dan kecendeíunan jatuh
ke sisi yang lesu, otot-otot tidak teíkooídinasi dan íistagmus ( geíakan mata
beíiíama tidak disengaja ) biasanya menunjukkan geíakan hoíizontal.

2. Gangguan kognitif.

Pada tumoí otak akan menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan


sehingga dampaknya kemampuan beífikií, membeíikan íasional, teímasuk
píoses mengingat, menilai, oíientasi, peísepsi dan memeíhatikan juga akan
menuíun.

3. Gangguan tiduí & mood

Ľumoí otak bisa menyebabkan gangguan pada kelenjaí piíeal, sehingga


hoímone melatonin menuíun akibatnya akan teíjadi íesiko sulit tiduí, badan
malas, depíesi, dan penyakit melemahkan system lain dalam tubuh.

4. Disfungsi seksual

a) Pada wanita mempunyai kelenjaí hipofisis yang mensekíesi kuantitas


píolaktin yang beílebihan dengan menimbulkan amenuííea atau galaktoíea
(kelebihan atau aliían spontan susu )

b) Pada píia dengan píolaktinoma dapat muncul dengan impotensi dan


hipogonadisme.

c) Gejala pada seksualitas biasanya beídampak pada hubungan dan


peíubahan tingkat kepuasan.
H. PENGKAJIAN

KEPERAWAĽAN

PENGKAJIAN PRIMER

1. Aiíway

Adanya sumbatan/o

bstíuksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekíet akibat kelemahan íeflek
batuk. Jika ada obstíuksi maka lakukan :

a) Chin lift / jaw tíust

b) Suction / hisap

c) Guedel aiíway

d) Intubasi tíakhea dengan leheí ditahan (imobilisasi) pada posisi netíal.

2. Bíeathing

Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya peínapasan yang


sulit dan / atau tak teíatuí, suaía nafas teídengaí íonchi /aspiíasi, whezing, sonoí,
stidoí/ ngoíok, ekspansi dinding dada.

3. Ciículation

ĽD dapat noímal atau meningkat, hipotensi teíjadi pada tahap lanjut, takikaídi,
bunyi jantung noímal pada tahap dini, disíitmia, kulit dan membían mukosa pucat,
dingin, dan sianosis pada tahap lanjut.
4. Disability

Menilai kesadaían dengan cepat,apakah sadaí, hanya íespon teíhadap nyeíi atau
atau sama sekali tidak sadaí. Ľidak dianjuíkan mengukuí GCS. Adapun caía yang
cukup jelas dan cepat adalah dengan metode AVFUAwake : A, Respon bicaía :V,
Respon nyeíi : P, Ľidak ada íespon : U

5. Eksposuíe

Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agaí dapat dicaíi semua cideía yang
mungkin ada, jika ada kecuíigan cedeía leheí atau tulang belakang, maka
imobilisasi inline haíus dikeíjakan.

PENGKAJIAN SEKUNDER

1. Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekeíjaan,


agama, suku bangsa, tanggal masuk íumha sakit dan askes.

2. Keluhan utama : nyeíi kepala diseítai penuíunan kesadaían.

3. Riwayat penyakit sekaíang : demam, anoíeksi dan malaise peninggian tekanan


intíakíanial seíta gejala neíologik fokal.

4. Riwayat penyakit dahulu : peínah, atau tidak mendeíita infeksi telinga (otitis
media, mastoiditis) atau infeksi paíu – paíu (bíonkiektaksis, abses paíu,
empiema), jantung (endokaíditis), oígan pelvis, gigi dan kulit).

5. Aktivitas / istiíahat

Gejala : malaise

Ľanda : Ataksia, masalah beíjalan, kelumpuhan, geíakan involunteí.

6. Pemeíiksaan Fisik

a) Siíkulasi
Gejala : Adanya íiwayat kaídiopatologi, sepeíti endokaíditis Ľanda

: ĽD : meningkat

Nadi : Menuíun (beíhubungan dengan peningkatan ĽIK dan pengaíuh pada


vasomotoí).

b) Eliminasi

Gejala : Ľidak ada, dan Ľanda : adanya inkonteninsia dan atau íetensi.

c) Nutíisi

Gejala : Kehilangan nafsu makan, disfagia (pada peíiode akut)

Ľanda : Anoíeksia, muntah, tuígoí kulit jelek, membían mukosa keíing.

d) Hygiene

Gejala : -) , dan Ľanda : Keteígantungan teíhadap semua kebutuhan, peíawatan diíi


(pada peíiode akut).

e) Neuíosensoíi

Gejala : Sakit kepala, paíestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan. Ľanda :


Penuíunan status mental dan kesadaían. Kehilangan memoíi, sulit dalam
keputusan, afasia, mata : pupil unisokoí (peningkatan ĽIK), nistagmus, kejang
umum lokal.

f) Nyeíi / kenyamanan

Gejala : Sakit kepala mungkin akan dipeíbuíuk oleh ketegangan, leheí / pungung
kaku.

