Professional Documents
Culture Documents
net/publication/342330102
CITATION READS
1 7,144
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
The classical roots of the Austrian theory of capital and entrepreneurship View project
All content following this page was uploaded by Carmelo Ferlito on 20 June 2020.
Authored by :
Chandra Rambey & Dr Carmelo Ferlito
Chandra Rambey,
CEO of PT. Provalindo Nusa,
He is also a Deputy Head of Research and Foreign Relations REI DKI Jakarta, Indonesia Email
addreass : chandra.rambey@provalindonusa.com
Dr Carmelo Ferlito
Research Advisor at Provalindo Nusa, Jakarta, Indonesia.
He is also a Senior Fellow at the Institute for Democracy and Economic Affairs (IDEAS) and the
Director of the Center for Market Education (CME) in Kuala Lumpur, Malaysia. E-mail address:
1
carmelo@ideas.org.my. www.provalindonusa.com
OUTLINE
1. Covid 19 dan Kondisi Ekonomi Dunia
1.1 Covid 19 dan Munculnya Krisis Ekonomi Dunia: Sebuah
Pengantar.
1.2. Dampak Kebijakan Lockdown Terhadap Kondisi Ekonomi
Dunia.
1.3. Efek Pandemi Terhadap Sektor Agrikultur Dunia.
2
www.provalindonusa.com
1 Covid 19 dan Kondisi Ekonomi Dunia
Ada empat jenis influenza musiman (A, B, C dan D); saat ini masing-masing
jenis influenza tersebut telah meiliki vaksinnya. Sebagai referensi, mari kita
perhatikan bahwa untuk flu musiman 2018-2019 hampir 170 juta suntikan
vaksin didistribusikan di AS saja. Meskipun penggunaan massal vaksin,
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan
bahwa sejak 2010 antara 9 dan 45 juta orang Amerika terinfeksi setiap
tahun, sementara angkat kematian mencapai 61,000 pada 2018.
3
www.provalindonusa.com
Sampai hari ini (20 April 2020), Virus COVID19, yang belum ditemukan vaksinnya ini, melalui
testing diketahui telah menginfeksi sebanyak kurang dari 4 juta orang diseluruh dunia dan
telah membunuh sebanyak kurang dari 200,000 orang. Dengan jumlah kasus kematian
sebanyak 78,186, Amerika Serikat menjadi Negara dengan proporsi terbesar degnan
persentase sebesar 24.6%, sementara 60,47% korban tinggal dikawasan Eropa Barat. Seluruh
Asia Tenggara (termasuk Hongkong) hanya menyumbang jumlah korban kematian sebesar
1147 orang (0.69%) sementara Indonesia menyumbang jumlah korban sebear 0.35% dari
total dan Malaysia sebesar 0.05%.
Untuk menjawab masalah yang muncul dari pandemi1 ini, beberapa Negara berekasi dengan
menerapka kebijakan yang membatas pergerakan manusia, dan beberapa menerapakan
kebijakan “lockdown”, yang menyebabkan berhentinya pergerakan ekonomi dunia dalam
skala besar. Perdebatan yang muncul seringkali mengumbar konsep krisis ekonomi yang
diinduksi Covid-19, tetapi perlu untuk mengklarifikasi bagaimana tantangan saat ini
ditimbulkan oleh penguncian yang berbeda daripada oleh virus itu sendiri. Dalam skenario ini,
diskusi tentang sifat dan definisi krisis yang kita alami akan sangat membantu.
Krisis Ekonomi pada dasarnya bisa bersifat Endogen dan Exogen. Dalam kasus pertama,
Endogen berarti krisis ekonomi tersebut berasal dari system ekonomi itu sendiri, contohnya
kasus krisis ekonomi 2007-2008 dimana krisis tersebut mucul akibat dari elemen elemen
ekonomi (dalam kasus ini adalah adanya interaksi antara pasar kredit dan pasar perumahan).
Dalam kasus kedua krisis ekonomi muncul akibat dari fenomena/peristiwa di luar system
ekonomi itu sendiri ; seperti adanya gempa bumi besar yang menghancurkan kapasitas
produksi suatu wilayah; atau adanya perang. Dengan COVID19 kita mengalami tipe baru dari
krisis ekonomi. Mengapa bisa disebut sebagai tipe baru krisis ekonomi? Tentu virus ini sendiri
bisa dibilang sebagai salah satu definisis krisis ekonomi yang eksogen, namun lain halnya
dengan apa yang terjadi ketika ada bencana alam dan perang, COVID19 tidak mempengaruhi
secara langsung terjadinya ketidakstabilan ekonomi, kalau dilihat dari hasil observasi
terdapat beberapa langkah yang menjelaskan mengapa virus ini mempengaruhi ekonomi
secara tidak langsung:
1
Pandemi muncul dari kosakata Yunann “pan” (Seluruh) dan “demos” (Manusia).
