You are on page 1of 14

OPTIMALISASI PROSES PEMBELAJARAN MENGHADAPI BEBAGAI

PERUBAHAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN


Iffah Budiningsih1*, Imelda Pujiharti 2, Siti Rapingah 3
1
Universitas Islam As-Syafi”iyah, Jakarta, Indonesia
Iffah_budiningsih@uia.ac.id.
ORCID ID:0000-0002-7368-404X
2
Universitas Islam As-Syafi”iyah, Jakarta, Indonesia
Imelda100409@gmail.com
3
Universitas Islam As-Syafi”iyah, Jakarta, Indonesia
Siti.rafi7@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of evaluative research of on-line learning processes in general is to determine the effectiveness of factors that affect the
implementation of online learning processes. The research method used in is quantitative through surveys, with a sample of 248 regular students
of The Islamic University of As-Syafiiyah (UIA) Jakarta, Indonesia from the total number of populations about 4000 people. Analyze data using
descriptive analysis (mean &%). The results of the study showed: a) the average assessment score of UIA student respondents on the online
learning process during Th 2020 = 2.44– 3.13 (scale 1-4) or show the quality between less until enough; b) the transition of the learning system
from face-to-face to digital systems takes time in the process of adoption and adaptation, so that in the learning process in 2020 many experience
irregularities, which has implications on the optimal implementation of the learning process; c) in the new normal era required professional
development of lecturers to integrate pedagogic skills involving EQ lecturers as educators with various applications of learning technology; d)
lecturers should more shift the pedagogic learning process centered on lecturers into pedagogic centered on students.

Keywords: evaluation, face to-face, on-line learning processes, new normal

PENDAHULUAN

1
Belajar secara umum merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar untuk menghasilkan suatu
perubahan, baik menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap/nilai-nilai. Tanpa belajar, orang akan mengalami berbagai
kesulitan dalam menjalani kehidupannya ,karena kita semua harus menyesuaikan diri dengan perkembangan/kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi , seni dan budaya (IPTEKS) maupun perubahan lingkungan lainnya. Tuntutan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang selalu berubah merupakan tuntutan kebutuhan manusia sejak lahir sampai akhir hayatnya; dengan demikian
belajar merupakan tuntutan hidup sepanjang hayat manusia (lifelong learning). Proses belajar yang efisien dan efektif bukan hanya
sekedar terjadinya transfer pengetahuan, keterampilan, sikap ataupun nilai-nilai pada orang yang belajar, tetapi lebih pada terjadinya
suatu transformasi pengetahuan, keterampilan, sikap ataupun nilai-nilai, di mana mengandung makna adanya suatu perubahan baik
menyangkut kapasitasnya (pengetahuan/ keterampilan) maupun perilakunya (sikap/nilai-nilai) ke arah peningkatan/perbaikan.
Peningkatan kapasitas atau perubahan perilaku menjadi lebih baik sebagai suatu hasil belajar akan terjadi, apabila faktor-faktor untuk
terjadinya proses pembelajarannya mendukung secara optimal sehingga benar-benar terjadi proses transformasi pengetahuan, sikap
maupun keterampilan pada peserta didik. Sering terjadi banyak orang telah mengikuti berbagai proses pembelajaran, tetapi hasilnya
belum memuaskan atau hanya sedikit orang yang meningkat kapasitasnya ataupun berubah perilakunya secara optimal, hal tersebut
disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya proses pembelajaran secara optimal, seperti faktor internal peserta didik
maupun faktor eksternal peserta didik. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah faktor-faktor yang
berasal dari dalam peserta didik itu sendiri, misal: minat belajar, motivasi belajar atau berbagai permasalahan pribadi peserta didik
yang mengganggu proses belajarnya; sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi proses belajar peserta didik diluar
paserta didik itu sendiri, seperti: guru/dosen, kondisi belajar, kurikulum, lingkungan belajar, sarana belajar (internet, sumber belajar)
dll.
Pelaksanaan pembelajaran di era pandemic Covid 19 di semua tingkatan satuan Pendidikan wajib menggunakan e-learning
atau secara daring (dalam jaringan), yaitu pembelajaran yang menggunakan sarana pembelajaran media elektronik (seperti internet)
dalam rangka mencegah penyebaran virus Covid 19 menjadi lebih luas. Sampai dengan saat ini sudah 2 (dua) semester semua satuan
unit Pendidikan di Indonesia maupun di seluruh dunia menggunakan pembelajaran dengan sistem daring (e-learning), yang selama ini
sebelum Pandemi Covid 19 sistem pembelajaran lebih banyak menggunakan sistem tatap muka. Perubahan penggunaan sistem
penyampaian pembelajaran yang semula secara ‘tatap muka’ berubah menjadi penyampaian secara virtual dengan menggunakan
media elektronik (e-learning), komponen sistem pembelajaran tentunya berbeda, misal perbedaan dalam input pembelajaran, proses
pembelajaran , output maupun outcome pembelajaran, hal inilah yang mendasari perlunya dilakukan Evaluasi kualitas proses
pembelajaran daring yang selama 1 (satu) tahun dengan menggunakan system e-learning (daring).
Keuntungan menggunakan sarana pembelajaran media internet (e-larning) adalah bahwa proses pembelajarn dapat dilakukan
dimana saja dan kapan saja, namun di sisi lain penggunaan e-learning sering mengalami banyak kendala, seperti: perlu tersedianya
pulsa atau wifi, apabila cuaca buruk, maka jaringan menjadi error (terganggu), kurangnya informasi visual dll; sehingga seringkali

