You are on page 1of 17

ANALISA PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI, KURS,

DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP VOLUME


PERDAGANGAN SAHAM PADA LQ-45

By:
Fera Yuliana
Errin Yani Wijaya
Haryetti

Faculty of Economic Riau University, Pekanbaru, Indonesia


e-mail: ferayuliana91.fy@gmail.com

Analyze the Effect of Interest Rate, Inflation, Exchange Rates, and the Money Supply
to Volume of Stock Trading in LQ-45

ABSTRACT

The capital market is one of investment alternative that able to yield optimal
advantage for investor. Each investor is requiring of relevant information with transaction
development in stock. This is very important to be made in consideration in compiling
strategy and decision making of investment in capital market. The objectives of this research
to analyze the influence of interest rate, inflation, exchang rate, and money supply to volume
of stock trading on LQ-45 that listed on BEI in 2009-2012 periods.
This research using time series data from IDX Statistic ICMD (Indonesian Capital
Market Directory) and Indonesian Bank monthly published on BEI in January 2009 until
December 2012. Population in this research is all company which included on LQ-45 that is
45 companies and number of samples 16 companies by passing phase purposive sample.
Analyze technique to use in this research is multiple linier regression to obtain describe
which totally regarding relationship between one variable with other variable. And use
aplication Statistical Package For Social Sciences (SPSS) Statistics 21 program.
The result of this reseacrh shows that interest rate variable has a negative and not
significant to volume of stock trading, while inflation variable has a positive and not
significant to volume of stock trading intrading, exchang rate and money supply variable has
a negative and significant to volume of stock trading on LQ-45.Result of Adjuts R Square

Keyword : Volume of Stock Trading, Interest Rate, Inflation, Exchange Rates, Broad Money

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


1
ANALISA PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI, KURS,
DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP VOLUME
PERDAGANGAN SAHAM PADA LQ-45

By:
Fera Yuliana
Errin Yani Wijaya
Haryetti

Faculty of Economic Riau University, Pekanbaru, Indonesia


e-mail: ferayuliana91.fy@gmail.com

Analyze the Effect of Interest Rate, Inflation, Exchange Rates, and the Money Supply
to Volume of Stock Trading in LQ-45

ABSTRAK
Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat
menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi para investor. Setiap investor sangat
membutuhkan informasi yang relevan dengan perkembangan transaksi di bursa. Hal ini
sangat penting untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun strategi dan
pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Penlitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh suku bunga, inflasi, kurs dan jumlah uang beredar terhadap volume perdagangan
saham pada LQ-45 yang terdaftar di BEI periode tahun 2009-2012.
Data penelitian menggunakan time series yang diperoleh dari IDX Statistic, ICMD
(Indonesian Capial Market Directory) dan Bank Indonesia (BI) yang terdaftar di BEI dari
periode waktu Januari 2009 sampai Desember 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan yang termasuk pada LQ-45 yaitu sebanyak 45 perusahaan dan jumlah
sampel sebanyak 16 perusahaan dengan melewati tahap purposive sampling. Teknik analisa
yang dipakai dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk memperoleh
gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara vaiabel satu dengan yang lain. Dan
penelitian menggunakan program aplikasi Statistical Package For Social Sciences (SPSS)
Statistics 21.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel suku bunga berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap volume perdagangan saham, sedangkan inflasi berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap volume perdagangan saham. Kurs dan jumlah uang beredar
berpengaruh negatif signifikan terhadap volume perdagangan saham pada LQ-45. Dan hasil
adjusted R square hanya 19,5% yang dapat mempengaruhi volume perdagangan saham pada
LQ-45.

Kata kunci : Volume perdagangan, Suku bunga, Inflasi, Kura dan Jumlah Uang beredar

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


2
PENDAHULUAN Negara akan melemah. Kebijakan
pemerintah yang dapat dilakukan dengan
Latar Belakang adanya inflasi yang tinggi yaitu mengurangi
impor dan akan menekan ekspor. Dan
Pasar modal dalam arti sempit pemerintah juga akan menaikkan tingkat
adalah suatu tempat terorganisasi di mana suku bunga dengan asumsi bahwa inflasi
efek-efek diperdagangkan yang disebut akan berkurang atau stabil.
Bursa Efek. Bursa Efek atau stock exchange Selain inflasi, kurs juga merupakan
adalah suatu sistem yang terorganisasi yang faktor makroekonomi yang berkaitan dengan
mempertemukan penjual dan pembeli efek kondisi pasar secara keseluruhan. Kurs atau
yang dilakukan baik secara langsung nilai tukar Rupiah terhadap USD mulai
maupun dengan melalui wakil-wakilnya. merosot sejak pertengahan tahun 2008 dan
Perkembangan perekonomian suatu Negara terus terdepresiasi hingga mencapai level
tidak lepas dari pengaruhnya terhadap terendah pada awal tahun 2009 yaitu sebesar
perkembangan pasar modal. Hal ini sangat Rp. 11.900 per 1 USD. Menurut Eduardus
berpengaruh pada keputusan investor dalam (2001:214) penguatan kurs rupiah terhadap
melakukan investasi di Negara yang kondisi mata uang asing merupakan sinyal positif
ekonominya sangat baik. Selain itu, dengan bagi investor. Dimana ketika kurs rupiah
kondisi ekonomi yang baik dan pasar bisnis terhadap mata uang asing mengalami
yang lancar akan meningkatkan harga saham penguatan maka akan banyak investor
di pasar modal. berinvestasi pada saham. Hal ini
Tingkat suku bunga dapat dikarenakan penguatan tersebut
mempengaruhi naik turunnya harga saham di mengindikasikan bahwa perekonomian
pasar modal. Menurut Karl dan Fair (2001) dalam keadaan bagus. Sedangkan ketika
suku bunga adalah pembayaran bunga kurs rupiah melemah hal tersebut
tahunan dari suatu pinjaman dalam bentuk mengindikasikan bahwa perekonomian
persentase dari pinjaman yang diperoleh. BI dalam kondisi yang kurang baik sehingga
rate yang naik akan membuat suku bunga investor pun akan berpikir dua kali dalam
pinjaman meningkat. Seorang investor akan berinvestasi pada saham.
memilih alternatif investasi yang cenderung Jumlah uang beredar (money
menguntungkan. Jika tingkat suku bunga supply) juga merupakan salah satu indikator
lebih tinggi dari pada harga saham maka makroekonomi yang bisa mempengaruhi
akan lebih menguntungkan memilih pergerakan harga saham di pasar modal
investasi yang bebas resiko, seperti (Mohamad, 2006:210). Ketika jumlah uang
menabung di bank dan obligasi.Tingkat suku yang beredar di masyarakat mengalami
bunga dapat mempengaruhi naik turunnya peningkatan maka orang akan cenderung
harga saham di pasar modal. Tingkat suku berinvestasi pada saham. Karena semakin
bunga juga dapat di pengaruhi oleh adanya banyak jumlah uang yang beredar ditangan
inflasi. Inflasi membuat tingkat risiko yang masyarakat, maka akan semakin tinggi harga
berkaitan dengan investasi dalam saham di bursa. Dan banyaknya jumlah uang
perekonomian meningkat. Karena adanya yang beredar akan menyebabkan suku bunga
inflasi yang tinggi, mengakibatkan adanya mengalami penurunan, sehingga orang
penekanan mata uang dalam arti mata uang cenderung tidak memilih investasi dalam