4
www.provalindonusa.com
1.2. Dampak Kebijakan Lockdown Terhadap Kondisi
Ekonomi Dunia
5
www.provalindonusa.com
‘’ Menurut Gurría (2020), sekretaris jenderal
OECD, kebijakan lockdown akan menelan
biaya 2% dari PDB untuk ekonomi dunia
per bulan. Menurut OECD (2020, p. 1),
“dampak langsung awal dari shutdowns
OECD (2020, p. 2) menambahkan bahwa
“sektor yang terkena dampak
menyumbang antara 30-40 persen dari
total output di sebagian besar ekonomi.
Mengizinkan hanya shutdown parsial di
bisa berupa penurunan tingkat produksi beberapa sektor, dan dengan asumsi
antara seperlima hingga seperempat di tingkat shutdown yang sama di semua
banyak negara, dengan pengeluaran negara, pukulan awal langsung
konsumen berpotensi turun sekitar satu - keseluruhan ke tingkat PDB biasanya
ketiga. [...] Estimasi luas ini hanya antara 20-25% di banyak negara maju
mencakup dampak langsung awal di utama. Dampaknya terhadap
sektor-sektor yang terlibat dan tidak pertumbuhan PDB tahunan akan
memperhitungkan dampak tidak langsung tergantung pada berapa lama langkah-
tambahan yang mungkin timbul ”. langkah ini tetap ada ”.
Untuk saat ini,lembaga rating kredit Fitch (2020) masih yakin bahwa ekonomi
dunia dapat tumbuh sebesar 1,3% pada akhir tahun 2020, tetapi mereka
tidak mengecualikan resesi global jika langkah-langkah penguncian harus
diperpanjang. Namun, perdagangan dunia dan produksi industri
diperkirakan akan bergerak di wilayah negatif.
McKinsey (2020, hal. 10) mengharapkan PDB dunia menyusut 1,8% pada
akhir tahun, untuk pulih pada kuartal pertama 2021, sementara titik depresi
ekonomi yang lebih berat dapat tersentuh pada akhir kuartal kedua (-5,3%
pada kuartal keempat 2019).
6
www.provalindonusa.com
Tabel: Kondisi Ekonomi Dunia Tahun 2020
Real GDP Drop 2020 GDP Time to Return
2019Q4 – 2020Q2 Growth to Pre-Crisis
% Change % Change Quarter
China -3.5% -0.5% 2020 Q4
Japan -2.1% -2.7% 2021 Q1
India -7.6% -1.2% 2020 Q4
Thailand -4.3% -2.1% 2021 Q1
Indonesia -2.7% 1.4% 2020 Q4
WORLD -5.3% -1.8% 2021 Q1
Source: McKinsey (2020, p. 10).
7
www.provalindonusa.com
Figure: Prakiraan ekspor daging sapi, babi, dan ayam pada tahun 2020.
Secara khusus, perkiraan produksi daging ayam global direvisi 2 persen lebih rendah menjadi
100,5 juta ton; pertumbuhan produksi di Cina tidak dapat sepenuhnya mengimbangi
perkiraan produksi yang lebih rendah untuk semua produsen utama lainnya. Namun,
ramalan tersebut tetap satu persen lebih tinggi dari 2019, karena permintaan daging ayam
biasanya anti-siklus: pada saat-saat sulit, orang-orang beralih lebih ke ayam, yang
merupakan sumber protein yang berbiaya rendah dan cepat diproduksi (USDA, 2020b, hal.
2
Menurut Rabobank juga, penurunan lebih lanjut dalam produksi daging babi di Asia tahun
ini dapat menyebabkan potensi pertumbuhan produksi unggas lokal dan perdagangan
internasional, jika tantangan rantai pasokan yang meningkat dapat dikelola: permintaan
unggas dapat menguntungkan di antara komoditas , karena kemampuan daya saing
harganya (McDougal, 2020).