2
proses pembelajaran kurang optimal (penyampaian materi tidak optimal) yang berdampak pada kurang optimalnya capaian
pembelajaran.
Evaluasi ‘proses pembelajaran’ merupakan bagian dari evaluasi pembelajaran yang harus dilakukan oleh setiap satuan unit
pelaksana pendidikan. Menurut Uno, Budiningsih & Panjaitan (2012: 101) evaluasi atau penilaian adalah suatu rangkaian kegiatan
yang dilakukan secara sistematis, yang meliputi kegiatan: a) penentuan tujuan evaluasi; b) perancangan & pengembangan instrument;
c) pengumpulan data; d) analisis data; e) dan penafsiran hasil analisis data, yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan suatu
nilai dan dibandingkan dengan dengan standar nilai yang ada atau yang ditentukan. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil yang diinginkan (yang seharusnya) dengan yang direncanakan atau fakta di
lapangan.
Banyak model evaluasi yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi pembelajaran, salah satu model yang banyak
digunakan adalah model evaluasi IPO (Input-Proces-Output) dan menurut Stufflebeam dkk dalam Uno dkk (2012: 102) Model
evaluasi IPO merupakan penyederhanaan dari model CIPP (Context-Input-Proces-Product). Selanjutnya Uno dkk menjelaskan bahwa
pengembangan model evaluasi dari CIPP menjadi model evaluasi IPO adalah dalam rangka efisiensi prosedur evaluasi melihat bahwa
pada umumnya evaluasi program Pendidikan minimal mencakup 3 (tiga) komponen sub sistem, yaitu: a) masukan (input); b) proses;
dan c) luaran (output). Pribadi (2018:195) menjelaskan bahwa evaluasi proses lebih ditekankan pada penilaian terhadap efektivitas
dan efisiensi prosedur yang dilakukan dalam sebuah program pembelajaran/pelatihan. Selanjutnya Pribadi mengingatkan bahwa
terdapat hal-hal yang harus diperhatikan dalam evaluasi proses pembelajarn,yaitu : a) apakah prosedur program pembelajaran yang
diselenggarakan dapat memfasilitasi peserta didik dalam mencapai kompetensi yang perlu dimiliki ? b) apakah seluruh aktivitas
pembelajaran daring yang dilakukan dalam penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan tujuan capaian pembelajaran?
Sugiyanto dkk (2015:93) menjelaskan bahwa Evaluasi kualitas proses pembelajaran daring terdiri 3 (tiga) komponen yaitu: a)
evaluasi perencanaan pembelajaran, b) evaluasi pelaksanaan pembelajaran, dan c) evaluasi pelaksanaan penilaian hasil belajar.
Selanjunya Sugiyanto dkk (2015:93) merinci hal-hal yang dinilai dalam “perencanaan pembelajaran” meliputi: rencana
pembelajaran, silabus dan bahan ajar; hal-hal yang dinilai dalam ‘pelaksanaan pembelajaran” meliputi : kegiatan pendahuluan, inti
dan penutup; sedangkan hal-hal yang dinilai dari ‘pelaksanaan penilaian hasil belajar’ meliputi: pelaksanaan Ujian Tengah
Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS), penilaian atas tugas-tugas, penilaian atas UTS dan UAS. Menurut Dick, Carey and
Carey dalam Suparman (2012:273) Rincian kegiatan pelaksanaan pembelajaran menjadi 5 tahap, yaitu :
1. Tahap awal pembelajaran (Pre-instructional activities);
2. Penyajian Isi (Content Presentation);
3. Partisipasi peserta didik (Learner participation);
4. Penilaian (Assesment);
5. Kegiatan tindak lanjut (follow-through activities).