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


3
perbankan melaikan dalam bentuk saham. beredar terhadap volume perdagangan
Jumlah uang beredar yang digunakan dalam saham pada LQ-45.
penelitian ini adalah M2 (uang dalam arti
luas). TELAAH PUSTAKA
Penelitian sejenis telah banyak
dilakukan oleh penelitian terdahulu Volume perdagangan saham
diantaranya Wongbangpo dan Sharma
(2002), Hooker (2004) dan Chiarella dan Volume perdagangan saham adalah
Gao (2004), Gjerde dan Saettem (1999), banyaknya lembaran saham suatu emiten
Kandir (2008), dan Gupta (1997) dengan yang diperjualbelikan di pasar modal setiap
hasil yang beragam sehingga menarik hari bursa dengan tingkat harga yang
penelitian menggunakan objek yang berbeda disepakati oleh penjual dan pembeli saham
yaitu pada LQ-45. Sebagai variabel terikat melalui perantara (broker) perdagangan
adalah volume perdagangan saham, dan saham di pasar modal yang dikenal dengan
tingakt suku bunga, inflasi, nilai tukar istilah lot. Satu lot terdiri dari 500 lembar
rupiah, dan jumlah uang yang beredar saham (Wiyani & Wijayanto, 2005). Volume
sebagai variabel bebas. perdagangan saham merupakan instrumen
yang dapat digunakan untuk melihat reaksi
Rumusan Masalah pasar modal terhadap informasi publikasi
laporan keuangan melalui parameter
Rumusan masalah pada penelitian pergerakan aktivitas perdagangan saham di
ini adalah: pasar modal. Dan merupakan hal yang
1. Apakah tingkat suku bunga, inflasi, kurs, penting bagi investor, karena bagi investor
dan jumlah uang yang beredar secara volume perdagangan saham menggambarkan
bersama-sama (simultan) berpengaruh efek yang diperjualbelikan di pasar modal.
terhadap volume perdagangan saham Pendekatan volume perdagangan saham ini
pada LQ-45? dapat juga digunakan untuk menguji
2. Pengaruh mana yang paling kuat antara hipotesis pasar efisien pada bentuk lemah.
tingkat suku bunga, inflasi, kurs, dan Hal ini terjadi karena perubahan harga yang
jumlah uang yang beredar terhadap terbentuk belum dengan segera
volume perdagangan saham pada LQ- mencerminkan informasi yang ada, sehingga
45? peneliti hanya dapat mengamati reaksi pasar
melalui pergerakan aktivitas volume
Tujuan Penelitian perdagangan saham.
Volume perdagangan dalam
Adapun tujuan dari penelitian ini
penelitian ini dapat dinyatakan dalam rumus
antara lain:
sebagai berikut:
1. Untuk menguji apakah tingkat suku
bunga, inflasi, kurs, dan jumlah uang
Jumlah sahami waktut yang
yang beredar berpengaruh terhadap
diperdagangkan
volume perdagangan saham pada LQ-45.
TVAi.t=
2. Untuk menguji pengaruh mana yang
Jumlah sahami waktut yang beredar
paling kuat antara tingkat suku bunga,
inflasi, kurs, dan jumlah uang yang
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
4
Suku Bunga Menurut Madura (2000),
menyatakan laju inflasi dan suku bunga
Menurut Keynes dalam (Wardane, dapat menimbulkan dampak yang signifikan
2003), tingkat bunga ditentukan oleh atas nilai tukar karena pada saat laju inflasi
permintaan dan penawaran akan uang sebuah negara relatif naik terhadap laju
(ditentukan dalam pasar uang). Perubahan inflasi negara lain, permintaan atas
tingkat suku bunga selanjutnya akan valutanya menurun karena ekspornya juga
mempengaruhi keinginan untuk mengadakan menurun. Hal ini mengakibatkan tingginya
investasi, misalnya pada surat berharga, nilai valuta (mata uang asing), yang akhirnya
dimana harga dapat naik atau turun investor akan lebih memilih menanamkan
tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat modalnya ke dalam mata uang asing dari
bunga naik maka surat berharga turun dan pada menginvestasikannya dalam bentuk
sebaliknya), sehingga ada kemungkinan saham dan mengakibatkan turunnya harga
pemegang surat berharga akan menderita saham secara signifikan.
capital loss atau capital gain. Suku bunga Inflasi dimanapun selalu
menurut para ekonom dibedakan menjadi merupakan fenomena moneter (Friedman
dua, yaitu: dalam Mankiw, 2007). Inflasi pada dasarnya
1. Suku bunga nominal adalah suku bunga merupakan suatu kecenderungan dari harga-
dalam nilai uang. Suku bunga ini harga untuk menaik secara umum dan terus-
merupakan nilai yang dapat dibaca menerus. Jika harga cenderung turun disebut
secara umum. deflasi. Inflasi dihitung dari Indeks Harga
2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang Konsumen (IHK).
telah mengalami koreksi akibat inflasi
dan didefinisikan sebagai suku bunga
nominal dikurangi laju inflasi. [ IHK (t) – IHK (t-1) ]
Inf (t) =
X 100%
Inflasi IHK (t-1)
dimana :
Definisi inflasi adalah kenaikan Inf (t) = Inflasi bulan t
harga barang dan jasa yang terus menerus. IHK (t) = Indeks Harga Konsumen bulan t
Tingkat inflasi dinyatakan dalam persen IHK (t-1) = Indeks Harga Konsumen bulan
setiap tahun. Jika inflasi meningkat, maka t-1
jumlah uang yang beredar akan menyusut.
Karena dengan jumlah uang yang sama Kurs
hanya akan mampu membeli barang atau
jasa yang relatif sedikit. Inflasi merupakan Kurs atau nilai tukar rupiah
suatu keadaan senantiasa meningkatnya merupakan satu indikator ekonomi makro
harga-harga pada umumnya, atau suatu yang terkait dengan besaran APBN. Asumsi
keadaan senantiasa turunnya nilai uang nilai tukar rupiah berhubungan dengan
karena meningkatnya jumlah uang yang banyaknya transaksi dalam APBN yang
beredar tidak diimbangi dengan peningkatan terkait dengan mata uang asing, seperti
persediaan barang. penerimaan pinjaman dan pembayaran utang