8
www.provalindonusa.com
Perdagangan daging ayam global direvisi lebih rendah 4 persen menjadi 11,7 juta ton karena
revisi turun untuk semua eksportir utama kecuali Brasil. Akibatnya, perdagangan daging
ayam dunia akan mengalami kontraksi 1 persen pada tahun 2020 dibandingkan tahun lalu
meskipun ada sedikit keuntungan oleh Brasil dan Amerika Serikat.
Namun, harga komoditas pangan diperkirakan akan relatif stabil jika dibandingkan dengan
komoditas lainnya.
9
www.provalindonusa.com
2 Kondisi Ekonomi Indonesia dalam
Pandemi COVID 19
Kasus Covid 19 terjadi pertama kali di Indonesia pada 2 Maret 2020, sejak
itu tercatat sebanyak 13,112 kasus terjadi di Indonesia dengan angka
kematian sebanyak 943 orang dan kasus yang disembuhkan sebanyak 943
orang.
10
www.provalindonusa.com
Google mengeluarkan data yang memantau keberadaan orang-orang di
ruang-ruang tertentu, seperti restoran, taman, dan tempat kerja; kemudian
mengukur bagaimana keberadaan orang-orang telah berkurang karena
berbagai jenis kebijakan lockdown. Dari data tersebut dapat diisyaratkan
bahwa di mana penurunan keberadaan orang lebih tinggi, maka kebijakan
lockdown yang lebih keras diikuti, sementara dalam kasus lain itu lebih
santai. Tabel di bawah ini merangkum temuan untuk Asia Tenggara.
Figure: Mobility drop* in Southeast Asia and Covid-19 cases and deaths**.
To be updated when we are closer to the date for the final version.
11
www.provalindonusa.com
Gambar menunjukkan bahwa jumlah kematian per juta orang lebih rendah di negara-negara
yang menerapkan kebijakan lockdown keras, seperti Thailand dan Vietnam, di mana kita
menghadapi tingkat pembatasan yang lebih rendah, jika dibandingkan dengan negara-
negara yang lebih ketat seperti Malaysia dan Filipina, di mana kematian per 1 juta orang
adalah 3 dan 4 masing-masing (versus 0,7 di Thailand dan 0 di Vietnam). Indonesia memiliki
jumlah kematian yang sama per juta orang dengan Malaysia, tetapi pengurangan
mobilitasnya rata-rata 40,4% berbanding 66% Malaysia.
Meskipun kita tidak dapat berdebat, tentu saja, bahwa kebijakan lockdown adalah penyebab
kematian, pada saat yang sama kita tidak dapat menyimpulkan bahwa kebijakan lockdown
yang ketat itu sendiri adalah penjelasan yang signifikan untuk jumlah kematian yang rendah
atau tinggi. Kasus-kasus Thailand, Vietnam dan Hong Kong yang berhasil harus dijelaskan
dengan cara yang berbeda.
Dalam skenario ini, Bank Pembangunan Asia memperkirakan bahwa negara berkembang di
Asia akan tumbuh 2,2%, dibandingkan dengan 5,5% yang diprediksi September lalu (ADB,
2020a). Namun, menurut lembaga yang berbasis di Manila ini, ekonomi Asia yang sedang
berkembang bisa pulih dengan cepat dan diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,1% pada
tahun 2021.
12
www.provalindonusa.com
Figure: Prakiraan PDB – Indonesia. Inflasi, yang rata-rata 2,8% pada tahun 2019,
diperkirakan akan meningkat menjadi 3,0%
pada tahun 2020, sebelum turun menjadi
2,8% pada tahun 2021 (ADB, 2020b).
Sementara itu lembaga Pemeringat Selain itu McKinsey (2020, hlm. 10)
Keuangan dunia,Fitch (2020, hal. 28) lebih berekspetasi bahwa ekonomi Indonesia
optimis dan masih mengharapkan akan berada di wilayah positif (+ 1,4%)
pertumbuhan 4,7% untuk Indonesia pada pada akhir tahun, dengan ekonomi
akhir tahun, dan + 5,3% pada tahun 2021. nusantara diperkirakan akan pulih pada
Pada saat yang sama, Fitch (2020, hal. 28) tingkat sebelum krisis pada akhir tahun ini.
memperkirakan pengeluaran konsumen Namun, McKinsey (2020, hal. 11) tidak
untuk tetap lebih kuat (4,1% pada tahun mengesampingkan kemungkinan bahwa
2020 dan + 5% pada tahun 2021), diikuti penyebaran virus dapat memperpanjang
oleh investasi tetap (+ 5,8% pada tahun melampaui harapan; dalam skenario ini,
2020 dan + 6,3% pada tahun 2021). ekonomi Indonesia dapat menurun 1,3%
dan pulih pada kuartal kedua 2021.