3
Selanjutnya menurut Briggs & Wager dalam Suparman (2012:244) 5 tahap pelaksanaan pembelajarn tidak harus dilakukan semua,
tetapi hanya menggunakan beberapa tahap saja, tergantung dari: a) jenis kompetensi yang terdapat dalam capaian pembelajaran; b)
karakteristik peserta didik dan c) sarana prasarana penunjang pembelajaran yang dimiliki. Gagne dalam Gredler (2011:198-199)
mengidentifikasi terdapat 9 (Sembilan) peristiwa (proses) pembelajaran, yang sebenarnya merupakan penjabaran dari 5 (lima) tahap
yang disampaikan oleh Dick dkk di atas, ke-9 proses pembelajaran Gagne adalah:
1. Mengarahkan perhatian;
2. Menyampaikan tujuan bpembelajaran;
3. Mengingatkan informasi/pengetahuan yang relevan
4. Menyampaikan stimulus;
5. Menyampaikan bimbingan belajar;
6. Memunculkan Kinerja;
7. Penguatan/Reinforcement;
8. Menilai unjuk kerja/penampilan
9. Menunjukkan kinerja dengan contoh baru

Menurut Stockley dalam Pribadi (2017: 198) e-learning merupakan sarana pembelajaran yang dilakukan dengan memanfaatkan
teknologi seperti: internet, intranet, CD ROM, dan CD yang mana teknologi jaringan tersebut digunakan untuk menyampaikan isi atau
materi pembalajaran siswa. Selanjutnya menurut Pribadi (2017: 202) beberapa kemanfaatan pembelajaran menggunakan e-learning
antara lain:
1. Memberikan kesenangan dalam belajar;
2. Membuat proses belajar menjadi lebih efisien (dapat menggunakan smart-phone);
3. Membuka peluang untuk mempelajari informasi dan pengetahuan dari beragam sumber yang tersedia secara global;
4. Menciptakan interaksi belajar yang bersifat dinamis;
5. Mendorong kreativitas pengguna dalam memanfaatkan informasi dan pengetahuan.

Selanjutnya Pribadi (2017:204-205) juga mengemukakan beberapa kekurangan dari belajar e-learning, yaitu bahwa e-learning dengan
menggunakan komputer memerlukan keterampilan dasar untuk mengoperasikan komputer dan keterampilan memelihara dari
berbagai gangguan jaringan (error).
Dari uraian tersebut diatas, maka yang dimaksud dengan Evaluasi kualitas proses pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan
yang dilakukan secara sistematis, yang meliputi kegiatan: penilaian kualitas atas a) perencanaan pembelajaran; b) pelaksanaan

