You are on page 1of 9

MANAJEMEN ZAKAT MASYARAKAT KOTA SERANG DALAM

MEWUJUDKAN KEADILAN SOSIAL


Disusun ole :

Elmesie Berlentie, Nova Aris Safitri, Abdullah Malik Nurul Imam, dan Achmad Fauzi
Mubarok

Mahasiswa UIN SULTAN MAULANA HAANUDDIN Serang-Banten

Program Studi Ekonomi Syari’ah

Abstract

Zakat, Infaq and Sadaqah are activities that are able to overcome poverty, and can improve the
welfare and prosperity of the community, minimize social inequality, and can raise human
dignity, both during the time of the Prophet Muhammad and during the time of his companions
at the time of the Prophet Muhammad SAW. early Islam

This happens, because the management or management of zakat is carried out properly and
professionally. If the rules of zakat law were reformulated, both in terms of extracting its
sources, its utilization and its management organization, they would be managed based on
general management and based on a more advanced understanding pattern by paying more
attention to zakat on current developments and still based on sources. the teachings of Islam,
the zakat institution will remain strong and resilient.

With good zakat management, zakat is a potential source of funds that can be utilized to
advance the welfare of the community. In this context, there is a need for cooperation between
the government and the community, and the government is obliged to provide protection,
guidance and good service to muzakki (people who issue zakat), mustahiq (people who receive
zakat) and amil (people who manage zakat).
Abstrak

Zakat,Infaq dan Sadaqah merupakan suatu kegiatan yangmampu mengatasi kemiskinan, serta dapat
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, memperkecil adanya kesenjangan sosial,
dan dapat mengangkat harkat dan martabat manusiawi,baik yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW
maupun pada masa sahabat-sahabat beliau pada masa awal Islam

Hal ini terjadi, karena pengelolaan atau manajemen zakat yang dilakukan dengan baik dan professional.
Seandainya aturan-aturan hukum zakat ini dirumuskan kembali, baik dari segi penggalian sumbernya,
pendayagunaanya dan organisasi pengelolannya diurus berdasarkanpengelolaan secara umum dan
didasarkan pada pola pemahaman yang lebih maju dengan memberikan perhatian lebih tentang zakat
pada perkembangan masa kini dan tetap berlandaskan pada sumber-sumber ajaran Islam, maka pranata
zakat akan tetap ampuh dan tangguh.

Dengan adanya pengelolaan zakat yang baik, yang dimana zakat merupakan sumber dana potensial yang
dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks ini, perlu adanya
kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, serta pemerintah wajib memberikan perlindungan,
pembinaan dan pelayanan yang baik kepada muzakki (orang yang mengeluarkan zakat), mustahiq (orang
yang menerima zakat) dan amil (orang yang mengelola zakat).

Pendahuluan

Dalam islam, pesaudaraan kemanusian dibangun secara inklusif dilandasi prinsip kesamaan dersjat
manusia, kemaslahatan dan tolong menolong. Kehidupan masyarakat yang di tandai oleh ada nya jurang
si kaya dan si miskin, antara si kuat dan si lemah, adalah kehidupan yang tidak etis.

Persaudaraan kemanusiaan sejati yang di ajarkan islam berbeda jauh dari pada hubungan transaksional
dimana relasi antar manusia di ukur dari sisi untung rugi secara materi. Rasulullah SAW menegaskan
dalan hadits :

“perumpamaan seorang mukmin terhadap mukmin lain nya dalam saling mengasihi, saling menyayangi,
saling menyantuni, adalah seperti satu tubuh, apabila satu bagian dari tubuh itu menderita sakit, seluruh
tubuh merasakan nya [HR-MUSLIM]
Sejalan dengan itu islam menetapkan kewajiban menunaikan zakat bagi muslim dan kegitan usaha milik
orang islam yang telah mencapai nisab nya (batas harta kekayaan wajib zakat). Zakat merupakan ibadah
sosial yang memainkan peran sebagai instrumental ekonomi islam.

Zakat merupakan salah satu ibadah yang dimana hukum mengerjangankannya yakni wajib sama halnyan
dengan mengerjakan shalat fardu. Baik zakat maupun shalat fardu keduanya memiliki kesetarafan yang
sama,sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran, Hadits, dan ijma’.

Ibadah zakat bukanlah syariat baru yang hanya terdapat pada syariat nabi Muhammad SAW, akan
tetapi zakat merupakan bagian dari syariat yang dibawa oleh para Rasul terdahulu sebagai rangkaian
dari ibadah fardhu lainnya. Hal ini dialami pada masa Nabi Ibrahim a.s, Nabi Isa a.s, dan pada masa
Rasulullah SAW. Zakat itu disempurnakan dari segi pemasukan dan penyaluran serta beberapa bagian
yang harus dikeluarkan.

