You are on page 1of 20

MAKALAH

“ DHF ( DENGUE HEMORRHAGIC FEVER ) “

DI SUSN OLEH :

1. IMAM ANUGERAH (2115013)

2. DHINI ANGGRAENI (2115004)

3. HASNIAR (2115010)

4. MIFTAHUL JANNAH (2115011)

AKPER MAPPA OUDANG MAKASSAR


2021/2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdullillah senantiasa kita kami panjatkan kehadiran Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas individu ini untuk mata kuliah KMB dengan judul maklah “ DHF (DENGUE
HEMORRHAGIC FEVER”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan
segala bentuk saran, masukan, bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata,
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Makassar , 19 September

ii
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. LATAR BELAKANG........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................3

A. KONSEP DASAR MEDIS.................................................................3


B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN..............................................8

BAB III PENUTUP.........................................................................................15

A. KESIMPULAN...................................................................................15
B. SARAN.................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demam berdarah dengue (DBD)/ dengue hemorrhagic fever adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus dengan manifestasi klinis berupa demam, nyeri
otot (myalgia) dan/ atau nyeri sendi (arthralgia) yang disertai leukopenia, ruam (maculopapular
skin rush), limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik.

Demam berdarah dengue secara internasional dianggap sebagai penyakit yang


disebabkan virus dan di transmisikan oleh nyamuk yang paling signifikan. DHF endemik lebih
dari 100 negara di seluruh dunia, terutama daerah tropis dan sub-tropis. WHO memperkirakan
sekitar 50 juta kasus infeksi dengue tiap tahunnya.Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
diperkirakan 50 sampai 100 juta infeksi demam berdarah terjadi setiap tahun. Dari kasus ini
500.000 kasus DHF mengakibatkan 22.000 kematian yang kebanyakan terjadi pada anak-anak.
Berdasarkan data resmi yang disampaikan ke WHO, kasus DB di seluruh Amerika, Asia
Tenggara dan Pasifik Barat melampaui 1,2 juta pada tahun 2008 dan lebih dari 3 juta pada tahun
2013.3 DHFmerupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Asia tropik termasuk
Indonesia.

Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah


air.Indonesia menempati urutan tertinggi kasus DHF tahun 2010 di Asean, dengan jumlah kasus
156.086 dan kematian 1.358 orang. Pada tahun 2015, tercatat terdapat 126.675 penderita DHF di
34 provinsi di Indonesia, dan 1.229 orang diantaranya meninggal dunia. Hal ini disebabkan oleh
terjadinya perubahan iklim dan rendahnya kesadaran masyararakat untuk menjaga kebersihan
lingkungan.4 Faktor kepadatan penduduk juga berperan memicu tingginya kasus DHF, karena
tempat hidup nyamuk hampir seluruhnya adalah buatan manusia seperti dari kaleng bekas, ban
bekas hingga bak mandi. Dengan tingginya jumlah kasus DHF yang terjadi, pemahaman
mengenai DHF dan penatalaksanaan yang tepat diperlukan guna menurunkan angka mortalitas
dan morbiditas di masyarakat.

Saat ini bukan hanya terjadi peningkatan jumlah kasus DHF, tetapi penyebaran di luar
daerah tropis dan subtropis, Setidaknya 500.000 penderita DHF memerlukan rawat inap setiap
tahunnya, dimana proporsi penderita sebagian besar adalah anak-anak dan 2,5% di antaranya
dilaporkan meninggal dunia. Morbiditas dan mortalitas DHF bervariasi dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain status imun, kondisi vector nyamuk, transmisi virus dengue, virulensi
virus, dan kondisi geografi setempat (Kemenkes RI 2018).

Menurut data WHO, Asia Pasifik menanggung 75 persen dari beban dengue di dunia
antara tahun 2004 dan 2010, sementara Indonesia dilaporkan sebagai negara ke-2 dengan kasus
DHF terbesar diantara 30 negara wilayah endemis. Kasus DHF yang terjadi di Indonesia dengan
jumlah kasus 68.407 tahun 2017 mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2016
sebanyak 204.171 kasus (WHO 2018).

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,


Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI disebutkan distribusi penyakit suspek DHF sejak
minggu pertama 2018 hingga akhir bulan desember 2018 tertinggi ada di Jawa Timur dengan
jumlah suspek DHF 700 orang, diikuti Jawa Tengah 512 orang dan Jawa Barat 401 orang.
Peningkatan kasus DHF terjadi di beberapa daerah seperti Kabupaten Kuala Kapuas Provinsi
Kalimantan Tengah, Kabupaten Manggarai Barat Provinsi NTT, Sulawesi Utara, dan daerah
lainnya di Indonesia (Kemenkes RI 2018).