4
pembelajaran dan c) pelaksanaan penilaian hasil belajar, dengan menggunakan item pertanyaan terkait dengan rencana pembelajaran
semester, penyampaian materi pembelajaran dan aktivitas peserta didik, serta pelaksanaan UTS, UAS dan tugas-tugas yang diberikan
kepada peserta didik.
Dalam penelitian ini yang akan dilakukan kajian adalah hasil analisis data penelitian evaluasi atas ‘proses pembelajaran’
daring (e-learning) di lingkungan mahasiswa Universitas Islam As- Syafi’iyah UIA) Jakarta selama masa pandemi Covid 19, Th
2020. Tujuan penelitian evaluatif atas proses pembelajaran daring di masa pandemi Covid 19 Th 2020, secara rinci antara lain:
a. Untuk mengukur apakah seluruh aktivitas pembelajaran daring sesuai dengan capaian pembelajaran yang tercantum dalam
rencana pembelajaran?
b. Untuk mengetahui apakah prosedur pembelajaran daring yang diselenggarakan dapat memfasilitasi peserta didik dalam
mencapai capaian pembelajaran (kompetensi) yang harus dimiliki peserta didik?
c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ‘aktivitas proses pembelajaran daring’ yang perlu ditingkatkan.
d. Sebagai bahan untuk memberikan masukan atau rekomendasi kepada manajemen Universitas Islam As-Syafi’iyah dalam
melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih optimal.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta, Indonesia dengan menggunakan metode kuantitatif
melalui survei. Populasi terjangkau dalam penelitian adalah para mahasiswa Universitas Islam As-Syafi’iyah (UIA) berjumlah sekitar
4000 orang sedangkan jumlah sampel yang diambil sebanyak 248 orang secara acak sederhana. Data dikumpulkan dengan
menggunakan instrumen kuesioner dengan skala likert, yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu
menggunakan ukuran tendensi sentral : mean & persen (%) dengan bantuan program Ecxel dan SPSS versi 25 for windows.

Sebelum instrumen kuesioner penelitian digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas
instrument menggunakan rumus koefisien (r) Producy Moment dengan taraf signifikansi 0.1 (instrumen valid jika r hitung ≥ 0,306);
dan untuk uji reliabilitas instrumen digunakan rumus koefisien (r) Alpha Cronbach (instrumen reliable bila r hitung .≥ 0,6); dan
hasilnya dapat dilihat dilihat sebagaimana disajikan pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Hasil Uji Validitas Instrumen Evaluasi Kualitas Proses pembelajaran Daring UIA Th 2020

No Butir r-tabel r-hitung Keterangan


(Product Moment) Product Moment
Butir 1 0.306 0.696 Valid
Butir 2 0.306 0.742 Valid

5
Butir 3 0.306 0.678 Valid
Butir 4 0.306 0.637 Valid
Butir 5 0.306 0.448 Valid
Butir 6 0.306 0.540 Valid
Butir 7 0.306 0.447 Valid
Butir 8 0.306 0.769 Valid
Butir 9 0.306 0.553 Valid
Butir 10 0.306 0.542 Valid
Reliability Statistics ke 10 butir 0.788 Reliabel
instrumen

Selanjutnya daftar indikator variabel dan butir instrumen evaluasi proses pembelajarn daring di UIA Th 2020 dapat dilihat
sebagaimana disajikan pada Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Variabel & Indikator Penelitian

VARIABEL INDIKATOR ITEM PERTANYAAN


 Perencanaan Pembelajaran 1. Kejelasan rencana pembelajaran
2. Rencana pembelajaran dapat
dilaksanakan
 Pelaksanaan Pembelajaran 3. Penyerapan materi
4. Lama tanya jawab /diskusi setiap on
dan off line
5. Manfaat tugas-tugas dari Dosen
Proses Pembelajaran 6. Banyaknya materi up to date
7. Pelaksanaan pembelajaran tepat
waktu
8. Pelaksanaan Pembelajaran dapat
meningkatkan minat dan semangat
belajar
 Pelaksanaan Evaluasi 9. Tugas/UTS/UAS mendapat koreksi
Pembelajaran yang memadai
10. Kejelasan penilaian hasil belajar
secara akademis

6
Identitas Responden Jumlah %
(Org)
Fakultas :
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. FAI 119 48 %
Analisis data penelitian 2. FH 18 7% secara deskriptif dalam
penelitian evaluatif atas 3. FEB 38 15 % variabel tunggal kualitas
proses pembelajaran di 4. FKIP 44 18 % lingkungan UIA Th 2020
menggunakan ukuran 5. FST 16 7% tendensi sentral dan
ukuran disperse, yaitu: 6. FIKES 13 5% rata-rata/mean, median,
Jumlah 248 100,00 %
modus, standar error of mean, standar deviasi,
varian, range, skor minimum, skor maksimum, jumlah dan %. Selanjutnya profil responden evaluasi kualitas layanan akademik di
lingkungan UIA dapat dilihat pada Tabel 3. berikut ini:

Tabel 3. Identitas Responden Penelitian Evaluatif Kualitas Proses Pembelajaran

Untuk lebih jelasnya gambaran jumlah responden (mahasiswa UIA) berdasarkan asal Fakultas dapat dilihat sebagaimana Grafik 1
berikut ini :
GRAFIK 1. Jumlah Responden (%)

7
8
Tabel 4. Descriptive Statistics
butir1 butir2 butir3 butir4 butir5 butir6 butir7 butir8 butir9 butir10
N Valid 248 248 248 248 248 248 248 248 248 248
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 2.8750 3.1452 2.7097 2.6169 2.9960 2.6815 3.1331 2.9274 2.4435 3.0726
Std. Error of .05556 .05186 .04934 .05549 .04798 .04460 .04325 .03718 .06824 .04365
Mean
Median 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000 2.0000 3.0000
Mode 2.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 2.00 3.00
Std. .87504 .81676 .77694 .87384 .75554 .70232 .68118 .58557 1.0745 .68735
Deviation 7
Variance .766 .667 .604 .764 .571 .493 .464 .343 1.155 .472
Range 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
Minimum 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Maximum 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00
Sum 713.00 780.00 672.00 649.00 743.00 665.00 777.00 726.00 606.00 762.00

1. HASIL ANALISIS MEAN (RATA-RATA) BUTIR INSTRUMEN


Hasil analisis deskriptif (mean) untuk masing-masing item pertanyaan instrumen evaluasi proses pembelajaran daring UIA Th
2020 dapat dilihat sebagaimana disajikan pada Tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Rata-Rata Skor Per Item Pernyataan Evaluasi Kualitas Proses Pembelajaran Daring
Di UIA TH. 2020

VARIABEL INDIKATOR ITEM PERNYATAAN RATA-RATA


SKOR PENILAIAN
MHSW
 Perencanaan 1. Kejelasan rencana 2.8750
Pembelajaran pembelajaran
2. Rencana pembelajaran 3.1452
dapat dilaksanakan
RATA-RATA 3.0101
 Pelaksanaan 3. Penyerapan materi 2.7097
Pembelajaran
Proses 4. Lama tanya jawab 2.6169
Pembelajaran /diskusi setiap pembela-
jaran on line atau off line
5. Manfaat tugas-tugas dari 2.9960
Dosen

9
6. Banyaknya materi yang 2.6815
up to date
7. Pelaksanaan 3.1331
pembelajaran tepat waktu
8. Pelaksanaan 2.9274
Pembelajaran dapat
meningkatkan minat dan
semanagt belajar
RATA-RATA 2.8441
 Evaluasi 9. Tugas/UTS/UAS 2.4435
Pelaksanaan mendapat koreksi yang
Pembelajaran memadai
10. Kejelasan penilaian 3.0726
hasil belajar secara
akademis
RATA-RATA 2.7581
Rata-rata penilaian MHSW atas proses pembelajaran 2.8708
di UIA Th 2020
Keterangan:
Interpretasi skor penilaian
1 = sangat kurang
2 = kurang
3 = cukup
4 = baik

Secara keseluruhan hasil analisis deskriptif, responden mahasiswa UIA memberikan penilaian atas “Kualitas Proses
Pembelajaran di UIA Th 2020 dengan skor = 2.8708 (dibawah 3.0) artinya masih dalam kategori kualitas “dibawah cukup”. (lihat
Tabel 9.), hal ini menunjukan banyak hal item proses pembelajaran harus ditingkatkan, dan yang penting dicari akar
permasalahannya, sehingga instrumen atau upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran akan lebih tepat.
Selanjutnya apabila dilihat rata-rata skor pernilaian responden mahasiswa terhadap ke 10 item pernyataan indikator kualitas proses
pembelajaran UIA TH 2020 ternyata hanya 3 item yang mempunyai skor sekitar 3.0 (Tabel 9), yaitu:

1. Rencana pembelajaran dapat dilaksanakan, dengan skor rata-rata = 3.1452;


2. Pelaksanaan pembelajaran tepat waktu, dengan skor rata-rata = 3.1331;
3. Kejelasan penilaian hasil belajar secara akademis, dengan skor rata-rata = 3.0726.

