You are on page 1of 5

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS (PITYRIASIS ROSEA) => UNTUK LAPORAN

1. Definisi
Pitiriasis rosea ialah erupsi kulit akut yang dimulai dengan sebuah lesi inisial
berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih
kecil di badan, lengan, dan tungkai atas yang tersusun sesuai dengan lipatan
kulit. Selain itu, dari sumber lain disebutkan bahwa pityriasis rosea merupakan
erupsi papuloskuamosa akut, dengan morfologi khas berupa makula
eritematosa lonjong dengan diameter terpanjang sesuai dengan lipatan kulit
serta ditutupi oleh skuama halus.
2. Epidemiologi
Pitiriasis rosea didapati pada semua umur, terutama antara 15-40 tahun, jarang
pada usia kurang dari 2 tahun dan lebih dari 65 tahun. Ratio perempuan dan
laki-laki adalah 1,5 : 1.
3. Etiologi
Etiologi belum diketahui, tetapi berdasarkan gambaran klinis dan epidemiologis
diduga infeksi sebagai penyebab. Berdasarkan bukti ilmiah, diduga pitiriasis
rosea merupakan eksantema virus yang berhubungan dengan reaktivasi Human
Herpes Virus (HHV)-7 dan HHV-6.
4. Gejala klinis
Penyakit dimulai dengan lesi pertama (herald patch), umumnya di badan, soliter,
berbentuk oval dan anular, diametemya kira-kira 3 cm. Ruam terdiri atas
eritema dan skuama halus di pinggir. Lamanya beberapa hari hingga beberapa
minggu.
Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambaran yang
khas, sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan
kosta sehingga disebut menyerupai pohon cemara terbalik.
Pada sebagian kecil pasien dapat terjadi gejala menyerupai flu termasuk
malaise, nyeri kepala, nausea, hilang nafsu makan, demam dan artralgia.
Sebagian penderita mengeluh gatal ringan.
5. Diagnosis Banding
a. Tinea korporis
Gambaran klinis memang mirip dengan tinea korporis karena terdapat
eritema dan skuama di tepi lesi dan berbentuk anular. Perbedaannya pada
pitiriasis rosea, gatal tidak begitu berat seperti pada tinea korporis, dengan
skuama halus, sedangkan pada tinea korporis kasar. Pada tinea sediaan KOH
akan positif.
b. Sifilis sekunder
Pada sifilis sekunder terdapat riwayat chancre dan tidak terdapat riwayat
herald patch. Pada sifilis sekunder terdapat keterlibatan telapak tangan dan
kaki, pembesaran kelenjar getah bening, kondilomata lata, dan tes serologik
sifilis positif.
c. Dermatitis numularis
Pada dermatitis numularis plak biasanya berbentuk sirkular, bukan oval
seperti pada pitiriasis rosea. Lesi lebih banyak ditemukan di tungkai bawah
atau punggung tangan, tempat yang jarang ditemukan pada pitiriasis rosea
d. Psoriasis gutata
pada psoriasis gutata biasanya berukuran lebih kecil daripada pitiriasis rosea
dan tidak tersusun sesuai lipatan kulit, selain itu skuamanya tebal.
e. Dermatitis seboroik
Pada dermatitis seboroik tidak ditemukan herad patch, lesi berkembang
perlahan, paling banyak di badan bagian atas, leher, dan skalp, wama lebih
gelap, skuama lebih tebal dan berminyak.

6. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan serologis.
untuk mendeteksi apakah ruam disebabkan oleh penyakit infeksi, termasuk
sifilis.
2. Pemeriksaan KOH 10%.
Tes KOH dengan mengambil sampel kerokan kulit, untuk mengetahui
apakah ruam disebabkan oleh infeksi jamur kulit.