13
www.provalindonusa.com
Tabel dibawah ini merangkum beberapa proyeksi ekonomi Indonesia kedepan
berdasarkan perhitungan lembaga-lembaga internasional
Ada lebih banyak di belakang angka makro. Sebagaimana dikutip dalam Ferlito
dan Perone (2020), ekonomi bukan sekedar angka, atau benda; sebaliknya, ia
dibentuk dari hasil miliaran interaksi interindividu. Penurunan PDB, atau krisis
ekonomi secara luas, lebih dari sekadar informasi statistik; itu menyiratkan
tindakan usaha yang menutup diri dan banyaknya orang kehilangan pekerjaan,
dan karenanya meningkatkan kemiskinan.
Pada awal April, 54% orang Indonesia menyatakan bahwa mereka merasa
bahwa situasi yang dibawa oleh Covid-19 dapat menyebabkan mereka tidak
dapat memenuhi kebutuhan (McKinsey, 2020, hlm. 18).
Per 13 April, sudah 2,8 juta orang Indonesia telah kehilangan pekerjaan,
sementara IMF memperkirakan bahwa tingkat pengangguran dapat meningkat
menjadi 7,5% dari 5,3% pada 2019 (Akhlas, 2020). Menurut perkiraan dari
Kementerian Keuangan Indonesia, 1,1 juta orang miskin baru dan 2,9 juta orang
pengangguran baru akan ditambahkan sebagai konsekuensi dari pandemi dan
kebijakan pembatasan social berskala besar; skenario terburuk
memproyeksikan bahwa 3,78 juta orang akan jatuh ke dalam kemiskinan dan
5,2 juta akan kehilangan pekerjaan mereka (Gorbiano, 2020).
14
www.provalindonusa.com
Hal tersebut mengakibatkan masalah ekonomi berubah menjadi masalah
kemanusiaan. Terdapat tiga katagori masalah ekonomi yang muncul
akibat konsekuensi kebijakan pembatasan tersebut yaitu :
15
www.provalindonusa.com
2.4. Berbagai Paket Kebijakan Stimulus
Untuk menghadapi tantangan yang muncul dari kondisi ekonomi yang tak
menentu ini, pemerintah Indonesia merespon dengan membuat beberapa
kebijakan stimulus. Paket stimulus pertama, pembebasan pajak penghasilan
untuk tenaga kerja di sektor manufaktur (untuk pekerja yang berpenghasilan
hingga Rp 200 juta) diperkenalkan, setara dengan total "pengeluaran" sebesar
Rp 8,6 triliun. Di bawah paket yang sama, bea masuk dan pengabaian tarif
impor untuk sektor manufaktur diperkenalkan, sebesar Rp8,15 triliun. Selain
itu, direncanakan restitusi pajak pertambahan nilai (Rp1,97 triliun).
16
www.provalindonusa.com
2.5. Berapa Lama Pandemi Akan Bertahan?
Source: https://ddi.sutd.edu.sg/portfolio/items/444037.
Tentu bahwasannya prediksi diatas tidak bisa kita pegang sebagai hasil yang mutlak, namun
prediksi dari kajian diatas dapat kita pakai sebagai indikasi untuk menerapak strategi untuk
menjaga perekonomian.
2
See the appendix to this paper.
3
See, among others, Ben-Israel (2020). Similarly, Mazzei (2020) has demonstrated, through google mobility
analyses, that the spread of the virus in Europe has been very similar in countries with “light” or “strong”
lockdown.
17
www.provalindonusa.com
2.6. An exit strategy
Penargetan berbasis lokasi yang lebih baik juga dapat memungkinkan pemerintah untuk
memperluas daftar sektor-sektor yang dikecualikan untuk memasukkan industri-industri
pendukung yang vital dan rantai pasokan yang mengalami tekanan akibat kondisi ekonomi
yang melambat. Pada saat yang sama, insentif dapat diberikan untuk mendorong kepatuhan
bisnis pada pengujian wajib semua staf dan tindakan pencegahan lainnya seperti karyawan
mengambil suhu sebelum memasuki tempat bisnis atau sanitasi yang luas di tempat kerja.