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


5
luar negeri, penerimaan minyak dan Jumlah Uang Beredar
pemberian subsidi BBM. Dengan demikian,
variabel asumsi dasar ekonomi makro Menurut Ana Ocktaviana (2007:
tersebut sangat menentukan besarnya 27), jumlah uang beredar adalah nilai
penerimaan dan pengeluaran negara, keseluruhan uang yang berada di tangan
termasuk dana perimbangan, serta besarnya masyarakat. Jumlah uang beredar dalam arti
pembiayaan anggaran. Kurs mata uang sempit (narrow money) adalah jumlah uang
menunjukkan harga mata uang apabila beredar yang terdiri atas uang kartal dan
ditukarkan dengan mata uang lain. uang giral.
Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara M1 = C + D
dengan mata uang negara lain ditentukan Keterangan :
sebagai mana halnya barang yaitu oleh M1 = jumlah uang yang beredar dalam
permintaan dan penawaran mata uang yang arti sempit
bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk C = Uang kartal (uang kertas + uang
kurs rupiah, jika demand akan rupiah lebih logam)
banyak daripada suplainya maka kurs rupiah D = uang giral atau cek
ini akan terapresiasi, demikian pula Uang beredar dalam arti luas (M2)
sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi akan adalah uang bererdar dalam arti sempit (M1)
terjadi apabila negara menganut kebijakan ditambah deposito berjangka (time deposit),
nilai tukar mengambang bebas (free floating atau:
exchange rate) sehingga nilai tukar akan M2 = M1 + TD
ditentukan oleh mekanisme pasar (Kuncoro, Keterangan:
2001). M2 = jumlah uang beredar dalam arti luas
Bagi investor sendiri, depresiasi TD = deposito berjangka (time deposit)
rupiah terhadap Dollar menandakan bahwa Mohammad (2006: 210)
prospek perekonomian Indonesia suram. menyatakan bahwa semakin banyak uang
Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi apabila yang beredar ditangan masyarakat maka
faktor fundamental perekonomian Indonesia akan semakin tinggi harga saham, karena
tidaklah kuat, sehingga Dolar Amerika akan masyarakat akan mencari cara untuk
menguat dan akan menurunkan Indeks mengalokasikan dana mereka. Banyaknya
Harga Saham Gabungan di BEI (Sunariyah, uang yang beredar akan menyebabkan suku
2003). Investor tentunya akan menghindari bunga turun, sehingga orang cendrung tidak
resiko, sehingga investor akan cenderung memilih investasi dalam perbankan
melakukan aksi jual dan menunggu hingga melainkan dalam bentuk saham. Dan jika
situasi perekonomian dirasakan membaik. jumlah uang beredar meningkat, maka
Aksi jual yang dilakukan investor ini akan tingkat bunga akan menurun dan volume
mendorong penurunan indeks harga saham perdagangan saham akan naik sehingga
di BEI dan mengalihkan investasinya ke pasar akan menjadi bullish. Jika jumlah uang
dolar Amerika (Jose Rizal, 2007). beredar menurun, maka tingkat bunga akan
naik dan volume perdagangan saham akan
turun sehingga pasar akan menjadi bearish.