7. Tatalaksana
Pityriasis rosea adalah kondisi yang umumnya tidak memerlukan penanganan
khusus dan dapat hilang dengan sendirinya dalam kurun waktu 12 minggu.
Kendati demikian, penanganan dokter mungkin diperlukan jika kondisi tak
kunjung membaik dalam kurun waktu tersebut, atau gejala sudah terasa sangat
mengganggu. Maka bisa diberikan :
 Sistemik : Anti gatal (antihistamin) seperti klortrime 3 x 1 tab.
Roborantia (vitamin B12) 1000 mg/hari.
 Topikal : Bedak kocok yang mengandung asam salisilat 2% atau mentol 1%
 Bila terdapat gejala flu dan/atau kelainan kulit luas, dapat diberikan asiklovir
5 X 800 mg per hari selama 1 minggu.
8. Komplikasi
Meski pityriasis rosea bisa sembuh dengan sendirinya, penyakit kulit ini dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu kepercayaan diri
penderitanya. Jika tidak ditangani dengan benar, pityriasis rosea dapat
menyebabkan perubahan warna kulit menjadi gelap setelah sembuh.
9. Prognosis
Prognosis baik karena penyakit sembuh spontan, biasanya dalam waktu 3-8
minggu. Beberapa kasus menetap sampai 3 bulan. Dapat terjadi hipo atau
hiperpigmentasi pasca inflamasi sementara yang biasanya hilang tanpa bekas.
Pitiriasis rosea jarang kambuh , tetapi dapat terjadi kekambuhan pada 2% kasus.

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS (PITYRIASIS ROSEA) => UNTUK PPT

1. Definisi
Pitiriasis rosea ialah erupsi kulit akut yang dimulai dengan sebuah lesi inisial
berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih
kecil di badan, lengan, dan tungkai atas yang tersusun sesuai dengan lipatan
kulit.
2. Epidemiologi
 semua umur, terutama antara 15-40 tahun, jarang pada usia kurang dari 2
tahun dan lebih dari 65 tahun
 Ratio perempuan dan laki-laki adalah 1,5 : 1.
3. Etiologi
 Etiologi belum diketahui pasti, diduga infeksi sebagai penyebab.
 Diduga akibat eksantema virus yang berhubungan dengan reaktivasi Human
Herpes Virus (HHV)-7 dan HHV-6.
4. Gejala klinis
 Penyakit dimulai dengan lesi pertama (herald patch), umumnya di badan,
soliter, berbentuk oval dan anular, diametemya kira-kira 3 cm.
 Ruam terdiri atas eritema dan skuama halus di pinggir.
 Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambaran
yang khas, menyerupai pohon cemara terbalik,
 Dapat terjadi gejala menyerupai flu
 Sebagian penderita mengeluh gatal ringan.
5. Diagnosis Banding
 Tinea korporis
 Sifilis sekunder
 Dermatitis numularis
 Psoriasis gutata
 Dermatitis seboroik
6. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan serologis.
 Pemeriksaan KOH 10%.
7. Tatalaksana
 Sistemik : Anti gatal (antihistamin) seperti klortrime 3 x 1 tab.
Roborantia (vitamin B12) 1000 mg/hari.
 Topikal : Bedak kocok yang mengandung asam salisilat 2% atau mentol 1%
 Bila terdapat gejala flu dan/atau kelainan kulit luas, dapat diberikan asiklovir
5 X 800 mg per hari selama 1 minggu.
8. Komplikasi
 Rasa tidak nyaman dan mengganggu kepercayaan diri penderitanya.
 Perubahan warna kulit menjadi gelap setelah sembuh.
9. Prognosis
 Prognosis baik karena penyakit sembuh spontan
 Pitiriasis rosea jarang kambuh , tetapi dapat terjadi kekambuhan pada 2%
kasus.
REFERENSI

Dr. dr. Sri Linuwih SW Menaldi, Sp.KK(K).,DKK. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Ketujuh. Jakarta : Badan Penerbit FK UI. 2016. 225

Prof. R.S. Siregar, dr. SP.KK (K). Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi Kedua.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2015. 100-101

You might also like