Selain pengecualian yang diberikan atas dasar industri (disebutkan di atas), pemerintah
dapat mulai mengidentifikasi zona hijau dari tingkat infeksi yang sangat rendah. Karyawan
yang tinggal dan bekerja di zona hijau ini kemudian dapat memenuhi syarat untuk
pengecualian yang Dideklarasikan Sendiri. Bisnis yang dikecualikan harus mematuhi Protokol
Pengujian dan Kontrol yang ketat termasuk pengujian wajib semua staf dan protokol lain
18
www.provalindonusa.com
seperti pengambilan suhu rutin. Biaya pengujian dan peralatan medis yang memenuhi syarat
(mis. Termometer) dapat dikurangkan dari pajak.
Dari hasil pemikiran diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja ekonomi Indonesia kedepannya
sangat bergantung dengan durasi kebijakan lockdown atau PSBB .
Dengan virus Covid 19 diperkirakan mereda pada akhir juni maka aka nada 3 skenario yang
terjadi:
Di scenario 2 Ekonomi diramalkan menyusut sekitar 0.5% to 1.5% di 2020, dengan periode
bangkit dan penyetaraan kembali sekitar 6 hingga 12 bulan.
In scenario 3 Ekonomi diramalkan menyusut sekitar 2% to 4%, dengan periode bangkit dan
penyetaraan kembali sekitar 10 hingga 18 bulan
19
www.provalindonusa.com
Berikut grafik yang menggambarkan berbagai scenario yang terjadi.
20
www.provalindonusa.com
3 Efek Covid 19 dan kebijakan Lockdown/PSBB terhadap
Pasar Properti Indonesia
Seperti yang bisa dilihat dari trend dinamis harga, Pasar properti residensial Indonesia
sekarang sudah mencapai tahap maturitas/stabilisasi. Rata-rata kenaikan harga sekarang
telah turun dari 14% di tahun 2013 menjadi 3% di tahun 2017 dan 2018, bahkan di kuartal
kedua tahun 2019 rata-rata kenaikan harga pun lebih rendah yaitu sekitar 2.5% (Sohlberg,
2019). Pertumbuhan pasar perumahan Indonesia telah mengalami perlambatan
pertumbuhan sejak tahun 2014 dan kemungkinan akan menuju masa pemulihan dari tahun
2020 (Sohlberg, 2019).
21
www.provalindonusa.com
Grafik di bawah menunjukan trend harga baik nominal, maupun riil dari pasar
property residensial. Dia akhir 2019, rata-rata pertumbuhan nominal hanya sekitar
1.77%.
22
www.provalindonusa.com
Figure: Harga Properti Komersial Indonesia 2017-2019.
23
www.provalindonusa.com
Demikian pula, efek menguntungkan dari paket stimulus baru ini akan membutuhkan waktu
untuk muncul dan mereka mungkin terwujud hanya dalam jangka panjang (JLL, 2020a, hlm.
7). Harus ditambahkan bahwa, justru karena adanya jeda waktu seperti itu, kebijakan fiskal
dan moneter sering menjadi efektif ketika efek yang diinginkan tidak lagi diperlukan, dengan
risiko menciptakan distorsi dalam skenario yang baru muncul.
Kebijaka lockdown mengikuti contoh sebagian besar negara di dunia, akan memukul keras
pada sektor komersial. Seperti yang dikemukakan oleh Akbar (2020), ketika gubernur Jakarta
telah menyatakan keadaan darurat di ibukota dan memerintahkan kantor untuk ditutup dan
karyawan untuk bekerja dari rumah, permintaan untuk kantor dan ruang ritel pasti akan
turun juga. Banyak perusahaan bahkan mungkin tidak dapat membayar sewa sebagai akibat
dari jarak fisik dan pembatasan perjalanan, sementara bisnis mengalami penurunan omset
yang tajam. Pemanfaatan kantor juga akan menurun tajam ».