Ke-7 (tujuh) item lainnya dinilai oleh mahasiswa dengan di bawah 3.0 atau kualitas dibawah cukup (tabel 9) yaitu:
1. Kejelasan rencana pembelajaran, dengan skor rata-rata = 2.8750;

10
2. Penyerapan materi, dengan skor rata-rata = 2.7097;
3. Lama tanya jawab /diskusi setiap pembela-jaran on line atau off line, dengan skore rata-rata = 2.6169;
4. Manfaat tugas-tugas dari Dosen, dengan skor rata-rata = 2.9960;
5. Banyaknya materi yang up to date, dengan skore rata-rata = 2.6815;
6. Pelaksanaan Pembelajaran dapat meningkatkan minat dan semanagt belajar,dengan skor rata = 2.9274;
7. Tugas/UTS/UAS mendapat koreksi yang memadai, dengan skor rata-rata = 2.4435

Dari 7 item yang skornya di bawah 3.0 di atas, item yang mendapat skor paling rendah adalah Tugas/UTS/UAS mendapat koreksi
yang memadai, dengan skore 2.4435. item ini yang perlu mendapat perhatian, disamping tentunya ke-6 (enam) item lainnya.

A. PEMBAHASAN

Hasil analisis deskriptif atas data evaluasi proses pembeljaran daring di UIA menunjukkan skor rata-rata = 2.8708, hal ini
menunjukkan hampir semua item pernyataan yang diberikan kepada mahasiswa harus diperbaiki. Selama pandemi Covid 19 di Th
2020, semua satuan unit sekolah diwajibkan merubah sistem pendidikannya dari sistem tatap muka menjadi sistem daring (dalam
jaringan/e-learning) baik di Indonesia maupun negara-negara lain di dunia. Model pembelajaran di rumah secara tiba-tiba mengubah
peran guru, siswa, dan orang tua; hal tersebut merubah peran guru/dosen harus mampu menjadi ‘desainer dan fasilitator
pembelajaran daring’. Hilangnya secara tiba-tiba sistem pembelajaran tatap muka antara mahasiswa dengan dosennya dan
keputusan pembelajaran on-line tidak dapat dihindari, maka hal tersebut memaksa para dosen ‘secara emosi dan fisik’ harus
menjangkau dan memeriksa efektifitas akses proses pembelajaran para mahasisnya secara virtual; dan hal ini tidak mudah. Menurut
Smaldino dkk (2011:208) bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajaran on-line seorang dosen/guru harus mengetahui dengan pasti
‘tersedianya akses sumber daya’ untuk dapat terjadi proses pembelajaran on-line secara optimal, seperti komputer/lap top,
internet/wifi, Hp Android, pulsa. Selanjutnya Menurut Lie (2020) bahwa secara psikologis mahasiswa atau ramaja peserta belajar
sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan interaksi fisik dengan rekan sebayanya sebagai bagian dari proses pembelajarannya, dan
Ketika hal ini tidak terfasilitasi dalam proses pembelajarannya selama masa pandemi, maka hal ini yang memungkinkan persepsi
mahasiswa/remaja peserta belajar atas ‘proses pembelajarannya’ yang dialami menjadi “kurang optimal” dan memberikan penilaian
dengan skor sekitar 2.0 -3.0 atau penilaian dengan kualitas ‘kurang’ sampai dengan ‘cukup’.

Permasalahan lain yang perlu mendapat perhatian di awal pandemi covid 19 adalah bahwa para dosen sebagai desainer dan
fasilitator dan pembelajaran daring sebagain besar literasi teknologi terkait dengan aplikasi pembelajaran masih belum cukup, dan
masih banyak yang bingung bagaimana menggunakan aplikasi seperti: google-meet, google-classroom maupun zoom-meeting
sebagai sarana pengganti media tatap muka. Peralihan sistem pembelajaran dari tatap muka ke sistem digital yang mengharuskan para
dosen menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran digital, dan hal ini memerlukan waktu dalam proses adopsi dan adaptasi,

11
sehingga pada proses pembelajaran di tahun 2020 banyak mengalamai ketidak-teraturan, yang berimplikasi pada penilaian mahasiswa
terhadap proses pembelajaran dengan kualitas kurang s/d cukup. Menurut Prensky dalam Smaldino (2011: 434) terdapat beberapa
variasi proses adopsi dan adaptasi teknologi antara lain:

a. Mencoba-coba cara baru;


b. Melakukan hal-hal lama dalam cara-cara yang lama;
c. Melakukan hal-hal lama dengan cara-cara baru;
d. Melakukan hal-hal baru dengan cara-cara baru.