Kota Serang adalah Ibu Kota Privinsi Banten. Penduduk Serang mayoritas beragama muslim maka dari
itu semua masyarakat yang beragama muslim berkewajiban membayar zakat. Tapi manajemen zakat di
Kota Serang belum tertata dengan baik. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang
kewajiban membayar zakat.

Sementara pemasukan zakat pada Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Serang di dominasi oleh
pembayaran zakat oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintahan Kota (Pemkot) Serang.
Sebab tingkat kesadaran masyarakat masih minim dalam hal pembayaran pajak pada Badan Amil Zakat.

Untuk meningkatkan kesadaran bagi masyarakat dalam hal membayar zakat, pemerintah menetapkan
UU Tentang Pengolaan zakat dengan persetujuan DPR RI Dan PRESIDEN, Sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat pada Bab 1, Pasal 1 Ayat (2) mengatakan bahwa :

“Zakat adalah harta yang wajib di keluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam”

Dengan ditetapkannya Undang-Undang ini, masyarakat yang beragama islam wajib membayar zakat
sesuai ketentun syariat islam
Pembahasan

A. Pengertian zakat

Di Indonesia khususnya Kota Serang yang di dominasi oleh masyarakat muslim, yang dimana setiap
masyarakat berkewajiban untuk membayar zakat, baik zakat fitrah maupun zakat mal.

Sebelum memulai pembahasan selanjutnya kita harus mengenal tentang zakat, secara umum zakat
merupakan suatu kewajiban yang bersifat kemasyarakatan dan ibadah. Ditinjau dari segi bahasa zakat
merupakan, zakat merupakan suci dan tumbuh dengan subur serta berarti pula suci dari dosa. Halini
merupakan manfaat zakat baik bagi orang yang berzakat (muzzaki) ataupun yang menerima zakat
(mustahik).

Maksud dari artian tumbuh dan subur yaitu, bagi orang-orang yang mengeluarkan zakat tersebut
dijamin hartanya tidak habis bahkan akan berkembang berkat pertolongan Allah SWT serta doa kaum
dhuafa.Terdapat dua komponen yang harus yang diperhatikan yang pertama berapa dari penghasilan
tersebut yang harus dizakatkan, yang kedua gaji yang harus dizakatkan atau gaji kotor.

Komponen pertama berapa dari penghasilan tersebut yang harus dizakatkan dianalogikan sebagian
petani jadi zakat profesi dibayar ketika seseorang menerima gaji. Komponen kedua yaitu bisa diartikan
take homepay sebelum digunakan untuk berbagai keperluan konsumsi. Kedua komponen zakat tidak
dapat digunakan untuk sembarang kepentingan umum,dan ada beberapa klasifikasi zakat yaitu zakat
fitrah dan zakat mal (harta)

Zakat fitrah itu sendiri adalah zakat jiwa yang diwajibkan atas setiap diri muslim baik dari bayi yang baru
lahir ke bumi sampai dengan orang dewasa dan orang tuayang hidup pada bulan Ramadhan. Sedangkan
zakat mal adalah harta yang dikeluarkan oleh Muzaki (orang yang membayar zakat) yang dimana harta
tersebut telah mencapai nisabnya, melalui Badan Amil Zakat resmi untuk di serahkan kepada mustahik
(orang yang berhak menerima zakat). Adapun kategori harta yang wajib dikzakati untuk zakat mal,
sebagai beriku :

a) Semua harta benda dan kekayaan yang mengandung sebab kesuburan dan berkembang dengan cara
diinvestasikan diternakkan atau diperdagangkan.

b) Semua jenis tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang mempunyai harga dan nilai ekonomis
c) Semua jenis harta benda yang bernilai ekonomi yang berasal dari perut bumi atau dari laut.

d) Semua harta kekayaan yang diperoleh dari berbagai jasa dan usaha.

Membayar zakat bukan hanya sekedar memberikan harta kita kepada orang lain, harta yang wajib
dizakati haruslah yang baik dan halal, sebagaimana Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, infakanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik
dan sebagian dari apa yang kamu keluarkan dari bumi untuk kamu [QS. Al-Baqarah : 267]”

Di tahun 2021 ada sekitar 704.618 jiwa penduduk kota serang yang dimana jumlah penduduk menengah
kebawah berjumlah sekitar 48.000 jiwa. Sedangkan jika zakat di hitung menjadi rupiah, Baznas Kota
Serang medapatkan kurang lebih 1,3 miliar dari target yang seharusnya tercapai Rp 2,5 miliar.