Secara nasional, jumlah kasus hingga tanggal 3 Februari 2019 adalah sebanyak 16.692
kasus dengan 169 orang meninggal dunia. Kasus terbanyak ada di wilayah Jawa Timur, Jawa
Tengah, NTT, dan Kupang. Data sebelumnya pada 29 Januari 2019, jumlah kasus DHF
mencapai 13.683 dengan jumlah meninggal dunia 133 jiwa (Kemenkes RI 2019).

Pada tahun 2017, terdapat 30 provinsi dengan angka kesakitan kurang dari 49 per
100.000 penduduk. Sedangkan tahun 2018 provinsi dengan angka kesakitan kurang dari 49 per
100.000 penduduk menurun menjadi 26 provinsi. Provinsi dengan angka kesakitan DHF
tertinggi yaitu Kalimantan Timur sebesar 87,81 per 100.000 penduduk, Kalimantan Tengah
sebesar 84,39 per 100.000 penduduk, dan Bengkulu sebesar 72,28 per 100.000 penduduk.
Provinsi Kalimantan Timur kembali menjadi provinsi dengan angka kesakitan DHF tertinggi
sejak tahun 2017 (Dinkes Provinsi Kalimantan Timur 2018).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan isi dari konsep dasar medis ?


2. Jelaskan isi dari konsep dasar keperawatan ?

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Pengertian

Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD (dengue hemorrhagic
fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DHF terjadi perembesan plasma
yang ditandai dengan hemokosentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan
dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif &
Kusuma 2015).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri
otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus (Wijayaningsih 2017).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DHF
merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi penyebab kematian utama di banyak negara
tropis. Penyakit DHF 10 11 bersifat endemis, sering menyerang masyarakat dalam bentuk wabah
dan disertai dengan angka kematian yang cukup tinggi, khususnya pada mereka yang berusia
dibawah 15 tahun (Harmawan 2018).

2. Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah :
a. Perdarahan Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit
dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit
muda dalam sel-sel tulang dan 25 pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan
perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.
b. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum, hiponatremia,
hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan berkurangnya alran balik
vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi 13

3
disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis
yang mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular, perfusi
miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi
jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi
kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
c. Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan
dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel
kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih
banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
d. Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura dan adanya dipsnea.

3. Penatalaksaan
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang sebagai
akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian
permeabilitas sehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga
diberikan obat penurun panas (Rampengan 2017). Penatalaksanaan DHF yaitu :
a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok Penatalaksanaan
disesuaikan dengan gambaran klinis maupun fase, dan untuk diagnosis
DHF pada derajat I dan II menunjukkan bahwa anak mengalami DHF
tanpa syok sedangkan pada derajat III dan derajat IV maka anak
mengalami DHF disertai dengan syok. Tatalaksana untuk anak yang
dirawat di rumah sakit meliputi :
1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup,
susu untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma,
demam, muntah, dan diare.
2) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
a) Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau
asetat.
b) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa
laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan
hemoglobin) tiap 6 jam.
c) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,
turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan
stabil. Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu
24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan
3) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai
dengan tatalaksana syok terkompensasi.

4
b. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever Dengan Syok
Penatalaksanaan DHF menurut WHO (2016), meliputi:
1) Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit
secara nasal.
2) Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan
secepatnya.
3) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian
kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau
pertimbangkan pemberian koloid 10-20 ml/kg BB/jam maksimal
30 ml/kgBB/24 jam.
4) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin
menurun pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi:
berikan transfusi darah atau komponen.
5) Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer
mulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi
hingga 10 ml/kgBB dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan
tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis laboratorium.
6) Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-
48 jam. Perlu diingat banyak kematian terjadi karena pemberian
cairan yang terlalu banyak dari pada pemberian yang terlalu
sedikit.

4. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif & Kusuma 2015) :

1) Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua
atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
 Nyeri kepala
 Nyeri retro-orbital
 Myalgia atau arthralgia
 Ruam kulit
 Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
 Leukopenia
 Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD
yang sudah di konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama

5
2) Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan bila semua
hal dibawah ini dipenuhi :
a) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifastik
b) Manifestasi perdarahan yang berupa :
 Uji tourniquet positif
 Petekie, ekimosis, atau purpura
 Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran
cerna, tempat bekas suntikan
 Hematemesis atau melena
c) Trombositopenia
d) Kebocoran plasma yang ditandai dengan :
 Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai
umur dan jenis kelamin
 Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan
yang adekuat
e) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi
pleura

5. Etiologi

Faisalado (2013) menyebutkan bahwa tanda dan gejala utama yang paling sering muncul
pada penyakit DBD berupa demam tinggi, pendarahan, pembengkakan hati, dan pada beberapa
kasus parah terjadi kegagalan sirkulasi darah. Penderita DBD akan mengalami demam mendadak
2-7 hari yang terjadi tanpa penyebab yang jelas kemudian turun sampai suhu normal atau bahkan
lebih rendah. Demam yang terjadi disertai dengan lesu/lelah, gelisah, nyeri punggung, nyeri
tulang, nyeri sendi, nyeri pada ulu hati disertai bitnik-bintik (plechiae), lebam (ecchymosis), atau
ruam (purpura). Kadang terjadi mimisan, muntah darah, kesadaran menurun atau syok.
Terjadinya syok merupakan tanda prognosis yang semakin memburuk ditandai dengan nadi
menjadi lemah dan cepat, bahkan sering tidak teraba dan tekanan darah sistol menurun sampai di
bawah 80 mmHg.

Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam berdarah. Demam
berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi virus. Nyamuk Aedes
aegypti adalah spesies utama yang menyebar penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru
demam berdarah setiap tahun di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang menjadi demam
berdarah. Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor risiko
6
untuk demam berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap virus demam berdarah dari infeksi
sebelumnya (Vyas, et al, 2014).

Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe virus
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya ditemukan di Indonesia dengan den-3
serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe
yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain. Seseorang
yang tinggal di daerah epidermis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya.
Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif &
Hardhi, 2015).

6. Patofisiologi

Fenomena patologis menurut (Herdman , 2012), yang utama pada penderita DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan atau
kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma yang secara otomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi (tekanan
darah rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi
(peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan (syok). Hal pertama yang terjadi setelah virus
masuk ke dalam tubuh penderita adalah penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa (splenomegali).

Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan


plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai hematocrit menjadi penting untuk patokan
pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk
memantau 22 hematocrit darah berkala untuk mengetahuinya. Setelah pemberian cairan
intravena peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga
pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya
edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita
akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan dan apabila tidak segera ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan
kematian. Sebelumnya terjadinya kematian biasanya dilakukan pemberian transfusi guna
menambah semua komponenkomponen di dalam darah yang telah hilang.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

7
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi dalam
pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respons unik individu pada
suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik, aktual,
maupun potensial. Proses keperawatan juga dapat diartikan sebagai pendekatan yang
digunakan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga kebutuhan dasar klien
dapat teratasi. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap, yaitu;

pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi


1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam asuhan keperawatan dan landasan proses
keperawatan. Oleh karena itu dibutuhkan pengkajian yang cermat guna mengenal masalah
klien sepertimengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan masa lalu dan saat
ini, data objektif dan subjektif dari klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau budaya.
Keberhasilan asuhan keperawatan sangat tergantung kecermatan dan ketelitian dalam
pengkajian.
Pengkajian:
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
kerumah sakit adalah panas tinggi dan badan lemah
c. Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadi antara hari
ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan
batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan

8
bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit,
gusi (grade III. IV), melena atau hematemesis.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Menggambarkan kesehatan pasien sebelumnya, apakah pasien pernah
mempunyai riwayat penyakit malaria atau meminum obat malaria, apakah
pernah bepergian dan bermalam didaerah endemik.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Menggambarkan adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit
malaria, riwayat penyakit genetik, dan congenital dalam keluarga.
4) Riwayat kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Menggambarkan keluhan pasien berupa: mual, muntah terus
menerus, sering juga muntah darah.
b) Pola eliminasi
BAK : Kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi,
sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi
melena.
BAB : Perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau banyak sakit
atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi
hematuria.
c) Pola instirahat tidur
Sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot
dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya berkurang.
d) Pola aktivitas
Pada umumnya penderita DHF terdapat kelemahan atau kelelahan
saat melakukan aktivitas dikarenakan pasien mengalami mual,
muntah dan nyeri kepala.
e) Pada umumnya penderita malaria terdapat kelemahan atau
kelelahan saat melakukan aktivitas dikarenakan pasien mengalami
mual, muntah dan nyeri kepala.