Implikasi dari berbagai permasalahan pembelajaran di Th 2020 sebagaimana yang dijelaskan di atas, maka wajar apabila proses
pembelajaran di Th 2020 banyak mengalami ketidak-teraturan dalam pelaksanaannya, yang berimplikasi pada menurunnya tingkat
kepuasan mahasiswa, sehingga mereka memberikan skor penilaian atas proses pembelajaran yang dialami antara = 2.0 – 3.0.
Rachman ((2020) menjelaskan dalam situasi luar biasa seperti ini (pandemi Covid 19), dosen dituntut untuk dapat melaksanakan
berbagai peran tambahan, seperti:
a. Memastikan tercapainya tujuan pembelajaran baik secara akademik maupun non akademik;
b. Mempunyai tanggung jawab dalam memastikan keselamatan peserta didik secara fisik dan psikis;
c. Memberikan penguatan dan pemahaman kepada siswa untuk selalu mentaati semua protokol Kesehatan;
d. Dosen harus senantiasa memberikan dukungan emosional kepada mahasiswa agar nyaman selama pelaksanan pembelajaran on
line di rumah;
e. Guru harus dapat melakukan komunikasi dan mengembangkan kerja sama yang baik dengan Mahasiswa untuk membangun
kepercayaan dan mendukung proses pembelajaran daring secara optimal.

Ke-lima ‘peran tambahan’ tersebut secara umum merupakan kemampuan dalam ‘menyesuaikan diri/adaptif’ dengan
perubahan lingkungan, transisi perubahan pembelajaran dari sistem tatap muka ke sistem daring. Kemampuan menyesuaikan diri
merupakan komponen yang terpenting dalam kecerdasan emosional (EQ). Menurut Budiningsih dkk (2020:34) ketika sistem
pembelajaran dilakukan secara daring, saat guru dan muridnya tidak dapat bertatap muka dan berinteraksi di satu ruang yang sama;
sesuatu yang hilang tersebut adalah ‘ikatan emosional’ antara guru dan para siswanya yang tidak mungkin tergantikan dengan
komunikasi secara virtual. Selanjutnya Corcorana & Tormeyb (2010:2455) menjelaskan bahwa mengajar merupakan praktik
emosional guru, apalagi berkaitan dengan isu-isu dan pembangunan global yang berkelanjutan yang memerlukan daya empati dari
para siswanya, karena empati adalah pusat dari kapasitas peserta didik untuk terlibat positif dengan masalah-masalah tersebut,
sehingga keberhasilan proses pembelajaran siswa pada gilirannya cenderung tergantung pada guru yang memiliki tingkat ‘Kecerdasan
Emosional (EQ) yang tinggi.

12
Di masa new normal, diharapkan penggunaan model pembelajaran blended learning atau model pembelajaran campuran antara
‘tatap muka’ dan ‘on-line learning’, penggunaan modul Hypercontent yang diperkaya dengan QR code berbagai film, vidio kiranya
dapat mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran yang disampaikam sebagaimana diuraikan di atas; dan menurut Lie (2020)
perlunya pengembangan profesional kebutuhan berkelanjutan bagi para dosen/guru, tidak hanya mempelajari keterampilan
mengoperasikan berbagai aplikasi pembelajaran berbasis teknologi, tetapi yang penting bagaimana mengintegrasikan keterampilan
pedagogik yang melibatkan EQ dosen sebagai pendidik dengan berbagai aplikasi teknologi yang digunakan dalam proses
pembelajaran; juga diharapkan para dosen lebih banyak menggeser proses pembelajaran dari pedagogik berpusat pada dosen menjadi
pedagogik yang berpusat pada mahasiswa.