Zakat ini sendiri masih didominasi dari Aparatur Sipil Negara (ASN) Kota Serang , ini juga sudah
dipotongsecara otomatis dari ASN melalui Bank. Sedang jumlah pegawai ASN yang ada di Kota Serang
sekitar 15 ribu pegawai.

Tujuan dari mengeluarkan zakat ini bukana hanya sekedar keawajiban saja, pada dasarnya tujuan zakat
adalah menjadikan perbedaan ekonomi di antara masyarakat secara adil dan seksama, sehingga si kaya
tidak tumbuh semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Pada pembahasan kita kali ini akan lebih mengfokuskan pada manajemen zakat yang ada di masyarakat
khsususnya masyarakat kota serang.

B. MANAJEMEN ZAKAT

Manajemen zakat sendiri dapat diartikan sebagai proses pencapaian tujuan lembaga
zakatdengan atau melalui orang lain, melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian sumber daya organisasi yang efektif dan efisien.

Dalam UU No. 23 Tahun 2011, disebutkan pengertian pengelolaan zakat, yaitu ‛Pengelolaan
zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat‛. UU Pengelolaan Zakat sebelumnya yaitu UU No 38
tahun 1999,mendefinisikan pengelolaan zakat sebagai: ‚Kegiatan perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat‛.
Ada perbedaaan definisi pengelolaan zakat, antara UU 23/2011 dengan UU 38/1999. Dalam UU
23/2011 tidak disebutkan fungsi pengawasan, sebaliknya dalam UU 38/1999tidak terdapat
fungsi koordinasi. Fungsi pengawasan dan koordinasi merupakan hal yang penting dalam
pengelolaan. Pakar manajemen seperti Stonner dan Daft, menyebutkan fungsi pengawasan
dalam manajemen, hingganya aspek pengawasan harusnya juga disebutkan dalam pengelolaan
zakat.

Walaupun dalam UU No.23 tahun 2011 tidak disebutkan fungsi pengawasan dalam definisi
pengelolaan zakat, akan tetapi tetap mencantumkan perihal pengawasn. Hal tersebut
sebagaimana dalam pasal 34 disebutkan hal tentang pembinaan dan pengawasan, yaitu
dilakukan oleh Menteri atau pimpinan daerah setingkat provinsi dan kabupaten/kota14,
sedangkan dalam pasal 35, menyebutkan pengawasan dapat juga dilakukan oleh
masyarakat15Menggabungkan antara dua pengertian pengelolaan zakat dari kedua undang-
undang pengelolaan zakat tersebut, maka pengelolaan zakat adalah:‛Kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengkoordinasian, dan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat‛.

Zakat merupakan perintah agama yang dinilai sebagai ibadah atau perbuatan baik. Tetapi
indikator sukses tidaknya zakat tidak semestinya diukur dari dibayar tidaknya zakat semata,
namun seberapa besar manfaat atas zakat yang dibayarkan. Efek perbuatan baik ini sering
dijumpai bahwa para muzaki merasa sudah cukup puas dengan membayarkan zakat dengan
tanpa memedulikan sebagai manfaat dari zakat yang dibayarkan.Efek penumpang gelap artinya
adanya sekelompok yang mau menikmati layanan dengan tanpa memberikan kontribusi. Hal ini
bisa terjadi jika zakat didistribusikan untuk penyediaan barang publik, seperti layanan ibadah
atau pendidikan, maka insentif untuk melakukan perawatan atau kontribusi sosial menjadi
rendah. Kita bisa melihat banyaknya fasilitas masjid yang tidak terawat, sarana pendidikan
umum yang tidak layak, dan sebagianya, sebagai akibat adanya free rider effect. Maka,
manajemen zakat harus berupaya untuk menekan efek ini.

Efek zakat terhadap distribusi pendapatan tidak serta merta akan menjadikan pendapatan
masyarakat menjadi adil dan merata. Hal ini dipengaruhi oleh banyak hal, seperti distribusi
faktor produksi di suatu negara, gaya hidup masyarakat, proporsi masyarakat penerima zakat,
dan sebagainya. Sebagai misal, ketika masyarakat miskin sangat konsumtif dan rantai produksi
barang dikuasai oleh sekelompok orang, maka pelaksanaan zakat tidak akan memberikan
dampak signifikan bagi redistribusi pendapatan. Penjelasan lebih detail tentang hal ini akan
diuraikan pada bab selanjutnya.