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


6
Pasar Modal METODE PENELITIAN

Pasar modal (capital market) Lokasi dan Waktu Penelitian


menurut Usman dkk (1997:11) adalah: Pasar
modal adalah perdagangan instrument Penelitian ini dilakukan pada
keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik Volume Perdagangan Saham di Bursa Efek
dalam bentuk modal sendiiri (stock) maupun Indonesia meliputi data pada LQ-45 yang
hutang (bonds) baik yang diterbitkan oleh diperoleh dari IDX Statistics atau Indonesian
pemerintah (public authourities) maupun Capital Market Dictionary (ICMD) yang
oleh swasta (private sector). Dengan kata tersedia di Jalan Jendral Sudirman No. 73
lain, pasar modal adalah pasar dalam Pekanbaru. Dengan waktu penelitian yang
pengertian abstrak. Dalam pengertian yang dilakukan penulis yaitu dari Januari 2009
abstrak pasar modal adalah perdagangan sampai dengan Desember 2012.
surat berharga (bonds atau stock).
Tanda bukti kepemilikan atau Populasi dan Sampel
penyetoran modal atas suatu perseroan
terbatas, yang diperoleh dari pemberian Populasi yang akan diteliti adalah
saham tersebut atau cara lain yang kemudian emiten yang tergolong dalam LQ-45 di
memberikan hak atas deviden sesuai dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
besarnya investasi modal pada perusahaan di 2009 - 2012. Metode pengumpulan sampel
artikan sebagai saham. Widiadmodjo (sampling method) dalam penelitian ini
(2001:5) mendefinisikan saham sebagai adalah non probability atau non random
tanda penyertaan atau kepemilikan sampling dengan teknik purposive sampling.
seseorang atau badan dalam suatu Non probability atau non random sampling
perusahaan atau selembar kertas yang adalah metode yang tidak didasarkan pada
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut mekanisme yang acak dalam pemilihan
adalah pemilik (berapapun porsinya) dari sampel penelitian. Purposive sampling
suatu perusahaan yang menerbitkan kertas adalah sampel diambil dengan maksud atau
tersebut, sesuai porsi kepemilikannya yang kriteria tertentu. Penelitian ini menggunakan
tertera pada kertas tersebut. sampel saham yang berturut-turut masuk ke
dalam LQ-45 dari tahun 2009 - 2012. Dan
Hipotesis mempunyai data lengkap tentang volume
perdagangan sahamnya. Pengujian dengan
H1 : Terdapat pengaruh Tingkat Suku Purposive sampling menemukan 16
Bunga, Inflasi, Kurs, dan Jumlah perusahaan sampel yang memenuhi keriteria
Uang Beredar secara bersama-sama yang ada. Adapun keriteria sampel dalam
(simultan) terhadap Volume penelitian adalah yaitu:
Perdagangan Saham pada LQ-45. 1. Perusahaan berturut-turut masuk ke
H2 : Pengaruh Tingkat Suku Bunga, dalam LQ-45 setiap bulan selama
Inflasi, Kurs, dan Jumlah Uang periode Januari 2009 sampai Desember
Beredar secara persial (sendiri- 2012.
sendiri) terhadap Volume
Perdagangan Saham pada LQ-45.

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


7
2. Saham Perusahaan aktif diperdagangkan Variabel Penelitian dan Definisi
setiap bulan selama periode Januari 2009 Operasionel Variabel
sampai Desember 2012.
3. Tersedianya laporan perdagangan saham Variabel Dependen (Y)
emiten setiap bulan selama periode
Januari 2009 sampai Desember 2012. Variabel terikat pada penelitian ini
4. Data terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah volume perdagangan saham (Y).
(BEI), dan dipublikasikan. Volume perdagangan saham akan diukur
dengan Trading Volume Activity (TVA).
Proses Penentuan Sampel Ukuran aktivitas volume perdagangan saham
Jumlah (TVA) telah digunakan secara luas untuk
Keterangan
Emiten mengukur tingkat likuiditas saham dalam
Populasi penelitian (emiten yang 45 berbagai studi empiris.
tergolong dalam LQ-45 di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Variabel Independen (X)
Emiten pernah tidak tergolong (11)
LQ-45 tahun 2009 Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (Bi
Saham Perusahaan aktif (2) Rate)
diperdagangkan setiap bulan
selama periode Januari 2009 Suku bunga Bank Indonesia (Bi
sampai Desember 2012. Rate) adalah tingkat suku bunga yang
Emiten pernah tidak tergolong (9) ditentukan oleh Bank Indonesia atas
LQ-45 tahun 2010 penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Emiten pernah tidak tergolong (1) Suku bunga Sertifikat bank Indonesia (SBI)
LQ-45 tahun 2011 yang digunakan adalah suku bunga Sertifikat
Emiten pernah tidak tergolong (6) Bank Indonesia (SBI) 1 bulan. Pengukuran
LQ-45 tahun 2012 yang digunakan adalah satuan
Jumlah sampel 16 persen. Kenaikan suku bunga pinjaman atau
Tahun pengamatan (4 tahun = 48 suku bunga deposito akan mengakibatkan
48 bulan) turunnya harga saham sehingga suku bunga
Sumber : Data diolah www.idx.co.id berpengaruh negatif terhadap initial return
(Samsul, 2006).
Hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi linier Inflasi
berganda melalui program aplikasi
Statistical Package For Social Sciences Inflasi adalah tingkat kenaikan
(SPSS) Statistics 21. harga barang secara umum yang terjadi terus
menerus. Tingkat inflasi yang digunakan
adalah tingkat inflasi yang diperoleh dari
Indeks Harga Konsumen (IHK). Pengukuran
yang digunakan adalah dalam satuan persen.

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


8
Kurs Berranya yang dibandingkan dengan nilai
tabel Chi-Square ( χ2 ) dengan besarnya“v”
Kurs atau Nilai tukar adalah harga adalah sesuai dengan jumlah lag-nya. Jika
mata uang suatu negara terhadap mata uang nilai Jarque-Berra-nya lebih kecil dari nilai
negara lain. Nilai tukar yang digunakan kritis tabelnya maka lolos dari adanya
adalah kurs dolar Amerika terhadap rupiah ketidaknormalan distribusi residual.
yang dihitung berdasarkan kurs tengah yaitu
berdasarkan kurs jual dan kurs beli3.5.1.
diatur Uji Asumsi Klasik
oleh Bank Indonesia. 3.5.2.
Sebelum melakukan pengujian
Jumlah Uang yang Beredar hipotesis melalui analisis regresi berganda,
terlebih dahulu data harus di uji dengan uji
Jumlah uang beredar (JUB) dalam asumsi klasik yang meliputi: uji
artian luas atau broad money (M2). Broad multikoloneritas, uji autokorelasi, dan uji
money (M2) adalah penjumlahan dari M1 heterokedastisitas agar memenuhi keriteria
(uang kartal dan logam ditambah simpanan Bast Linear Unbiased Estimator (BLUE)
dalam bentuk rekening koran atau demand sehingga dapat menghasilkan persamaan
deposit) yang memasukkan deposito- perbandingan yang valid.
deposito berjangka dan tabungan 3.5.2.1.serta
rekening valuta asing milik swasta domestik
3.5.2.2. Uji Multikolinieritas
sebagai bagian dari 18 penyediaan uang3.5.2.3.
atau
uang kuasai (quasi money). Pengukuran Multikolinieritas adalah hubungan
yang digunakan adalah dalam Miliar Rupiah. linier yang sempurna diantara beberapa atau
semua variabel independen dari model
Metode Pengujian Data regresi. Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas
Uji Normalitas satu dengan yang lain ada atau tidak.
Konsekuensi adanya multikolinieritas adalah
Uji normalitas bertujuan untuk tidak validnya signifikansi variabel. Untuk
menguji apakah dalam model regresi mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas
variabel dependen, variabel independen atau dilakukan Uji Colinearity Statistics dengan
keduanya berdistribusi normal atau tidak. mendasarkan pada nilai tolerance dan nilai
Model regresi yang baik adalah yang Variance Inflation Factor (VIF). (Ghozali,
berdistribusi normal atau mendekati normal. 2006: 232), memberikan Rule of Thumb, jika
Analisis regresi linier klasik nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka
mengasumsikan bahwa setiap sisaan terjadi multikolinearitas.
berdistribusi normal dengan kriteria sebagai
3.5.2.4.
berikut (Ghozali, 2006: 19): 3.5.2.5. Uji Autokorelasi
Mean : E(εi ) = 0
Varian : E(εi2) = σ2 Autokorelasi adalah korelasi yang
Covarian : E(εi , εj) = 0 terjadi antara anggota-anggota serangkaian
Pengujian asumsi normalitas ini observasi yang terletak berderetan secara
dilakukan dengan melihat nilai Jarque- series dalam bentuk waktu (jika datanya