9
f) Personal hygie
Pada umumnya personal hygiene pada penderita malaria masih
cukup baik dan bersih.
d. Pemeriksaan fisik
(Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
1) Keadaan umum
Di kaji penampilan dan tingkat kesadaran. Terjadi gangguan
kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan otot
2) Tanda-tandavital
Pasien mengalami demam 38,5C - 41C, penurunan tekanan darah,
nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi nafas meningkat.
3) pemeriksaan fisik
a) Pernapasan
Inspeksi : Frekuensi pernapasan meningkat, bentuk dada
simetris/tidak dan ada/tidak benjolan atau bekas luka.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler.
Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris/tidak, ada/tidak
benjolan dan nyeri tekan.
Perkusi : Resonan.
b) Pencernaan
Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, abdomen
simetris/tidak, ada/tidak luka operasi.
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan, ada/tidak pembesaran
hepar atau limfa.
Perkusi: Timpani
c) Penglihatan
Inspeksi : Konjungtiva palpebra pucat.
Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan.
d) Pengecapan : Mulut terasa pahit
e) Pendengaran : Tidak ada gangguan pada pendengaran

10
f) Kardiovaskuler
Inspeksi : ada/tidak bekas operasi dan benjolan.
Palpasi : Ada/tidak nyeri tekan dan pembengkakan jantung.
Perkusi : Redup pada bagian jantung.
Auskultasi : Bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal.
g) Perkemihan :volume air kencing berkurang, warna seperti teh.
h) Reproduksi : Tidak ada masalah pada sistem reproduksi.
i) Moskuloskeletal : Terjadi kelemahan pada otot.
j) Intergument : Warna ikterik/ kekuningan / tampak pucat.
d. Riwayat Psikologis dan Spiritual
1) Psikologi
Menggambarkan tentang reaksi pasien terhadap penyakit yang di
alami, cemas dan harapan pasien mendapatkan dukungan dari
orang - orang terdekat pasien.
2) Spiritual
Kepercayaan yang di anut pasien, kebiasaan beribadah, dan sejauh
mana kepercayaan tersebut mempengaruhi kehidupan pasien.
e. Pemeriksaan penunjang
1) USG : pada penderita malaria kronis terdapat pembesaran limpa
2) Rontgen : pada penderita malaria kronis terlihat pembesaran hati
dan limpa.
3) Laboratorium
a) Hitung leukosit darah rendah atau normal (n : 4.000-10.000
mm3)
b) Jumlah trombosit sering menurun terutama pada malaria berat
(n : 150.000-400.000 sel/mm3)

c) Laju endap darah sangat tinggi (>5-15 mm/jam)


d) Hemoglobin darah rendah (<10 gr/dl)

11
e) Plasmodium terlihat dalam sediaan, DDR (+).

2. diagnosa
a. Hipertermi b.d proses penyakit (DBD) di tandai dengan suhu tubuh di atas nilai
normal
b. Nyeri akut b.d agen pencendera fisiologis di tandai dengan tampak meringis
c. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan di tandai dengan nafsu
makan

3. intervensi

NO SDKI SLKI SIKI


1. (D.0130) (L.14134) (I.15506)
Hipertemi b.d proses Setelah di lakukan Observasi
penyakit (DBD) di tindakan keperawatan - Identifikasi penyebab
tandai dengan : selama 7x24 jam maka hipertermi
DS : di harapkan - Monitor suhu tubuh
Termoregulasi dengan Terapeutik
DO : ekspektasi membaik - Sediakan lingkungan
- Suhu tubuh di - Suhu tubuh dingin
atas nilai normal membaik - Longgarkan atau lepaskan
- Kulit merah - Kulit merah pakaian
- Kejang menurun - Berikan cairan oral
- Kulit terasa - Kejang menurun - Lakukan pendinginan
hangat - Suhu kulit eksternal
membaik Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit

12
intravena

2. (D.0077) (L.08066) (I.08238)