Pengaruh Zakat Terhadap Tingkat Kemiskinan Materi Dan Kemiskinan Spiritual


Berdasarkan CIBEST

Penelitian yang dilakukan oleh Beik dan Pratama (2015) pada salah satu LAZ Nasional terbesar
di tanah air menunjukkan bahwa ada pengaruh zakat terhadap penurunan tingkat kemiskinan
material dan kemiskinan spiritual berdasarkan model CIBEST. Penelitian dilakukan di tiga
kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bogor. Terdapat 121 responden rumah tangga
peserta program zakat produktif sejak tahun 2012 hingga 2014.

Berikut ini menggambarkan nilai – nilai indeks CIBEST Sebelum dan sesudah pelaksanaan
program zakat produktif

Indeks CIBETS Nilai Indeks Nilai Indeks Presentase


Sebelum Program Sesudah Program Prubahan
Zakat Zakat
Indeks kemiskinan material 0,801 0,305 (-49,6)

Indeks Kemiskinan Spritual 0,049 0,033 (-1,6)

Indeks Kemiskinan Absolut 0,123 0 (-12,3)

Indeks Kesejahteraan 0,024 0,661 (-63,7)

Dari tabel atas dapat diketahui bahwa indeks kemiskinan material sebelum mengikuti program zakat
adalah 0,801. Angka ini mengalami penurunan sebesar 49,6 persen menjadi 0,305 setelah para mustahik
mengikuti program zakat produktif. Menurunnya indeks kemiskinan material ini juga dipengaruhi oleh
pendistribusian dana zakat produktif dan bimbingan dari LAZ nasional tersebut. Bahkan peneliti menulis
persepsi sebagian besar rumah tangga mustahik mengakui bahwa mereka sangat terbantu untuk
mengembangkan usaha setelah adanya program yang diluncurkan oleh LAZ tersebut.

Begitu juga Indeks Kemiskinan spiritual sebelum mengikuti program zakat produktif mencapai angka
0,049. Setelah mengikuti program zakat produktif menurun menjadi 0,033 (turun 1,6 persen). Hal ini
juga mengindikasikan bahwa bimbingan-bimbingan yang bersifat spiritual yang dilakukan oleh para
pegawai LAZ tersebut berjalan cukup efektif.

Sejalan dengan dua kemiskinan di atas, indeks kemiskinan absolut juga mengalami penurunan. Sebelum
mengikuti program zakat produktif nilainya adalah 0,123. Setelah mengikuti program ini, nilai indeks
turun menjadi 0 (Nol). Ini berarti setelah mendapat dana zakat produktif serta bimbingan teknis dan
spiritual, maka sudah tidak ada rumah tangga mustahik yangmengalami kemiskinan absolut. Paling tidak
rumah tangga mustahik mampu memenuhi salah satu kebutuhan, apakah kebutuhan material ataupun
kebutuhan spiritual.

Selanjutnya, indeks kesejahteraan, sebelum mengikuti program zakat produktif mencapai angka 0,024
dan setelah mengikuti program LAZ Nasioanal, nilainya meningkat menjadi 0,61 (meningkat sebesar 63,7
persen. Hal ini berarti setelah mengkuti program zakat tersebut maka 63,7 persen rumah tangga
mustahik mampu memenuhi kebutuhan material dan spiritualnya sekaligus.Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa zakat berpengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan material dan
kemiskinan spiritual serta peningkatan kesejahteraan mustahik.

Dalam aspek pendistribusian dana zakat, sejauh ini terdapat dua pola penyaluran zakat, yaitu pola
tradisional (konsumtif) dan pola penyaluran produktif (pemberdayaan ekonomi). Pola
karitasmengandaikan dana filantropi akan langsung diterima oleh mustahiq, tanpa disertai target
adanya kemandirian kondisi sosial maupun kemandirian ekonomi (pemberdayaan). Sedangkan pola
penyaluran produktif bertujuan untuk mengubah keadaan penerima dari kategori mustahik menjadi
muzaki. Lebih jauh pola produktif atau sosial akan mengarah pada bidang advokasi atau partisipasi
dalam kebijakan public.

Survei Pusat Budaya dan Bahasa (PBB) UIN Jakarta mengenai Organisasi Filantropy Islam (OFI)
menggolongkan orientasi distribusi menjadi tiga kategori utama: pertama, sedekah atau sumbangan;
kedua, pemberdayaan ekonomi; ketiga, campuran kedua unsur di atas. Secara umum riset PBB UIN
Jakarta menegaskan bahwa organisasi filantropi Islam masih mengorientasikan distribusi filantropinya
untuk karitas. Menurut hemat peneliti, manfaat zakat akan lebih terasa jika pendistribusiannya tidak
hanya dilakukan secara karitas akan tetapi juga dilakukan secara produktif.

You might also like