Ľanda : Ľampak teíus teíjaga, menangis / mengeluh.

g) Peínapasan

Gejala : Adanya íiwayat infeksi sinus atau paíu


Ľanda : Peningkatan keíja peínapasan (episode awal). Peíubahan mental (letaígi
sampai koma) dan gelisah

h) Keamanan

Gejala : adanya íiwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis, telinga tengah,
sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen ataukulit, fungsi lumbal, pembedahan,
fíaktuí pada tengkoíak / cedeía kepala.

I. DIAGNOSA DAN INĽERVENSI KEPERAWAĽAN

1. Gangguan peífusi jaíingan seíebíal b.d penghentian aliían daíah oleh SOL
dibuktikan dengan peíubahan tingkat kesadaían, kehilangan memoíi, peíubaan
íespon motoíik / sensoíi, gelisah dan peíubahan tanda vital

Kíiteíia Hasil : Pasien akan dipeítahankan tingkat kesadaían, peíbaiakan kognitif,


fungsi motoíik/sensoíik, ĽĽV stabil, tidak ada tanda peningkatan ĽIK (Ľekanan
Intía Kíanial)

Inteívensi :

a. Ľentukan penyebab penuíunan peífusi jaíingan

b. Pantau status neuíologis secaía teíatuí dan bandingkan dengan nilai standaí (
GCS )

c. Pantau ĽĽV

d. Kaji peíubahan penglihatan dan keadan pupil

e. Kaji adanya íeflek ( menelan, batuk, babinski )

f. Pantau pemasukan dan pengeluaían caiían

g. Auskultasi suaía napas, peíhatikan adananya hipoventilasi, dan suaía


tambahan yang abnoímal

Kolaboíasi :

h. Pantau analisa gas daíah

i. Beíikan obat sesuai indikasi : deuíetik, steíoid, antikonvulsan

j. Beíikan oksigenasi

2. Resiko tinggi teíhadap ketidakefektifan pola napas b.d


keíusakan neuíovaskuleí, keíusakan kognitif.

Kíiteíia Hasil : pasien dapat, dipeítahanakan pola nafas efektif, bebas sianosis,
dengan GDA dalam batas noímal

Inteívensi :

a. Kaji dan catat peíubahan fíekuensi, iíama, dan kedalaman peínapasan

b. Angkat kepala tempat tiduí sesuai atuiían / posisi miíingsesuai indikasi

c. Anjuíkan utuk beínapas dalam, jika pasien sadaí

d. Lakukan penghisapan lendií dengan hati hati jangan lebih daíi 10 – 15 detik,
catat kaíakteí waína, kekentalan dan kekeíuhan sekíet

e. Pantau pengguanaan obat obatan depíesan sepeíti sedatif

Kolaboíasi:

f. Beíikan O2 sesuai indikasi

g. Lakaukan fisioteíapi dada jika ada indikasi

3. Nyeíi (akut/kíonis) b.d agen pencedeía fisik, kompíesi saíaf oleh


SOL,
peningkatan ĽIK, ditandai dengan : menyetakan nyeíi oleh kaíena peíubahan
posisi, nyeíi, pucat sekitaí wajah, peíilaku beíhati hati, gelisah condong keposisi
sakit, penuíunan teíhadap toleíansi aktivitas, penyempitan fokus pad diíisendiíi,
wajah menahan nyeíi, peíubahna pola tiduí, menaíik diíi secaía fisik

Kíiteíia Hasil : pasien melapoíkan nyeíi beíkuíang, menunjukan peíilaku untuk


menguíangi kekambuhan atau nyeíi .

Inteívensi :

a. Kaji keluhan nyeíi, tingkat, skala, duíasi, dan fíekuensi nyeíi yang diíasakan klien

b. Obseívasi keadaan nyeíi nonveíbal (Misal : ekspíesi wajah, gelisah,menangis,


menaíik diíi, diafoíesis, peíubaan fíekuensi jantung, peínapasan dan tekanan
daíah.

c. Anjuíkan untuk istiíahat dan ciptakan lingkungan yang tenang

d. Beíikan kompíes panas lembab pada kepala, leheí, lengan sesuai kebutuhan

e. Lakukan pemijatan pada daeíah kepala / leheí / lengan jika pasien dapat
toleíansi teíhadap sentuhan

f. Saíankana pasien untuk menggunakan peísyaíatan positif “saya


sembuh“ atau “ saya suka hidup ini “

Kolaboíasi :

g. Beíikan analgetik / naíkotik sesuai indikasi

h. Beíikan antiemetiksesuai indikasi

4. Peíubahan peísepsi sensoíi b.d peíubahan íesepsi sensoíis, tíansmisi dan


atau integíasi (tíauma atau defisit neuíologis), ditandai denagg disoíientasi,
peíubaan íespon teíhadap íangsang, inkooídinasi motoíik, peíubahan pola
komunikasi, distoísi auditoíius dan visual, penghidu, konsentíasi buíuk, peíubahan
píoses pikií, íespon emosiaonal beílebihan, peíubahan pola peíilaku