Subsektor Perhotelan dan restoran menjadi bagian sektor properti yang terkena dampak
paling besar dengan tingkat okupansi yang menurun sebesar 20 hingga 40 %. Dan semenjak
sektor wisata dan bisnis pendukungnya seperti bisnis restoran merupakan sektor usaha
dengan serapan tenaga kerja yang tinggi , maka penurunan jumlah penjualan yang drastic
akan mengakibatkan kenaikan jumlah PHK yang lebih tinggi apabila tidak ada bantuan dari
pemerintah (Akbar, 2020). Hal yang sama terjadi di sektor Ritel, dengan adanya kebijakan
physical distancing dan adanya kebijakan penutupan sementara membuat resiko usaha
semakin tinggi sehingga akan banyak yang mengalami penutupan permanen. Walaupun
akan muncul peluang usaha lain melalui adanya usaha pengiriman melalui gojek-grab,
namun turnover dari alternatif usaha tersebut tidak sebanding dengan kerugian akibat
kurangnya jumlah konsumen yang bisa diakses secara tatap muka
Meskipun sektor perkantoran mengalami penurunan dari tahun 2015 hingga tahun 2019,
kondisi sekarang yang menghambat tidak akan menimbulkan penurunan harga yang
signifikan, namun sektor perkantoran diperkirakan akan mengalami periode stagnan hingga
beberapa bulan kedepan (JLL, 2020d, p. 4).
Untuk segmen perumahan, dampaknya akan tergantung pada berapa banyak pekerjaan
akan hilang dan berapa banyak orang akan menemukan diri mereka tidak mampu membayar
sewa rumah atau KPR. Penjualan condo diperkirakan turun 30% pada kuartal pertama,
sementara penjualan properti Landed house turun 2-3% pada akhir Maret. (Arcibal, 2020).
Juga, tidak harus dikecualikan bahwa perubahan tertentu yang dibawa oleh Covid-19 dapat
bertahan lebih lama dari yang diharapkan; sebagai contoh, pekerjaan jarak jauh mungkin
menjadi lebih umum daripada sebelumnya, membentuk berbagai cara baru yang
menggerakan demand untuk perkantor (JLL, 2020a). Di bawah perspektif ini, pengembang
harus berpikir tentang strategi sukses masa depan dengan mengantisipasi perubahan mana
dalam cara kita hidup dan bekerja di sini untuk tinggal dan mana yang akan memudar setelah
kepanikan Covid-19 (JLL, 2020c).
24
www.provalindonusa.com
Menurut lembaga Fitch industry property diramalkan akan mengalami penurunan sebesar
25% pada akhir tahun4. Seperti yang dijelaskan oleh Rambey (2020), Industri property
Indonesia sangat sensitive mengikuit siklus ekonomi makro Indonesia. Adanya penurunan
tajam dari jumlah kontrak, baik penjualan maupun sewa akan diekspetasikan terjadi di akhir
tahun. Selain itu, banyak tenant-tenant (baik individu dan korporat) akan mengalami
tantangan dari hambatan kondisi ekonomi yang mengakibatkan kontrak yang telah berlaku
akan mengalami kesulitan dalam pemenuhannya
Namun, karena dinamika harga yang lambat pada tahun-tahun terakhir, kami tidak berharap
harga akan turun tajam dan situasinya akan sangat bervariasi di berbagai bagian nusantara.
Secara nominal, kami memperkirakan penurunan untuk harga properti residensial
mendekati 5%, sementara indeks properti komersial akan melambat menjadi -2%.
Mengenai waktu pemulihan, sebagai sektor dengan kecenderungan mengikuti siklus, maka
akan ada tiga scenario yang muncul kedepan
Dalam scenario ini, sebagai salah satu langkah untuk membangkitkan kembali ekonomi
secara umum dan sektor property secara khusus, maka kami menyarankan kepada
pemerintah untuk meningkatkan masuknya investasi asing melalui berbagai cara antara
lain:
- Mulai meninjau ulang regulasi yang menghambat kepemilikan property oleh WNA,
yang kebanyakan membuat investor asing lebih memilih berinvestasi ke Negara te
tangga seperti Thailand, Malaysia dan Singapore6.
Meskipun berbagai langkah diatas tidak menciptkan hasil yang instan namun hal tersebut
bisa menjadi pendorong kuat untuk ekonomi Indonesia lebih berkembang setelah masa
darurat Covid 19 berakhir .
4
https://www.fitchratings.com/research/corporate-finance/indonesia-homebuilding-sector-outlook-revised-
to-negative-on-coronavirus-stress-01-04-2020.
5
For details on the principal hub scheme see here:
https://www.mida.gov.my/home/administrator/system_files/modules/photo/uploads/20191008161305_GD
%20PH2.0.pdf.
6
In example, Malaysia allows foreigners to gain full ownership on properties but with a minimum purchase
price threshold, which varies from state to state. To support a sluggish market, at the end of 2019 the threshold
for properties located in Kuala Lumpur Federal Territory was lowered from RM 1,000,000 to RM 600,000.