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


9
time series) atau korelasi antara tempat yang Keterangan:
berdekatan (jika datanya cross sectional). Y: Volume Perdagangan Saham pada LQ-45
Pengujian ini untuk mengetahui hubungan a : Konstanta
variabel yang sama antar waktu. b1…b4: Koefisien Variabel Bebas
Konsekuensi adanya autokorelasi adalah X1: Tingkat Suku Bunga
biasnya varian dengan nilai yang lebih kecil X2: Inflasi
dari nilai yang sebenarnya, sehingga R2 dan X3: Kurs
Fhitung yang dihasilkan cenderung sangat X4: Jumlah Uang yang Beredar), dan e
berlebihan (overestimated). Pengujian (Gangguan acak)
autokorelasi dilakukan dengan Uji Durbin
Watson (statistik-d), dengan
3.6. Uji Hipotesis
membandingkan nilai Durbin Watson hitung 3.7.
(d) dengan nilai Durbin Watson tabel yaitu Ketepatan fungsi regresi sampel
batas lebih tinggi (upper bond atau du) dan dalam menaksir nilai aktual dapat diukur
batas lebih rendah (lower bond atau dl). dari good ness of fit nya. Secara statistik,
setidaknya ini dapat diukur dari nilai
Uji Heterokedastisitas koefisien determinasi, nilai statistik F dan
nilai satistik t. Perhitungan statistik disebut
Heterokedastisitas adalah suatu signifikan secara statistik, apabila uji nilai
keadaan di mana varian dari faktor statistiknya berada dalam daerah kritis
penggangu tidak konstan untuk semua nilai (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya,
variabel bebas. Pengujian ini dilakukan disebut tidak signifikan bila uji nilai
untuk melihat kesalahan pengganggu statistiknya berada dalam daerah dimana Ho
mempunyai varian yang sama atau tidak, diterima. (Ghozali, 2006: 270).
jika varian sama disebut homokedastisitas,
jika varians berbeda atau tidak konstan3.7.1. Uji F (secara simultan)
disebut heterokedastisitas. Konsekuensi3.7.2.
adanya heterokedastisitas adalah lebih Uji F digunakan untuk menguji
besarnya varian dari taksiran. Pengujian ada signifikansi pengaruh tingkat suku bunga
tidaknya masalah heterokedastisitas dapat bank, tingkat inflasi, kurs, dan jumlah uang
dilihat dari pola gambar scatterplot model yang beredar secara simultan terhadap
tersebut. volume perdagangan saham.

Analisis Regresi Linear Berganda Uji t (secara parsial)

Analisis data dalam penelitian ini Uji t digunakan untuk menguji


menggunakan uji statistik regresi berganda signifikansi pengaruh tingkat suku bunga
(multiple regresion). Bentuk persamaan bank, tingkat inflasi, kurs, dan jumlah uang
regresi berganda dari penelitian ini adalah yang beredar secara persial terhadap volume
sebagai berikut (Ghozali, 2006: 269): perdagangan saham. Oleh karena itu uji t ini
digunakan untuk menguji hipotesis H2.
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


10
Uji Koefisien Determinasi (R2) HASIL PENELITIAN

Untuk mengetahui variabel mana Analisis Statistik Deskriptif


yang paling berpengaruh terhadap variabel Statistik deskriptif ini digunakan
dependennya, dapat dilihat dari koefisien untuk memberikan gambaran nilai minimun,
korelasi parsialnya. Variabel independen maximum, rata-rata (mean), dan simpangan
yang paling berpengaruh terhadap variabel baku (standart deviasi) dari variabel-variabel
dependennya dapat dilihat dari koefisien yang diteliti. Hasil statistik deskriptif dapat
parsial yang terbesar. Koefisien korelasi dilihat pada tabel berikut:
merupakan ukuran yang dapat digunakan
untuk mengetahui bagaimana keeratan Descriptive Statistics
hubungan antara suatu variabel independen
dengan variabel dependennya. Koefisien N Min Max Mean Std. D V
korelasi juga dapat digunakan untuk LogVol 48 5,44 6,04 5,6754 ,12547 ,016
mengetahui arah hubungan antara variabel. BI Rate 48 5,75 8,75 6,5000 ,63581 ,001
Koefesien determinasi adalah rasio Inflasi 48 2,41 9,17 4,9196 1,60038 ,006
dari jumlah kuadrat regresi dengan jumlah
LogKur
kuadrat total. Kelayakan suatu model regresi 48 3,93 4,08 3,9722 ,03286 ,404
s
dapat dilihat dari koefesien determinasi (R2)
LogJUB 2,56
yang menunjukkan proporsi variasi dalam 48 6,27 6,52 6,3829 ,07431
1
variabel dependen yang dijelaskan oleh
Sumber: hasil pengolahan output data SPSS
variabel-variabel independen secara bersama
Statistics 21
-sama. R2 sangat dipengaruhi oleh
Untuk mengetahui model regresi
penambahan jumlah variabel penjelas, maka
variabel dependen, variabel independen atau
untuk menyesuaikannya digunakan adjusted
keduanya berdistribusi normal atau
R2 (R2adj), yang dirumuskan sebagai berikut
tidak.dapat dilihat dari grafik Normal
(Ghozali, 2006: 269):
Probability Plot di bawah ini:
Jumlah kuadrat regresi ESS
2
R = =
Hasil Uji Normalitas Data
Jumlah kuadrat total
TSS