Nyeri akut b.d agen Setelah di lakukan Observasi
pencendera fisiologis tindakan keperawatan - Identifikasi skala nyeri
di tandai dengan : selama 3x24 jam maka - Identifikasi faktor yang
DS : di harapkan Tingkat memperberat dan
- nyeri dengan memperingan nyeri
DO : ekspektasi menurun - Identifikasi pengaruh nyeri
- Tampak meringis - Meringis menurun pada kualitas hidup
- Gelisah - Gelisah menurun Terapeutik
- Sulit tidur - Kesulitan tidur - Berikan teknik
- Nafsu makan menurun nonfarmakologis untuk
berubah - Nafsu makan mengurangi rasa nyeri
membaik - Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik
3. (D.0019) (L.03030) (I.03119)
Defisit nutrisi b.d Setelah di lakukan Observasi
ketidakmampuan tindakan keperawatan - Identifikasi status nutrisi
mencerna makanan di selama 2x24 jam maka - Monitor asupan makanan
tandai dengan : di harapkan status - Monitor berat badan
DS : nutrisi dengan Terapeutik
- Nafsu makan ekspektasi membaik - Lakukan oral hygiene
menurun - Nafsu makan sebelum makan, jika perlu
DO : membaik - Sajikan makanan secara

13
- Berat badan - Berat badan menarik dan suhu yang
menurun minimal membaik sesuai
10% di bawah - Kekuatan otot - Berikan makanan tinggi
rentang ideal pengunyah kalori dan tinggi protein
- Otot pengunyah meningkat Edukasi
lemah - Kekuatan otot - Anjurkan posisi duduk
- Otot menelan menelan meningkat Kolaborasi
lemah - Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kaloridan jenis nutrient
yang dibutuhkan

4. implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilkukan oleh


perawat untuk klien dari masalah status Kesehatan yang dihadapi ke status Kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang di harapkan.
5. evaluasi
Evaluasi adalah penelitian dengan cara membandingkan perubahan kepada klien
(hasil yang di amati)dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencanaan dan tindakan-tindakan yang telah di buat dengan metode subjektif, objektif,
assessment dan planning (SOAP) yaitu:
S : data subjektif, berisi keluhan langsung dari pasien.
O : data objektif berisi data dari pemeriksaan fisik
A : assessment atau penilaian apakah masalah teratasi ataau tidak
P : planning melanjutkan intervensi saja masalsh belum teratasi.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
DHF atau biasa disebut demam berdarah dengue adalah penyakit yang bisa
dicegah dengan mengedepankan kebersihan lingkungan seperti memperhatikan
kebersihan saluran air. Penyakit DBD atau DHF ialah penyakit yang di sebabkan oleh
virus dengue yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus.Kedua jenis nyamuk ini terdapat hamper di seluruh pelosok Indonesia.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas maka kami memberikan alternatif berupa saran-saran dalam
mencegah penyakit DHF adalah dengan mengkombinasikan cara-cara yang disebut dengan
3M plus yaitu :
 Mengurus bak mandi untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang
berkembang dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi.
 Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang
memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur.
 Tetap menjaga lingkungan di sekitar tempat tinggal.

15
DAFTAR PUSTAKA

Tiara Rizki Fitriani.2020.Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Dengan Dengue


Hemorrahagic Fever (DHF) di RSUD Kalimantan Timur
Ni Made Erika Suciari.2019.DHF (Dengue Hemorrahagic Fever Grade II) di klinik
Madya Di Departemen/KSM Penyakit Dalam
Muh. Jusman Rau & Nadia Soraya & Pitriani.Faktor-faktor yang berhubungan dengan
upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD).2019
Syamsir & Andi Daramusseng.Jurnal DHF atau DBD vol.1,2.2018
Maria Sumaryati & Rosmiaty & wasilah Studi Kasus Pada Pasien Demam Berdarah
Dengue.vol.10, No2,2019
Muhammad Jusman Rau & Nadia Soraya & Pitriani Pitriani Factors that are Related To
The Prevention Of Dengue Hemorrahagic Fever (DGF) In South Birobuli.Vol 10, No
2.2019
Melissa G. Tansil & Novie H. Rampengan & Rocky Wilar Faktor Risiko Terjadinya
Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada Anak.vol.13. No 1 .2021
Bellinda Putri Kolondom & Jeini ester Nelwan & Grace D. Kandou Gambaran Perilaku
Masyarakat tentang Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue.Vol 1 No 1,
Januari 2020
Nur Arifatus Sholihah & Pius Weraman & Jacob M. Ratu Analisis Spasial dan
Pemodelan Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue Tahun 2016-2018 di Kota
Kupang
Emily C Sales & Emily L Heckman & Timothy L Warren & Chris Q Doe Regulation of
Subcellular Dendritic Synapse Specificity by Axon Guidance Cues.2019

16
17

You might also like