25
www.provalindonusa.com
4 Kesimpulan
Munculnya virus Covid 19 dan implemetasi kebijakan lockdown memberikan
ancaman serius akan kondisi ekonomi dunia secara umum dan Indonesia pada
khususnya. Prospek muram seakan terbayang didepan mata. Melalui tulisan
ini kami melihat adanya peluang recovery dan waktu untuk membangkitkan
kembali ekonomi Indonesia, ketika pemerintah mulai sadar adanya trade off
yang diakibatkan dari kebijakan lockdown dan akhirnya memutuskan mulai
membuka kembali Ekonomi dan Perdagangan Internasional
Dalam scenario ini bisa dipastikan bahwa pasar sektor property Indonesia
akan mengalami tekanan, khususnya untuk sektor komersil. Sementara
jumlah kontrak baru diekspetasikan akan menurun baik dari segi jumlah
maupun nilai, harga property akan turun namun tidak tajam, dikarenakan
pada saat ini pasar property sedang memasuki periode stabilisasi
26
www.provalindonusa.com
References
ADB (2020a), Developing Asia Growth to Fall in 2020 on COVID-19 Impact, 3 April, Manila,
Asian Development Bank, https://www.adb.org/news/developing-asia-growth-fall-2020-
covid-19-impact.
ADB (2020b), Indonesia’s Economic Growth to Slow in 2020 on COVID-19 Impact, but Gradual
Recovery Expected in 2021, 3 April, Manila, Asian Development Bank,
https://www.adb.org/news/indonesia-s-economic-growth-slow-2020-covid-19-impact-
gradual-recovery-expected-2021.
H. Akbar (2020), COVID-19: Early warning for property markets, “The Jakarta Post”, 26
March, https://www.thejakartapost.com/academia/2020/03/26/covid-19-early-warning-
for-property-markets.html.
A.W. Akhlas (2020), Millions to lose jobs, fall into poverty as Indonesia braces for recession,
“The Jakarta Post”, 15 April, https://www.thejakartapost.com/news/2020/04/14/millions-
to-lose-jobs-fall-into-poverty-as-indonesia-braces-for-recession.html.
C. Arcibal (2020), Coronavirus threatens to derail Indonesia’s housing market recovery, with
sales of flats down almost a third, “South China Morning Post”, 14 April,
https://www.scmp.com/business/article/3079611/coronavirus-threatens-derail-
indonesias-housing-market-recovery-sales.
I. Ben-Israel (2020), The end of exponential growth: The decline in the spread of coronavirus,
“The Times of Israel”, 19 April, https://www.timesofisrael.com/the-end-of-exponential-
growth-the-decline-in-the-spread-of-coronavirus/.
E.J. Chan (2020), Ciputra Group expects property upturn in Indonesia this year, “The Edge
Markets, 19 March, https://www.theedgemarkets.com/article/ciputra-group-expects-
property-upturn-indonesia-year.
A.D. Dickey and W.A. Fuller (1981), Likelihood ratio statistics for autoregressive time series
with a unit root, “Econometrica”, 49, 4, pp. 1057-1072.
J.A. Doornik and H. Hansen (1994), An Omnibus Test for Univariate and Multivariate
Normality, Working Paper, Nuffield College, Oxford University.
G. Elliott, T. Rothenberg and J. Stock J. (1996), Efficient Tests for and Autoregressive Unit
root, “Econometrica”, 64, 4, pp. 813-836.
27
www.provalindonusa.com
C. Ferlito (2018), Affordable housing and cyclical fluctuations: the Malaysian property
market, Kuala Lumpur, Institute for Democracy and Economic Affairs (IDEAS).
C. Ferlito (2020a), Kawalan harga tidak akan membantu, “Free Malaysia Today”, 20 April
2020, https://www.freemalaysiatoday.com/category/bahasa/2020/04/20/kawalan-harga-
tidak-akan-membantu/.
C. Ferlito (2020b), Price controls won’t help, “The Edge Malaysia”, 20 April 2020, p. 32.
C. Ferlito and G. Perone (2020), Covid-19 and the MCO: An Exit Strategy for Malaysia, “Brief
IDEAS”, 20, Kuala Lumpur, Institute for Democracy and Economic Affairs (IDEAS).
Fitch (2020), Global Economic Outlook – March 2020, New York, Fitch Ratings.