dimana :0 < R2, R2adj < 1


Residual Sum of Square = RSS = Σei 2 = Σ(
ŷi – ў)2
Explained Sum of Square = ESS = Σ( yi –
ŷi)2
Total Sum of Square = TSS = Σ yi 2

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


11
Data grafik normal probability plot Pada table di atas, dapat dilihat
di atas dapat dilihat bahwa sebaran data bahwa nilai Durbin-Watson adalah sebesar
berada pada garis diagonal dan mengikuti 1,334 yang terletak di daerah -2 < d < 2.
arah garis diagonal tersebut. Hal ini Sehingga dapat disimpulkan bahwa model
menunjukan bahwa data tersebut regresi terbebas dari autokorelasi.
berdistribusi normal.
Uji Heterokedastisitas
Uji Multikolinieritas
Scatterplot
a
Coefficients

Model Collinearity Statistics


Tolerance VIF
1 ( Constant)
Suku Bunga ,152 6,561
Inflasi ,401 2,497
Log Kurs ,713 1,403
Log JUB ,260 3,842
Pola penyebaran titik-titik terlihat
a.Dependent Variable: Log Volume acak dan tidak membentuk pola tertentu
Perdagangan Saham pada gambar. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat heterokedastisitas, sehingga
Dari table di atas dapat diketahui model regresi layak dipakai untuk
bahwa masing-masing variabel bebas (Suku memprekdisikan variabel terikat terhadap
Bunga, Inflasi, Log Kurs, Log JUB) variabel bebasnya.
memiliki angka tolerance di atas 0,1 dan
nilai VIF di bawah 10. Oleh karena itu, dapat Analisis Regresi Linier Berganda
disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinieritas Antara variabel bebas Analisis ini bertujuan untuk
dalam model regresi ini. mengetaahui besarnya pengaruh suku bunga,
inflasi, nilai tukar rupiah (kurs), dan jumlah
Uji Autokorelasi uang yang beredar (M2) terhadap volume
perdagangan saham pada LQ-45. Hasil
Model Summaryb pengujian, dapat dilihat dalam table berikut:
Model Durbin- Kesimpulan
Watson
Tidak Terjadi
1 1,334
Autokorelasi
a.Predictors: (Constant), Suku Bunga,
Inflasi, Log Kurs, Log JUB
b.Dependent Variabel: Log Volume
Perdagangan Saham

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


12
Coefficientsa bunga meningkat 1%, maka volume
perdagangan saham akan mengalami
Model UC SC penurunan sebesar 0,017 dan sebaliknya.
T Sig.
1 B S. E Beta Yaitu jika tingkat suku bunga mengalami
Con 16,59 penurunan sebesar 1%, maka volume
3,757 4,417 ,000
stant 3 perdagangan akan mengalami
peningkatan sebesar 0,017.
BI
-,017 ,066 -,087 -,259 ,797
Rate
3. Koefisien inflasi (X2) sebesar 0,018 yang
Inflasi ,018 ,016 ,228 1,105 ,275 menunjukkan besarnya pengaruh tingkat
inflasi terhadap volume perdagangan
Log saham. Pengaruh positif menunjukkan
-1,211 ,592 -,317 -2,046 ,047
Kurs adanya pengaruh yang searah antara
Log inflasi dengan volume perdagangan
-,953 ,433 -,565 -2,202 ,033
JUB saham. Jika inflasi meningkat sebesar
1% maka volume perdagangan saham
a.DependentVariable:LogVolumePerdagang akan mengalami peningkatan juga
an sebesar 0,018 dan sebaliknya. Yaitu jika
Berdasarkan hasil output SPSS 21 inflasi mengalami penurunan sebesar
di atas, maka persamaan regresi dapat 1%, maka volume perdagangan akan
dirumuskan sebagai berikut: mengalami penurunan sebesar 0,018.

4. Koefisien nilai tukar rupiah (X3) sebesar


-1,211 yang menunjukkan besarnya
Y = 16,593 - 0,017X1 + 0,018X2 - pengaruh nilai tukar rupiah (kurs)
1.211X3 - 0,953X4 + e terhadap volume perdagangan saham.
Pengaruh negatif disini menunjukkan
Dari persamaan regresi di atas adanya pengaruh yang berlawanan antara
dapat dijelaskan bahwa: nilai tukar rupiah (kurs) terhadap volume
perdagangan saham. Jika nilai tukar
1. Jika suku bunga, inflasi, kurs, dan rupiah (kurs) meningkat 1% maka
jumlah uang yang beredar bernilai 0, volume perdagangan akan mengalami
maka volume perdagangan saham (Y) penurunan sebesar 1,211 dan sebaliknya.
bernilai konstan yaitu sebesar 16,593. Yaitu jika nilai tukar rupiah mengalami
penurunan sebesar 1% maka volume
2. Koefisien tingkat suku bunga (X1) perdagangan akan mengalami
sebesar -0,017, yaitu menunjukkan peningkatan sebesar 1,211.
besarnya pengaruh tingkat suku bunga
terhadap volume perdagangan saham. 5. Koefisien jumlah uang beredar (X4)
Pengaruh negatif disini menunjukkan sebesar -0,953 yang menunjukkan
adanya pengaruh yang berlawanan antara besarnya pengaruh jumlah uang beredar
tingkat suku bunga terhadap volume (M2) terhadap volume perdagangan
perdagangan saham. Jika tingkat suku saham. Pengaruh negatif disini