KESIMPULAN

1. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata penilaian responden mahasiswa UIA atas proses pembelajaran daring
selama Th 2020 mencapai skor antara 2.4435 – 3.1331 atau menujukkan kualitas antara kurang s/d cukup;
2. Item kegiatan proses pembelajaran yang dinilai cukup baik adalah :
a. Rencana pembelajaran dapat dilaksanakan, dengna skor rata-rata = 3.1452;
b. Pelaksanaan pembelajaran tepat waktu, dengan skor rata-rata = 3.1331;
c. Kejelasan penilaian hasil belajar secara akademis, dengan skor rata-rata = 3.0726.
3. Item kegiatan proses pembelajarn yang dinilai paling ‘kurang’ adalah: Tugas/UTS/UAS mendapat koreksi yang memadai,
dengan skor 2.4435.
4. Peralihan sistem pembelajaran dari tatap muka ke sistem digital yang mengharuskan para dosen menggunakan berbagai aplikasi
pembelajaran digital, dan hal ini memerlukan waktu dalam proses adopsi dan adaptasi, sehingga pada proses pembelajaran di
tahun 2020 banyak mengalamai ketidak-teraturan, yang berimplikasi pada penilaian mahasiswa terhadap proses pembelajaran
dengan kualitas kurang s/d cukup.
5. Di era new normal diperlukan pengembangan profesional dosen untuk mengintegrasikan keterampilan pedagogik yang
melibatkan EQ dosen sebagai pendidik dengan berbagai aplikasi teknologi pembelajaran;
6. Para dosen hendaknya lebih banyak menggeser proses pembelajaran pedagogik berpusat pada dosen menjadi pedagogik
berpusat pada siswa.

REFERENCES

Budiningsih, I., Soehari, T.D. & Casriyanti. (2020). The Strengthening of Teachers’ Eq in Facing Various Changes in the Educational
Environment. Global Journal of Human-Social Science (GJHSS), 21(5): 33-34. https://globaljournals.org/GJHSS_Volume21/E-
Journal_GJHSS_(G)_Vol_21_Issue_5.pdf.
13
Corcorana R. & Tormeyb R. (2010). Teacher education, emotional competencies and development education. Procedia Social and
Behavioral Sciences, 2: 2448–2457. doi: 10.1016/j.sbspro.2010.03.352
Gredler, M.E. (2011). Learning and Instruction, Theory and Application. Edisi Bahasa Indonesia. Kencana, Prenada Media Grup.
Jaya, H.E., Situmorang, R. & Muslim. Suyitno. (2020). Development of A Printed Hypercontent Mudule for Leadsership
Subjects. Akademika Jurnal MTP-UIA, 9(2): 1-16. DOI: 10.34005/akademika.v9i02.1009.
Lie, A. (2020, June 20). The new normal in education. The Jakarta Post. https://www.
thejakartapost.com/academia/2020/06/20/the-new-normal-in-education.html.
Prawiradilga, D. S., Widyaningrum, R. & Ariani, D. (2017). Prinsp-Prinsp Dasar pengembangan Modul Berpendekatan
Hyperconten. Indonesian Journal of Currikulum and Ecucational Technology Studies, 5(2), 57-65. DOI:
http://dx.doi.org/10.15294/ijcets. V3i1.8675.
Pribadi, R.B. (2017). Media & Teknologi dalam Pembelajaran. Kencana, Prenada Media Grup.
Pribadi, R B. (2018). 21 Konsep Esensial Dalam teknologi Pendidikan. Dian Rakyat.
Rachman A. (2020). Ini Peran dan Tuntutan Kompetensi Guru di Masa Pandemi, ed: Albertus Adit. Kompas.com.
https://www.kompas.com/edu/read/ 2020/10/08/113530671/ini-peran-dan-tuntutan-kompetensi-guru-di-masa-pandemi?page=
all.
Smaldino, S. E., Lowther D.L. & Russell J.D. (2011). Instructional Techhnology & Media for Learning. Edisi Bahasa
Indonesia.Kencana, Prenada Media Grup.
Sugiyanto, Kartowagiran, B. & Jailani. (2015). Pengembangan Model Evaluasi kualitas proses pembelajaran daring Matematika di
SMP Berdasarkan Kurikulum 2013. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 19 (1), 82-95.
http://journal.uny.ac.id/index.php/jpep
Suparman, M. Atwi. 2012. Modern Instructional Design. Jakarta: Erlangga.
Universitas Islam As-Syafi’iyah (UIA) Jakarta. (2019). Panduan Penyusunan Kurikulum KKNI-UIA Jakarta.
Uno, H. B, Budiningsih, I., Panjaitan K. (2012). Model Pembelajaran. BMT Nurul Janah.

ooOoo

14

You might also like