M.I. Gorbiano (2020), Up to 9 million people to fall into poverty, unemployment as COVID-19
hits: Sri Mulyani, “The Jakarta Post”, 14 April,
https://www.thejakartapost.com/news/2020/04/14/up-to-9-million-people-to-fall-into-
poverty-unemployment-as-covid-19-hits-sri-mulyani.html.
J.D. Guénette (2020), Price Controls. Good Intentions, Bad Outcomes, Policy Research
Working Paper 9212, Washington, DC, The World Bank.
A. Gurría (2020), Secretary General Angel Gurría’s Statement for the G20 Videoconference
Summit on COVID-19, Paris, Organisation for Economic Co-operation and Development.
IDEAS (2020), IDEAS welcomes stimulus package but calls for an exit strategy, Kuala Lumpur
(MY), Institute for Democracy and Economic Affairs, http://www.ideas.org.my/ideas-
welcomes-stimulus-package-but-calls-for-an-exit-strategy/.
IMF (2019), Regional Economic Outlook Asia and Pacific. Caught in Prolonged Uncertainty:
Challenges and Opportunities for Asia, Washington, DC, International Monetary Fund.
IMF (2020), World Economic Outlook. Chapter 1: The Great Lockdown, Washington, DC,
International Monetary Fund.
JLL (2020a), Covid-19. Global Real Estate Implications, Singapore, Jones Lang LaSalle.
28
www.provalindonusa.com
JLL (2020b), Coronavirus and the impact on the Asian real estate market: update on policy
measures, Singapore, Jones Lang Lasalle.
JLL (2020c), Covid-19. Global Real Estate Implications – Paper II, Singapore, Jones Lang
LaSalle.
JLL (2020d), The impact of COVID-19 on the Indonesia Property Market, Singapore, Jones
Lang LaSalle.
G.M. Ljung and G.E. Box (1978), On a measure of lack of fit in time series models,
“Biometrika”, 65, 2, pp. 297-303.
T. McDougal (2020), Rabobank: Covid-19 and ASF to shake-up world poultry markets,
“Poultry World”, 24 March,
https://www.poultryworld.net/Meat/Articles/2020/3/Rabobank-Covid-19-and-ASF-to-
shake-up-world-poultry-markets-559791E/.
McKinsey (2020), Perspectives on Covid-19 and implications for consumer and retail
companies by McKinsey & Company in association with MMA, Jakarta, McKinsey &
Company.
OECD (2020), Evaluating the initial impact of COVID-19 containment measures on economic
activity, Paris, Organisation for Economic Co-operation and Development.
D.F. Rahman (2020), Govt introduces new social benefits as 2.8 million lose jobs, “The Jakarta
Post, 13 April, https://www.thejakartapost.com/news/2020/04/13/govt-introduces-new-
social-benefits-as-2-8-million-lose-jobs.html.
C. Rambey (2020), Skenario Industri Properti Hadapi Covid-19, “Indonesia Housing”, 20 April,
http://indonesiahousing.co/7256-2/.
T.J. Rodgers (2020), Do Lockdowns Save Many Lives? In Most Places, the Data Say No, “Wall
Street Journal”, 26 April, https://www.wsj.com/articles/do-lockdowns-save-many-lives-is-
most-places-the-data-say-no-11587930911.
29
www.provalindonusa.com
L. Steele (2019), By the numbers: Everything you need to know about the flu shot, flu virus,
and staying healthy during flu season, “SingleCare”, 17 September,
https://www.singlecare.com/blog/flu-statistics-infographic/.
F. Susanty (2020), What about the others? ‘Ojol’ relief sparks concerns over aid inequality,
“The Jakarta Post”, 17 April, https://www.thejakartapost.com/news/2020/04/16/what-
about-the-others-ojol-relief-sparks-concerns-over-aid-inequality.html.
USDA (2020a), Grain: World Markets and Trade, Washington, DC, United States Department
of Agriculture.
USDA (2020b), Livestock and Poultry: World Markets and Trade, Washington, DC, United
States Department of Agriculture.
Y.W. Wang, Z.Z. Shen, Y. Jiang (2018), Comparison of ARIMA and GM (1, 1) models for
prediction of hepatitis B in China, “PloS One”, 13, 9, e0201987.
World Bank (2020a), Global Economic Prospects. Slow Growth, Policy Challenges,
Washington, DC, The World Bank.
World Bank (2020b), East Asia and Pacific in the Time of Covid-19, Washington, DC, The
World Bank.
30
www.provalindonusa.com
31
www.provalindonusa.com