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


13
menunjukkan adanya pengaruh yang Uji t (secara parsial)
berlawanan antara jumlah uang beredar
(M2) terhadap volume perdagangan Coefficientsa
saham. Jika jumlah uang beredar (M2)
Model t Sig.
meningkat 1% maka volume Keterangan
perdagangan akan mengalami penurunan (Constant) 4,417 ,000
sebesar 0,953 dan sebaliknya. Yaitu jika Tidak
jumlah uang beredar mengalami BI Rate -,259 ,797
signifikan
penurunan sebesar 1% maka volume Tidak
perdagangan akan mengalami Inflasi 1,105 ,275
signifikan
peningkatan sebesar 0,017. Log Kurs -2,046 ,047 Signifikan
Log JUB -2,202 ,033 Signifikan
Hasil Uji F (secara simultan) a. Dependent Variable: Log Volume
Perdagangan Saham
ANOVAb 1. Dari hasil uji t di atas menunjukkan
besarnya p-value tingkat suku bunga
Model Sum df Mean F Sig. sebesar 0,797 > α = 0,05 dan thitung -,259
of S S
> -ttabel 2,01. Hal ini menunjukkan bahwa
Regressi ,195 4 ,049 3,854 ,009a tingkat suku bunga secara persial tidak
on
berpengaruh signifikan terhadap volume
Residual ,545 43 ,013
perdagangan saham.
Total ,740 47
2. Variabel tingkat inflasi memiliki p-value
a. Predictors: (Constant), Suku Bunga, Inflasi, Log
sebesar 0,275 > α = 0,05 dan thitung 1,105
Kurs, Log JUB
b. Dependent Variable: Log Volume Perdagangan > ttabel 2,02. Hal ini menunjukkan bahwa
Saham tingkat inflasi secara persial tidak
Dari hasil pada table di atas berpengaruh signifikan terhadap volume
menunjukkan bahwa p-value 0,009 < α = perdagangan saham.
0,05, sedangkan Fhitung 3,854 > Ftabel 2,59. 3. Variabel nilai tukar rupiah (kurs)
Hal ini menunjukkan bahwa variabel memiliki p-value sebesar 0,047 < α =
independen tingkat suku bunga, inflasi, nilai 0,05 dan thitung -2,046 < -ttabel 2,01. Hal
tukar rupiah (kurs), dan jumlah uang yang ini menunjukkan bahwa nilai tukar
beredar secara simultan berpengaruh rupiah (kurs) secara persial berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen signifikan terhadap volume perdagangan
volume perdagangan saham. Jadi dapat saham.
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang 4. Variabel jumlah uang yang beredar
signifikan antara variabel independen memiliki p-value sebesar 0,033 < α =
terhadap variabel dependennya secara 0,05 dan thitung -2,202 < -ttabel 2,01. Hal
simultan, hal ini menunjukkan bahwa ini menunjukkan bahwa jumlah uang
dimana Ho diterima. yang beredar secara persial berpengaruh
signifikan terhadap volume perdagangan
saham.
Dari hasil uji t di atas, dapat
disimpulkan bahwa variabel independen
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
14
yang paling kuat mempengaruhi variabel penelitian ini menggunakan analisis
dependennya adalah nilai tukar rupiah regresi linier berganda melalui program
(kurs), yaitu sebesar -1,211 dan signifikan aplikasi Statistical Package For Social
sebesar 0,047 < α = 0,05. Sciences (SPSS) Statistics 21.
2. Dilihat dari uji normalitas data
Uji Koefisien Determinasi menggunakan uji Kolmogrov-Sminov
menunjukkan hasil 2 tailed p > α = 0,05
Model Summaryb dari masing-masing variabel penelitian,
dan dari grafik Normal Probability Plot
Model R R Square Adjusted R menunjukkan bahwa semua data yang
Square
digunakan berdistribusi secara normal.
3. Uji asumsi klasik menunjukkan hasil
1 .514a .264 .195
terbebas dari multikolinieritas dengan
menggunakan uji Colinearity Statistics
a.Predictors: (Constant), Suku Bunga, Inflasi, dengan mendasarkan pada nilai tolerance
Log Kurs, Log JUB dan nilai Variance Inflation Factor
b.Dependent Variable: Log Volume (VIF), dan memberikan Rule of Thumb.
Perdagangan Saham Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Dari table di atas dapat dijelaskan masing-masing variabel bebas (Suku
bahwa koefisien determinasi sebesar 0,264. Bunga, Inflasi, Log Kurs, Log JUB)
Hal ini menunjukkan bahwa variabel memiliki angka tolerance di atas 0,1
independen tingkat suku bunga, inflasi, nilai (dibawah 1) dan nilai VIF di bawah 10.
tukar rupiah, dan jumlah uang yang beredar Oleh karena itu, dapat disimpulkan
mampu menjelaskan variabel dependen bahwa tidak terjadi multikolinieritas
volume perdagangan saham sebesar 26,4%. antara variabel bebas dalam model
Dan sisanya 73,6% dijelaskan oleh variabel- regresi yang digunakan.
variabel lain di luar penelitian. 4. Hasil uji autokorelasi dengan
menggunakan uji Durbin-Watson
PENUTUP
mendapatkan hasil sebesar 1,334 yang
terletak di daerah -2 < d < 2. Sehingga
Kesimpulan
dapat disimpulkan bahwa model regresi
terbebas dari autokorelasi.
Berdasarkan hasil yang diperoleh
5. Pengujian untuk melihat kesalahan
melalui pengujian ststistik dan pembahasan
pengganggu mempunyai varian yang
yang seperti telah diuraikan pada bab
sama atau tidak dapat dilihat denga
sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal
pengujian heterokedatisitas. Pengujian
sebagai berikut:
ada tidaknya masalah heterokedastisitas
1. Pengujian pengaruh tingkat suku bunga,
dapat dilihat dari pola gambar
inflasi, nilai tukar rupiah (kurs), dan
scatterplot. Hasil menunjukkan pola
jumlah uang yang beredar terhadap
gambar scatterplot penyebaran titik-titik
volume perdagangan saham pada LQ-45
terlihat acak dan tidak membentuk pola
dari tahun 2009 - 2012, menemukan 16
tertentu pada gambar. Hal ini
perusahaan sampel yang memenuhi
menunjukkan bahwa tidak terdapat
keriteria yang ada. Hipotesis dalam
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
15
heterokedastisitas, sehingga model Saran
regresi yang dipakai layak untuk Dengan berbagai telaah yang telah
memprekdisikan variabel terikat penulis lakukan, serta berdasarkan
berdasarkan masukan variabel bebasnya. keterbatasan dari peneliti dapat memberikan
6. Dari hasil pengujian hipotesis (H1) dapat saran sebagai berikut :
disimpulkan bahwa variabel tingkat suku 1. Kemampuan model hanya mampu
bunga, inflasi, kurs, dan jumlah uang menjelaskan fenomena hubungan antara
yang beredar bersama-sama variabel independen dengan variabel
mempengaruhi secara signifikan volume dependennya sebesar 26,4%. Ini berarti
perdagangan saham di pasar modal. variabel penjelas belum 100% mampu
7. Hasil pengujian hipotesis (H2) menjelaskan variabel dependennya. Oleh
mendapatkan hasil bahwa tingkat suku karena itu peneliti an selanjutnya perlu
bunga dan inflasi tidak berpengaruh dilakukan lagi dengan menambah
secara signifikan terhadap volume variabel lain yang berpengaruh terhadap
perdagangan saham, sedangkan kurs dan volume perdagangan saham di pasar
jumlah uang yang beredar berpengaruh modal.
secara signifikan terhadap volume 2. Dan kepada penelitian selanjutnya
perdagangan saham di pasar modal. Dan diharapkan peneliti menguji dengan
dari hasil uji t pada (Unstandardized cakupan perusahaan secara keseluruhan,
Coefficients Beta) dapat diketahui bahwa tidak hanya focus pada perusahaan
variabel kurs merupakan variabel tertentu saja.
independen yang mempunyai pengaruh 3. Instrument peneitian selanjutnya
paling kuat terhadap variabel dependen diharapkan memakai alat pengukuran
volume perdagangan saham sebesar - yang lain dan metode analisis data yang
1.211. lebih maju, agar hasil penelitian dapat
8. Berkaitan dengan variabilitas variabel menjadi pembanding hasil penelitian
dependen yang dapat dijelaskan oleh sebelumnya dan pengaruhnya terhadap
variabel independenya (Adjusted R signifikansi data.
Square) hanya mampu menjelaskan
variabel dependennya sebesar 19,5%, DAFTAR PUSTAKA
sementara 80,5% lagi dijelaskan oleh
variabel-variabel lain diluar penelitian Albeta, Febrika Rika. 2006. Pengaruh Kurs
ini. Inflasi dan Suku Bunga Deposito
9. Berdasarkan pengujian dengan tingkat Terhadap IHSG di BEJ. Skripsi,
signifikansi 5% (0,05), diperoleh bukti Universitas Riau.
bahwa variabel tingkat suku bunga, dan
inflasi tidak berpengaruh signifikan Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar
terhadap volume perdagangan saham Modal Indonesia. Jakarta: Media Soft
pada LQ-45, sedangkan variabel nilai Indonesia.
tukar rupiah (Kurs), dan jumlah uang
beredar berpengaruh signifikan terhadap Case, K. E. & Fair, R. C. 2006. Prinsip-
volume perdagangan saham pada LQ- Prinsip Ekonomi (5th ed). Chicago:
45. Richard D. Irwin.