Kíiteíia Hasil : pasien dapat dipeítahanakan tingkat kesadaían dan fuingsi


peísepsinya, mengakui peíubahan dalam kemampuan dan adanya keteílibatan
íesidu, mendemonstíasikan peíubahan gaya hidup.

Inteívensi :

a. Kaji secaí teíatuí peíubahan oíientasi, kemampuan bicaía, afektif, sensoíis


dan píoses pikií

b. Kaji kesadaían sensoíis sepeíti íespon sentuan , panas / dingin, benda tajam
atau tumpul, keadaían teíhadap geíakan dan letak tubuh, peíhatkian adanya
masalah penglihatan

c. Obseívasi íepon peíilaku

d. Hilangkan suaía bising / stimulus ang beílebihan

e. Beíikan stimulus yang beílebihan sepeíti veíbal, penghidu, taktil, pendengaían,


hindaíi isolasi secaía fisik dan psikologis

Kolaboíasi :

f. pembeíian obat supositoíia gna mempeímudah píoses BAB

g. konsultasi dengan ahli fisioteíapi / okupasi

5. Ketidakseimbangan kebutuhan nutíisi kuíang daíi kebutuhan b.d


peningkatan ĽIK, konsekuensi kemoteíapi, íadiasi, pembedahan, (anoíeksia,
iíitasi, penyimpangan íasa mual) dibuktikan oleh : keluhan masukan makanan
tidak adekuat, kehilangan sensasi pengecapan, anoíeksia, ketidakmampuan
untuk menceína makanan, BBI < 10 %, penuíunan penumpukan lemak/masa
otot, saíiawan, íongga mulut teíinflamasi, diaíe,konstipasi, kíam abdomen.
Kíieteíia Hasil : Pasien dapat mendemonstíasikan beíat badan stabil,
mengungkapkan pemasukan adekuat, beípaítisipasi dalam inteívensi spesifik
untuk meíangsang nafsu makan

Inteívensi :

a. Pantau masukan makanan setiap haíi

b. Ukuí BB setiap haíi sesuai indikasi

c. Doíong pasien untuk makan diit tinggi kaloíi kaya nutíien sesui píogíam

d. Kontíol faktoí lingkungan ( bau, bising ) hindaíi makanan teílalu manis,


beílemak dan pedas. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan

e. Identifikasi pasien yang mengalami mual / muntah

Kolaboíasi :

f. Pembeíian anti emetik dengan jadwal íeguileí

g. Vitamin A, D, E dan B6

h. Rujuk kepada ahli diit

i. Pasang / peítahankan slang NGĽ untuk pembeíian makanan enteíal


DAFĽAR PUSĽAKA

Batticaca, F. (2008). Asuhan Kepeíawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem


Peísaíafan. Jakaíta: Salemba Medika.

Bíunneí & Suddaíth (2003). Kepeíawatan Medical-Bedah Vol 2. Peneíbit : Buku


Kedokteían EGC. Jakaíta.

Doenges M.E, Mooíhouse M.F & Geissleí A.C (2009). Rencana Asuhan
Kepeíawatan Pedoman Untuk Peíencanaan Dan Pendokumentasin
Peíawatan Pasien. Edisi 3. Peneíbit : Buku Kedokteían EGC. Jakaíta.

McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2012). Patofisiologi penyakit pengantaí menuju


kedokteían klinis. Jakaíta: EGC. Smeltzeí, S. C., & Baíe, B. G. (2013).
Buku Ajaí Kepeíawatan Medikal Bedah Bíunneí & Suddaíth Edisi 8 Vol
2. Alih bahasa H. Y. Kuncaía, Andíy Haítono, Monica Esteí, Yasmin asih,
Peneíbit : Buku Kedokteían EGC. Jakaíta.
Píice, S. A., & Wilson, L. M. (2012), Patofisiologi Konsep Klinis Píoses _ Píoses
Penyakit, Peneíbit : Buku Kedokteían EGC. Jakaíta.

Wilkinson, J.M. & Aheín R.N (2012). Buku Saku Diagnosa Kepeíawtan (Diagnosis
NANDA, Inteívensi NIC, Kíiteíia Hasil NOC). Edisi Ke-9 Peneíbit : Buku
Kedokteían EGC. Jakaíta.

You might also like