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


16
Jumlah Uang Beredar Terhadap Indeks
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Harga Saham Sektor Property Dan Real
Multivariate dengan System Program Estate Dengan Pendekatan Error
SPSS. Semarang: Badan Penerbit Correction Model. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro. Universitas Negeri Padang

Gjerde, Oystein & Frode Sættem. 1999.


Causal Relations Among Stock Returns
and Macroeconomic Variables in A Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan
Small, Open Economy. Journal Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga
ofInternational Financial Markets, :210.
Institutions and Money.
Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan
Gupta, Chevalier dan Sayekt. 1997. The Pasar Modal. Edisi Ke-4. AMP YKPN,
Causality Between Interest Rate, Yogyakarta.
Exchange Rate And Stock Price in
Emerging Markets. The Case Of The ________. 2006. Pengantar Pengetahuan
Jakarta Stock Exchange. Pasar Modal. Edisi ke-5. Yogyakarta.

Hooker, Mark A. 2004. Macroeconomic Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis


Factors and Emerging Market Equity Investasi dan Manajemen Portofolio.
Returns. A Bayesian Model Selection Yogyakarta: BPFE.
Approach. Emerging Markets
Review.5:379‐387. Usman dkk. 1999. Pengetahuan dasar Pasar
Modal. Institute Bankir Indonesia.
Kandir, Serkan Yilmaz. 2008.
Macroeconomic Variables, Firm Wiyani. Wahyu Dan Wijayanto. 2005.
Characteristics and Stock Returns: Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Tingkat
Evidence from Turkey. International Suku Bunga Dan Volume Perdagangan
Research Journal of Finance and Saham Terhadap Harga Saham. Jurnal
Economics ISSN 1450‐2887 Issue 16. Keuangan Dan Perbankan, No, 3, Th Ix,
September.
Madura, Jeff. 2000. Manajemen Keuangan
Internasional. Jakarta: Erlangga.
Wongbangpo, Praphan Dan Subhash
C.Sharma. 2002.Stock Market And
Ocktavia, Ana. 2007. Analisis Pengaruh
Macroeconomic Fundamental Dynamic
Nilai Tukar Rupiah /US$ Dan Tingkat
Interaction : Asean‐5 Countries. Journal
Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga
Of Asian Economics 13:27‐51.
Saham Gabungan Di Bursa Efek
Jakarta. Skripsi, Universitas Riau.

Octafia, Sri Mona. 2011. Pengaruh Tingkat


Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar Dan

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


17

You might also like